Namo Buddhaya,
Yang saya pahami dari tulisan Sdr. Gandalf adalah bahwa Nirvana itu sejak dulu adalah bersih tanpa noda. Nirvana itu sifatnya adalah Kosong atau Sunya dan Sunya ini ada dalam setiap makhluk. Dalam Pali Kanon , Sunna Sutta dikatakan bahwa Sunya itu berarti kosong dari atta (anatta), semua makhluk adalah memiliki sifat anatta. Jadi kita semua memiliki sifat anatta ini, sifat Kosong ini, dan sifat Kosong ini sudah ada dari dulu, dalam istilah Mahayana ‘sudah tercerahkan dari dulu’.
Mahayana dalam pengajarannya menggunakan ‘bahasa positif’ atau ‘istilah positif’ untuk menjelaskan Sunya, oleh karenanya digunakan istilah Dharmakaya, Tatagathagarba, Self, untuk membantu orang untuk lebih nyaman. Sayangnya dalam perkembangannya penggunaan ‘bahasa positif’ ini banyak disalahartikan beberapa Mahayanis sehingga memunculkan paham eternalis, atta yang abadi, dan kesan Buddha yang abadi.
Jadi dari tulisan Sdr. Gandalf saya memahami bahwa yang telah mencapai pencerahan sejak dulu bukan Buddha Gotama tetapi ke-Nirvana-annya itu yang sudah cerah dari dulu.
Mungkin istilah ‘telah mencapai pencerahan dari dulu’ sebenarnya adalah ‘telah cerah dari dulu’ , jadi agak sedikit berbeda konotasinya, mungkin....
Pengajaran Mahayana yang saya terima :1. Kesadaran Terdalam (Very Subtle Mind) adalah suatu hal yang pribadi.
2. Sebagai contoh, kesadaran sang Buddha Sakyamuni dan kesadaran sang Buddha Kasyapa adalah
dua hal pribadi yang berbeda.
3. Individualitas kesadaran ini tidak hilang ketika mencapai Kebuddhaan.
4. Batin semua Buddha memiliki kualitas yang sama.
5. Para Buddha memiliki kualitas yang sama, tapi tetap berbeda individualitasnya.
Coba saya tanggapi pernyataan anda :Mahayana dalam pengajarannya menggunakan ‘bahasa positif’ atau ‘istilah positif’ untuk menjelaskan Sunya, oleh karenanya digunakan istilah Dharmakaya, Tatagathagarba, Self, untuk membantu orang untuk lebih nyaman. Sayangnya dalam perkembangannya penggunaan ‘bahasa positif’ ini banyak disalahartikan beberapa Mahayanis sehingga memunculkan paham eternalis, atta yang abadi, dan kesan Buddha yang abadi. = Pemahaman anda menyimpang dari pengertian yang benar karena Dharmakaya, Tahtagatagarbha, Atman, Diri Buddha, Buddha Nature benar-benar ada bukan penggunaan istilah oleh Sang Buddha agar lebih nyaman. Jadi Buddha Yang Kekal benar-benar ada.
Yang saya pahami dari tulisan Sdr. Gandalf adalah bahwa Nirvana itu sejak dulu adalah bersih tanpa noda. Nirvana itu sifatnya adalah Kosong atau Sunya dan Sunya ini ada dalam setiap makhluk. Dalam Pali Kanon , Sunna Sutta dikatakan bahwa Sunya itu berarti kosong dari atta (anatta), semua makhluk adalah memiliki sifat anatta. Jadi kita semua memiliki sifat anatta ini, sifat Kosong ini, dan sifat Kosong ini sudah ada dari dulu, dalam istilah Mahayana ‘sudah tercerahkan dari dulu’. = Untuk dapat memahami Sunya/Sunyata dengan baik dan benar sepengetahuan saya anda harus mencari Lama atau Suhu yang menguasai topik ini baik secara teori maupun praktik, jadi saya tidak yakin apa yang anda katakan disini mewakili Sunya/Sunyata yang sesungguhnya. Menurut Venerable Geshe Rabten anda harus berhati-hati terhadap pandangan tentang Sunya/Sunyata sebab tanpa bimbingan seorang Lama atau Suhu dikhawatirkan akan menyebabkan pandangan keliru.
Wacana : Holding up emptiness as an absolute or ultimate truth without reference to that which is empty is the last thing either the Buddha or Nāgārjuna would advocate.
Sumber : David J. Kalupahana, Nagarjuna: The Philosophy of the Middle Way. SUNY Press, 1986, page 49
Tathagata-garbha thought is complementary to sunyata thought of the Madhyamika and the Yogacara, as it is seen in the Uttaratantra. The Uttaratantra first quotes the Srimala-devi-sutra to the effect that tathagata-garbha is not accessible to those outside of sunya realization and then proceeds to claim that sunyata realization is a necessary precondition to the realization of tathagata-garbha. There is something positive to be realized when one’s vision has been cleared by sunyata. The sunyata teachings of the prajna-paramita are true but incomplete. They require further elucidation, which is found in the Uttaratantra.
Sumber : Professor Sebastian, Metaphysics and Mysticism in Mahayana Buddhism, Delhi, 2005, p. 50
The Uttaratantra speaks of Buddhahood or Buddha-nature. Thus it signifies something special and different when we take into consideration the term tantra in the Uttaratantra. Further, as stated earlier, the sunyata teachings in the Prajnaparamita are true, but incomplete. They require still further elucidation, which the Uttaratantra provides. Thus it assumes the Prajna-paramita teachings as the purva or prior teachings, and the tathagata-garbha teachings as the uttara, in the sense of both subsequent and superior.
Sumber : Professor Sebastian, Metaphysics and Mysticism in Mahayana Buddhism, Delhi, 2005, pp. 46-47
Sekarang ijinkanlah saya bertanya sedikit :
1. Menurut Ajaran Theravada dimanakah Sang Buddha Sakyamuni saat ini ?
Itu saja pertanyaan dari saya dan mohon jawaban dari saudara Kelana. Terima kasih.