1. Sangat menyedihkan melihat kondisi dan arus pemikiran yang terjadi tentang Buddha Bar saat ini dimana suara anak bangsa khususnya penganut/pengikut/murid/pemeluk/yang berlindung/yang menyembah ajaran Guru Agung, Buddha Gaotama terpecah berserakan bagaikan pasir - pasir di pantai.
Beginilah wajah asli orang-orang yang mengaku Buddhis. Anda naif sekali kalau berpikir Buddhis selalu seiya-sekata.
2. Seandainya angin bisa berbicara, katakanlah kepada saya mana orang - orang yang suci dan manakah orang -orang yang "merasa" suci.
Saya beritahu satu hal: saya BUKAN orang suci.
3. Saya tidak tahu, apakah saya berbuat kamma buruk karena saya mengajukan protes terhadap suatu entitas bisnis yang berlabel Buddha Bar. Namun saya melakukan hal ini karena saya cinta, cinta terhadap Ajaran/Agama saya yg sah secara hukum di bumi pertiwi ini, sebagian orang mengatakan hal ini adalah kemelekatan. Oh maaf, para guru, kami sudah menambah satu nomor dalam daftar kemelekatan. Saya akan berusaha melepaskannya dengan cairan tinner, atau cairan penghapus cat kutex.
Sudah tahu kemelekatan, tapi tetap dilakukan? NANTI aja lepaskannya yah? Sungguh Buddhis sekali, karena Buddha mengajarkan "HIDUP SAAT NANTI" yah?
4. Tetapi kok sepertinya, seolah - olah, semua individu yang sedang membincangkan entitas bisnis berlabel Buddha Bar ini masih melekat juga ya Bulan, melekat pada pemahaman dan pandangan pribadinya.. semoga saya salah dalam berandai..oh Bulan seandainya bisa ngomong, katakanlah sejujurnya...jgan ada dusta diantara kita.
Saya beritahu hal lain: saya MASIH melekat, tetapi bukan pada patung dan label.
5. Kok spertinya ..seolah - olah, atmosfir yang terasa, mempertahankan ego masing-masing... atau ini hanya manipulasi pikiran ku saja....??
Mungkin Buddha berdiskusi dengan aliran lain, menyatakan kebenaran, raungan singa, bagi anda mempertahankan ego juga?
10. Maaf para guru, saya hanyalah anak cupu yang masih belajar menjalani hidup dan menghidupi orang yang saya cintai, mohon bersabarlah karena saya belum mengerti apa namanya teori kekosongan ato praktek kekosongan. Saya hanya berdoa, kiranya semua manusia yang masih berpijak di bumi pertiwi ini bisa saling menghormati dan saling mengerti bahwa hidup ini bukan hanya sekedar praktek spiritual namun kita masih harus memperhatikan kaidah sosial dan ekonomi.
Kalau praktek memuji dan membela Buddha yang tinggal di patung, tahu?