Seperti juga dikatakan dalam Milinda Panha, kalau seorang gila memukul Raja Milinda, paling-paling hanya dicambuk lalu dilepas. Kalau orang waras, hukumannya bisa sampai potong anggota badan.
Dari segi hukum juga kalau orang dinyatakan tidak waras, maka bisa bebas dari tuntutan hukum tertentu.
Menurut saya, kalau vinaya itu mengatur perbuatan badan. Perbuatan sengaja (apa pun motifnya), dilakukan dengan niat (apakah mabuk atau tidak), tetap salah. Perbuatan tidak sengaja seperti halnya bhiksu tersandung, menyentuh wanita secara tidak sengaja, maka tidak melanggar vinaya.
Kalau dari segi karma, sepertinya perbuatan (apakah pikiran, ucapan, atau badan) yang dilakukan dengan kesadaran lemah, memiliki karma yang lebih lemah pula.
Saya punya cerita singkat yang berhubungan dengan kalimat yang di-
bold...
Dulu teman wanita di kantor saya pernah secara tidak sengaja menyenggol tubuh Bhikkhu Pannavaro di vihara, sebab saat itu kondisinya sedang berdesak-desakan. Teman saya sempat mendengar Bhikkhu Pannavaro berkata seperti ini:
"Eh, tadi yang sempat menyenggol saya, laki-laki atau perempuan?" (*dengan intonasi yang sedikit curiga). Meskipun teman saya sempat mendengar beliau berkata seperti itu, namun teman saya yang tidak enak hati langsung pergi begitu saja. Ada kemungkinan bahwa Bhikkhu Pannavaro memiliki rasa bersalah pada Vinaya karena sepertinya telah "disenggol" wanita. Meskipun beliau sendiri bukan yang menyenggol, meskipun beliau sendiri tidak ada niat untuk menyenggol, dan meskipun sepertinya itu bukan pelanggaran Vinaya; namun Bhikkhu Pannavaro tampaknya memang cukup disiplin dalam menjalankan Vinaya.