//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tanya: Vinaya dalam Mahayana Bukan Kontrak Wajib???  (Read 68543 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Tanya: Vinaya dalam Mahayana Bukan Kontrak Wajib???
« Reply #45 on: 26 September 2010, 09:30:35 PM »
Tentang kasus Bhante Anuruddha,
Setahu saya pada saat kasus Bhante Anuruddha terjadi, belum ada vinaya yang mengatur tentang hal tersebut.
Baru setelah ada kasus ini, maka diberikan vinaya yang berhubungan dengan kasus.
Jadi Bhante Anuruddha tidak melanggar vinaya, karena memang peraturannya belum ada.
(mohon dikoreksi apabila salah)
yaa... gitu deh

Offline Mokau Kaucu

  • Sebelumnya: dtgvajra
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.293
  • Reputasi: 81
Re: Tanya: Vinaya dalam Mahayana Bukan Kontrak Wajib???
« Reply #46 on: 26 September 2010, 09:41:18 PM »
Jadi bagaimana nih?  Vinaya di Mahayana kontrak wajib selama menjadi biksu atau kadang kadang wajib, kadang kadang optional?
~Life is suffering, why should we make it more?~

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Tanya: Vinaya dalam Mahayana Bukan Kontrak Wajib???
« Reply #47 on: 26 September 2010, 09:43:56 PM »
Saya akan menggunakan analogi untuk menjelaskan analogi.
Bro Wen78 tentunya familiar dengan kisah telunjuk dan rembulan.
Sepemahaman saya, Bhiksu yang menggendong gadis adalah telunjuk yang mengarah pada kemelekatan pikiran Bhiksu yang lain pada gadis tersebut. Jangan terikat pada telunjuk, tapi lihatlah apa yang ditunjukkan oleh telunjuk tersebut. Esensi dari cerita tersebut bukan pada pelanggaran dari Bhiksu yang menggendong, tetapi pada pikiran yang terus "menggendong" si gadis, keterikatan.

Semulia apapun alasan dibalik pelanggaran vinaya, apabila melanggar, tetap saja disebut dengan melanggar.
Apabila ada pengecualian di dalam vinaya, maka pengecualian tersebut akan menjadi batu sandungan di dalam prakteknya.
Bisa disalahgunakan dan dijadikan pembenaran oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
betul, sama halnya dengan cerita robinhood, semulia apapun yang namanya mencuri adalah perbuatan dosa, itulah gunanya peraturan, ketika seseorang membunuh dengan alasan membela diri, tetap yang namanya membunuh ada konsekuensinya, bukannya malah cari pembenaran seperti upaya kausalya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Tanya: Vinaya dalam Mahayana Bukan Kontrak Wajib???
« Reply #48 on: 26 September 2010, 09:45:28 PM »
Sorry baru ol dan diskusi sudah berjalan jauh dan OOT.. Saya jawab tentang pandangan saya mengenai cerita Tanzan menggendong gadis. Dan setelahnya saya harap diskusi kembali pada alur semula.

Yaitu: Apakah dalam Mahayana, vinaya tidak bersifat mengikat secara total, melainkan boleh diambil dan tidak diambil?

sebenarnya saya menjelaskan dari sisi dibalik vinaya tsb, yaitu makna serta tujuan dari vinaya. bukan menerapkan vinaya tsb lalu digunakan untuk mengetuk palu apakah Bhikku tsb melanggar(bersalah) atau tidak melanggar(tidak bersalah).
dan saya menjelaskan dari sisi pelaku, yaitu menempatkan diri kita sebagai Bhikku itu sendiri. karena kita juga meditasi dan menyadari apa yg timbul dan lenyap, walaupun tingkat metidasi kita belum setinggi para Bhikku, setidak2 masih bisa mendapatkan gambaran kira2 apa jadinya bila kita ada di sisi Bhikku itu sendiri.

seperti bila Bhikku tsb diminta tolong oleh umat agar bermain gitar dan bernyanyi karena suaranya bagus, sama seperti Bhikku menolong menyeberangkan gadis dengan menggendong.
sejujurnya saya tidak mengerti mengapa hal yg seperti ini diributkan, maka saya hendak menjelaskannya dari sisi lain yaitu salah satu kisah Zen dimana jelas dari 2 sisi.
Wah.. Bro bilang bertanya bukan untuk menggunakan vinaya sebagai palu pengetuk apakah terjadi pelanggaran atau tidak, tetapi Bro bertanya soal itu. Bertanya demikian ya dapet jawaban demikian. Pertanyaannya harus diganti jika memang bukan itu maksud Bro. :)

Memberi pendapat apakah melanggar atau tidak bukanlah sesuatu hal yang salah. Setiap orang pemikiran dan pendapatnya masing2, saling share di forum bukan hal yang salah.
Terkadang hanya berdasarkan pendapat sendiri, kita berpikir kita sudah benar. Tetapi ketika pendapat itu dibawa ke muka umum dan dikonfrontir, barulah kita tahu bahwa pendapat kita salah, setidaknya dalam pandangan umum. Meskipun pandangan umum bukan parameter menentukan benar-salah secara mutlak, pun itu seharusnya menjadi sebuah masukan bagi kita..

Jika memang mau berpikir sampai sisi lain, seharusnya para anggota Sangha tersebut sebelum melakukan sesuatu kontroversial tersebut hendaknya mempertimbangkan terlebih dulu apa konsekuensi dari tindakan itu. Dalam buddhisme belakangan, yang demikian dinamakan Sampajanna - pemahaman jernih.

Ketika seorang memutuskan untuk menjalani kehidupan monastik, maka seseorang telah 100% menjadi pengikut Buddha dan bukan lagi pengikut dunia. Sebaliknya, jika masih ingin berpijak di dua perahu, maka jangan mencukur kepala dan memakai jubah. Apalagi jika memang bersuara emas, silakan jadi penyanyi. Berbakat gitar? Silakan menjadi gitaris. Tidak ada pertolongan berfaedah besar dari bernyanyi dan memainkan gitar bagi para gadis muda selain mendapatkan kritik.
Misalnya Ajahn Sujato, murid Ajahn Brahm. Ketika memutuskan untuk menjadi bhikkhu, beliau meninggalkan karir musiknya. Dan setelah menjadi bhikkhu pun beliau tidak kembali ke karir terdahulu atau kembali ke kebiasaan lama, apalagi membuat pembenaran atas hal itu.

Quote
btw, saya jawab dulu.... AFAIK, vinaya Theravada & Mahayana adalah sama bersifat mengikat selamanya.
OK, kini saya clear soal ini.. Thanks atas jawabannya Bro. Grp sent :)

Quote
Quote
tujuannya ingin menolong, tidak ada nafsu yg timbul, tidak merasakan nikmatnya menggendong wanita
Referensinya dari mana Bro?

Silakan baca sebuah kutipan perspektif yang menjelaskan mengenai cerita Tanzan menggendong gadis.
Spoiler: ShowHide
Quote
With such an understanding let us now examine an oft-quoted Zen story; indeed, popular enough to be cited by even non-Buddhist writers as their own.
       
Two Zen monks, Tanzan and Ekido, traveling on pilgrimage, came to a muddy river crossing. There they saw a lovely young woman dressed in her kimono and finery, obviously not knowing how to cross the river without ruining her clothes. Without further ado, Tanzan graciously picked her up, held her close to him, and carried her across the muddy river, placing her onto the dry ground.
Then he and Ekido continued on their way. Hours later they found themselves at a lodging temple. And here Ekido could no longer restrain himself and gushed forth his complaints:
“Surely, it is against the rules what you did back there…. Touching a woman is simply not allowed…. How could you have done that? … And to have such close contact with her! … This is a violation of all monastic protocol…”
Thus he went on with his verbiage. Tanzan listened patiently to the accusations.
Finally, during a pause, he said, “Look, I set that girl down back at the crossing. Are you still carrying her?”
(Based on an autobiographical story by Japanese Zen master Tanzan)

Tanzan (1819-1892) was a Japanese Buddhist priest and professor of philosophy at the Japanese Imperial University (now the University of Tokyo) during the Meiji period. He was regarded as a Zen master, and figured in several well-known koans, and was also well-known for his disregard of many of the precepts of everyday Buddhism, such as dietary laws. I’m not sure if there is anything virtuous in this.

The first thing we should note is that this is an autobiographical Zen story; it probably did not happen, not exactly in this manner, anyway. For if it did, then it has a serious ethical problem, where one is good at the cost of the perceived evil or foolishness of another. I think it was the Irish playwright, George Bernard Shaw (1856-1950) who quipped, “There are bad women because there are good women.”

Indeed, a bodhisattva who is regarded as good or compassionate on account of the evil or lack in others, would actually be a selfish person, as the bodhisattva is not independently good. A true bodhisattva is one who, being himself highly virtuous, is capable of inspiring goodness in another, even if it is to the bodhisattva’s apparent disadvantage.

Tanzan’s self-told tale has a serious moral flaw if he made himself appear virtuous on account of Ekido’s concern for the Vinaya. Such a person as Ekido, however, was simply rare in Meiji Japan, where priests were as a rule non-celibate (on account of the nikujiki saitaiior “meat-eating and marriage” law of 1872). As such, it was likely than Tanzan had invented a Vinaya-respecting monk as a foil for his self-righteousness.

On the other hand, Tanzan’s tale also evinces his serious lack of understanding of the Vinaya rules. For, in a real life situation, even a Vinaya-observing orthodox Theravada monk would help this lady in every way he could, or he would ask his colleague or some other suitable persons to help the woman. If a Vinaya-keeping monk has helped the woman, he has done a good deed by breaking a minor rule, for which he only needs to confess before another monk, and remind himself not to wander into improper places the next time. There is no need of any skillful means here, only common sense.


mungkin bro Jerry harus mencari lagi makna dibalik koan ini  _/\_

Thanks for suggestion, bro.. Saya memahami pesan ceritanya Tanzan, tetapi tetap saja bagi saya sebuah pelanggaran haruslah diakui sebagai pelanggaran. Tidak perlu membuat pembenaran apalagi yang melecehkan pihak lain. Itu pun jika kejadiannya benar terjadi. Bagaimana pun, sekali lagi saya tekankan, cerita Tanzan diragukan kebenarannya.
Mengakui pelanggaran dan kesalahan butuh kebesaran hati. Tetapi menghindari pengakuan dan melecehkan pihak lain hanya menunjukkan kepicikan pemikiran.
NB: Btw yang terakhir ini komen saya tentang Tanzan, bukan Bro Wen. Saya edit & tambahkan agar tidak ada misunderstanding aja. Agar tidak sampai terjadi kesalahpahaman seperti Bro Riky di thread sebelah.


Be happy,
_/\_
« Last Edit: 26 September 2010, 09:48:26 PM by Jerry »
appamadena sampadetha

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Tanya: Vinaya dalam Mahayana Bukan Kontrak Wajib???
« Reply #49 on: 26 September 2010, 10:10:04 PM »
Share percakapan antara umat awam Vassakara dengan bhante Ananda, tidak lama setelah Sang Buddha parinirvana.

‘Ānanda, is there any single bhikkhu who was chosen by the Buddha, or by the Sangha or Elder bhikkhus, to be your refuge after the Buddha is gone?

‘No, brahmin, there is not.’

‘But then, Ānanda, how do you live in harmony? What is your refuge’

‘We are not without refuge – the Dhamma is our refuge. The Buddha has laid down the training and prescribed the patimokkha. On Uposatha day, all the bhikkhus who live near a certain town meet in unison, and one recites the patimokkha. If a bhikkhu has a transgression, he confesses it, and we deal with that in accordance with the Dhamma. It is not the monks who make us act, it is the Dhamma that makes us act.’
appamadena sampadetha

Offline wen78

  • Sebelumnya: osin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.014
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Tanya: Vinaya dalam Mahayana Bukan Kontrak Wajib???
« Reply #50 on: 27 September 2010, 12:42:21 PM »
bro Jerry, hendrako, dan upasaka, saya gabungkan menjadi 1 saja dan saya sederhanakan,

A. seorang bhikku sedang sedih lalu mengambil gitar dan bermain bernyanyi untuk menghibur dirinya
B. seorang bhikku diminta oleh umat untuk bermain gitar bernyanyi bersama2.

A. seorang bhikku melihat ada wanita cantik lalu menawarkan bantuan agar bisa berdekatan dengan wanita itu.
B. seorang bhikku meihat ada wanita yg sedang membutuhkan bantuan dan dengan spontan menawarkan bantuan.

bagi saya, A adalah pelanggaran vinaya dan B bukan sebuah pelanggaran.
karena A dilandasi keinginan untuk memuaskan diri, dan B dilandasi sesuatu yg tulus.
dan bila dilihat makna dan tujuan dari vinaya, bagi saya adalah membatasi A, bukan membatasi B.

sehingga sebenarnya tidak salah dengan apa yg dikatakan oleh bro purnama.
salah tapi tak salah, tak salah tapi salah. menjalankan tapi tidak menjalankannya, tidak menjalankannya tapi menjalankannya. sehingga sebenarnya tidak bisa dikatakan vinaya mengikat total atau tidak total secara gamblang, tapi harus dilihat latar belakang dan tujuan vinaya itu dibuat.

namun, bila anda menganggap A dan B adalah sama, dan dua2nya adalah melanggar vinaya, maka kita memiliki persepsi yg berbeda. mungkin karena saya melihat dari makna dan tujuan dari vinaya tsb dibuat, dan anda melihat dari apa isi vinaya itu. secara kasarnya, saya melihat dari apa yg tersirat, dan anda melihat dari apa yg tersurat.
karena perbedaan ini saya rasa tidak ada gunanya lagi diskusi ini.

saya setuju dengan apa yg dikatakan oleh bro purnama, hanya saja saya sudah janji pada diri saya untuk tidak post komentar di thread Theravada, kecuali post pertanyaan. jadi maaf saya menggunakan cara ini  ;D

segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Offline Mokau Kaucu

  • Sebelumnya: dtgvajra
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.293
  • Reputasi: 81
Re: Tanya: Vinaya dalam Mahayana Bukan Kontrak Wajib???
« Reply #51 on: 27 September 2010, 12:46:52 PM »
Back to topic. :backtotopic:

Vinaya dalam Mahayana mengikat  atau optional?
Mengikat seumur hidup atau hanya kalau di vihara, kalau bertemu umat?
 :-? :-? :-?

~Life is suffering, why should we make it more?~

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya: Vinaya dalam Mahayana Bukan Kontrak Wajib???
« Reply #52 on: 27 September 2010, 12:48:58 PM »
bro Jerry, hendrako, dan upasaka, saya gabungkan menjadi 1 saja dan saya sederhanakan,

A. seorang bhikku sedang sedih lalu mengambil gitar dan bermain bernyanyi untuk menghibur dirinya
B. seorang bhikku diminta oleh umat untuk bermain gitar bernyanyi bersama2.


bagaimana jika saya tambahkan sedikit

C. seorang bhikkhu diminta oleh umat untuk mabuk bersama2.

Jika anda menjawab PELANGGARAN, mengapa untuk kasus bermain gitar tidak dianggap pelanggaran sementara dua2nya adalah larangan dalam Vinaya?

demikian pula untuk kasus berikut
Quote
A. seorang bhikku melihat ada wanita cantik lalu menawarkan bantuan agar bisa berdekatan dengan wanita itu.
B. seorang bhikku meihat ada wanita yg sedang membutuhkan bantuan dan dengan spontan menawarkan bantuan.

saya tambahkan
C. seorang bhikkhu melihat seorang wanita cantik tidak bersuami tapi kepengen punya anak dan spontan menawarkan bantuan

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Tanya: Vinaya dalam Mahayana Bukan Kontrak Wajib???
« Reply #53 on: 27 September 2010, 01:18:09 PM »
bro Jerry, hendrako, dan upasaka, saya gabungkan menjadi 1 saja dan saya sederhanakan,

A. seorang bhikku sedang sedih lalu mengambil gitar dan bermain bernyanyi untuk menghibur dirinya
B. seorang bhikku diminta oleh umat untuk bermain gitar bernyanyi bersama2.

A. seorang bhikku melihat ada wanita cantik lalu menawarkan bantuan agar bisa berdekatan dengan wanita itu.
B. seorang bhikku meihat ada wanita yg sedang membutuhkan bantuan dan dengan spontan menawarkan bantuan.

bagi saya, A adalah pelanggaran vinaya dan B bukan sebuah pelanggaran.
karena A dilandasi keinginan untuk memuaskan diri, dan B dilandasi sesuatu yg tulus.
dan bila dilihat makna dan tujuan dari vinaya, bagi saya adalah membatasi A, bukan membatasi B.

sehingga sebenarnya tidak salah dengan apa yg dikatakan oleh bro purnama.
salah tapi tak salah, tak salah tapi salah. menjalankan tapi tidak menjalankannya, tidak menjalankannya tapi menjalankannya. sehingga sebenarnya tidak bisa dikatakan vinaya mengikat total atau tidak total secara gamblang, tapi harus dilihat latar belakang dan tujuan vinaya itu dibuat.

namun, bila anda menganggap A dan B adalah sama, dan dua2nya adalah melanggar vinaya, maka kita memiliki persepsi yg berbeda. mungkin karena saya melihat dari makna dan tujuan dari vinaya tsb dibuat, dan anda melihat dari apa isi vinaya itu. secara kasarnya, saya melihat dari apa yg tersirat, dan anda melihat dari apa yg tersurat.
karena perbedaan ini saya rasa tidak ada gunanya lagi diskusi ini.

saya setuju dengan apa yg dikatakan oleh bro purnama, hanya saja saya sudah janji pada diri saya untuk tidak post komentar di thread Theravada, kecuali post pertanyaan. jadi maaf saya menggunakan cara ini  ;D

Jadi apakah menurut Anda, nasihat Sang Buddha adalah...
  • Inilah Sila untuk kalian: "aku bertekad untuk menghindari menikmati musik, tarian, dan hiburan lainnya; kecuali kalau ada umat yang meminta saya melakukannya, maka tidak apa-apa."
  • "Ananda, sebagai seorang bhikkhu janganlah sekalipun kau melihat wanita. Kalau kondisi mengharuskan, maka janganlah berbicara dengan wanita. Tapi kalau kondisi mengharuskan berbicara dengan wanita, maka kau harus menjaga kewaspadaanmu. Kecuali kalau ada wanita yang butuh pertolongan, maka kau boleh menggendongnya. Inilah nasihat-Ku."

Apa benar ini pemahaman Anda? :)

Offline wen78

  • Sebelumnya: osin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.014
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Tanya: Vinaya dalam Mahayana Bukan Kontrak Wajib???
« Reply #54 on: 27 September 2010, 01:25:22 PM »
C. seorang bhikkhu diminta oleh umat untuk mabuk bersama2.

Jika anda menjawab PELANGGARAN, mengapa untuk kasus bermain gitar tidak dianggap pelanggaran sementara dua2nya adalah larangan dalam Vinaya?

karena berbeda. bermain gitar masih dalam kondisi sadar terhadap apa yg timbul dan lenyap. mabuk sudah tidak sadarkan diri.


C. seorang bhikkhu melihat seorang wanita cantik tidak bersuami tapi kepengen punya anak dan spontan menawarkan bantuan

seorang bhikku tidak boleh melakukan hubungan sexual. jika bhikku itu bijak, maka bhikku itu menyarankan agar wanita itu mencari pria untuk menikah agar mempunyai keturunan
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Offline wen78

  • Sebelumnya: osin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.014
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Tanya: Vinaya dalam Mahayana Bukan Kontrak Wajib???
« Reply #55 on: 27 September 2010, 01:28:16 PM »
bro Jerry, hendrako, dan upasaka, saya gabungkan menjadi 1 saja dan saya sederhanakan,

A. seorang bhikku sedang sedih lalu mengambil gitar dan bermain bernyanyi untuk menghibur dirinya
B. seorang bhikku diminta oleh umat untuk bermain gitar bernyanyi bersama2.

A. seorang bhikku melihat ada wanita cantik lalu menawarkan bantuan agar bisa berdekatan dengan wanita itu.
B. seorang bhikku meihat ada wanita yg sedang membutuhkan bantuan dan dengan spontan menawarkan bantuan.

bagi saya, A adalah pelanggaran vinaya dan B bukan sebuah pelanggaran.
karena A dilandasi keinginan untuk memuaskan diri, dan B dilandasi sesuatu yg tulus.
dan bila dilihat makna dan tujuan dari vinaya, bagi saya adalah membatasi A, bukan membatasi B.

sehingga sebenarnya tidak salah dengan apa yg dikatakan oleh bro purnama.
salah tapi tak salah, tak salah tapi salah. menjalankan tapi tidak menjalankannya, tidak menjalankannya tapi menjalankannya. sehingga sebenarnya tidak bisa dikatakan vinaya mengikat total atau tidak total secara gamblang, tapi harus dilihat latar belakang dan tujuan vinaya itu dibuat.

namun, bila anda menganggap A dan B adalah sama, dan dua2nya adalah melanggar vinaya, maka kita memiliki persepsi yg berbeda. mungkin karena saya melihat dari makna dan tujuan dari vinaya tsb dibuat, dan anda melihat dari apa isi vinaya itu. secara kasarnya, saya melihat dari apa yg tersirat, dan anda melihat dari apa yg tersurat.
karena perbedaan ini saya rasa tidak ada gunanya lagi diskusi ini.

saya setuju dengan apa yg dikatakan oleh bro purnama, hanya saja saya sudah janji pada diri saya untuk tidak post komentar di thread Theravada, kecuali post pertanyaan. jadi maaf saya menggunakan cara ini  ;D

Jadi apakah menurut Anda, nasihat Sang Buddha adalah...
  • Inilah Sila untuk kalian: "aku bertekad untuk menghindari menikmati musik, tarian, dan hiburan lainnya; kecuali kalau ada umat yang meminta saya melakukannya, maka tidak apa-apa."
  • "Ananda, sebagai seorang bhikkhu janganlah sekalipun kau melihat wanita. Kalau kondisi mengharuskan, maka janganlah berbicara dengan wanita. Tapi kalau kondisi mengharuskan berbicara dengan wanita, maka kau harus menjaga kewaspadaanmu. Kecuali kalau ada wanita yang butuh pertolongan, maka kau boleh menggendongnya. Inilah nasihat-Ku."

Apa benar ini pemahaman Anda? :)

itu pemahaman anda :)
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya: Vinaya dalam Mahayana Bukan Kontrak Wajib???
« Reply #56 on: 27 September 2010, 01:29:32 PM »
C. seorang bhikkhu diminta oleh umat untuk mabuk bersama2.

Jika anda menjawab PELANGGARAN, mengapa untuk kasus bermain gitar tidak dianggap pelanggaran sementara dua2nya adalah larangan dalam Vinaya?

karena berbeda. bermain gitar masih dalam kondisi sadar terhadap apa yg timbul dan lenyap. mabuk sudah tidak sadarkan diri.


jadi menurut anda, Sang Buddha menetapkan vinaya dengan berdasarkan parameter sadar terhadap apa yg timbul dan lenyap?

Quote
C. seorang bhikkhu melihat seorang wanita cantik tidak bersuami tapi kepengen punya anak dan spontan menawarkan bantuan

seorang bhikku tidak boleh melakukan hubungan sexual. jika bhikku itu bijak, maka bhikku itu menyarankan agar wanita itu mencari pria untuk menikah agar mempunyai keturunan

bukankah jawaban ini juga bisa diaplikasikan pada kasus "diminta main gitar"?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Tanya: Vinaya dalam Mahayana Bukan Kontrak Wajib???
« Reply #57 on: 27 September 2010, 01:33:17 PM »
itu pemahaman anda :)

Pemahaman saya tidak seperti di atas. Kalau pemahaman Anda bukan seperti di atas, maka tolong jelaskan apa intepretasi Anda atas dua pernyataan Sang Buddha berikut ini...
  • Inilah Sila untuk kalian: "aku bertekad untuk tidak menikmati musik, tarian, dan hiburan-hiburan lainnya."
  • "Ananda, sebagai seorang bhikkhu janganlah kau melihat wanita. Jika kondisi mengharuskan melihat wanita, maka janganlah berbicara dengan wanita. Jika kondisi mengharuskan berbicara dengan wanita, maka kau harus menjaga kewaspadaanmu."

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tanya: Vinaya dalam Mahayana Bukan Kontrak Wajib???
« Reply #58 on: 27 September 2010, 01:58:31 PM »
Melihat tulisan Bro wen78, saya membayangkan luar biasanya penegak vinaya di Mahayana. Mereka pasti bisa mengetahui isi pikiran dan bathin orang lain, sehingga bisa mengetahui orang ini melanggar vinaya, orang ini tidak, TANPA mempertimbangkan perilakunya. 


Offline Dico

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 11
  • Reputasi: 1
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya: Vinaya dalam Mahayana Bukan Kontrak Wajib???
« Reply #59 on: 27 September 2010, 02:05:23 PM »
Thread yang panas,...sorri kalo sedikit OOT, sekedar refresh aja...

Kasihan yah umat wanita, padahal mereka yang dekat dengan bhiksu belum tentu punya niat buruk....


 ;D  ;D ....okeh....silahkan dilanjut....

 

anything