//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?  (Read 39326 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline wen78

  • Sebelumnya: osin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.014
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
« Reply #45 on: 07 November 2010, 10:20:43 AM »
Saya jadi berpikir,tentang sebuah permainan pesan berantai.Yang kami mainkan dulu.
Pada start awal isi pesannya:KUKU KAKI KUDA KAKAKKU KAKU, KUKU KAKIKU KAKU,KAKI KUDA KAKAKKU KAKU KAKU. Setelah dibisikkan dari orang per orang,sampai orang yang terakhir.Pesannya jadi :KUKUKU TERASA KAKU KAKU,KUDA KAKAKU JADI KAKU,KAKI KAKAKKU KAKU KAKU.

Saya pikir inilah yang terjadi sehingga banyak aliran.Dan kemudian yang satu merasa benar dari yang lain.Jika saya melihat prosesnya,saya cenderung mencari yang terdekat.Kalau dalam permainan pesan berantai,yang pertama menerima bisikkan yang akan saya cari.Jika memang pada bisikan pertama sudah beda maka tidak akan terlalu jauh bedanya.

Pernah saya membaca sutta theravada dan sutra mahayana.Walaupun belum banyak yang saya baca.Saya melihat pada sutta theravada dalam pemaparannya singkat,lugas dan padat.Butuh konsentrasi untuk mencernanya.Dan dalam sutra mahayana,disaat membacanya terkadang seperti sebuah cerita.Dan maaf sebelumnya,cara pemaparannya sama seperti saya membaca INJIL.


Entah memang itu cara menyesuaikan dengan umat atau memang sudah terjadi perubahan.Tapi kalau saya cenderung berpikir memang karena perubahan.Bagaimana agama itu dibuat perubahannya semakin manusiawi dan menyesuaikan dengan perubahan jaman.Dan sekali lagi saya minta maaf jika yang saya tulis ini kurang berkenan.Pernah terpikir bahwa mungkin saja karena turun temurun ajaran,ada yang mencontek dan membuat aliran dengan nama yang berbeda seperti kr****n.Dimana ajarannya lebih dipermudah dan tidak rumit.Umatnya boleh hidup berumah tangga.Tapi menikah hanya 1 kali.Hidup berpasangan sampai mati.Tapi pemimpin agamanya tidak boleh menikah.Kemudian datang orang bijaksana dizaman berikutnya melihat bahwa itu masih kurang bijaksana.Dan ingin melakukan perubahan.Sehingga mengaku ada wahyu atau bisikan Tuhan.Pemimpin agamanya boleh menikah.Boleh beristri lebih dari 1.Perceraian diperbolehkan.Yang saya rasa itu tidak mungkin dari Tuhan.Tapi mungkin dari hasil pikiran saat melihat satu kejadian.

Contoh:
-Seorang wanita yang terikat dalam 1 pernikahan.Ternyata si suami sering main tangan kepada si istri.Gemar berjudi dan lain-lain.Dan agamanya tidak memperbolehkan perceraian.
-Ada seorang laki-laki yang terikat dalam 1 pernikahan,ternyata si istri penyakitan dan tidak bisa melayani kebutuhan batinnya.Atau tidak bisa memberikan keturunan.

Perubahan demi perubahan terjadi.
Dan jangan heran jika besok terjadi, musik diperbolehkan dalam agama Buddha.Malah mungkin 100th ke depan,bhikku boleh menikah.

yg hijau,
sutra mahayana yg anda maksudkan adalah....

yg biru,
bisa jelaskan kearah mana maksudnya? sutra mahayana adalah hasil sebuah perubahan atau apa yg anda maksudkan terjadi perubahan?

yg merah,
disini anda mengatakan bahwa musik tidak diperbolehkan dalam Buddhsim. bisa anda tunjukan sutta dari Theravada dimana memiliki arti dan makna terdalamnya yaitu musik tidak diperbolehkan dalam Buddhism atau yg memiliki arti dan makna terdalamnya dimana mengenarisil tidak diperbolehkannya musik dalam Buddhism apapun tujuan dan manfaatnya dari musik itu sendiri?
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Offline wen78

  • Sebelumnya: osin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.014
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
« Reply #46 on: 07 November 2010, 10:24:57 AM »
iyah itu kalau dilahirkan jadi dewa dan kita masih ingat akan dhamma seperti di bumi ini skrg, kalau gak ingat dhamma gimana? krn da keenakan di sorga jadi dewa dan berusia panjang, karena menurut yg pernah saya baca biasanya kl da jadi dewa da enak berumur sangat panjang banyak yg gak ingat dhamma, bersenang2 sampai waktu usia dewanya udah habis, ciri2nya biasanya gak pernah keringatan jadi keringatan (salah satu pertanda seorang dewa usianya telah habis), kemudian timbul gelisah dan hanya bisa duduk menanti kelahiran kembali.

Apa kita dilahirkan di alam dewa lalu pikiran kita bisa seperti skrg ini tahu dan paham akan dhamma? bukannya terbentuk kepribadian dan pemikiran baru? apalagi di sana cuma ada senangnya gak ada susahnya, jangan2 malah menganggap dhamma itu lebih rendah dr pangkat dia sbg dewa. saya juga gak begitu yakin hahaha mau tanya yg pernah jadi dewa :)

sedangkan di pureland buddha amitabha sudah pasti yg terlahir di sana akan diajar dhamma, jadi meskipun kita dilahirkan di sana pikiran kita masi tahu akan Dhamma, dan pureland bukanlah surga atau jadi dewa di sana dan hidup bersenang2 tp masih harus belajar lagi. saya ambil sisi positifnya saja loh... percaya atau gak percaya yah urusan masing-masing :)

Meski saya Naif seperti yg dikatakan bro Kelana, oklah kita anggap saja sutra amitabha ataupun pureland cuma tambahan atau karangan orang tertentu/sutra palsu, jadi meski nianfo amitabha gak akan pernah dilahirkan di sukhavati dan sukhavati pureland itu tak pernah ada.
Di sini Saya juga mengingat akan Karma dan Hukum alam Semesta pasti tidak sembarangan dan berlaku adil. dengan ketekunan nian fo, membayangkan sifat luhur para buddha, samadhi, menjalankan kebajikan dan DJMB8 meski tidak dilahirkan di sukhavati, krn sukhavati itu rupanya cuma karangan, menurut temen2 setelah mati saya akan dilahirkan di mana? (ini gak usah dijawab tar saya mati dulu baru saya ceritakan ke kalian)  ;D

Karena pribadi saya "Yang penting adalah apa yang saya lakukan sekarang ini dan saya tidak pernah memikirkan hasilnya"   _/\_

anda tidak naif bro, justru saya salut dengan anda.
yg di bold justru menunjukan anda hidup dimasa kekinian  ^:)^
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
« Reply #47 on: 07 November 2010, 10:34:16 AM »
 [at] bro. Kainyn: Bisa dan tidak bisa. Seseorang yang bertekad menjadi Samyaksambuddha yang awalnya belajar Theravada pasti akan belajar Mahayana pada tahap tertentu karena memang sudah begitu jalurnya, demikian menurut Mahayanis. Namun jalan Sammasambodhi di dalam Theravada telah mengandung unsur-unsur pokok penting dan utama untuk mencapai Sammasambodhi, misal Bodhicitta yang dibangkitkan Sumedha dalam Buddhavamsa. Mahayana memperjelasnya dan menekankan ke arah sana sehingga tidak tercampur dengan interpretasi para penganut Shravakayana.

 [at] dilbert: Anehnya, para sesepuh Mahayana semuanya memiliki kemiripan dalam menafsirkannya, yaitu "Yang Tercerahkan Sejak Masa Lampau" itu di Lotus Sutra sebenarnya adalah Dharmakaya / Svabhavikaya / Hon-Butsu yang BERBEDA dengan Nirmanakaya Shakyamuni Buddha yang mengawali karir pencerahannya dengan berikrar di hadapan Tathagata yg juga bernama Sakyamuni, Dipankara dan rtercerahkan di bawah Pohon Bodhi.

Arya- Avatamsaka Sutra, sebuah sutra yang dianggap oleh aliran Huayen sebagai sutra yang mencakup makna sejati dari Buddha Dharma membicarakan pencerahan Nirmanakaya Sakyamuni:
"Suatu ketika Sang Buddha berada di tanah (Gaya) Magadha, di bodhimanda [bawah pohon Bodhi], PERTAMA KALI mencapai pencerahan."

Arya Subhakarasimha mengatakan bahwa Mahavairocana Sutra dan Saddharmapundarika Sutra sebenarnya identik. Keduanya bagaikan dua sisi koin yang berbeda.  Yixing, murid dari YA Subhakarasimha mengatakan bahwa Lotus Sutra dan Mahavairocana Sutra sama-sama dibagi menajdi 2 bagian:
1. Ekayana
2. Kehidupan Tathagata yang Tidak Terbatas
Jadi Buddhakaya dalam Mahavairocana Sutra dan Lotus Sutra adalah identik.

Kehidupan Tanpa Batas dari Shakyamuni ADALAH Mahavairocana Tathagata yang merujuk pada aspek Dharmakaya. "Telah Tercerahkan Sejak masa Lampau" merupakan salah satu aspek dari "Kehidupan Tanpa Batas" yang juga merupakan ciri khas dari Mahavairocana Tathagata. Sehingga jelas bahwa "Buddha Shakyamuni 'Abadi'" dalam Lotus Sutra adalah DHARMAKAYA Mahavairocana Tathagata.

YA Shinran mengatakan bahwa: "Amitabha Tathagata dikisahkan tercerahkan 10 kalpa yang lalu, tapi sebenarnya Beliau telah tercerahkan di masa kalpa lalu yang TIDAK TERBATAS. Amitabha Buddha eksis sejak masa lalu yang tidak terhitung. Berwelas asih kepada para makhluk yang memiliki lima rintangan batin, muncul di Istana Gaya, bermanifestasi menajdi Shakyamuni Buddha."

Dalam aliran PureLand baik Amitabha dan Sukhavati memiliki aspek Nirmanakaya, Sambhogakaya dan Dharmakayanya. Nah yang dimaksud Shinran adalah DHARMAKAYA Amitabha beremanasi menajdi Nirmanakaya Sakyamuni. Perkataan Shinran yang mengatakan bahwa Amitabha telah tercerahkan sejak waktu lampau yang tanpa batas menunjukkan keluasan dari lautan Dharmakaya yang tanpa batas, tapi secara Nirmanakaya, Amitabha baru tercerahkan 10 kalpa lalu.

Konsep Kehidupan tanpa Batas Tathagata, baik telah tercerahkan di masa lampau yang tidak terbatas dan terus menerus menyelamatkan para makhluk di masa depan, menunjuk pada Buddha yang tidak memiliki awal dan akhir, yaitu DHARMAKAYA, baik itu DHARMAKAYA Shakyamuni ataupun DHARMAKAYA Amitabha, ataupun DHARMAKAYA Bhaisajyaguru.

Maka dari itu penting untuk menyelami bab sebelum bab "Panjang Umur Tathagata" dan isi bab Panjang Umutr Tathagata itu sendiri. karena dari sana kita tahu bahwa apa yang diinterpretasikan para master bukanlah tafsir yang dibuat".

Bab sebelumnya mengatakan bahwa Maitreya Bodhisattva terheran-heran bagaimana bisa Buddha baru saja tercerahkan di Bodhgaya, padahal para putra Buddha yang jumlahnya tidak terbatas terus berkarya menyelamatkan para makhluk sejak masa yang sangat sangat lampau. Harusnya para putra tersebut memilioki "ayah" sejak amsa lampau, tapi anehnya Sakyamuni Buddha baru saja tercerahkan. Inis angat aneh dan Meitreya keheranan. keheranan Maitreya ini memiliki makna yang mendalam.

Para putra Buddha seperti Avalokitesvara tentu memiliki guru Amitabha di amsa lampau. kenapa harus ditanyakan kembali oleh Maitreya bahwa seharusnya Sakyamuni yang menjadi ayah sang Avalokitesvara? Tanpa ayah Sakyamuni bukankah Avalokitesvara sudah punya ayah Amitabha? Kenapa harus diheran-herankan bahwa Avalokitesvara mempunyai kekuatan yang begitu menakjubkan? Nah di sini sebenarnya Maitreya ingin Sanmg Buddha menjabarkan tentang DHARMAKAYA Sakyamuni, bukan pencerahan Nirmanakaya Sakyamuni.

Dan dikatakan pula dalam Lotus Sutra bab "Panjang Umur" bahwa para Buddha seperti Sakyamuni sebenarnya setelah parinirvana terus berada di sisi para makhluk dan menolong para makhluk. Ini dijelaskan dalam berbagai Sutra, bahwa Sang Buddha Sakyamuni beremanasi menjadi para Guru baik itu Atisha maupun Jey Tsongkhapa, atau Nagarjuna, atau Vasubandhu dan semua guru penerus silsilah ajaran adalah emanasi Sakyamuni Buddha. Lihat: Pembebasan di Tangan Kita karya Phabongkha Rinpoche, di sana banyak kutipan sutra tentang ini. Nah yang dimaksud adalah Dharmakaya Sakyamuni-lah yang beremanasi menjadi para Guru, maka dari itu dikatakan walaupun arus batin Tsongkhapa dan Sakyamuni berbeda, tetapi HAKEKAT keduanya adalah SAMA. Nah karena SAMA Inilah maka dikatakan Sakyamuni beremnasi menjadi Tsongkhapa. Sama-sama telah menyadari HAKEKAT Ke-Buddhaannya.

Menurut sudut pandang Theravada, tentu saja TIDAK MUNGKIN Theravada lanjut Mahayana. Tetapi sudah saya katakan sebelumnya, bahaw dari sudut pandang Mahayanis, Theravada yang menekankan ke Jalan Shravaka harus LANJUT ke jalan Mahayana untuk mencapai Samyaksambodhi.

Jadi tidak ada ya yang namanya ngulang-mengulang pencerahan. Dalakm kisah pencerahan Sang Buddha versi Tantra sekalipun, tidak ada yang mengatakan sang Buddha mengulang-ulang pencerahan. Kesalahan memaknai neyartha dan nitartha adalah salah satu hal yang tidak dipuji para Buddha.

Masalah SD, SMP, SMA itu ya tergantung perspektif Sharavakayana atau Mahayana atau Ekayana yang anda ambil. kalau anda menganut paham Mahayana, Ekayana atau Vajrayana maka tingkatan SD, SMP, SMA itu dapat diterapkan dan memang demikianlah TAHAPAN JALANNYA. Kalau secara Shravakayana Theravadin, tentu hal tersebut tidak bisa diterapkan.

Quote
Yang saya pahami dari tulisan Sdr. Gandalf adalah bahwa Nirvana itu sejak dulu adalah bersih tanpa noda. Nirvana itu sifatnya adalah Kosong atau Sunya dan Sunya ini ada dalam setiap makhluk. Dalam Pali Kanon , Sunna Sutta dikatakan bahwa Sunya itu berarti kosong dari atta (anatta), semua makhluk adalah memiliki sifat anatta. Jadi kita semua memiliki sifat anatta ini, sifat Kosong ini, dan sifat Kosong ini sudah ada dari dulu, dalam istilah Mahayana ‘sudah tercerahkan dari dulu’.
Mahayana dalam pengajarannya menggunakan ‘bahasa positif’ atau ‘istilah positif’ untuk menjelaskan Sunya, oleh karenanya digunakan istilah Dharmakaya, Tatagathagarba, Self, untuk membantu orang untuk lebih nyaman. Sayangnya dalam perkembangannya penggunaan ‘bahasa positif’ ini banyak disalahartikan beberapa Mahayanis sehingga memunculkan paham eternalis, atta yang abadi, dan kesan Buddha yang abadi.
Jadi dari tulisan Sdr. Gandalf saya memahami bahwa yang telah mencapai pencerahan sejak dulu  bukan Buddha Gotama tetapi ke-Nirvana-annya itu yang sudah cerah dari dulu.

 [at] Kelana: Benar. demikianlah maksudnya.

 [at] bro.fabian: maknaya bukan begitu. Telah Tercerahkan itu maksudnya bahwa Buddha yang cerah itu adalah potensi Ke-Buddhaan dalam diri kita atau Tathagatagarbha. Karena adanya potensi inilah maka kita dapat emnajdi Buddha. Potensi Buddha ini selama ini tertutup oleh klesha sejak waktu tanpa awal, tugas kitalah untuk membuka tabir klesha (kekotoran batin) ini untuk menyadari Buddha cerah dalam batin kita sendiri.

 [at] bro. kelana: alam dewa tentu berbeda dengan alam Sukhavati. ketika terlahir di alam Sukhavati janganlah berpikir bahwa mereka hidup tanpa tantangan, mereka juga mencari tantangan untuk mengasah batin mereka, maka itu dikatakan bahwa para makhluk Sukhavati juga kembali ke dunia Saha dalam waktu-waktu tertentu untuk menyelamatkan para makhluk yang juga sekaligus mengasah batin mereka. Justru di Tanah Suci adalah paling aman, di mana ketika waktu untuk mengasah batin tiba, sudah ada bekal yang matang yaitu bodhisattva bhumi pertama yang setara Srotapanna. Daripada boro-boro di alam dewa, liat bidadari cantik langsung timbul hawa nafsu dan timbul keinginan nafsu seksualnya, belum kalau para dewanya sombong, bisa ikut"an tuh.

Tapi yang perlu diingat adalah pencapaian Sukhavati tidaklah semata-mata dalam kehidupan selanjutnya tetapi DAPAT DICAPAI SAAT INI DALAM HIDUP INI. Ini adalah ajaran para sesepuh Sukhavati di Tiongkok dan Jepang. Secara Nirmanakaya, Sukhavati adalah tempat pelatihan. Secara Dharmakaya, Sukhavati adalah Nirvana.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 07 November 2010, 10:38:11 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Udyata-sahanubhuti

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 112
  • Reputasi: 13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
« Reply #48 on: 07 November 2010, 10:38:37 AM »
anda tidak naif bro, justru saya salut dengan anda.
yg di bold justru menunjukan anda hidup dimasa kekinian  ^:)^

Wah...kalimat yg di-bold itu adalah kata2 bijaknya Athisa Dipankara "The Greatest Effort is not concerned with results"
o

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
« Reply #49 on: 07 November 2010, 10:50:32 AM »
Quote
Perubahan demi perubahan terjadi.
Dan jangan heran jika besok terjadi, musik diperbolehkan dalam agama Buddha.Malah mungkin 100th ke depan,bhikku boleh menikah.

Hihihi.... musik tentu saja diperbolehkan dalam agama Buddha, tentunya dalam MAHAYANA ADA diperbolehkan dan MAHAYANA juga sekaligus mengamini ajaran Shravakayana yaitu kita juga harus mengendalikan diri terhadap musik-musik, bahkan Asthasila. Jadi MAHAYANA mengambil posisi Jalan Tengah terhadap musik....  ;D ;D Ini salah satu sebab mengapa saya memilih Mahayana, karena fleksibel, masuk akal dan tak lekang oleh zaman, dapat mengikuti zaman tanpa meninggalkan Buddha Dharma, sangat progresif bagi saya.  8) 8)

Bahkan saya sempat liat Step Up 3D, bahkan tarian dapat membawa makna pada hidup dan mengubah hidup emnajdi sesuatu yang sangat sangat positif, membawa kehangatan cinta kasih pada semua makhluk. Ini sangat menyentuh hati saya, daripada sekedar orang yang mengharamkan tari-tarian, para sesepuh Sukhavati di Jepang juga menyebarkan ajaran kesematan Amitabha dengan tari-tarian dengan nyanyian yang membangkitkan sraddha. Bahkan dikatakan dalam Amitabha Sutra: mereka yang sraddhanya kuat terhadap Buddha Dharma dan Amitabha dapat membuat bulu kuduk mereka berdiri serta meloncat dan menari kegirangan.

Kalau masalah bhiksu boleh menikah, aliran apapun tidak memperbolehkannya, kalau ada yg menikah, namanya sudah merosot. Bahkan Jodo Shinshu yang para pendetanya menikah, TIDAK MENGAKU bahwa mereka ADALAH BHIKSU SANGHA. kalau aliran lainnya yang menikah seperti Zen dsb setelah tekanan dari pemerintah Meiji itu ya hanya ikut"an Jodo Shinshu azaa tanpa memahami makna pernikahan dalam Jodo Shinshu it sendiri.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
« Reply #50 on: 07 November 2010, 10:55:55 AM »

Wah...kalimat yg di-bold itu adalah kata2 bijaknya Athisa Dipankara "The Greatest Effort is not concerned with results"
kalau tanpa pandangan benar mana bisa, tar orang membunuh di kekinian, tar orang bernyanyi di kekinian, tar orang nari2 di kekinian, tar orang membabarkan pandangan salah di kekinian, tanpa memikirkan hasilnya. parah nanti dong.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
« Reply #51 on: 07 November 2010, 11:02:24 AM »
Hihihi.... musik tentu saja diperbolehkan dalam agama Buddha, tentunya dalam MAHAYANA ADA diperbolehkan dan MAHAYANA juga sekaligus mengamini ajaran Shravakayana yaitu kita juga harus mengendalikan diri terhadap musik-musik, bahkan Asthasila. Jadi MAHAYANA mengambil posisi Jalan Tengah terhadap musik....  ;D ;D Ini salah satu sebab mengapa saya memilih Mahayana, karena fleksibel, masuk akal dan tak lekang oleh zaman, dapat mengikuti zaman tanpa meninggalkan Buddha Dharma, sangat progresif bagi saya.  8) 8)

Bahkan saya sempat liat Step Up 3D, bahkan tarian dapat membawa makna pada hidup dan mengubah hidup emnajdi sesuatu yang sangat sangat positif, membawa kehangatan cinta kasih pada semua makhluk. Ini sangat menyentuh hati saya, daripada sekedar orang yang mengharamkan tari-tarian, para sesepuh Sukhavati di Jepang juga menyebarkan ajaran kesematan Amitabha dengan tari-tarian dengan nyanyian yang membangkitkan sraddha. Bahkan dikatakan dalam Amitabha Sutra: mereka yang sraddhanya kuat terhadap Buddha Dharma dan Amitabha dapat membuat bulu kuduk mereka berdiri serta meloncat dan menari kegirangan.

Kalau masalah bhiksu boleh menikah, aliran apapun tidak memperbolehkannya, kalau ada yg menikah, namanya sudah merosot. Bahkan Jodo Shinshu yang para pendetanya menikah, TIDAK MENGAKU bahwa mereka ADALAH BHIKSU SANGHA. kalau aliran lainnya yang menikah seperti Zen dsb setelah tekanan dari pemerintah Meiji itu ya hanya ikut"an Jodo Shinshu azaa tanpa memahami makna pernikahan dalam Jodo Shinshu it sendiri.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Namo Buddhaya,

HASTASILA MAHAYANA
Metode untuk Menghapuskan Sebab-sebab Penderitaan dan Mencapai Kebahagiaan untuk Semua Makhluk
Hastasila Mahayana merupakan bagian dari sila-sila Pratimoksha. Hastasila (delapan sila) Mahayana seharusnya dijalankan dengan motivasi untuk mencapai Kebuddhaan agar dapat membantu makhluk-makhluk lain secara maksimal.
 
Pada dasarnya menjalankan sila berarti bertekad untuk tidak menyakiti orang/makhluk lain, dan sebaliknya memberi manfaat kepada mereka. Menyakiti orang/makhluk lain, berarti menyakiti diri sendiri, dengan demikian kebahagiaan tidak akan dialami.
 
Menjalankan Hastasila Mahayana adalah salah satu cara terbaik untuk melatih diri agar tidak menyakiti orang/makhluk lain, tetapi sebaliknya memberikan kebahagiaan dan manfaat.
 
Kedelapan sila yang dimaksud adalah:
 
Tidak melakukan pembunuhan.
Tidak mengambil sesuatu yang tidak diberikan.
Tidak berbohong (memberi kesan lain dari yang sesungguhnya).
Tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang memabukkan (yang melemahkan kesadaran).
Tidak menggunakan tempat tidur dan kursi yang besar, tinggi atau mahal.
Tidak mengonsumsi makanan pada waktu yang tidak tepat (setelah jam 12 siang).
Tidak menyanyi, menari dan memainkan musik.
Tidak menggunakan parfum, untaian bunga-bunga atau perhiasan.
 

Bro Gandalf, bagaimanakah anda menginterpretasikan hastasila Mahayana di atas bagian "tidak menyanyi, menari, dan memainkan musik"? apakah menurut anda sila itu salah?

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
« Reply #52 on: 07 November 2010, 11:13:11 AM »
Tidak salah. Bila dilakukan dengan kesadaran penuh dan untuk kebajikan dan Dharma, maka musik dan tarian bukanlah pelanggaran sila Astasila. Tapi kalau seseorang mau memasukkan tidak menyanyi termasuk nyanyian Dharma dalam Astasila Mahayana, boleh-boleh saja. Astasila itu harusnya fleksibel, tidak kaku dan tentu sesuai dengan norma-norma bajik yang ada.

Quote
kalau tanpa pandangan benar mana bisa, tar orang membunuh di kekinian, tar orang bernyanyi di kekinian, tar orang nari2 di kekinian, tar orang membabarkan pandangan salah di kekinian, tanpa memikirkan hasilnya. parah nanti dong.

Ikut" sobat dharma ah... kok menyamakan pembunuhan dengan menyanyii dan menari?? kikikik....org biasa aj udah bsia bedakan keduanya... ;D ;D ;D dalam pandangan manusia normal azaaa jelas" pembunuhan manusia mengakibatkan kesedihan, ratap tangis, kejahatan merajalela. Sejak kapan pembunuhan dapat membawa pada masyarakat menjadi p[enuh cinta kasih dan memberikan kehngatan hati pada orang'? tetapi kalau musik? Musik? Ya musik dan tari-tarian BISA! Bhakan bayi dlm kandunganpun dapat menerima efek positif apabila dilantunkan musik" ttt.

Sedangkan nyanyian dan tarian yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan jeli serta kreatif, yang diperoleh dengan latihan keras dan berulang-ulang, mendapat sambutan positif dari masyarakat bahkan dapat membangun hidup lebih baik, dan dapat memaknai hidupnya sambil berkata"Dance and Music is My Life". Woww!! Sebuah sikap jujur pada diri sendiri yang patut diacungi jempol ;D... bahkan nyanian dan tarian dapat menyelamtkan ornag-ornag dari bahaya terjerumus PSK atau narkoba... seperti visi misi EKI Dance Company setahu saya, yg kebetulan pendirinya adalah Buddhis walaupun non-mainstream Aiko Senosoenoto.

Dan..... jujur... ketika saya mendengarkan paritta dengan nada datar yg biasanya, saya sulit sekali meresapi maknanya. Tetapi kalau mendnegar lantunan musik Metta Sutta, Mantra, Mangala Sutta saya lebih dapat menyerap maknanya dnegan lebih baik dan praktek saya semakin termotivasi daripada baca paritta datar" saja... jemu sekali.

Pandangan BENAR mengenai musik dalam Mahayana dan Theravada mungkin berbeda, tetapi pandangan BENAR tentang membunuh dalam Mahayana dan Theravada adalah SAMA, yaitu membunuh tidaklah diperbolehkan dalam bentuk apapun.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 07 November 2010, 11:27:33 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Udyata-sahanubhuti

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 112
  • Reputasi: 13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
« Reply #53 on: 07 November 2010, 11:15:27 AM »
kalau tanpa pandangan benar mana bisa, tar orang membunuh di kekinian, tar orang bernyanyi di kekinian, tar orang nari2 di kekinian, tar orang membabarkan pandangan salah di kekinian, tanpa memikirkan hasilnya. parah nanti dong.

Huehehe  :))
Setuju bro.........
Tanpa pandangan benar... semua nya juga udah tidak benar.
selain pandangan benar, dalam memutuskan 5 hambatan juga dibutuhkan Hasta Arya Marga yang lain.

The Blessed Buddha once said:
Bhikkhus, there are these five kinds of Mental Hindrance. What five?

1: The Mental Hindrance of Desire for Sensing...
2: The Mental Hindrance of Aversion and Ill-Will...
3: The Mental Hindrance of Lethargy and Laziness…
4: The Mental Hindrance of Restlessness and Regret…
5: The Mental Hindrance of Doubt and Uncertainty…

These are the 5 kinds of Mental Hindrance! The Noble 8-fold Way should
be developed for the direct experience of these five Mental Hindrances,
for the full understanding and elimination of them, and for their final and
total overcoming, abandoning and leaving all behind! This Noble 8-fold Way
is developed for the sake of uprooting all Mental Hindrance!
o

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
« Reply #54 on: 07 November 2010, 11:28:17 AM »
Tidak salah. Bila dilakukan dengan kesadaran penuh dan untuk kebajikan dan Dharma, maka musik dan tarian bukanlah pelanggaran sila Astasila. Tapi kalau seseorang mau memasukkan tidak menyanyi termasuk nyanyian Dharma dalam Astasila Mahayana, boleh-boleh saja. Astasila itu harusnya fleksibel, tidak kaku dan tentu sesuai dengan norma-norma bajik yang ada.

Ikut" sobat dharma ah... kok menyamakan pembunuhan dengan menyanyii dan menari?? kikikik....org biasa aj udah bsia bedakan keduanya... ;D ;D ;D dalam pandangan manusia normal azaaa jelas" pembunuhan manusia mengakibatkan kesedihan, ratap tangis, kejahatan merajalela. Sejak kapan pembunuhan dapat membawa pada masyarakat menjadi p[enuh cinta kasih dan memberikan kehngatan hati pada orang'? tetapi kalau musik? Musik? Ya musik dan tari-tarian BISA! Bhakan bayi dlm kandunganpun dapat menerima efek positif apabila dilantunkan musik" ttt.

Sedangkan nyanyian dan tarian yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan jeli serta kreatif, yang diperoleh dengan latihan keras dan berulang-ulang, mendapat sambutan positif dari masyarakat bahkan dapat membangun hidup lebih baik, dan dapat memaknai hidupnya sambil berkata"Dance and Music is My Life". Woww!! Sebuah sikap jujur pada diri sendiri yang patut diacungi jempol ;D... bahkan nyanian dan tarian dapat menyelamtkan ornag-ornag dari bahaya terjerumus PSK atau narkoba... seperti visi misi EKI Dance Company setahu saya, yg kebetulan pendirinya adalah Buddhis walaupun non-mainstream Aiko Senosoenoto.

Pandangan BENAR mengenai musik dalam Mahayana dan Theravada mungkin berbeda, tetapi pandangan BENAR tentang membunuh dalam Mahayana dan Theravada adalah SAMA, yaitu membunuh tidaklah diperbolehkan dalam bentuk apapun.

 _/\_
The Siddha Wanderer

bagaimanakah batasannya menyanyi dan menari yg merupakan pelanggaran dan bukan pelanggaran? dalam budaya tertentu di dunia ini, tarian erotis dianggap normal, apakah ini juga jika dilakukan dengan penuh kesadaran menjadi bukan pelanggaran?

mengenai pembunuhan yg tidak diperbolehkan dalam bentuk apapun, kita kembali lagi ke kisah klasik mengenai pembunuhan yg dilakuan oleh Bodhisatva, bagaimana ini?

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
« Reply #55 on: 07 November 2010, 11:40:59 AM »
 [at] Indra
hahaha... tidak ada urusannya dengan budaya apapun dianggap normal atau nggak.. yang pasti kita menjalankan budaya sesuai dengan Buddha Dharma, kalau ada budaya tari erotis dianggap normal yang brati mereka berpandangan salah...gampang aja toh.... hahaha..  BUKAN HANYA BERKESADARAN tetapi juga untuk DHARMA DAN KEBAJIKAN. Nah coba dicerna sendiri apakah tari erotis itu untuk kebajikan??  8) 8) 8)

Masalahnya pembunuhan yang dilakukan Bodhisattva tetap saja diakui sebagai perbuatan salah. PEMBUNUHAN dalam bentuk apapun ADALAH TERCELA dan TIDAK DIPERBOLEHKAN. Yang dipuji dan diperbolehkan dari tindakan Bodhisattva di atas kapal itu adalah tindakan MOTIVASI MENOLONGNYA, BUKAN membunuhnya. Masalah Bodhisattva membunuh itu brati Bodhisattva sudah melanggar apa yang tidak diperbolehkan bagi seorang putra Buddha sehingga harus menerima akibat karma buruk.

Maka dari itu berbeda dengan MUSIK, karena jelas-jelas MUSIK dan NYANYIAN tertentu diperbolehkan oleh Sang Buddha, jadi melakukannya ya tidak menimbulkan karma buruk apapun. Jadi tidak ada kebutuhan untuk melanggar norma yang sudah ada, berbeda dengan pembunuhan di atas kapal itu, yang membutuhkan setidaknya satu tindakan pelanggaran nroma = membunuh.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 07 November 2010, 11:48:33 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
« Reply #56 on: 07 November 2010, 11:46:50 AM »
[at] Indra
hahaha... tidak ada urusannya dengan budaya apapun dianggap normal atau nggak.. yang pasti kita menjalankan budaya sesuai dengan Buddha Dharma, kalau ada budaya tari erotis dianggap normal yang brati mereka berpandangan salah...gampang aja toh.... hahaha..  BUKAN HANYA BERKESADARAN tetapi juga untuk DHARMA DAN KEBAJIKAN. Nah coba dicerna sendiri apakah tari erotis itu untuk kebajikan??  8) 8) 8)


alasan pembenaran bisa saja dikarang2, misalnya mempertontonkan tarian erotis kepada korban bencana merapi sebagai suatu bentuk hiburan kepada korban. kenapa bukan yg lain? karena hanya penari erotis yg ada dan bersedia, tidak ada pilihan lain. ini hanya contoh kasus.
Quote
Maka dari itu berbeda dengan MUSIK, karena jelas-jelas MUSIK dan NYANYIAN tertentu diperbolehkan oleh Sang Buddha, jadi melakukannya ya tidak menimbulkan karma buruk apapun. Jadi tidak ada kebutuhan untuk melanggar norma yang sudah ada, berbeda dengan pembunuhan di atas kapal itu, yang membutuhkan setidaknya satu tindakan pelanggaran nroma = membunuh.

MUSIK dan NYANYIAN tertentu apakah yg diperbolehkan oleh Sang Buddha, mohon referensinya

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
« Reply #57 on: 07 November 2010, 11:57:03 AM »
Hahaha...  pertama anda bilang tari erotis sebagai budaya, sekarangs ebagai pertunjukan korban bencana...wakakak itu sudah dua hal yang berbeda broo  8) 8)... tapi okelah akan saya jawab: namanya hiburan apakah semua dilakukan untuk kebajikan?? saya mau menghibur para pelajar SMP dengan film porno, apa itu KEBAJIKAN? Justru contoh kasus anda yang mengada-ngada bro. Emang korban bencana butuh liat tarian erotiss?? wakakakakakaka... apa gunanya coba? Justru saya akan mempertonotnkan tarian yang menghormati para kerabat mereka yang meninggal dengan lagu menyentuh hati dan membangkitkan semangat mereka untuk bsia bertahan menghadapi cobaan bencana yang ada... itu yg dinamakan MUSIK DAN TARIAN UNTUK KEBAJIKAN. Kalau tidakj ada yang lain, ya dengan cara lain toh, kenapa harus lewat maksa lewat tari-tarian kalau adanya cuman penari erotis...  :)) :)) :))...

Liat saja Amitabha Sutra, tuh di Sukhavati didendangkan selalu musik-musik Dharma. Lalu seingat saya, dari buku Mingyur Rinpoche dikatakan bahwa Sang Buddha meminta seseorang memainkan kecapinya dengan penuh kesadaran hingga tercerahkan. Dalam Dasabhumika Sutra ada juga, di mana para bodhisattva diperbolehkan menyanyi dan menari.
« Last Edit: 07 November 2010, 11:59:01 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
« Reply #58 on: 07 November 2010, 11:58:47 AM »
Ini contohnya:

-Mahayana dengan cara pemaparannya:
   Sri Vasudhara Dharani Namah Mahayana Suttram

 om namah sri jinasasanaya
samsaradvayadainyasya pratihantr dinavahe
vasudhare sudhadhare namastubhyam krpamahe

Demikianlah telah ku dengar. Suatu ketika Sang Bhagavan sedang berdiam di Negeri Kosambi, Hutan Kantaka. Pada waktu itu, hadir lima ratus orang Maha Bikshu Sangha beserta para Bodhisattva Mahasattva yang sangat banyak jumlahnya. Di Negeri Kosambi terdapatlah seseorang Grhapatih yang bernama "Su Candra" (Bulan Kebajikan). Ia telah mengembangkan pikiran dan hati murni. Jumlah anggota keluarganya sangat banyak. Sraddha (Keyakinan) yang teguh telah dikembangkannya. Grhapatih tersebut pergi mengunjungi Bhagavan, menyembah dengan meletakkan kepalanya ke kaki Bhagavan, serta melakukan pradaksina beberapa kali. Dengan penuh hormat Grhapatih Su Candra maju menghadap Bhagavan dan mengajukan pertanyaan,

“Bhagavantam tathagatam arhantam samyaksambuddham! Aku hendak mengajukan pertanyaan pada Bhagavan demi menjawab sedikit keraguanku. Semoga Bhagavan berbelas kasih sehingga sudi mengizinkanku untuk mengajukan pertanyaan tersebut.” Sang Bhagavan lalu berkata kepada Grhapatih Su Candra, “Engkau menanyakan hal ini dengan daya batin murni, karena itu silakan ajukan pertanyaanmu itu.”

Grhapatih Su Candra sangat bergembira mendengar hal ini dan bertanyalah dia kepada Bhagavan, “Bhagavan! Terdapat putera dan puteri berbudi yang dilanda kemiskinan. Bagaimanakah caranya agar mereka dapat mendapatkan kekayaan yang melimpah? Selain itu masih ada di antara mereka yang menderita bermacam-macam penyakit. Bagaimanakah caranya agar mereka dapat mendapatkan kesembuhan?” Lalu Bhagavan bertanya kepada Grhapatih Su Candra, “Mengapakah engkau menanyakan hal itu?” Sang Grhapatih lalu menjawab Sang Bhagavan, “duhai Bhagavan, duhai Sugata, aku memiliki banyak anggota keluarga di rumahku. Namun kini sedang mengalami kesulitan keuangan, sehingga harus hidup melalui bantuan. Bahkan beberapa di antara mereka menderita sakit. Aku memohon agar Yang Dijunjungi Dunia bersedia membabarkan Dharmaparyaya untuk mengatasi kemiskinan tersebut selamanya; yakni Dharma yang sanggup memenuhi perbendaharaan dengan harta kekayaan; sehingga para anggota keluargaku akan bersuka cita karenanya. Dimana gudang-gudang  akan dipenuhi emas, perak, permata pusaka vajra pengabul keinginan, harta kekayaan yang diperoleh melalui perdagangan, serta permata merah sebesar batu akik. Masing-masing benda-benda berharga itu melimpah jumlahnya dan tak akan pernah habis. Dengan demikian, kami dapat melakukan dana
paramita.”

Sang Bhagavan menjawab pertanyaan Grhapatih Su Candra, “Wahai Grhapatih yang Berbudi, pada asamkheya kalpa yang telah lama berlalu, terdapat Seorang Bhagavan bernama "Vajradhara Sagara Nirghosa" (Pemegang Vajra Suara Samudera) Sang Tathagata, Arhan, SamyakSamBuddha, Loka udapadi, vidyacaranasampanno, lokavidanuttara purusadamyasaratih, sasta devamanusyanam, Buddho, Bhagavan. Pada masa Sang Tathagata itu Grhapatih, Aku menerima sebuah Dharani yang bernama Vasudhara (Hujan Mustika). Terimalah, lestarikan, bacalah, lafalkan, pahami maknanya, laksanakanlah apa yang terkandung di dalamnya, serta sebar luaskan Dharani tersebut. Putera yang Berbudi! Bila ada manusia atau makhluk bukan manusia seperti yaksha, raksasha, preta, pisacha, bhuta, kumbhanda, skanda, apasmara, usta, putana, kataputana, yatudhana dan yang lainnya yang memiliki niat jahat, para "mutrahara ,rudhirahara ,vistahara ,vasahara ,mamsahara ,slesmahara ,puahara ,simhanakahara ,khelahara ,medhahara ,madyahara ,jatahara ,jivitahara ,balyahara, malyahara, yavaducchistahara"(para mahluk halus pemakan manusia, lemak, tulang sumsum, nanah, darah, lendir, ludah, besar ,kecil, yang hendak menimbulkan kekacauan kesadaran) dan yang lainnya, maka mereka akan gagal melaksanakan niat jahatnya.

Bhagavan melanjutkan perkataannya kepada Grhapatih, “Bila ada orang yang meyakini dan melafalkan Dharani ini dengan sepenuh hati; atau kendati hanya mendengar namanya saja, mereka menerima, mengingat, serta dengan gembira meyakininya; maka putera atau puteri berbudi tersebut sepanjang malam akan memperoleh kedamaian dan kebahagiaan. Ia akan memperoleh kedamaian melimpah. Selanjutnya, bila ada putera atau puteri berbudi yang hendak melaksanakan Vasudhara Dharani ini, maka ia hendaknya terlebih dahulu melakukan persembahan namaskara puja pada semua Tathagata Arhantah SamyakSamBuddha; baik selama semalam, dua malam, maupun tiga malam. Lalu lafalkan dharani ini dengan sepenuh hati. Kembangkan keyakinan pada Triratna; sehingga dengan demikian para devata akan bersukacita karenanya. Harta kekayaan berupa ratna (permata) dan gandum-gandum akan tercurah turun dengan segera. Laksanakan Dharma yang Saya ajarkan ini.”

Sang Bhagavan mengucapkan Vasudhara dharani yang berbunyi sebagai berikut:

Namo ratnatrayaya, om namo bhagavate vajradharasagaranirghosaya tathagatasyarhate samyaksambuddhaya tadyatha om sri surupe suvadane bhadre subhadre bhadravati mamgale sumamgale mamgalavati argale argalavati candre candravati ale acale acapale udghatini udbhedini ucchedini udyotini sasyavati dhanavati dhanyavati udyotavati srimati prabhavati amale vimale nirmale rurume surupe surupavimale arcanaste atanaste vitanaste anunaste avanatahaste visvakesi visvanisi visvanamsi visvarupini visvanakhi visvasire visuddhasile viguhaniye visuddhaniye uttare anuttare amkure namkure prabhamkure rarame ririme rurume khakhame khikhime khukhume dhadhame dhidhime dhudhume tatare tatare ture ture tara tara taraya taraya mam sarvasattvamsca vajre vajre vajragarbhe vajropame vajrini vajravati ukke bukke nukke dhukke kakke hakke dhakke takke varakke avarttini nivarttini nivarsani pravarsani vardhani pravardhani nispadani vajradharasagaranirghosam tathagatam anusmara anusmara sarva tathagata satya-manusmara samghasatyamanusmara anihari anihari tapa tapa kuta kuta pura pura puraya puraya bhagavati vasudhare mama saparivarasya sarvesam sattvanam ca bhara bhara bharani santamati jayamati mahamati sumamgalamati pimgalamati subhadramati śubhamati candramati agacchagaccha samayamanusmara svaha svabhavamanusmara svaha dhrtim... sarvatathagatanam vinayam ... hrdayam ... upahrdayam ... jayam ... vijayam  ... sarva satva vijaya manusmara svaha

om srim vasumukhim svaha om srim vasusri svaha om srim vasusriye svaha om vasumati svaha om vasumatisriye svaha om vasve svaha om vasude svaha om vasamdhari svaha om dharini dharini svaha om samayasaumye samayamkari mahasamaye svaha om sriye svaha om śrīkari svaha om dhanakari svaha om dhanyakari svaha

mulamantra| om sriye srikari svaha om dhanakari dhanyakari ratnavarsani svaha sadhyamantra om vasudhare svaha hrdayam laksmyai svaha om upahrdayam om laksmi bhutalanivasine svaha sam yatha dam om yanapatravahe svaha

Kemudian dilafalkan mantra dharani lanjutan, yakni;


suta suta khata khata khiti khiti khutu khutu maru maru mumca mumca marunca marunca tarppini tarppini tarjani tarjani dehi dehi dapaya dapaya uttista uttista hiranyasuvarnam pradapaya svaha annapanaya svaha vasunipataya svaha gauh svaha surabhe svaha vasu svaha vasupataye svaha indraya svaha yamaya svaha varunaya svaha vaisravanaya svaha digbhyo vidigbhyah svaha utpadayantu me kamksaviraham anumodayantu imam me mantrapadah om hram hrīm ehyehi bhagavati dada dapaya svaha etadbhagavatya aryavasudharaya hrdayam mahapapakarino'pi siddhyati purusapramanan svabhogan dadati ipsitam manoratham paripurayati kamaduhan yan kaman kamayati tamstanipsitan paripurayati mulavidya namo ratnatrayaya namo devi dhanadaduhite vasudhare dhanadharam pataya kuru kuru dhanesvari dhanade ratnade he hema-dhanaratnasagaramahanidhane nidhanakotisatasahasraparivrte ehyehi bhagavati pravisya matpuram madbhavane mahadhanadhanyadharam pataya kuru kuru om hram trata kailasavasiniye svaha mahavidya om vasudhare mahavrstinipatini vasu svaha mulahrdayam om vasudhare sarvarthasadhini sadhaya sadhaya uddhara uddhara raksa raksa sarvarthanidhayantram vava tata vava tanta danda svaha paramahrdayam om namo bhagavatyai aryalevadike yatha jivasamraksani phalahaste divyarupe dhanade varade suddhe visuddhe sivakari santikari bhayanasini bhayadusani sarvadustan bhanjaya bhanjaya mohaya mohaya jambhaya  jambhaya stambhaya stambhaya mama santim pustim vasyam raksam ca kuru kuru svaha levadika dhariniyam

-Theravada
 Demikianlah telah saya dengar:
1. Pada suatu waktu Sang Bhagava berada bersama suku Kuru, di Kammasadhamma,
sebuah kota niaga suku Kuru. Di sana Sang Bhagava bersabda
kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu !"
"Ya, bhante", jawab para bhikkhu. Sang Bhagava bersabda: "Inilah
satu jalan, para bhikkhu, untuk menuju kesucian makhluk-makhluk,
untuk mengatasi kesedihan dan ratap tangis, untuk mengakhiri
derita dan duka cita, untuk mencapai jalan benar (ñaya), untuk
merealisasi Nibbana, yaitu empat landasan perhatian murni.
Apakah empat landasan perhatian murni itu ?
Di sini (dalam ajaran ini), para bhikkhu, seorang bhikkhu melakukan
(I) perenungan jasmani sebagai jasmani (kayanupassana),
berusaha dengan rajin, dengan pengamatan jernih dan penuh perhatian
murni, mengatasi keserakahan dan kemurungan di dunia.
Seorang bhikkhu melakukan (II) perenungan perasaan sebagai perasaan
(vedananupassana), berusaha dengan rajin, dengan pengamatan
jernih dan penuh perhatian murni, mengatasi keserakahan dan kemurungan
di dunia.
Seorang bhikkhu melakukan (III) perenungan pikiran sebagai pikiran
(cittanupassana), berusaha dengan rajin, dengan pengamatan jernih
dan penuh perhatian murni, mengatasi keserakahan dan kemurungan di
dunia.
Seorang bhikkhu melakukan (IV) perenungan obyek pikiran sebagai
obyek pikiran (dhammanupassana), berusaha dengan rajin, dengan
pengamatan jernih dan penuh perhatian murni, mengatasi keserakahan
dan kemurungan di dunia.

Apakah sudah kelihatan perbedaan cara pemaparannya?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Adakah aliran Theravada + Mahayana = TheraMahavadayana?
« Reply #59 on: 07 November 2010, 12:06:27 PM »
Hahaha...  pertama anda bilang tari erotis sebagai budaya, sekarangs ebagai pertunjukan korban bencana...wakakak itu sudah dua hal yang berbeda broo  8) 8)... tapi okelah akan saya jawab: namanya hiburan apakah semua dilakukan untuk kebajikan?? saya mau menghibur para pelajar SMP dengan film porno, apa itu KEBAJIKAN? Justru contoh kasus anda yang mengada-ngada bro. Emang korban bencana butuh liat tarian erotiss?? wakakakakakaka... apa gunanya coba? Justru saya akan mempertonotnkan tarian yang menghormati para kerabat mereka yang meninggal dengan lagu menyentuh hati dan membangkitkan semangat mereka untuk bsia bertahan menghadapi cobaan bencana yang ada... itu yg dinamakan MUSIK DAN TARIAN UNTUK KEBAJIKAN. Kalau tidakj ada yang lain, ya dengan cara lain toh, kenapa harus lewat maksa lewat tari-tarian kalau adanya cuman penari erotis...  :)) :)) :))...

Liat saja Amitabha Sutra, tuh di Sukhavati didendangkan selalu musik-musik Dharma. Lalu seingat saya, dari buku Mingyur Rinpoche dikatakan bahwa Sang Buddha meminta seseorang memainkan kecapinya dengan penuh kesadaran hingga tercerahkan. Dalam Dasabhumika Sutra ada juga, di mana para bodhisattva diperbolehkan menyanyi dan menari.

Tanya= (bold biru di atas), apakah orang yang diminta memainkan kecapinya adalah seorang Bhikku/Bhiksu?
Apakah yang disebut sebagai bodhisattva yang diperbolehkan menyanyi dan menari di atas termasuk yang berstatus Bhikku/Bhiksu?
yaa... gitu deh