//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bebas dari MIMPI - Ven. Guo Yuan Fashi  (Read 2497 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline wen78

  • Sebelumnya: osin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.014
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Bebas dari MIMPI - Ven. Guo Yuan Fashi
« on: 15 July 2010, 10:40:20 PM »
Di dalam literatur Buddhis, disebutkan bahwa orang yang telah mencapai pencerahan tidak lagi mengalami mimpi dalam tidurnya. Ada sebuah frase cina berbunyi, “Tidur dengan kaki terlentang bebas”, yang berarti batin tiada-beban, bebas dari segala kegelisahan, sehingga tidak lagi bermimpi kala tidur! Kondisi tidur yang sangat nyaman ini dinamakan, “Tidur dengan rileks”. Ini adalah kondisi mereka yang sudah mencapai pencerahan, tapi bagaimana dengan kita ? Kita ini masih punya begitu banyak pemikiran ini-itu, terutama kala dihadapkan pada persoalan serius. Pemikiran dan perasaan gelisah ini barangkali tidak tampak ketara di siang hari, saat kita sibuk beraktivitas dan kerja. Rasa tegang dan khawatir ini seolah hilang dari benak kita. Segalanya tampak baik-baik saja dan tiada masalah. Tapi benarkah begitu?

Nyatanya, di malam hari saat tidur, anda malah bermimpi dan ngigau. Sepanjang malam anda tidak dapat tidur nyenyak. Badan bergerak bolak-balik, kiri-kanan, seperti cacing kepanasan. Pikiran sibuk dengan berbagai macam pemikiran ini-itu dan bayangan mimpi, seolah sedang beraktivitas dan bercakap-cakap di siang hari. Terkadang tidak hanya ngigau dalam mimpi, ada yang sampai berteriak keras, ucapan dalam mimpinya pun terdengar sangat jelas. Kenapa ? Apa maksud dari kondisi demikian ini ? Semua ini bakalan terlihat dengan jelas sekali saat anda menjalani Retret !

Ini akibat dari timbunan tekanan-tekanan mental di dalam pikiran, berbagai rasa khawatir, tidak-aman, bingung, takut akan masalah-masalah yang belum terselesaikan. Semua ini muncul ke permukaan kala anda tidur. Ketegangan kala jalani hidup di siang hari pun terbawa, terseret-seret hingga saat tidur, saat dimana semestinya tubuh-pikiran ini dibiarkan untuk istirahat. Akibatnya setelah bangun, tubuh ini terasa pegal, kepala terasa berat, pikiran seolah memikul beban berat. Kesegaran yang semestinya diperoleh setelah tidur malah berubah jadi kelelahan. Pikiran jadi tumpul, tidak jelas, ‘mandeg’ dan tidak produktif, tidak siap digunakan untuk berpikir, membuat rencana, menganalisa dan mencari solusi atas masalah- masalah yang ada. Pernahkah anda punya pengalaman seperti ini ? Inilah yang disebut dengan kondisi ‘Stres’. Penyakit yang melanda hampir setiap dari kita di jaman dewasa ini.

Setelah menjadi Bhikkhu, saya masih ingat suatu ketika kakak laki-laki saya tiba-tiba meninggal dunia. Saya pulang untuk mengurusi perkabungannya. Berita kematian ini begitu mendadak dan mengejutkan bagi saya. Rasa sedih yang dalam pun terbit dalam lubuk hati. Saat mengurusi masalah di pagi hari, saya berusaha untuk tidak kelihatan terlalu sedih, tetap menunjukkan sikap layaknya seorang Bhikkhu. Tetapi pada malam hari, saya mulai ngigau, karena serangan itu benar-benar sangat besar. Biasanya saya jarang sekali ngigau. Orang rumah memberitahu saya, bukan hanya mengigau tetapi saya juga berteriak. Setelah beberapa hari berlalu, saya baru tahu kejadiannya demikian.

Dalam kehidupan, kita memakai begitu banyak topeng. Di dalam situasi yang berbeda, kita memakai topeng yang berbeda pula. Kita tidak ingin orang lain melihat kelemahan kita; emosi, perasaan negatif, ketidakmampuan serta pemikiran yang buruk dalam diri. Setiap hari kita pun memakai topeng-topeng yang berbeda ini, yang semuanya bersumber dari dalam diri. Kalau topeng tersebut berubah sedemikian banyak dan cepat, batin pun sulit untuk beradaptasi ! Tekanan ini bisa bertambah bila anda tidak jelas dengan peran anda, tidak tau bagaimana harus bersikap dengan tepat, dan tidak tau cara menyikapi berbagai masalah yang muncul pada saat bersamaan. Karena tidak dapat beradaptasi dan tidak jelas dengan diri sendiri, masalah demi masalah muncul dan bercampur aduk. Ini semua meluap ke permukaan dalam bentuk emosi dan rasa tertekan. Di malam hari, tekanan-tekanan yang berakumulasi dalam pikiran ini pun terus bekerja, itulah mengapa kita mengalami mimpi, bahkan sambil berbicara dalam mimpi.

Untuk itulah dalam keseharian, sebaiknya jangan menekan perasaan dan emosi apapun di lubuk hati, terutama rasa sedih, kecewa, harus bisa mengatasinya segera. Gimana caranya? Gunakan Buddha Dharma. Jika kita bisa memahami kemelekatan dan kebandelan kita seperti apa dengan jelas, maka kita dapat menggunakan Dharma untuk mengatasinya. Ketika perasaan dan emosi ini muncul di hati, SADARI dan liatlah perasaan-perasaan ini dengan jelas, kemudian cobalah untuk menerimanya, bukan dengan menekan atau pun menolaknya! Dengan sikap menerima berarti anda siap menghadapinya dengan terbuka dan mencari solusi atas masalah yang ada. Setelah masalah ini selesai, maka letakkanlah ! Bukannya terus tertekan dan terkungkung di dalam perasaan emosional tiada akhir. Kemelekatan adalah sumber dari segala kekhawatiran, ketidakpuasan dan penderitaan dalam diri. Lepaskanlah kemelekatan ini. Dengan begitu rasa gelisah, sedih dan takut yang tertekan di dalam batin, bisa diatasi sehingga tidak akan mengigau lagi di malam hari. Hidup relaks, tiada-beban, BEBAS dari mimpi !

Chan Indonesia
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

 

anything