truss....gimana kalau kita namaskara sama orang yang udah melanggar parajika? any consequences?
Secara kasar, ketika kita menghormat pada patung berbentuk 'Buddha' yang dekil rusak penuh kotoran sambil merenungkan kualitas Buddha, sama dengan menghormat pada petapa yang secara pribadi mungkin masih banyak kekurangan, sambil merenungkan kualitas Sangha. Kita tidak merenungkan pribadi orang ini apakah sudah Arahat atau melakukan Parajika sebagaimana kita tidak merenungkan kotor dan rusaknya patung itu.
Kalau tidak salah, Nagasena pernah mengatakan bahkan perumahtangga Anagami pun masih harus menghormat pada Samanera Putthujjana. Yang dihormati bukanlah "pribadi"-nya, karena sudah jelas kalau dari tingkatan kesucian, bedanya sangat jauh, tetapi menghormati tekad menjalankan sila yang dilambangkan oleh "jubah" tersebut.
Saya juga pernah menyinggung dalam Dakkinavibhanga Sutta, dikatakan kita memberikan dana pada Sangha, walaupun isinya para bhikkhu palsu bejad, tetap lebih bermanfaat dibanding pemberian dana pada seorang Samma Sambuddha secara pribadi. Hal itu karena kita memberikan dana pada sangha yang mewakili "hal meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk mencapai kesucian di bawah Dhamma dan Vinaya seorang Buddha," bukan kepada pribadi bhikkhu palsu yang bejad tersebut.
Mungkin bagi orang yang memang hendak menghormat secara pribadi, bisa memilih pribadi bhikkhu/bhiksu yang baik. Tetapi jika ia hendak menghormati Sangha, bukan pribadinya, saya rasa tidak usah memilih-milih pun tidak masalah.
Kalau menurut sigalovada sutta :
Ada lima cara seorang anggota keluarga harus memperlakukan para samana dan
brahmana sebagai arah atas:
1. Dengan perbuatan yang ramah tamah;
2. Dengan ucapan yang ramah tamah;
3. Dengan pikiran yang bersih;
4. Membuka pintu bagi mereka;
5. Memberikan mereka keperluan hidup.
Diperlakukan demikian sebagai arah atas, para samana (petapa) dan brahmana
memperlakukan para anggota keluarga itu dalam enam cara:
6. Mereka mencegah anggota keluarga melakukan kejahatan;
7. Mereka menganjurkan ia berbuat kebaikan;
8. Pikiran mereka selalu terjaga terhadapnya;
9. Mereka ajarkan apa yang belum pernah ia dengar;
10. Mereka memperjelas apa yang telah ia dengar;
11. Mereka menunjukkan jalan kehidupan ke surga.
Dalam enam cara ini para petapa dan brahmana memperlihatkan cinta-kasih
mereka kepada gharavasa.
Demikianlah arah atas melindungi mereka, dibuat aman dan terjamin."
dan dalam sigalovada sutta pun disebutkan :
Terdapat empat macam manusia, duhai kepala keluarga yang muda belia, yang
harus dianggap sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat, yaitu:
1. Orang yang sangat tamak;
2. Orang yang banyak bicara, tetapi tidak berbuat sesuatu;
3. Penjilat;
4. Pemboros.
Dari mereka ini, orang yang pertama disebutkan diatas, ada empat dasar untuk
menganggap mereka sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat, yaitu:
1. Sangat tamak;
2. Memberi sedikit meminta banyak;
3. Melakukan kewajibannya karena takut;
4. Hanya ingat pada kepentingannya sendiri.
Terhadap orang yang banyak bicara tetapi tidak berbuat sesuatu atas empat
alasan untuk dipandang sebagai musuh yang berpura-pura sebagai sahabat,
yaitu:
1. Ia menyebutkan persahabatan di masa lampau;
2. Ia menyebutkan persahabatan untuk masa yang akan datang;
3. Ia berusaha mendapatkan kesayangan seseorang dengan kata-kata
kosong;
4. Jika ada kesempatan untuk memberikan jasa kepada seseorang, ia
menyatakan tidak sanggup.
Terhadap orang penjilat ada empat alasan untuk memandang mereka sebagai
musuh yang berpura-pura sebagai sahabat, yaitu:
1. Ia menyetujui hal-hal yang salah dan
2. Menjauhkan diri dari hal-hal yang baik;
3. Ia memuji engkau dihadapan seseorang dan
4. Bicara buruk tentang diri seseorang dihadapan orang lain.
Terhadap orang pemboros ada empat alasan untuk memandang mereka sebagai
musuh yang berpura-pura sebagai sahabat, yaitu:
1. Ia menjadi kawanmu, jika engkau menyerah pada minuman keras;
2. Ia menjadi kawanmu, jika engkau berkeluyuran di jalanan pada waktu
yang tidak tepat;
3. Ia menjadi kawanmu, jika engkau mencari pertunjukan pentas dan
tempat-tempat pelesiran;
4. Ia menjadi kawanmu, jika engkau gemar berjudi."
Demikianlah sabda Sang Buddha.
Setelah bersabda demikian, kemudian bersabda pula:
"Sabahat yang selalu mencari sesuatu untuk diambil, sahabat-sahabat yang
ucapannya berbeda dengan perbuatannya, sahabat yang menjilat dan membuat
kamu senang dengan yang demikian. Kawan yang riang gembira dan dijalan
sesat. Empat ini adalah musuh-musuh.
Demikianlah, setelah mengenal, biarlah orang bijaksana menghindar jauh dari
mereka bagaikan jalan yang berbahaya dan menakutkan.