//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?  (Read 610441 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #675 on: 08 October 2010, 10:57:59 AM »
Yang kotak 5 (penghuni lama), terkadang perlu belajar cara berpikir yang kotak satu (pendatang baru). hehe.
Sehingga tidak merasa apa yang selama ini dipikirkan selalu benar, dan merupakan kebenaran.

OK, izinkan diri Anda untuk mengajarkan suatu cara berpikir baru kepada saya... Menurut Anda, apa yang boleh dilakukan oleh seorang "biku" dengan gitar? Dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh seorang "biku" dengan gitar?

Offline henrychan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 3
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #676 on: 08 October 2010, 10:59:06 AM »
Nah, betulkan?  Biku mengikuti ajaran Buda.

Biku mengikuti ajaran Buda
Buda membuat winaya
winaya boleh dilanggar sesuai keperluan
Biku jd gak disiplin
ketidakdisplinan biku membuat budasasana tercemar dan cepat lenyap

anak sekolah mengikuti ajaran guru
guru membuat peraturan
peraturan boleh dilanggar sesuai keperluan
anak sekolah jd tidak disiplin
ketidakdisiplinan anak sekolah membuat 'nama sekolah' tercoreng dan cepat bangkrut

Yang saya tahu. Kalau perumpamaan sekolah.
Dimana2 yang namanya Guru tidak membuat peraturan.
Peraturan ditetapkan bersama sebagai komunitas (sekolah). hehe.  :))

Dan guru yang baik, tidak otoriter bukan?
Bahkan Guru tidak selalu benar?
Orangtua murid yang sering lebih benar dan merasa benar. hehe. :))

Offline henrychan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 3
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #677 on: 08 October 2010, 11:18:06 AM »
Yang kotak 5 (penghuni lama), terkadang perlu belajar cara berpikir yang kotak satu (pendatang baru). hehe.
Sehingga tidak merasa apa yang selama ini dipikirkan selalu benar, dan merupakan kebenaran.

OK, izinkan diri Anda untuk mengajarkan suatu cara berpikir baru kepada saya... Menurut Anda, apa yang boleh dilakukan oleh seorang "biku" dengan gitar? Dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh seorang "biku" dengan gitar?

Terimakasih atas kesediaan kotak lima (ban hitam) mendengarkan suara kotak satu (ban putih).
Dan mari kita semua kembali ke topik seusai judul. Bukan penghakiman ke pribadi biku.
Kalau itu yang diinginkan, silahkan ubah judulnya: apakah biku A melanggar winaya, kalau dilihat dari posting2 foto di bawah ini.  Mungkin itu judul yang lebih tepat.

Untuk pendapat saya.  Bisa anda baca di posting2 saya sebelumnya.
terimakasih.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #678 on: 08 October 2010, 11:31:53 AM »
 [at]  henrychan

Anda sepertinya sudah mulai kelihatan aslinya dan mulai berputar-putar. Sebelum saya jawab yang lain, saya mohon anda bersedia menjawab dulu yang ini:

Di awal anda katakan mengikuti jalan Buddha bukanlah untuk menyiksa diri ataupun mengikuti aturan yang menekan. Belakangan salah/tidak salah, dialihkan ke "dilakukan dengan sadar atau tidak"?

Jika orang menyadari bahayanya nafsu indriah, lalu dia menahan diri dari nafsu tersebut, walaupun merasa tertekan. Apakah itu termasuk menyiksa diri?



Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #679 on: 08 October 2010, 11:36:18 AM »
Lucu sekali cara berpikir umat Buddha "pendatang baru" belakangan ini...
Karena kebanyakan adalah pemuja nafsu indriah yang belajar budisme [sic] sedikit, lalu cari-cari pembenaran yang nyaman. Lalu mulailah berlindung di balik "upaya kausalya".

Offline henrychan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 3
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #680 on: 08 October 2010, 11:38:39 AM »
Lucu sekali cara berpikir umat Buddha "pendatang baru" belakangan ini...

Yang kotak 5 (penghuni lama), terkadang perlu belajar cara berpikir yang kotak satu (pendatang baru). hehe.
Sehingga tidak merasa apa yang selama ini dipikirkan selalu benar, dan merupakan kebenaran.

Betul, setuju, mari kita mencoba melhat dari kacamata pendatang baru.

Dan yg baru juga jangan males, putar putar dulu, baca baca artikel di DC =)


Untuk membaca semua posting yang ada di DC ini.
Saya perlu menjadi fulltimer baca posting. hehe.
Untuk Thread ini saja, sudah cukup menyita waktu. hehe.
Terimakasih atas sarannya, akan saya coba pelan-pelan.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #681 on: 08 October 2010, 11:49:48 AM »
Terimakasih atas kesediaan kotak lima (ban hitam) mendengarkan suara kotak satu (ban putih).
Dan mari kita semua kembali ke topik seusai judul. Bukan penghakiman ke pribadi biku.
Kalau itu yang diinginkan, silahkan ubah judulnya: apakah biku A melanggar winaya, kalau dilihat dari posting2 foto di bawah ini.  Mungkin itu judul yang lebih tepat.

Untuk pendapat saya.  Bisa anda baca di posting2 saya sebelumnya.
terimakasih.

Saya tidak membicarakan penghakiman terhadap "biku" itu atau saran judul thread ini. Yang saya tanyakan adalah: Menurut Anda, apa yang boleh dilakukan oleh seorang "biku" dengan gitar? Dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh seorang "biku" dengan gitar?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #682 on: 08 October 2010, 11:50:09 AM »
Karena kebanyakan adalah pemuja nafsu indriah yang belajar budisme [sic] sedikit, lalu cari-cari pembenaran yang nyaman. Lalu mulailah berlindung di balik "upaya kausalya".

Lucunya lagi, mereka memiliki intepretasi bahwa "bhikkhu jangan menyentuh wanita dengan nafsu" hanya sebatas nafsu seksual saja. Menurut Daniel Nevada, body language dan sentuhan adalah beberapa metode sosialisasi yang efektif untuk membuat seseorang nyaman dengan cara komunikasi kita. Mungkin "biku" zaman sekarang sudah terbiasa menepuk bahu wanita saat sedang berkomunikasi, supaya komunikasi lebih akrab. Dan konon katanya perbuatan itu tidak didasari nafsu (baca: nafsu seksual). Jadi tidak melanggar Vinaya.

Sepertinya saya mulai mengerti rangkaian kronologis yang menyebabkan Buddhisme terbagi menjadi dua sekte awal.

Offline henrychan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 3
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #683 on: 08 October 2010, 11:51:18 AM »
[at]  henrychan

Anda sepertinya sudah mulai kelihatan aslinya dan mulai berputar-putar. Sebelum saya jawab yang lain, saya mohon anda bersedia menjawab dulu yang ini:

Di awal anda katakan mengikuti jalan Buddha bukanlah untuk menyiksa diri ataupun mengikuti aturan yang menekan. Belakangan salah/tidak salah, dialihkan ke "dilakukan dengan sadar atau tidak"?

Jika orang menyadari bahayanya nafsu indriah, lalu dia menahan diri dari nafsu tersebut, walaupun merasa tertekan. Apakah itu termasuk menyiksa diri?

Begitu menyiksakah diskusi kita? Santai saja bro.
Kalau saya tidak menjawab, anggap saja itu memang kebodohan saya. Selesai bukan?
Toh anda akan tetap kotak lima (ban hitam) kok, tidak turun jadi ban coklat atau abu2. hehe.
Maaf telah membuat anda sangat menderita.

Tentu adalah baik kalau dia bisa belajar dan berlatih menghindari keterikatan akan nafsu apapun termasuk nafsu indra.
Tapi kalau dia merasa tertekan, akan lebih baik dia keluar dari komunitas itu.
contoh yang disampaikan teman diskusi lain : lepas jubah lebih baik toh?
Karena komunitas (sangha) bukan hanya biku atau bikuni.
Ada sangha upasaka dan ada sangha upasika.

Atau dia mencari tahu kenapa dia jadi tertekan.  Karena konsep yang salahkah? Atau pemahaman akan aturan yang membuatnya jadi tertekan.

sarwa manggalang,
henrychan 

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #684 on: 08 October 2010, 12:04:24 PM »
Begitu menyiksakah diskusi kita? Santai saja bro.
Bukan menyiksa, tapi saya memang tidak berniat buang-buang waktu pada orang yang tidak serius diskusi.

Quote
Kalau saya tidak menjawab, anggap saja itu memang kebodohan saya. Selesai bukan?
Toh anda akan tetap kotak lima (ban hitam) kok, tidak turun jadi ban coklat atau abu2. hehe.
Maaf telah membuat anda sangat menderita.
Bukan masalah saya menderita atau bahagia. Saya masih menjawab karena norma kesopanan. Tapi kalau anda tetap bersikap begini, maka saya akan menghentikannya tanpa rasa bersalah.

Quote
Tentu adalah baik kalau dia bisa belajar dan berlatih menghindari keterikatan akan nafsu apapun termasuk nafsu indra.
Tapi kalau dia merasa tertekan, akan lebih baik dia keluar dari komunitas itu.
contoh yang disampaikan teman diskusi lain : lepas jubah lebih baik toh?
Karena komunitas (sangha) bukan hanya biku atau bikuni.
Ada sangha upasaka dan ada sangha upasika.

Atau dia mencari tahu kenapa dia jadi tertekan.  Karena konsep yang salahkah? Atau pemahaman akan aturan yang membuatnya jadi tertekan.
Jawaban yang sangat baik.
Lalu mengapa tidak anda gunakan pemikiran demikian pada gitar? Jika merasa harus bergitar (dan hunting cewek), mangapa tidak keluar saja dari komunitas sangha yang adalah komunitas untuk pemadaman nafsu seutuhnya?
Mengapa tidak direnungkan apakah menderita karena pandangan salah ingin mendapatkan umat, atau lainnya, sehingga merasa vinaya itu sebegitu menekan?


Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #685 on: 08 October 2010, 12:08:57 PM »
Berdasarkan KBBI
eks.pre.si
[n] (1) pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dsb): sajak itu merupakan -- dr perasaan hatinya; (2) pandangan air muka yg memperlihatkan perasaan seseorang: -- rasa tidak puas tergambar di wajahnya

Nah, berdasarkan KBBI, jelas terlihat bahwa EKSPRESI adalah "sarana pengungkapan perasaan".

Agama2 lain memang perlu sekali mengungkapkan perasaan cinta mereka kepada Tuhan mereka. Mereka akan meng-ekspresikannya dalam lagu2 pujian. Bahkan dalam alkitab sendiri dikatakan bahwa "Tuhan ingin dipuja" (lupa ayatnya, kitab ulangan dll). Jadi, dalam konteks agama mereka, apa yg mereka lakukan sudah benar, sudah sesuai dengan ajaran agamanya. fokus mereka pada Tuhan, dan mereka memuja Sang Tuhan dengan segala pujian dan ekspresi perasaan.

Namun, dalam Buddhisme, sangat bertolak-belakang.

Buddhisme bukanlah Ajaran yg memuja sosok tertentu. Buddhisme tidak bergantung pada suatu sosok penyelamat. Buddha tidak mengajarkan umatnya memuja-muja diriNya. Buddha tidak mengajarkan kita untuk mengekspresikan cinta kita kepadaNya. Memang benar Buddha mengajarkan kita untuk hormat kepada siapa saja, termasuk kepada Buddha, Sang Guru, namun tidak perlu ekspresi2an.

Buddha mengajarkan kita untuk meningkatkan kesadaran kita. Awas terhadap gejolak batin kita. Buddha mengajarkan kita untuk tidak terlena oleh perasaan2.

Menonton tarian dan mendengarkan musik adalah untuk 'dinikmati'. Notasi2 indah disusun sedemikian rupa agar 'nyaman' didengar oleh telinga.

Menurut Bro, kenapa Atthasila mensyaratkan kita untuk berpuasa mendengarkan musik dan hiburan?

Quote
Sekali lagi nyanyian ataupun puisi bahkan tarian, tidak menjadi sesuatu yang tabu.
Tetapi tentu nyanyian, puisi dan tarian yang diciptakan dengan 'sati' menghasilkan karya yang indah, dan tidak akan terjadi seperti yang 'secara ekstrim' anda paparkan.
Marilah kita belajar untuk tidak menjadi 'ekstrim' karena itu penghalang menuju 'pencerahan'
::

Tepukan2 dan nyanyian, apakah itu ekstrim? Bagaimana dengan housemusic atau thrashmetal? Mana yg lebih ekstrim? Pada jaman Sang Buddha, musik jauh lebih 'tidak ekstrim' dibanding sekarang, dan itu saja sudah disarankan untuk dihindari oleh Sang Buddha.

Quote
maaf saya membalas tanpa menghapus pesan sebelumnya.
Masih sering salah, jadi saya langsung balas saja di bawahnya.
Mudah2an tidak merepotkan pada saat membaca.

no prob Bro. Masih jelas kok.
Sy juga berusaha sebisa ungkin merapikan reply2, tapi terkadang juga sering salah hapus perintah quote dan tampilannya sering jadi aneh.

Sebenarnya bahasan kita sudah cukup melebar, nah, kembali ke topik, kita membahas si Bhikkhu yg bermain gitar. Pada intinya pendapat sy, berdasarkan argumen2 diatas, apalah gunanya memainkan gitar dengan alasan apapun. Berusaha menjaga Sati (otomatis sila dan semua aturan akan terjaga) dan babarkanlah Dhamma dengan cara2 yg benar.

Main musik bersama2 umat tidak dapat dengan alasan 'untuk membabarkan Dhamma'. Itu adalah 'pembenaran' yg dicari2. Main musik bersama2 -jujur saja- hanyalah kegiatan bersenang2 bersama.

Menurut Bro, saat si Bhikkhu saat memainkan gitar, apakah umat disekeliling beliau akan menyerap dan merenungkan lirik Dhamma lagu tsb, ataukah mereka menikmati alunan musik dan mengagumi kepiawaian si Bhikkhu bermain gitar, dengan kata lain mereka menikmati bernyanyi bersama2?

_/\_
::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #686 on: 08 October 2010, 12:37:13 PM »
ada satu hal penting yg diluruskan di sini, sebagian besar member mungkin menilai kasus ini dari sudut pandang Theravada, sementara dalam Mahayana hal ini adalah suatu kewajaran, dan kita masih belum tau pasti tokoh utama di sini adalah seorang BIKU dari Theravada atau Mahayana.

mungkin Bro henrychan atau limhendra yg pasti memiliki informasi ini sudi berbagi informasi. _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #687 on: 08 October 2010, 12:39:03 PM »
Karena komunitas (sangha) bukan hanya biku atau bikuni.
Ada sangha upasaka dan ada sangha upasika.

bro, apakah definisi "sangha" menurut versi ajaran yg anda anut?

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #688 on: 08 October 2010, 01:00:25 PM »
Mungkin juga keempukan tempat duduk, keindahan model mangkuk Sujata, atau bahkan kecantikan Sujata sendiri adalah bagian dari kesatuan unsur yang mencerahkan bodhisatta. Kalau tempat duduknya beda jenis rumput, mangkuk nasi susunya retak-retak, dan Sujatanya berjerawat, bodhisatta tidak akan mencapai pencerahan.
Kira-kira saya mulai mengerti pikiran anda.
Kalau anda baca sejarah hidup Buddha (walau banyak versi juga) anda pasti tahu rangkaian ceritanya,
bagaimana Sidharta menyiksa diri yang ekstrim, hingga akhirnya tersadarkan oleh suara/nyanyian/musik (apapun lah yang anda yakini), kemudian dia menerima persembahan dari sujata.  Lalu muncullah kekuatan baru, dari fisik yang sangat lemah itu.  Semuanya adalah rangkaian, kesatuan yang utuh (termasuk penyiksaan diri itu juga).

Ingat, kenapa kelima pertapa meninggalkan Sidharta, karena dianggap melanggar 'winaya' yang seharusnya menjadi pegangan bagi para pertapa?
Apakah Sidharta bisa merealisasi ke-Buddha-an kalau tetap berpegangteguh pada 'winaya' yang disepakati oleh komunitas para pertapa itu?

 [at]  Henry: Petapa Gotama menjadi sadar untuk meninggalkan cara ekstrim adalah karena sebuah kalimat yang beliau dengar. Intinya adalah makna di balik kalimat itu. Jadi yang terpenting adalah maknanya sehingga tidak perlu ada irama atau lantunan melodi untuk mempermanis kalimat itu.

Lalu tentang "Vinaya" lima petapa. Hati-hati, sepertinya Henry menyamakan "Vinaya" mereka dengan Vinaya yang ditetapkan oleh Sang Buddha. Saya rasa tidak tepat seperti itu.
« Last Edit: 08 October 2010, 01:07:57 PM by Mayvise »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #689 on: 08 October 2010, 01:04:33 PM »
oke. memang masih kontroversi, tetapi lebih banyak yang menyuarakan bahwa yang pali yang asli. jarang saya mendengar yang sebaliknya. bukan begitu?
Tapi logika berpikir saya terbalik. Sebagai seorang pangeran pasti mengunakan bahasa sansekerta.  apalagi sebagian besar biku awal adalah keluarga kerajaan, para brahmana, dll. yang semuanya menggunakan bahasa sansekerta.
Sejujurnya saya pribadi bilang yang Pali lebih asli karena di situ tidak ada pengkotakan sekte sebagaimana ditulis di sanskrit (yang ada "sekte" Mahayana & Hinayana), bukan karena bahasanya. Terserah kalau ada yang berpendapat lain, itu sah saja.
---
Gak jelas? Maksudnya di Tripitaka (sansekerta) ada pengkotakan sekte?

pernahkah anda membaca sutra untuk memahami maknanya Bro? jika anda pernah membaca sutra2 mahayana, anda akan menemukan kata HINAYANA dan MAHAYANA, apakah menurut anda ini adalah pongkotakan (seharusnya PENGOTAKAN) sekte atau bukan?

Quote
Bukan bermaksud setengah-setengah. Kita sendiri menjalankan 5 sila, katakanlah melatih diri untuk menghindari pembunuhan, kita tahu kalau kita mandi pasti membunuh, kita makan pasti ada pembunuhan. Tapi kita tetap makan, tetap mandi, dll.  Ini bukan karena kita setengah2 kan dalam menjalankan sila? .
Saya tidak tahu kalau kita mandi atau makan ada membunuh. Coba cari tahu dulu membunuh definisi Buddhisme sebelum menyimpulkan sendiri.
---
hehe. Saya tidak mau membuka topik lain.  Silahkan anda buka, dan ajak saya gabung.  Kalau waktu saya memungkinkan, saya akan ikut.

jelas sekali anda sedang berusaha menyelamatkan diri dari statement anda sendiri yg terburu2. baiklah, lupakan saja.

Quote
Quote
Tergantung kebijaksanaan masing-masing individu.
Jadi maksudnya vinaya ditentukan per individu, untuk individu yang cocok boleh ikut, kalau tidak cocok tidak usah ikut. Begitukah?
---
Sudah saya jelaskan di posting yang lain.
benar sudah dijelaskan, bahwa main gitar adalah bukan pelanggaran asalkan main dengan sadar dan bertujuan untuk mengekspresikan keindahan dhamma.

Quote
Quote
Tidak demikian jalan pikirannya. Semua tindakan bisa dilakukan dengan sadar dan kurang sadar.

Di awal anda katakan mengikuti jalan Buddha bukanlah untuk menyiksa diri ataupun mengikuti aturan yang menekan. Sekarang kok beralih ke "dilakukan dengan sadar atau tidak"? Jadi yang mana nih? Saya tidak suka yang berbelit-belit jawabnya.
--
Anda suka nya apa? hehe. Emang kita sedang berdiskusi atau suka gak suka nih?
Apakah ada yang mengganggu anda?
dalam diskusi selalu terjadi tanya jawab, mohon anda juga memahami bagaimana berdiskusi yg berbudaya.

Quote
Apakah kalau dilakukan secara sadar, boleh seorang bhikkhu memuaskan segala macam nafsu indriah?
---
Dengan sadar maka hal itu tidak akan terjadi.
Mari berdiskusi dengan lebih bijak. Jangan selalu menggunakan contoh 'ekstrim', yang seolah2 benar. hehe.
baik, tidak perlu menggunakn contoh ekstrim, kita lihat saja kasus yg di depan mata ini. dengan pernyataan anda Dengan sadar maka hal itu tidak akan terjadi.
apakah anda mengatakan bahwa BIKU ini sedang tidak sadar ketika bermain gitar?

Quote
Quote
Tapi pelanggaran mungkin sekali terjadi.
Untuk tindakan pelanggaran yang sifatnya berat, sangsinya juga sudah jelas, dan mereka sudah tahu.
Untuk yang ringan2, perlu dilihat konteksnya. bunyi winaya nya seperti apa?
contoh ; tidak boleh menyentuh wanita (dengan nafsu birahi).
Kadang yang () suka dihilangkan.
makanya ada cerita zen, soal biku yang menyeberangkan wanita di sungai. 
1. Jadi anda tahu ketika bhikkhu menyentuh wanita apakah bhikkhu itu penuh nafsu atau tidak?
2. Apakah kepentingan seorang bhikkhu pegang-pegang wanita?
---
1. Tidak tahu. Tapi menurut Buddhism, mana yang lebih baik, yang menolong dan meninggalkannya di seberang sungai, apakah biku yang sibuk menyalahkan biku itu. hehe.
2. Kepentingannya untuk menyelamatkan wanita itu. 
Apakah anda selalu bersentuhan dengan wanita dengan penuh nafsu birahi?
Apakah nafsu birahi selalu muncul setiap lawan jenis bersentuhan?
Apakah kalau anda memegang saudara anda, teman anda, orangtua anda, yang berlainan jenis, akan muncul nafsu birahi juga?
Kalau iya, saya sarankan anda segera berobat.  Ada yang salah dalam syaraf otak anda, merespon rangsangan sentuhan yang muncul.
dalam Vinaya yg disebut "perempuan" adalah manusia berjenis kelamin perempuan dari yg baru dilahirkan, hingga menjelang kematian, menurut anda mengapa vinaya menetapkan peraturan demikian? mungkinkah muncul nafsu birahi ketika bersentuhan dengan bayi perempuan atau dengan nenek2? tapi walaupun pasti tidak muncul nafsu birahi, kenapa vinaya menetapkan definisi perempuan yg se-ekstrim itu? bagaimana tanggapan anda atas hal ini?

Quote
Quote
Quote
Jadi seandainya, masalah senar yang terlalu kencang atau kendur itu diutarakan dalam nyanyian yang kurang baik atau fals, misalnya, bodhisatta tidak akan mencapai pencerahan?
itu pendapat anda, saya tidak mengatakan hal itu. Saya cuma menjelaskan bahwa itu semua adalah satu kesatuan, yang karena perpaduan unsur2 itu menyebabkan kesadaran pertapa sidharta bangkit.
Anda tidak bisa bedakan yang mana pendapat dan yang mana pertanyaan?
---
Kalau pendapatan anda sendiri apa? Silahkan dibagikan.


Mungkin juga keempukan tempat duduk, keindahan model mangkuk Sujata, atau bahkan kecantikan Sujata sendiri adalah bagian dari kesatuan unsur yang mencerahkan bodhisatta. Kalau tempat duduknya beda jenis rumput, mangkuk nasi susunya retak-retak, dan Sujatanya berjerawat, bodhisatta tidak akan mencapai pencerahan.
Kira-kira saya mulai mengerti pikiran anda.
---
Kalau anda baca sejarah hidup Buddha (walau banyak versi juga) anda pasti tahu rangkaian ceritanya,
bagaimana Sidharta menyiksa diri yang ekstrim, hingga akhirnya tersadarkan oleh suara/nyanyian/musik (apapun lah yang anda yakini), kemudian dia menerima persembahan dari sujata.  Lalu muncullah kekuatan baru, dari fisik yang sangat lemah itu.  Semuanya adalah rangkaian, kesatuan yang utuh (termasuk penyiksaan diri itu juga).

saran saya, jika mau membaca, bacalah buku yg benar. dalam hal mempelajari ajaran Buddha tidak ada sumber yg lebih benar daripada Tipitaka/Tripitaka. drama penyanyi itu tidak terdapat dalam Tipitaka, silahkan anda membuktikan sebaliknya.

Quote
Ingat, kenapa kelima pertapa meninggalkan Sidharta, karena dianggap melanggar 'winaya' yang seharusnya menjadi pegangan bagi para pertapa?
Apakah Sidharta bisa merealisasi ke-Buddha-an kalau tetap berpegangteguh pada 'winaya' yang disepakati oleh komunitas para pertapa itu?
inilah akibatnya jika menyelewengkan makna Vinaya (pake V). Vinaya adalah eksklusif warisan Buddha. Sidharta memang sudah seharusnya meninggalkan Winaya (pake W), karena Winaya itu cenderung menyesatkan bukan membebaskan. apakah anda bermaksud mengatakan bahwa para bhikkhu sebaiknya tidak berpegangteguh pada Vinaya?


Quote
Quote
Buddha mengajarkan untuk yang masih belum mencapai penembusan.
Tapi beliau sendiri sudah melampaui itu.
Contohnya : Angulimala, Pelacur (lupa-mungkin ambapali), dll
Beliau melihat mereka dengan kacamata kebijaksanaan, sehingga semuanya terselamatkan dan mencapai penembusan sejati.
Coba pilih yang kira-kira sesuai dengan bayangan anda waktu Buddha mengajar Angulimala:
a. "Aku telah lama berhenti berbuat jahat, Angulimala. Kau berhentilah berbuat jahat!"
b. "Aku telah lama tidak lagi membedakan mana yang baik dan yang jahat, Angulimala. Kau berhentilah membedakan mana yang baik dan mana yang jahat!"
---
hahaha.
Dalam mengajarkan Dharma, karena yang menangkapnya adalah yang masih terikat oleh baik dan buruk maka pastilah Buddha melakukan yang (a).
Tapi dalam tindakan, Beliau sudah lepas dari baik dan buruk.  Karena kalau itu yang Buddha lakukan, maka Angulimala akan dilihat sebagai manusia nista, bukan sebagai calon Buddha.  Demikian juga Ambhapali (pelacur), termasuk Dewadata. dll.
Semoga mulai mengerti apa yang saya maksudkan.

Dewadata? sewaktu saya mengusulkan agar nama "VIHARA VIMALA DHARMA" perlu diganti, anda menjawab bahwa untuk nama tidak apa2, sekarang anda malah mengganti nama DEVADATTA menjadi DEWADATA, apakah ini juga jurus Krisnanda anda?

dan menurut anda kenapa Angulimala bisa mencapai Arahat sementara Devadatta malah nyemplung ke Avici?

_/\_
« Last Edit: 08 October 2010, 01:09:14 PM by Indra »