//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pengalaman paling memuakkan!!  (Read 118671 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Pengalaman paling memuakkan!!
« Reply #210 on: 14 May 2010, 10:42:10 PM »
kalau mau jujur, banyak bhikkhu yang gw liat sendiri bertingkah laku kurang pantas. tapi menurut gw, selama masih belum parajika, gak masalah bernamaskara.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Pengalaman paling memuakkan!!
« Reply #211 on: 15 May 2010, 10:21:23 PM »
Dari membaca dan mendengar tentang prilaku Bhiksu/Bhikkhu
Gw sekrang kok milih2 kalo mao ber-namaskara ato-pun beranjali .....

Gw akan bernamaskara dan ber-anjali ..... kalo yakin Bhikkhu itu memegang vinaya
Apa ini Salah?? .....
Kita beranjali pada sila-nya, bukan pada pribadinya. Penghormatan pun adalah untuk latihan diri sendiri. Kita melihat jubah, maka mengingat sila-sila yang dijalankan sewaktu mengenakan jubah tersebut. Sebetulnya tidak ada untungnya bagi si petapa apakah diberikan penghormatan atau tidak (kecuali bagi yang masih terikat kuat dengan keduniawian). Jadi saya pikir tidak perlu memilih-milih dalam beranjali/bernamaskara. Demikian pula sebaliknya kalau ada kelakuan yang tercela, kita mencela pribadi, bukan ke-bhikkhu/bhikshu-annya.

Gimana kalo kita tau bahwa ada oknum Bhiksu yg tidak memegang vinaya dengan kata lain tidak mentaati Sila .....
seperti oknum yg di ceritakan bro Edward diatas?
Apa bro Kainyn mao ber-namaskara ato ber-anjali?

Kalo gw .... beranjali OK! ..... ber-namaskara NO
namakaram nya ke sanggha dong....
Samma Vayama

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pengalaman paling memuakkan!!
« Reply #212 on: 17 May 2010, 11:44:48 AM »
Gimana kalo kita tau bahwa ada oknum Bhiksu yg tidak memegang vinaya dengan kata lain tidak mentaati Sila .....
seperti oknum yg di ceritakan bro Edward diatas?
Apa bro Kainyn mao ber-namaskara ato ber-anjali?

Kalo gw .... beranjali OK! ..... ber-namaskara NO
Mungkin tergantung kondisinya. Buat saya pribadi tidak masalah beranjali/namaskara kepada siapa pun, tetapi kadang sikap kita bisa memunculkan persepsi yang berbeda bagi orang lain. Jika dengan beranjali/namaskara tidak menimbulkan kecurigaan atau prasangka buruk, juga bisa bermanfaat bagi orang lain, maka saya akan melakukannya. Demikian juga sebaliknya.


Offline Shining Moon

  • Sebelumnya: Yuri-chan, Yuliani Kurniawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.148
  • Reputasi: 131
Re: Pengalaman paling memuakkan!!
« Reply #213 on: 18 May 2010, 02:01:44 PM »
truss....gimana kalau kita namaskara sama orang yang udah melanggar parajika? any consequences?
Life is beautiful, let's rock and roll..

Offline Equator

  • Sebelumnya: Herdiboy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.271
  • Reputasi: 41
  • Gender: Male
Re: Pengalaman paling memuakkan!!
« Reply #214 on: 18 May 2010, 02:18:07 PM »
truss....gimana kalau kita namaskara sama orang yang udah melanggar parajika? any consequences?

Niat anda sewaktu namaskara kan baik, yaitu menghormati tekad sila yang mereka harus jalankan, terlepas dari mereka yang melanggar parajika atau tidak.. karena itu tanggung jawab mereka pribadi..
Hanya padaMu Buddha, Kubaktikan diriku selamanya
Hanya untukMu Buddha, Kupersembahkan hati dan jiwaku seutuhnya..

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pengalaman paling memuakkan!!
« Reply #215 on: 18 May 2010, 03:24:06 PM »
truss....gimana kalau kita namaskara sama orang yang udah melanggar parajika? any consequences?
Secara kasar, ketika kita menghormat pada patung berbentuk 'Buddha' yang dekil rusak penuh kotoran sambil merenungkan kualitas Buddha, sama dengan menghormat pada petapa yang secara pribadi mungkin masih banyak kekurangan, sambil merenungkan kualitas Sangha. Kita tidak merenungkan pribadi orang ini apakah sudah Arahat atau melakukan Parajika sebagaimana kita tidak merenungkan kotor dan rusaknya patung itu.

Kalau tidak salah, Nagasena pernah mengatakan bahkan perumahtangga Anagami pun masih harus menghormat pada Samanera Putthujjana. Yang dihormati bukanlah "pribadi"-nya, karena sudah jelas kalau dari tingkatan kesucian, bedanya sangat jauh, tetapi menghormati tekad menjalankan sila yang dilambangkan oleh "jubah" tersebut.

Saya juga pernah menyinggung dalam Dakkinavibhanga Sutta, dikatakan kita memberikan dana pada Sangha,  walaupun isinya para bhikkhu palsu bejad, tetap lebih bermanfaat dibanding pemberian dana pada seorang Samma Sambuddha secara pribadi. Hal itu karena kita memberikan dana pada sangha yang mewakili "hal meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk mencapai kesucian di bawah Dhamma dan Vinaya seorang Buddha," bukan kepada pribadi bhikkhu palsu yang bejad tersebut.

Mungkin bagi orang yang memang hendak menghormat secara pribadi, bisa memilih pribadi bhikkhu/bhiksu yang baik. Tetapi jika ia hendak menghormati Sangha, bukan pribadinya, saya rasa tidak usah memilih-milih pun tidak masalah.

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Pengalaman paling memuakkan!!
« Reply #216 on: 18 May 2010, 10:15:36 PM »
parajika = pelanggaran berat yang status ke_Bhikkhuannya harus dilepas?
Kalo demikian kita tidak harus ber-namaskara ......
ngapain juga namaskara yg lepas jubah karna pelanggaran :D
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pengalaman paling memuakkan!!
« Reply #217 on: 19 May 2010, 07:33:27 AM »
truss....gimana kalau kita namaskara sama orang yang udah melanggar parajika? any consequences?
Secara kasar, ketika kita menghormat pada patung berbentuk 'Buddha' yang dekil rusak penuh kotoran sambil merenungkan kualitas Buddha, sama dengan menghormat pada petapa yang secara pribadi mungkin masih banyak kekurangan, sambil merenungkan kualitas Sangha. Kita tidak merenungkan pribadi orang ini apakah sudah Arahat atau melakukan Parajika sebagaimana kita tidak merenungkan kotor dan rusaknya patung itu.

Kalau tidak salah, Nagasena pernah mengatakan bahkan perumahtangga Anagami pun masih harus menghormat pada Samanera Putthujjana. Yang dihormati bukanlah "pribadi"-nya, karena sudah jelas kalau dari tingkatan kesucian, bedanya sangat jauh, tetapi menghormati tekad menjalankan sila yang dilambangkan oleh "jubah" tersebut.

Saya juga pernah menyinggung dalam Dakkinavibhanga Sutta, dikatakan kita memberikan dana pada Sangha,  walaupun isinya para bhikkhu palsu bejad, tetap lebih bermanfaat dibanding pemberian dana pada seorang Samma Sambuddha secara pribadi. Hal itu karena kita memberikan dana pada sangha yang mewakili "hal meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk mencapai kesucian di bawah Dhamma dan Vinaya seorang Buddha," bukan kepada pribadi bhikkhu palsu yang bejad tersebut.

Mungkin bagi orang yang memang hendak menghormat secara pribadi, bisa memilih pribadi bhikkhu/bhiksu yang baik. Tetapi jika ia hendak menghormati Sangha, bukan pribadinya, saya rasa tidak usah memilih-milih pun tidak masalah.

Kalau menurut sigalovada sutta :
Ada lima cara seorang anggota keluarga harus memperlakukan para samana dan
brahmana sebagai arah atas:

1.   Dengan perbuatan yang ramah tamah;
2.   Dengan ucapan yang ramah tamah;
3.   Dengan pikiran yang bersih;
4.   Membuka pintu bagi mereka;
5.   Memberikan mereka keperluan hidup.



Diperlakukan demikian sebagai arah atas, para samana (petapa) dan brahmana
memperlakukan para anggota keluarga itu dalam enam cara:

6.   Mereka mencegah anggota keluarga melakukan kejahatan;
7.   Mereka menganjurkan ia berbuat kebaikan;
8.   Pikiran mereka selalu terjaga terhadapnya;
9.   Mereka ajarkan apa yang belum pernah ia dengar;
10.   Mereka memperjelas apa yang telah ia dengar;
11.   Mereka menunjukkan jalan kehidupan ke surga.


Dalam enam cara ini para petapa dan brahmana memperlihatkan cinta-kasih
mereka kepada gharavasa.

Demikianlah arah atas melindungi mereka, dibuat aman dan terjamin."


dan dalam sigalovada sutta pun disebutkan :
Terdapat empat macam manusia, duhai kepala keluarga yang muda belia, yang
harus dianggap sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat, yaitu:

1.   Orang yang sangat tamak;
2.   Orang yang banyak bicara, tetapi tidak berbuat sesuatu;
3.   Penjilat;
4.   Pemboros.



Dari mereka ini, orang yang pertama disebutkan diatas, ada empat dasar untuk
menganggap mereka sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat, yaitu:

1.   Sangat tamak;
2.   Memberi sedikit meminta banyak;
3.   Melakukan kewajibannya karena takut;
4.   Hanya ingat pada kepentingannya sendiri.



Terhadap orang yang banyak bicara tetapi tidak berbuat sesuatu atas empat
alasan untuk dipandang sebagai musuh yang berpura-pura sebagai sahabat,
yaitu:

1.   Ia menyebutkan persahabatan di masa lampau;
2.   Ia menyebutkan persahabatan untuk masa yang akan datang;
3.   Ia berusaha mendapatkan kesayangan seseorang dengan kata-kata
kosong;
4.   Jika ada kesempatan untuk memberikan jasa kepada seseorang, ia
menyatakan tidak sanggup.



Terhadap orang penjilat ada empat alasan untuk memandang mereka sebagai
musuh yang berpura-pura sebagai sahabat, yaitu:

1.   Ia menyetujui hal-hal yang salah dan
2.   Menjauhkan diri dari hal-hal yang baik;
3.   Ia memuji engkau dihadapan seseorang dan
4.   Bicara buruk tentang diri seseorang dihadapan orang lain.



Terhadap orang pemboros ada empat alasan untuk memandang mereka sebagai
musuh yang berpura-pura sebagai sahabat, yaitu:

1.   Ia menjadi kawanmu, jika engkau menyerah pada minuman keras;
2.   Ia menjadi kawanmu, jika engkau berkeluyuran di jalanan pada waktu
yang tidak tepat;
3.   Ia menjadi kawanmu, jika engkau mencari pertunjukan pentas dan
tempat-tempat pelesiran;
4.   Ia menjadi kawanmu, jika engkau gemar berjudi."



Demikianlah sabda Sang Buddha.

Setelah bersabda demikian, kemudian bersabda pula:

"Sabahat yang selalu mencari sesuatu untuk diambil, sahabat-sahabat yang
ucapannya berbeda dengan perbuatannya, sahabat yang menjilat dan membuat
kamu senang dengan yang demikian. Kawan yang riang gembira dan dijalan
sesat. Empat ini adalah musuh-musuh.

Demikianlah, setelah mengenal, biarlah orang bijaksana menghindar jauh dari
mereka bagaikan jalan yang berbahaya dan menakutkan.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pengalaman paling memuakkan!!
« Reply #218 on: 19 May 2010, 08:37:57 AM »
parajika = pelanggaran berat yang status ke_Bhikkhuannya harus dilepas?
Kalo demikian kita tidak harus ber-namaskara ......
ngapain juga namaskara yg lepas jubah karna pelanggaran :D

Betul, setelah parajika, maka bhikkhu itu dikenakan sanksi keluar dari sangha, dan bukan merupakan anggota sangha lagi. Jika memang sudah diproses dan jadi umat awam kembali, kita tidak lagi menghormatinya sebagai anggota sangha.




Kalau menurut sigalovada sutta :
Ada lima cara seorang anggota keluarga harus memperlakukan para samana dan
brahmana sebagai arah atas:

1.   Dengan perbuatan yang ramah tamah;
2.   Dengan ucapan yang ramah tamah;
3.   Dengan pikiran yang bersih;
4.   Membuka pintu bagi mereka;
5.   Memberikan mereka keperluan hidup.



Diperlakukan demikian sebagai arah atas, para samana (petapa) dan brahmana
memperlakukan para anggota keluarga itu dalam enam cara:

6.   Mereka mencegah anggota keluarga melakukan kejahatan;
7.   Mereka menganjurkan ia berbuat kebaikan;
8.   Pikiran mereka selalu terjaga terhadapnya;
9.   Mereka ajarkan apa yang belum pernah ia dengar;
10.   Mereka memperjelas apa yang telah ia dengar;
11.   Mereka menunjukkan jalan kehidupan ke surga.
Point 1-5 adalah kewajiban perumahtangga. Point 6-11 adalah kewajiban dari para Samana/Brahmana. Jika perumahtangga tidak menjalankan point 1-5, Samana/Brahmana yang baik tetap melakukan kewajiban 6-11. Demikian pula terhadap Samana/Brahmana yang tamak, bermusuhan, berpandangan salah, sebagai perumahtangga yang baik tetap melakukan point 1-5.


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pengalaman paling memuakkan!!
« Reply #219 on: 19 May 2010, 08:41:44 AM »
parajika = pelanggaran berat yang status ke_Bhikkhuannya harus dilepas?
Kalo demikian kita tidak harus ber-namaskara ......
ngapain juga namaskara yg lepas jubah karna pelanggaran :D

Betul, setelah parajika, maka bhikkhu itu dikenakan sanksi keluar dari sangha, dan bukan merupakan anggota sangha lagi. Jika memang sudah diproses dan jadi umat awam kembali, kita tidak lagi menghormatinya sebagai anggota sangha.


untuk pelanggaran parajika, tidak diperlukan proses lepas jubah, begitu sangha mengkonfirmasi maka jubahnya sudah copot secara otomatis.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Pengalaman paling memuakkan!!
« Reply #220 on: 19 May 2010, 09:20:19 AM »
kalau jubahnya udah dicopot, kan diluaran sangat mudah membeli atau mendptkan jubah tsb?
jadi tergantung orang yg melanggar tsb. Apakah begitu ?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pengalaman paling memuakkan!!
« Reply #221 on: 19 May 2010, 09:22:13 AM »
NB :Ini adalah pengalaman pribadi saya.Tidak ada sangkut paut dengan suatu badan atau pun label organisasi Buddhis tertentu.Topik ini saya buka karena saya terlalu kesal dengan kenyataan yang ada. Harap bagi yang membacanya dapat berpikir lebih jernih dari pada saya.

Kebetulan akhir-akhir ini saya sedang dekat dengan seorang bhiksu.Bhiksu ini cukup memiliki jabatan dalam oragnisasi Sangha.Karena ia memank bagian dari sebuah organisasi sangha, 1 point yang saya dapat, beliau memank seorang bhiksu, bukan bhiksu gadungan yang tidak jelas asal pakai jubah.Semakin lama, saya semakin sering berhubungan dengan bhiksu tersebut dan semakin mengenal beberapa bhiksu, dan awal ini lah yang mengubah cara pandang saya sepenuhnya terhadap AGAMA & ANGGOTA SANGHA.

Kebetulan beberapa waktu lalu sedang diadakan acara puja bhakti waisak yang cukup besar.Karena saya dekat dengan bhiksu yang berpangkat tersebut, saya diundang atau lebih tepatnya diajak untuk menemani dan mengantar bhiksu dan beberapa bhiksu lainnya.Saya tidak masalah untuk itu, lagi pula saya memang melakukan hal tersebut dengan keinginan saya sendiri, tetapi kejadian tersebut membukakan mata saya sepenuhnya.

Selama perjalanan, ada hampir semua bhiksu yang ada berperilaku dan bersikap bukan sebagai anggot sangha, tetapi lebih seperti pria2 botak yang menggunakan baju kuning yang berakting sebagai orang suci!!! Selama di perjalanan, inilah PELAJARAN yang saya dapat :
1. Seorang anggota Sangha menggosipkan anggota sangha lain sebagai homo, banci, mata duitan, dll
2. Seorang anggota Sangha memaki2 dengan kata-kata binatang pada saat marah.
3. Seorang anggota Sangha dengan kesadaran menyuruh saya untuk berbohong.
4. Seorang anggota Sangha mengomentari penari2 cantik, dan menanyakan saya " menurut kamu yang mana yang cantik? Eh, carikan no hp dia donk".
5. Seorang anggota Sangha menyombongkan urutan generasi mereka.
6. Seorang anggota Sangha menanyakan tanggal lahir saya dll, dan mencoba meramal saya.
7. Seorang anggota Sangha menerima uang secara langsung dan mengatakan uang tersebut akan diberikan untuk vihara, PADAHAL ANGGOTA SANGHA TERSEBUT TIDAK MEMILIKI/ TINGGAL DI VIHARA ATAU CETYA!!
8. Seorang anggota Sangha mengomentari makanan yang disajikan tidak enak dan terlalu sedikit.
9. Seorang anggota Sangha menelepon saya dengan pura2 merubah suara dgn nomor yang tidak dikenal dan menanyakan sama saya "kamu suka laki2 atau perempuan?Kamu masa tidak ingat sama saya?Teganya kamu melupakan saya?Kamu kalau sama laki2 d ranjang sebagai perempuan atau pria?Kamu masa tidak suka laki2, kalau bohong dosa lho, bisa masuk neraka"

Setelah berkelakar dengan seenak lidah mereka, pada saat bertemu umat mereka bersikap sangat hormat dan menerima pujaan dari umat2.Dipuja dan di berikan tempat VIP, berbicara mengenai renungan Waisak, dan berbicara mengenai Dhamma!!

Pengalaman ini sungguh menjijikkan dan merubah pandangan saya sepenuhnya.Saya masih menghormati Buddha, Dhamma dan Sangha. Tetapi berhati-hatilah dengan beberapa anggota Sangha yang cukup terkenal, meyakinkan, tetapi asli-nya hanyalah seorang penipu rendah!

Kejadian ini semakin menguatkan saya untuk tidak melabeli diri saya dengan AGAMA , apalagi dengan melabeli diri aliran2 tertentu.

Bro Edward yang baik, hal-hal ini telah ada sejak jaman Sang Buddha, oleh sebab itu peraturan Vinaya membengkak hingga 227. Manusia berjubah yang tak tahu malu, atau tak tahu peraturan, atau tak tahu kepantasan, atau mungkin hanya waktu itu ia salah melangkah. Hal-hal ini bukan baru muncul sekarang. Sang Buddha menetapkan peraturan setelah ada pelanggaran, bukan sebelum ada pelanggaran.

Bhikkhu yang berkelakuan buruk menghancurkan Sangha dan Ajaran Sang Buddha dari dalam. Inilah penyebab agama Buddha terbelah-belah, inilah yang menjadi akar perpecahan dalam Ajaran Sang Buddha.

Dalam satu keluarga ada anak yang kelakuannya baik dan ada anak yang kelakuannya kurang baik. Janganlah kita beranggapan bila si A tidak baik seluruh anggota keluarganya tidak baik.

Bila bro Edward bertemu dengan bhikkhu seperti itu jauhkan saja.

Masih banyak bhikkhu-bhikkhu yang hidup lurus, yang terkendali inderanya, yang hidup sesuai Dhamma, kemungkinan/kondisi untuk bertemu dengan mereka harus kita sendiri yang menciptakan, yaitu pola pikir, usaha, memisahkan kebaikan dengan keburukan dll. Yang terpenting kita sendiri "tanpa prasangka" bertekad untuk mendukung bhikkhu yang lurus. Dan kita juga "berusaha" hidup selaras Dhamma, walau kadang juga salah langkah.

Semoga bro Edward dapat bertemu dengan bhikkhu-bhikkhu yang hidup lurus yang selaras Dhamma.

 _/\_
« Last Edit: 19 May 2010, 09:23:50 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pengalaman paling memuakkan!!
« Reply #222 on: 19 May 2010, 09:27:31 AM »
parajika = pelanggaran berat yang status ke_Bhikkhuannya harus dilepas?
Kalo demikian kita tidak harus ber-namaskara ......
ngapain juga namaskara yg lepas jubah karna pelanggaran :D

Betul, setelah parajika, maka bhikkhu itu dikenakan sanksi keluar dari sangha, dan bukan merupakan anggota sangha lagi. Jika memang sudah diproses dan jadi umat awam kembali, kita tidak lagi menghormatinya sebagai anggota sangha.




Kalau menurut sigalovada sutta :
Ada lima cara seorang anggota keluarga harus memperlakukan para samana dan
brahmana sebagai arah atas:

1.   Dengan perbuatan yang ramah tamah;
2.   Dengan ucapan yang ramah tamah;
3.   Dengan pikiran yang bersih;
4.   Membuka pintu bagi mereka;
5.   Memberikan mereka keperluan hidup.



Diperlakukan demikian sebagai arah atas, para samana (petapa) dan brahmana
memperlakukan para anggota keluarga itu dalam enam cara:

6.   Mereka mencegah anggota keluarga melakukan kejahatan;
7.   Mereka menganjurkan ia berbuat kebaikan;
8.   Pikiran mereka selalu terjaga terhadapnya;
9.   Mereka ajarkan apa yang belum pernah ia dengar;
10.   Mereka memperjelas apa yang telah ia dengar;
11.   Mereka menunjukkan jalan kehidupan ke surga.
Point 1-5 adalah kewajiban perumahtangga. Point 6-11 adalah kewajiban dari para Samana/Brahmana. Jika perumahtangga tidak menjalankan point 1-5, Samana/Brahmana yang baik tetap melakukan kewajiban 6-11. Demikian pula terhadap Samana/Brahmana yang tamak, bermusuhan, berpandangan salah, sebagai perumahtangga yang baik tetap melakukan point 1-5.


ya setidaknya menghormat pada patung khan lebih baik karena si patung tidak akan berbuat jahat, kalau ada anggota sangha yang gak bener dia bisa berbuat jahat khan ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pengalaman paling memuakkan!!
« Reply #223 on: 19 May 2010, 09:52:09 AM »
ya setidaknya menghormat pada patung khan lebih baik karena si patung tidak akan berbuat jahat, kalau ada anggota sangha yang gak bener dia bisa berbuat jahat khan ;D
Tergantung persepsi, bisa sama, bisa berbeda.
Kalau si patung juga tidak bisa berbuat baik/mulia, untuk apa pula dihormati? Objek di luar itu hanyalah sebatas benda saja. Yang dominan sebetulnya objek dalam pikiran kita. Coba tanya pada umat yang "anti-berhala", mungkin jawabannya beda. Lebih baik mati daripada menghormat pada patung.

Saya andaikan objek sebagai benda, pikiran kita adalah cahaya. Cahaya dan benda tersebut menghasilkan bayangan, tergantung dari mana arah cahaya. Cahaya 1 terkena objek patung, maka muncul bayangan "berhala" yang dinajiskan Tuhan.  Cahaya 2 mengenainya, dan timbul perenungan kualitas Buddha. Jadi patung itu najis atau mulia? Menurut saya bukan dua-duanya. 

Demikian pula objek "orang berjubah" bagi cahaya 1 menyorot sudut tertentu (pribadi), timbul bayangan perilaku jelek di pikiran. Bagi cahaya 2 yang menyorot sudut lain (sila & vinaya kebhikkhuan), timbul bayangan kualitas Sangha. Jika tidak berpandangan benar, maka cenderung terjebak pada kebencian atau kemelekatan. Maka ada yang lihat patung bencinya bukan main, mau dihancurkan; di lain pihak ada yang kalau patung yang bermerk agamanya ditaruh di bar, sewotnya bukan main. Padahal sesungguhnya objek hanyalah sedemikian adanya. Pikiran semata yang membuatnya berbeda.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Pengalaman paling memuakkan!!
« Reply #224 on: 19 May 2010, 10:14:15 AM »
^ ^ ^ Tentang melihat 'objek apa adanya' sepertinya sulit ya. Kalo pake perumpamaan cahaya tadi, maka melihat dengan cara demikian adalah bukan “melihat” bayangan yang dihasilkan tapi “melihat” objek itu sendiri?

Kalo dihubungkan dengan menghormat bhikkhu, memang cukup sulit untuk melihat 'objek apa adanya', karena pikiran senantiasa mendiskriminasi berdasarkan pendapat orang/pribadi atau spekulasi pikiran sendiri ya.. Bahkan sampe skrg kita mungkin bingung "apa adanya" itu sebetulnya bagaimana.. hmm... memang gak mudah ya, atau justru terlalu mudah sampe kita gak bisa ;D
« Last Edit: 19 May 2010, 10:16:18 AM by Mayvise »

 

anything