//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - sobat-dharma

Pages: 1 ... 78 79 80 81 82 83 84 [85]
1261
Buddhisme untuk Pemula / Re: Kumpulan Website Buddhisme
« on: 05 October 2008, 10:16:40 AM »
Tambahan:

Buddha Sutras Mantras Sanskrit
http://www.sutrasmantras.info/sutra0.html

Empty Universe
http://www.empty-universe.com/

1262
Pengalaman Pribadi / Re: Apakah yang anda banggakan pada Agama Buddha ?
« on: 05 October 2008, 02:15:58 AM »
Bangga aja nggak cukup...
Ada pepatah, "terlalu mudah bangga, terlalu mudah kecewa."
Seperti kebahagiaan adalah akar penderitaan, bangga adalah akar dari kecewa

Kalau anda sempat bangga dengan sesuatu, siap-siaplah untuk kecewa dengannya di masa depan

Oleh karena itu,  bertahanlah dalam prakti Buddha Dharma. Jangan sekadar bangga, banyak
praktik baru ok :)

1263
Pengalaman Pribadi / Re: Perjalanan menjadi seorang Buddhist
« on: 05 October 2008, 02:05:16 AM »
Kalau menurutku:
tidak penting apa seseorang menjadi Buddhis atau tidak. Persoalan apakah seorang Buddhis atau tidak hanya menyangkut hal-hal berikut:
 
(1) Identitas. Nanti di KTP ditulis agamanya apa. Yang berarti nanti sekolah ikut pelajaran agama apa? Nikah dengan tata cara apa? Meninggal diupacarakan dengan tradisi apa?
(2) Bagian anggota kelompok tertentu. Ikut dalam komunitas tertentu, ikut kegiatan-kegiatannya, dapat teman dari kegiatan-kegiatan tersebut dan mungkin cari koneksi dari kelompok tersebut.
(3) Lifestyle. Kalau merasa Buddhis harus sekali-kali meditasi, biar kelihatan taat. Punya koleksi buku-buku Buddhis. Kemudian merasa dirinya tidak hanya hidup secara duniawi belaka, merasa beruntung punya agama; meskipun hanya ikut-ikutan agama ortu.

Nah, kalau identitas, kelompok dan lifestyle yang menjadikan alasan seseorang kemudian harus menyandang sebutan "Buddhis" maka untungnya nggak banyak deh.

Sebaliknya, jika seseorang rajin menjalankan praktik ajaran Buddha maka sebenarnya tidak disebut sebagai Buddhis juga nggak masalah. Sebutan "Buddhis" hanyalah nama. Nama tidak lain hanyalah kata-kata. Kata-kata hanyalah bagian dari bahasa: sekumpulan penanda/petanda yang merujuk pada makna tertentu dan merupakan hasil kreasi dari manusia. Oleh karena itu, praktik ajaran Buddha harus melampaui bahasa! Karena itu, menyebut diri sebagai seorang Buddhis tidak serta merta membuat seseorang dapat mempraktikkan ajaran Buddha dengan baik.

Maaf kalau panjang lebar... :)

Padahal saya hanya ingin bercerita kalau saya tidak merasa diri saya sebagai Buddhis, mesti saya mempraktikkan ajaran Buddha dan tidak menganut sebuah agama apa pun. Bagaimana saya menjadi praktisi ajaran Buddha? Saya memulainya dengan membaca Brahmajala Sutta dan beberapa sutta lainnya dalam kumpulan Digha Nikaya. Akhirnya tertarik mencoba meditasi. Sampai saat ini saya merasa masih pemula sebagai praktisi, karena Buddha Dharma yang katanya hanya seggengam daun ternyata luasnya melampau alam semesta.   Saya memulai belajar Buddha Dharma dengan ambisi akan menguasai semua ajaran Buddha asal dilakukan dengan semangat tinggi, namun semakin saya melangkah ke dalam Buddha Dharma saya semakin merasa bodoh dan banyak hal yang belum kupahami.

Demikian sharing dari saya :)




1264
Tolong ! / Re: Sharing & Request ebook Buddhis...
« on: 05 October 2008, 12:54:51 AM »
Untuk vinaya lengkap dan milinda panha lengkap versi inggris coba buka link ini:

http://www.sacred-texts.com/bud/index.htm

1265
Kawan-kawan,
Pada frase ini, "Iha Śāriputra rūpam śūnyatā, śūnyataiva rūpam," sering diterjemahkan "ada adalah tiada, tiada adalah ada." Menurut kawan-kawan apakah terjemahan ini bisa diterima?

1266
Sebenarnya sebagai agama tersendiri Ikuantao tidak terlalu buruk. Pada masa kini, konsentrasi Ikuantao hanya ingin menggembosi kantong pengikutnya. Semakin kaya, biasanya penganut kelompok ini semakin berambisi untuk merangkulnya. Kalau saya baca, sampai tahap sekarang motivasi mereka hanya ekonomi. Nggak tau kalau di Taiwan, mungkin Ikuantao ikut-ikutan main politik. Ada informasi nggak mengenai aktivitas politik kelompok ini?

1267
Saya pernah ikut Ikuantao.

Kesimpulan: bukan bagian dari Buddhisme. Lebih mirip konfucius campur kepercayaan mistik berbau taoisme. Kecuali kerakusannya dalam mengeruk uang dari kantong penganutnya, aliran ini berfokus pada ajaran moral yang kaidahnya nggak terlalu buruk. Mungkin ajaran yang paling buruk dari kelompok ini adalah paham rasialisme di mana mengganggap orang Tionghoa adalah umat pilihan. Menurut mereka, orang bukan Tionghoa sulit mencapai Nirvana :))))))

Penipuan dalam menciptakan efek samping kepatuhan pengikutnya sering dilakukan, tapi hal ini nggak beda dengan yang dilakukan oleh banyak agama lainnya.

1268
Studi Sutta/Sutra / Re: Hati-hati membaca Anattalakkhana-sutta
« on: 04 October 2008, 12:27:37 PM »
Terimakasih atas pemahamannya

1269
Dalam kajian teks kuno. Tidak heran jika suatu teks disalin berulang-ulang, karena pada masa lampau tidak ada yang namanya percetakan. Karena meliputi rentang waktu yang panjang, diwariskan dari satu generasi ke generasi selama berabad-abad, tidak jarang sebuah teks sudah mengalami salinan ulang berkali-kali. Dalam hal ini, jika ada sekelompok penyalin yang berkepentingan tertentu ia dapat saja menyelipkan satu dua kalimat atau beberapa bagian yang mewakili kepentingannya atau menghapus bagian-bagian yang dianggap tidak sesuai dengan pandangan pribadinya. Parahnya, di jaman lalu tidak ada yang namanya penyebutan nama penulis atau berapa kali suatu teks mengalami salin ulang.

Konon, nasib semua teks kuno tidak lah berbeda. Misalnya, untuk sutra yang usianya lebih muda dari Vajracheddika PrajnaParamita Sutra, seperti T'an Ching (Sutra Altar) ditemukan ada beberapa versi. Yang saya ingat ada dua versi. Versi pertama, adalah sutra altar yang disalin pada masa dinasti Song; dikenal dan beredar secara umum. Sedangkan versi kedua, ditemukan akhir-akhir ini di situs Tun Huang yang diperkirakan disalin pada jaman Dinasti Tang. Kedua versi tersebut menunjukkan ada beberapa perbedaan. Namun, hingga kini tidak ada yang tahu versi asli dari Sutra Altar, karena versi Tun Huang juga adalah versi salinan.

Nah, hal ini tidak berlaku untuk sutra-sutra Mahayana belaka. Beberapa ahli meyakini salinan versi Tipitaka yang tersimpan dalam Sri Lanka yang menjadi prototipe bagi teks Theravada modern tidak luput dari modifikasi. Tipitaka Sri Lanka disalin pada masa Raja Ashoka, yang berarti telah terjadi perpecahan sangha pula. Beberapa ahli memperkirakan bahwa penyalin Tipitaka Pali menghapus bagian-bagian yang berkaitan dengan Mahasanghika meski tidak terlalu berhasil. Misalnya seperti yang disebutkan di diskusi di atas, dalam Jataka muncul tentang 10 parami. Selain itu, istilah Bodhisatta juga dikenal dalam Theravada, meski ditafsir ulang dengan cara yang berbeda. 

Di luar semuanya, kondisi di mana semua teks kuno mengalami banyak perubahan akibat proses salin ulang bukan hanya pada teks-teks Buddhis belaka. Alkitab, Al Quran, Taoisme, bahkan hingga teks-teks lain yang kurang penting. Oleh karena itu, jika menemukan kejanggalan dalam teks kuno yang kita baca jangan tergesa-gesa mengasumsikan sebuah teks adalah palsu terlebih dahulu. Memang tidak tertutup kemungkinan terjadi pemalsuan sebuah teks dengan mengkreasi sebuah dokumen yang sama sekali baru untuk mencapai suatu tujuan, meski hal tersebut sangat sulit diungkap kebenarannya. Dengan demikian, dalam mempelajari suatu teks kuno setiap orang memang harus berhati-hati. Ia perlu mencari tahu beberapa hal untuk melengkapi pengetahuannya, antara lain:
1. Apakah teks yang ada di tangannya adalah Bahasa Asli atau terjemahan. Jika terjemahan, perlu ditanya lagi, sudah berapa kali teks tersebut mengalami penerjemahan?
2. Adakah versi lain dari teks yang ada di tangan Anda? Bagaimana sejarah penemuan teks kuno yang ada di tangan ada? Biasanya teks yang diterima sebagai model generik seringkali disalin berulang-ulang dan berpindah dari satu tangan ke tangan lain sehingga tingkat modifikasinya lebih tinggi ketimbang teks yang ditemukan dalam suatu reruntuhan kuno. Meski tidak ada jaminan mana teks yang lebih asli dari yang lain, adanya perbandingan  beberapa versi membantu kita mengenali bagian-bagian yang konsisten dan berubah dari teks dalam suatu periode.
3. Bersikap kritis dalam mengenali isi teks. Jika tidak isi yang menyimpang atau menyesatkan secara umum, meski ada beberapa bagian yang janggal atau tidak sesuai dengan jamannya, bukanlah alasan untuk mengganggap seluruh teks tidak bermanfaat. Dalam hal ini pembaca harus mampu memilah mana pesan yang benar dan mana pesan yang salah. Jika yang penting bagi bagi seseorang adalah mempelajari Buddha Dharma misalnya, yang penting adalah isi pesan yang ingin disampaikan oleh teks tersebut, bukan tingkat keasliannya.

Pages: 1 ... 78 79 80 81 82 83 84 [85]