lalu manfaat apa yang coba ditawarkan TS?
diskusi masalah kosong isi sangat rancu,
salah arah bisa salah pengertian,
alih-alih ada manfaatnya,
malah bisa bikin orang salah pengertian dan menganggap sesuatu yang real jadi kosong
apapun yang dikatakan oleh siapapun,
masalah akan tetap menjadi masalah sebelum dilakukan tidakan real untuk menyelesaikannya,
meskipun anda melakukan meditasi dan berusaha untuk membuang/mengosongkan masalah tersebuat dari pikiran anda,
masalah itu akan tetap ada sebelum anda menyelesaikannya,
adakah manfaat yang dapat diperoleh setelah mengetahui konsep kosong= isi?
perhatikan ini,
apakah masalah anda akan menjadi selesai sendiri atau menjadi hilang/kosong setelah anda mengosongkan/melupakan masalah itu dari pikiran anda?
hahaha...........
Seperti para penyampai/pembabar dharma sunyata pada umumnya, kami sudah menyampaikan (saya sering mengingatkan) bahwa definisi kosong tentu saja bukan nihilitas, bahwa sunyata dan anatta juga bukan nihilisme, serta keberadaan (alam semesta dan kehidupan) juga bukan tanpa makna (absurd). Kosong dalam Buddhisme lebih bermakna bahwa substansi segala hal itu berawal dari kita sendiri, karena kehidupan itu netral (atau kosong dalam pandangan obyektif).
Khusus tentang terjemahan kosong, untuk paham arti sebenarnya: Jangan mengambil makna/terjemahan di kamus, karena bisa misinterpretasi (salah paham/mengartikan). Memang diakui keterbatasan bahasa yang sering menjadi kendala dalam menerjemahkan sutta/sutra. Karena itu untuk pembelajaran yang lebih komprehensif (luas/lengkap/menyeluruh) dalam mempelajari ajaran Buddha, disarankan juga membaca tulisan aslinya (dalam bahasa Pali atau Sanskerta), atau minimal membandingkan dengan bahasa lain (Inggris, misalnya). Saya kira itu rambu-rambu dalam memahami ajaran Buddha secara literatur dan akademis.
Tentang masalah, tentu saja masalah bukan sama dengan tidak memiliki masalah. Sudah berkali-kali dijelaskan, bahwa dingin bukan sama dengan panas, jahat bukan sama dengan baik, Buddha bukan sama dengan Mara. Namun sering saya amati (sepertinya memang kecenderungan di forum ini): Banyak oknum anggota (forum) yang entah sengaja atau tidak, berniat kurang baik atau tidak, berusaha mengaburkan arti sunyata dalam thread-thread Mahayana (dengan selalu berkomentar "mengerti = tidak mengerti", "paham = tidak paham", "wanita = pria", dsb).
Jadi memang selain topik ini cukup memerlukan kesungguhan dalam memahami (bukan topik yang ringan/sepele), para pembelajar juga harus jeli dalam menyortir pendapat/komentar yang bersifat distraksi (gangguan, rintangan).
Itu bukan hal baru, dalam samsara memang suasana kurang kondusif dan konstruktif dalam belajar dharma memang sudah "makanan" sehari-hari. Jadi bila memang serius belajar dharma, kita yang harus belajar mengkondisikannya agar menjadi baik (membuat kita berkembang). Maka, bagi saya (saran saya), abaikan saja postingan-postingan yang kurang baik (kurang bermanfaat) bagi kita semua
(each of us).
Oke, semoga berbahagia. Salam dharma.