//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?  (Read 604986 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #1455 on: 23 October 2010, 03:49:39 PM »
oh iya soal teguran, ada badan yang bisa sebenarnya tapi malah membiarkan hal ini kok.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #1456 on: 23 October 2010, 03:54:40 PM »
Akhirnya 100 halaman juga, tapi tidak ada tanggapan yang jelas dari pihak MBI. Mungkin memang sebaiknya tidak usah dipedulikan lagi. Masing-masing organisasi punya tata cara sendiri, ada yang memang memperbolehkan/mendukung hal-hal seperti itu, ada juga yang menolak.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #1457 on: 23 October 2010, 05:00:37 PM »
Musik dan menari pada dasarnya adalah media yang netral dalam menyampaikan pesan, sama dengan kata-kata lisan dan tulisan. Bedanya adalah medianya saja. Kalau alat musik menggunakan bunyi-bunyian abstrak yang berasal dari gesekan, pukulan atau gema yang keluar dari benda sebuah benda, tarian adalah "kata-kata" yang diucapkan dengan menggunakan tubuh sebagai media.

Musik dan Tarian adalah rangkaian bunyi dan gerakan yg dirangkai sedemikian rupa agar nyaman didengar, tujuannya jelas: untuk dinikmati. Dan sesuatu yg nikmat adalah memanjakan panca indera.

Quote
Ketika seseorang membaca paritta/mantra/dharani dsb. meski tidak dimaksudkan sebagai nyanyian kadang-kadang juga terdengar merdu. Begitu juga bunyi-bunyian yang kita dengar sehari-hari, apakah bunyi burung, angin, aliran air, kebisingan orang berbicara dan lalu lintas, semuanya ini jika didengarkan dengan netral dan tanpa terpengaruh stereotipe tentang bunyi tersebut dapat terdengar "indah" juga, bahkan tidak beda dengan bunyi musik.

Berbahagialah orang yg bisa melihat bahwa segala sesuatunya itu netral. Tapi tidak banyak orang yg begini.
Hampir semua orang yg mendengarkan musik tujuannya adalah untuk menikmati alunan nadanya...
Bisakah Bro mencontohkan orang yg mendengarkan musik hanya untuk mendengarkan syairnya, tanpa mengindahkan alunan nadanya? Justru itu, musik dibuat untuk dinikmati alunan nadanya, lirik hanyalah pelengkap.

Quote
Sebuah alat musik pada hakikatnya tak ubahnya dengan sebuah pena atau alat tulis. Ia dapat digunakan untuk menyampaikan hal negatif juga hal yang positif. Ia dapat digunakan untuk menyebabkan seseorang melekat pada LMD, tapi bisa juga membantu seseorang lepas dari LMD.

Jika saja musik bisa membantu kita mengikis LDM, maka Sang Buddha tidak perlu menganjurkan kita untuk menghindari musik dan tarian bukan?

Quote
Tergantung bagaimana ia digunakan. Kemelekatan kepada musik semata-mata timbul karena kita seringkali menggunakannya sebagai alat untuk menghibur belaka.

Selain untuk menghibur, memang apalagi kegunaan 'musik'?

Quote
Oleh karena itu, ketika terdapat sila yang mengatur bahwa "tidak boleh menari, menyanyi dan memainkan alat musik", seharusnya kita tidak melihatnya secara dangkal belaka. Dalam Delapan Tuntunan Moralitas (aṣṭa-śīla, 八關齋戒) Mahayana, aturan ini juga diucapkan pada urutan kedelapan. Namun yang kurang diperhatikan adalah pengucapan bagian ini selalu berjajar dalam satu kesatuan dengan peraturan "tidak menggunakan perhiasan dan berhias diri." Dalam hal ini, "menyanyi, menari dan memainkan alat musik" dan juga termasuk "menonton" hal-hal tersebut, disetarakan dengan "menggunakan perhiasan dan berhias diri".  Mengapa demikian?  Karena dalam aturan-sila ini maksud  "menyanyi, menari dan memainkan alat musik" dan "menonton"-nya adalah kegiatan yang menghibur diri, yaitu aktivitas yang berorientasi pada pencarian kesenangan untuk menghilangkan kebosanan. Aktivitas yang memungkinkan kita mendapatkan kepuasan dengan melarikan diri dari suasana yang biasa-biasa saja, netral dan tidak memikat dengan mencari kesenangan yang berlebihan. Dengan pengertian ini, maka yang termasuk dalam aturan ini seharusnya termasuk menonton film, membuka website kesukaan, membaca novel, bermain video game, ataupun kegiatan-kegiatan lain yang berpotensi untuk terjadi hal yang sama. Namun dikarenakan pada masa tersebut kegiatan-kegiatan ini belum dikenal maka tidak termasuk.

Tarian apakah yg disajikan ke penonton yg bukan untuk hiburan? Bisakah dicontohkan?

Karena disini dibahas soal tarian, maka saya menyampaikan hal yg pernah saya lihat sendiri: seringkali vihara dalam memperingati hari tertentu, mengundang para Bhikkhu, duduk dibaris terdepan dan disuguhkanlah acara2. Salah satu acaranya yaitu: tarian dari muda-mudi Vihara. Para gadis melenggak-lenggok dengan baju tanpa lengan sambil melambai2kan saputangan sutra.... di depan para Bhikkhu.

Kita sebagai umat awam, seharusnya menyokong tekad para Bhikkhu. Hal ini bisa terjadi krn 'pembenaran2' salah satunya seperti yg kita bahas sekarang... kawan2 malah mengatakan nanti bisa saja ada band thrashmetal yg membawakan lagu2 Dhamma...

sedikit demi sedikit kelonggaran/pembenaran yg lama2 akan menjauh dari esensi Ajaran.

Quote
Akan tetapi, mudah sekali aturan-sila ini disalahpahami bahwa isinya adalah peraturan yang melarang suatu perilaku spesifik, jika ditafsirkan secara sempit. Saya tidak melihat sila sebagai sekumpulan peraturan yang mengatakan "tidak boleh ini, tidak boleh itu," sehingga kemudian kita merasa harus menjauhi suatu hal karena "dilarang". Cara pandang demikian, melupakan bahwa sila pada hakikatnya adalah tuntunan untuk menjauhkan kita dari tiga racun  (dalam pali dikenal sebagai moha, lobha dan dosa), bukan hukum tentang apa yang boleh dan tidak boleh layaknya dalam syariat agama tetangga.  Jika sila dipahami layaknya syariat agama tetangga, maka Buddha Dharma jadinya hanya ajaran tentang bagaimana cara menegakkan syariat dan kepatuhan umatnya terhadap peraturan yang ada. Apa yang kusaksikan pada agama tetangga tersebut, yang terjadi kemudian adalah perdebatan terus menerus tiada henti mengenai suatu perilaku halal, haram, sunnah atau makruh (singkatnya: apa dibolehkan atau tidak diperbolehkan). Sungguh menyedihkan kalau Buddha Dharma jadinya hanya seperti itu: hanya mempersoalkan perilaku yang boleh dan tidak boleh dengan sangat rigid, sehinga kehilangan esensinya. Saya melihat Buddhisme tidak demikian. Esensi lebih penting daripada penampilan luar. Oleh karena itu, apa yang hendak disampaikan itu yang lebih utama daripada yang tampak. Setidaknya itu yang kupelajari dari Buddhisme CXh'an (Zen).     

Buddha Dhamma tentu saja tidak menganut ajaran 'Tidak Boleh', namun 'hindari hal2 yg tidak bermanfaat bagi perkembangan batin'.

Nah, apakah melihat para gadis melenggak-lenggok membawakan tarian 'Dhamma' akan bermanfaat bagi perkembangan batin?

Apakah seorang Bhikkhu yg memainkan alat musik sesuai dengan tekadnya untuk mengikis LDM nya?

Quote
Nah, kembali ke soal "menari, menyanyi dan bermain alat musik." Menurut saya, tidak benar bahwa mengatakan sila tersebut  "melarang"  semata-mata perbuatan kongkritnya. Sila itu adalah tuntunan untuk menghindari perbuatan yang dapat mempertebal MLD. Oleh karena itu, seperti yang saya sampaikan di atas, tidak semua kegiatan "menari, menyanyi dan bermain alat musik" dilakukan dengan tujuan penuh nafsu melainkan bisa dilakukan dengan tujuan menyampaikan dharma, maka seharusnya dalam kasus tertentu perilaku tersebut tidak bermasalah. Dalam aṣṭa-śīla Mahayana, bagian sila tersebut selalu ditambah dengan kata-kata "dengan melekat" atau "disertai hawa nafsu". Lengkapnya berbunyi: "Avoid wearing jewellery, perfume, and make-up. Avoid singing, dancing or playing music with attachment. "
 

Bagi kita umat awam, kegiatan menyanyikan dan mendengarkan lagu2 (liriknya Dhamma / bukan), tentu sah2 saja. Tapi kita tetap dianjurkan untuk menghindari hal2 tsb, kalau tidak bisa sepenuhnya, yah pada hari2 tertentu saja. Kenapa dianjurkan untuk dihindari? Krn musik dan tarian, pada dasarnya adalah kegiatan hiburan dan kesenangan semata. Tidak ada manfaatnya sama sekali untuk membebaskan kita dari LDM...

Jika memang musik dan tari2an memang sungguh bermanfaat untuk menyampaikan Dhamma, tentu sedari awal Sang Buddha dan para Bhikkhu telah membawa sitar kemana2 dan menari2 didepan orang2....

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #1458 on: 23 October 2010, 05:10:40 PM »
Sang Buddha menegur YM
Udayin: "Bagaimana mungkin kamu, orang bodoh, duduk bersama dengan
wanita, seorang pria dan seorang wanita, di suatu tempat tersembunyi di
atas tempat duduk yang nyaman dan tersendiri? ..... "[/color][/i]
Sumber: http://groups.yahoo.com/group/samaggiphala/message/16351?var=1

Oleh karena itu saran saya adalah langsung saja tegur yang bersangkutan. Jika menggosip terus seperti ini, saya rasa hanya akan menghabis-habiskan waktu. Salah-salah malah dikuasai oleh kebencian. 


Yg bisa menegur si Bhikkhu adalah Gurunya langsung, mungkin seniornya atau organisasi yg berwewenang...
(Tentu jika organisasinya mempunyai pikiran yg sama dengan kita bahwa hal tsb tidak pantas)..

Apa yg bisa kita lakukan disini adalah mengkondisikan agar hal tsb terjadi, melalui saluran yg tepat yaitu forum Buddhist ini...

Dan kenapa terjadi silang sengketa disini? Karena terdapat perbedaan pendapat, makanya topik ini hangat dan hari ini telah mencapai 100 page....

Dinamika yg wajar, kita harus hargai ini...

Justru kita harus berterima kasih dengan dibukanya thread ini, sehingga bertambah juga pengetahuan kita soal aturan dan disiplin dan mengapa hal tsb harus dihindari... kedepannya umat bisa lebih waspada bagaimana menyokong kehidupan kebhikkhuan

Bagi si Bhikkhu itu sendiri (dan juga Bhikkhu2) lainnya, dengan adanya thread ini akan mengkondisikan mereka untuk merenungkan kembali apakah benar / tidak perbuatan tsb...

Thread ini jelas sangat bermanfaat dan bukan gosip.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Mokau Kaucu

  • Sebelumnya: dtgvajra
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.293
  • Reputasi: 81
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #1459 on: 23 October 2010, 05:20:50 PM »
Hmmm.... sejak liat fb bhiksu ini saya pikir emg ada yg kurang beres siihh... yg difoto banyak cewenya dan gak ada hubungannya dengan Dharma sama sekali. Bagi saya sih jelas-jelas ini pelanggaran Vinaya. Sepatutnya organisasi Sangha yang bersangkutan bertindak tegas. Membumi ya membumi, tapi kalau tidak ada respek dengan vinaya ya repot.

Di bawah saya membahas secara Mahayanis.

Mengenai gitar dan menyanyi, asal yang dinyanyikan lagu-lagu Dharma, tidak masalah. Misalnya Sangha Thich Nhat Hanh, di sana Ven, Thich Nhat Hanh menyatakan dengan jelas mengenai sila "tidak menyanyi, mendengarkan lagu dsb" dari Astasila:
- bahwa menyanyikan lagu Dharma dan memainkan lagu Dharma yang membangkitkan keyakinan, bukanlah pelanggaran. Tetapi kalau menyanyi lagu romantis duniawi bergaya pop ya jelas-jelas melanggar.

"Sadarilah bahwa banyak lagu, film, buku, hiburan dan game yang dapat emrusak tubuh dan pikiran dan membuang waktu yang berharga yang dapat digunakan untuk belajar dan praktek, aku bertekad untuk tidak terjerumus dalam halangan-halangan ini. Aku bertekad untuk tidak membaca novel, melihat film-film duniawi ataupun buku, atau mencari halangan dengan cara menyanyi atau mendengarkan lagu-lagu cinta dan musik-musik jenis lainnya yang dapat menyebabkan emosi negatif muncul. Aku bertekad tidak akan membuang waktu bermain game lektronik dan berjudi.
Ketika seorang shramanera mempraktekkan sila ini, ia tahu dan paham bahwa pelafalan dan menyanyi lagu-lagu Dharma adalah cara untuk mempraktekkan hidup berkesadaran dan mennyemai benih-benih kebajikan. Namun kesenian yang menyirami benih penderitaan, kelekatan, kesedihan, kebencian dan kemelekatan dapat menyebabkan ancaman, dan karena itulah ia mengindarinya.
(Thich Nhat Hanh, Stepping Into Freedom)

Dalam Dasabhumika Sutra disebutkan bahwa para bodhisattva menguasai berbagai macam seni, termasuk seni musik dan di masa modern ini mungkin bisa juga seni fotografi. Ini dilakukan oleh seorang bodhisattva untuk menjalin jodoh sebnayak-banyaknya dengan semua makhluk dan membawa mereka pada Dharma.

Namun ini dipertegas dalam Mahavairocana Sutra di mana dikatakan bahwa para bodhisattva AWAM-lah yang menguasai seni berbagai macam musik, fotografi dsb, BUKAN Bodhisattva BHIKSU. Jadi seorang bodhisattva UMAT AWAM (upasaka upasika) bisa bebas memfoto apapun, menyanyikan apapun asal sesuai dengan ETIKA yang ada, dengan tujuan menjalin jodoh dengan para makhluk.

Namun kalau bodhisattva BHIKSU, menyanyi dan memfoto diperbolehkan hanya untuk kepentingan Dharma saja, misal menyanyikan lagu Buddhis yang membangkitkan sraddha dengan diiringi alat musik sebagai persembahan untuk Triratna, fotografi vihara dan para Buddha, kegiatan Buddhis, ataupun fotografi yang membuat orang terbangkitkan welas asihnya, BUKAN foto PARA CEWEK nggak jelas, apalagi sampai becanda "rok" dan "istri" segala, astaganaga.

Kalau memang benar bhante Nyanadasa ini adalah bhiksu Mahayanis, maka patut ditanyakan: "Vinaya dalam Mahayana Brahmajala Sutra dikemanain itu??"

Kalau bukan, sebenarnya bhante Nyanadasa itu aliran apa sich?  ::) ::) ::)

 _/\_
The Siddha Wanderer

Bro Gandalf, benarkah bahwa cara mempraktikkan hidup berkesadaran dan menyemai benih-benih kebajikan adalah dengan menyanyi lagu-lagu Dharma? adakah referensi valid atau interpretasi yg mendekati dari sutra mahayana sehubungan dengan hal ini?

Tidak lama lagi akan ada Rock Concert dengan pemain band para biksu yang penuh kesadaran menyanyikan lagu lagu Dhamma, dengan tujuan amat mulia, menyebarkan Dharma kepada masyarakat muda sekaligus menjaring Dana untuk membiayai acara retret di tempat yang indah untuk kebahagiaan semua mahluk.

Beberapa tahun lagi mungkin akan ada serombongan biksu mengamen untuk mencari dana pembangunan rumah sakit Buddhist, karena umat Buddhist yang pandai pandai lebih sibuk berdebat di Dhammacitta daripada membantu menggalang dana.  Hehe.....he.  ;D

 _/\_
~Life is suffering, why should we make it more?~

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #1460 on: 23 October 2010, 05:23:56 PM »
sebenernya blessing bisa menaikan harga jual yak =)) kalau gitu segala macem benda di blessing aje biar bisa bangun vihara =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #1461 on: 23 October 2010, 06:28:57 PM »
hmm..teguran langsung ya? ada yg mo mewakili?? tampaknya tuh biku suka nongkrong di starbucks
berarti banyak duit ya si gundul ini...
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #1462 on: 23 October 2010, 10:13:33 PM »
hmm..teguran langsung ya? ada yg mo mewakili?? tampaknya tuh biku suka nongkrong di starbucks
berarti banyak duit ya si gundul ini...
cocok jadi murid mahaguru yak =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #1463 on: 23 October 2010, 10:28:20 PM »
berarti anda bisa mengatakan membunuh, merampok menipu dengan tujuan menyampaikan dharma maka seharusnya dalam kasus tertentu perilaku tersebut tidak bermasalah?

Dalam catatan kita berapa banyak perbuatan demikian yang bisa menyampaikan dharma?  Apakah ada kasus di mana perbuatan yang anda sebutkan memberikan dampak postif kepada si pelaku, korban maupun orang lain? Sebaliknya, tarian, nyanyian dan musik cenderung lebih netral dibandingkan dengan perbuatan-perbuatan yang anda sebutkan. Mereka adalah media netral yang bisa digunakan sebagai penyampaian pesan yang beragam. Baik atau buruk tergantung dari cara memanfaatkannya.

apakah vinaya mengatur perilaku atau alasan?
Saya percaya vinaya tidak mengatur apapun... Namun yang tahu alasan maksud dan tujuan sebenarnya diterapkannya vinaya adalah yang paling berhasil mempraktikkan vinaya dengan baik. Yang menjalankan vinaya dengan membabi buta dan hanya mengandalkan alasan kepatuhan belaka, cepat atau lambat akan kecewa dan mulai banyak mengeluh dalam batinnya jika tidak mendapatkan kemajuan.   
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #1464 on: 23 October 2010, 10:31:36 PM »
astaga ... penggemar MIYABI pulak lagi?

karena terlalu banyak perilaku menyimpang dari BIKU ini, untuk mempersingkat waktu, bagaimana kalau kita membahas perilaku lurus BIKU ini yg pasti lebih sedikit?

atau malah jangan2 thread ini malah jadi terhenti karena tidak ada perilaku lurus yg bisa dibahas?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #1465 on: 23 October 2010, 10:54:40 PM »
 [at]  Sobat-Dharma,

setelah 100 pages pembahasan mengenai perilaku BIKU ini, apakah menurut anda BIKU ini melakukan sesuatu yg bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain? apakah menurut anda BIKU ini  telah menyampaikan dharma? apakah menurut anda perilakunya memberikan dampak positif bagi dirinya dan bagi orang lain? ini adalah pertanyaan yg dapat dijawab dengan YA atau TIDAK. jika anda menjawab YA, apakah manfaat dan dampak positif itu dan apakah dharma yg telah disampaikan?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #1466 on: 23 October 2010, 11:04:04 PM »
berarti anda bisa mengatakan membunuh, merampok menipu dengan tujuan menyampaikan dharma maka seharusnya dalam kasus tertentu perilaku tersebut tidak bermasalah?

Dalam catatan kita berapa banyak perbuatan demikian yang bisa menyampaikan dharma?  Apakah ada kasus di mana perbuatan yang anda sebutkan memberikan dampak postif kepada si pelaku, korban maupun orang lain? Sebaliknya, tarian, nyanyian dan musik cenderung lebih netral dibandingkan dengan perbuatan-perbuatan yang anda sebutkan. Mereka adalah media netral yang bisa digunakan sebagai penyampaian pesan yang beragam. Baik atau buruk tergantung dari cara memanfaatkannya.
pernah mendengar cerita zen yang membunuh kucing?

apakah betul salah dalam ajaran buda menjadi abu2 dengan adanya alasan?

Quote
apakah vinaya mengatur perilaku atau alasan?
Saya percaya vinaya tidak mengatur apapun... Namun yang tahu alasan maksud dan tujuan sebenarnya diterapkannya vinaya adalah yang paling berhasil mempraktikkan vinaya dengan baik. Yang menjalankan vinaya dengan membabi buta dan hanya mengandalkan alasan kepatuhan belaka, cepat atau lambat akan kecewa dan mulai banyak mengeluh dalam batinnya jika tidak mendapatkan kemajuan.   
jadi menurut anda seorang yang tidak mendapat kemajuan itu yang harus disalahkan vinaya atau orangnya?

jadi kalau orang itu tidak memperoleh kemajuan pelanggaran dibenarkan?

ckckckck
« Last Edit: 23 October 2010, 11:05:39 PM by ryu »
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline wen78

  • Sebelumnya: osin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.014
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #1467 on: 23 October 2010, 11:33:22 PM »
berarti anda bisa mengatakan membunuh, merampok menipu dengan tujuan menyampaikan dharma maka seharusnya dalam kasus tertentu perilaku tersebut tidak bermasalah?

Dalam catatan kita berapa banyak perbuatan demikian yang bisa menyampaikan dharma?  Apakah ada kasus di mana perbuatan yang anda sebutkan memberikan dampak postif kepada si pelaku, korban maupun orang lain? Sebaliknya, tarian, nyanyian dan musik cenderung lebih netral dibandingkan dengan perbuatan-perbuatan yang anda sebutkan. Mereka adalah media netral yang bisa digunakan sebagai penyampaian pesan yang beragam. Baik atau buruk tergantung dari cara memanfaatkannya.
pernah mendengar cerita zen yang membunuh kucing?

pernah dengar koan Zen dimana jika bertemu Buddha, bunuh Buddha?

mohon kata "bunuh" di telaah dengar benar!
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #1468 on: 23 October 2010, 11:41:15 PM »
berarti anda bisa mengatakan membunuh, merampok menipu dengan tujuan menyampaikan dharma maka seharusnya dalam kasus tertentu perilaku tersebut tidak bermasalah?

Dalam catatan kita berapa banyak perbuatan demikian yang bisa menyampaikan dharma?  Apakah ada kasus di mana perbuatan yang anda sebutkan memberikan dampak postif kepada si pelaku, korban maupun orang lain? Sebaliknya, tarian, nyanyian dan musik cenderung lebih netral dibandingkan dengan perbuatan-perbuatan yang anda sebutkan. Mereka adalah media netral yang bisa digunakan sebagai penyampaian pesan yang beragam. Baik atau buruk tergantung dari cara memanfaatkannya.
pernah mendengar cerita zen yang membunuh kucing?

pernah dengar koan Zen dimana jika bertemu Buddha, bunuh Buddha?

mohon kata "bunuh" di telaah dengar benar!
Nanchuan melihat para bhikkhu dari gedung bagian timur dan barat berkelahi atas seekor kucing. Mengukur ukuran kucing tersebut, ia mengatakan kepada para bhikkhu: “Jika salah satu dari kalian dapat mengatakan kalimat dari Zen, anda akan menyelamatkan kucing.” Tidak seorang pun menjawab. Nanchuan memotong kucing tersebut menjadi dua. Malam itu Zhaozho kembali ke biara dan Nanchuan menyampaikan kepadanya apa yang telah terjadi. Zhaozho melepas sandal-sandal-nya, meletakkan sandal-sandal tersebut di kepalanya, dan berjalan keluar. Nanchuan berkata: “Jika saja anda berada di sana, anda pasti menyelamatkan kucing tersebut.”

silahkan telaah.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #1469 on: 23 October 2010, 11:41:24 PM »
Musik dan Tarian adalah rangkaian bunyi dan gerakan yg dirangkai sedemikian rupa agar nyaman didengar, tujuannya jelas: untuk dinikmati. Dan sesuatu yg nikmat adalah memanjakan panca indera.

Semuanya yang kita lihat di sekitar kita bisa bertendensi memanjakan panca indera, entah itu gunung, langit, arakan awan, vihara yang megah, patung Buddha yang elok. Semuanya yang kita dengar bisa menjadi "indah" tanpa diduga, misalnya kicauan burung, suara angin, ombak pantai, suara alunan orang membaca paritta/mantra/dharani. Mengapa kita harus cemas dengan hal kecil seperti itu? Sebenarnya bukan obyek-obyek itu yang memanjakan panca indera kita, tetapi kitalah memanjakan objek-objek indera tersebut. 

Ada musik yang dengan sengaja dibuat agar enak didengar, tapi toh malah menyiksa orang yang tidak menyukainya. Ada tarian yang hendak dibuat-buat menjadi memikat, tapi apa boleh buat terlihat tidak serasi bagi tidak dapat menikmatinya. Karena itu, suatu objek disebut memikat atau menyiksa, menggoda atau memuakkan, semuanya bukan karena objek tersebut sendiri yang bermasalah, namun pikiran itulah yang membeda-bedakannya. 


Berbahagialah orang yg bisa melihat bahwa segala sesuatunya itu netral. Tapi tidak banyak orang yg begini.
Hampir semua orang yg mendengarkan musik tujuannya adalah untuk menikmati alunan nadanya...
Bisakah Bro mencontohkan orang yg mendengarkan musik hanya untuk mendengarkan syairnya, tanpa mengindahkan alunan nadanya? Justru itu, musik dibuat untuk dinikmati alunan nadanya, lirik hanyalah pelengkap.

Nada dan alunan dalam musik memberikan penegasan dan penekanan pada bagian syair-syair yang dibawakan. Bahkan dalam banyak kejadian ketika sebuah syair dinyanyikan atau dilantunkan dengan berirama, maka akan membantu orang yang melantunkannya untuk mengingatnya kembali dengan mudah dibandingkan hanya dihapalkan mentah-mentah. Mungkin saja umat Buddha ada yang tergoda untuk menikmati alunan nadanya, namun jika hal tersebut ternyata malah membantunya terus mengingat isi sebuah syair bukankah itu justru lebih baik. Dalam kasus ini kalau syairnya adalah sepotong bait dari sutra atau paritta, bukankah berarti membantu umat Buddha untuk semakin dekat dengan Ajaran Sang Buddha, meski masih dalam tataran permukaan? Bahkan sepotong syair yang sederhana dan terlihat tidak menarik, ketika diucapkan nada dan irama yang sesuai, kadang-kadang maknanya akan terasa lebih mengena.

Lantas manakah yang pelengkap, lirik atau alunan nadanya? Pada dasarnya alunan nada adalah sesuatu yang sangat abstrak. Kalau anda mendengar musik instrumenal misalnya, dalam hal ini tanpa memperhatikan judulnya, anda bisa membayangkan secara bebas apa yang hendak disampaikan oleh sebuah komposisi. Mungkin yang terasa hanya suasana emosinya, misalnya apakah ini lagu yang datar, monoton, ceria, sedih, penuh kemarahan atau rumit, tapi itupun sangat subjektif penghayatannya. Semuanya tergantung suasana emosi kita ketika itu. Jadi musik itu sendiri hanya memberikan konteks suasana emosi yang hendak dibangun. Sedangkan lirik, justru yang membatasi pemaknaan kita akan sebuah lagu. Ia adalah yang menjelaskan pesannya. Maka sebenarnya lirik dan alunan nada, sebenatnya keduanya saling memperkuat pesan yang hendak disampaikan.

Dalam hal ini, menurut saya, musik yang cocok untuk menyampaikan Dharma adalah yang cenderung tidak terlalu banyak gejolak emosinya. Nadanya harus monoton, naik turun secara statis, namun mendamaikan seperti ombak lautan. Akan tetapi semuanya relatif. Bagi umat Buddha pemula, mungkin musiknya cukup tidak membawa emosi yang negatif saja, misalnya tidak rancak, tidak melankolis ataupun penuh amarah. Untuk liriknya, jelas, isinya semuanya harus berbicara tentang dharma. Tidak bisa lain. 

Jika saja musik bisa membantu kita mengikis LDM, maka Sang Buddha tidak perlu menganjurkan kita untuk menghindari musik dan tarian bukan?

Soal ini sudah kujelaskan sebelumnya, yang dicegah adalah musik, tarian, nyanyian yang identik dengan mengenakan perhiasan dan menghias diri, yaitu untuk hiburan semata.


Selain untuk menghibur, memang apalagi kegunaan 'musik'?

Sebagai contoh, Konfusius menganggap musik sebagai alat untuk mendidik budi pekerti manusia. Bangsa Eropa melihat musik sebagai simbol tingginya peradaban, pemain musik adalah orang jenius yang cerdas bukan cuma penghibur. Bahkan zaman sekarang, dunia kedokteran pun percaya jika seorang bayi rajin didengarkan musik klasik dari kecilnya akan membantu merangsang saraf-saraf otak bagian kecerdasan. Bangsa-bangsa didunia menggunakan musik untuk meningkatkan kecintaan pada tanah air. Para leluhur pun banyak melestarikan nilai-nilai
yang hendak diajarkan dengan lagu-lagu sederhana yang diwariskan turun-temurun.

Tapi, orang yang tidak paham melihat musik hanya untuk menghiasi berpesta, menghibur diri di kala susah dan tenggelam dalam alunan nada yang bergejolak. Menurut saya, itulah yang ditentang oleh sila tersebut.

Tarian apakah yg disajikan ke penonton yg bukan untuk hiburan? Bisakah dicontohkan?

Tarian-tarian di Bali pada awal dibuat untuk ritual keagamaan. Tarian-tarian di keraton Solo, dilakukan oleh putri-putri solo untuk melatih mengekang tingkah laku mereka agar tetap halus dan terkendali. Tarian para sufi di Turki dilakukan sebagai salah satu bentuk "meditasi" mereka. Saya bahkan pernah melihat sekelompok penari dari Taiwan (namanya "Chi Body Theatre", kalau nggak salah) yang memperlihatkan bagaimana menari bisa melatih mereka membangkitkan kesadaran pengenalan terhadap tubuh mereka, meningkatkan kesadaran spiritual mereka dan menyeimbangkan antara batin dan tubuh. Nah, susahnya kita saat ini hanya mengenal tarian sebagai hiburan, sehingga tidak dapat menarik manfaat darinya. Ketika mendengar tentang tarian, selalu langsung lari ke bayangan pesta pola, goyangan penuh nafsu, hiburan, dan kesenangan belaka. Tarian sebagai "tontonan" tidak mesti berarti langsung bermakna "hiburan". Tontonan sifatnya lebih netral. Dalam tontonan ada pesan. Pesan itulah yang paling penting untuk ditangkap. 

Karena disini dibahas soal tarian, maka saya menyampaikan hal yg pernah saya lihat sendiri: seringkali vihara dalam memperingati hari tertentu, mengundang para Bhikkhu, duduk dibaris terdepan dan disuguhkanlah acara2. Salah satu acaranya yaitu: tarian dari muda-mudi Vihara. Para gadis melenggak-lenggok dengan baju tanpa lengan sambil melambai2kan saputangan sutra.... di depan para Bhikkhu.

Kalau yang begituan, sih memang namanya tarian hanya untuk hiburan.  Ketika menggunakan gadis muda dengan pakaian seksi, jelas itu cenderung bertendensi nafsu. Tarian yang kumaksudkan tidaklah demikian. Tidak harus gadis muda, tidak harus menggunakan pakaian seksi, tidak harus melenggak lenggok gemulai di atas panggung. Yang hendak kukatakan adalah ketika sebuah gerak diolah dengan begitu baiknya, kadang-kadang bisa menjadi alat penyampaian pesan yang lebih baik ketimbang kata-kata.

Kita sebagai umat awam, seharusnya menyokong tekad para Bhikkhu. Hal ini bisa terjadi krn 'pembenaran2' salah satunya seperti yg kita bahas sekarang... kawan2 malah mengatakan nanti bisa saja ada band thrashmetal yg membawakan lagu2 Dhamma...

Tentu, kalau trashmetal, saya juga tidak setuju. Nadanya cenderung agresif dan penuh kemarahan. Menghasilkan sifat yang tidak sabaran dan penuh nafsu. Seperti yang kukatakan tadi, tidak semua jenis musik cocok untuk menyampaikan dharma. Kalau anda menganggap hal demikian adalah 'pembenaran', saya lebih suka menamakannya sebagai 'fleksibiltas'


sedikit demi sedikit kelonggaran/pembenaran yg lama2 akan menjauh dari esensi Ajaran.

Kalau saya belajar dari Buddhisme Zen, esensi Ajaran tidaklah pernah mati. Esensi Ajaran sudah ada di dalam setiap semua orang. Tidak akan rusak hanya dengan sedikit penyesuaian :)


Buddha Dhamma tentu saja tidak menganut ajaran 'Tidak Boleh', namun 'hindari hal2 yg tidak bermanfaat bagi perkembangan batin'.

Nah, apakah melihat para gadis melenggak-lenggok membawakan tarian 'Dhamma' akan bermanfaat bagi perkembangan batin?

Tergantung. Jika yang bersangkutan kemudian mendapatkan hikmah tertentu dari pengalamannya, maka tentu saja bermanfaat untuk perkembangan batinnya. Dan bahkan kalau seandainya sempat muncul nafsu dalam dirinya dan kemudian ia berusaha untuk mengatasinya ataupun sesudah berlarut-larut lama baru dapat keluar, semuanya adalah proses menuju perkembangan batin. Sorry, jawaban saya memang kurang relevan dengan diskusi kita, tapi apa yang ingin kusampaikan adalah: perkembangan batin dicapai dengan naik dan turun yang dirasakan dan terus dipelajari. Tidak ada yang namanya perkembangan batin selalu mengharapkan jalan yang mulus. Kalau seorang anggota sangha tergoda hanya oleh pemudi vihara yang berpakaian seksi, lantas apa jadinya nanti kalau ia bertemu dengan 3 putri mara yang cantik2 :)

Apakah seorang Bhikkhu yg memainkan alat musik sesuai dengan tekadnya untuk mengikis LDM nya?

Bagi kita umat awam, kegiatan menyanyikan dan mendengarkan lagu2 (liriknya Dhamma / bukan), tentu sah2 saja. Tapi kita tetap dianjurkan untuk menghindari hal2 tsb, kalau tidak bisa sepenuhnya, yah pada hari2 tertentu saja. Kenapa dianjurkan untuk dihindari? Krn musik dan tarian, pada dasarnya adalah kegiatan hiburan dan kesenangan semata. Tidak ada manfaatnya sama sekali untuk membebaskan kita dari LDM...

Jika memang musik dan tari2an memang sungguh bermanfaat untuk menyampaikan Dhamma, tentu sedari awal Sang Buddha dan para Bhikkhu telah membawa sitar kemana2 dan menari2 didepan orang2....

Kenapa Sang Buddha tidak melakukannya, tentu ia memiliki alasan tertentu.  Bisa jadi misalnya, masyarakat di mana Sang Buddha hidup banyak yang menganggap bahwa memainkan alat musik, nyanyian dan tarian adalah perbuatan yang rendah dan tidak pantas bagi seorang petapa. Tapi ini cuma dugaan loh. Saya tidak mau berspekulasi soal ini. Hati Sang Buddha lebih dalam daripada samudera, siapa yang sanggup membacanya :)
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek