Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: huihui on 04 July 2009, 04:49:54 PM

Title: apa bedanya??
Post by: huihui on 04 July 2009, 04:49:54 PM
apa bedanya pelit dengan irit?
apa bedanya gk pelit dengan boros?
apa bedanya perhitungan dengan teliti?

 ::) ::) ::) ::) ::) ::) ::) ::) ::) ::) ada yang bisa kasih masukan?   :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-?
Title: Re: apa bedanya??
Post by: Forte on 04 July 2009, 05:17:37 PM
pelit = tidak membeli barang yang dibutuhkan dengan berlebihan
boros = membeli barang yang diinginkan dengan besar-besaran
irit = membeli barang yang dibutuhkan secukupnya..

contoh
pelit   : tidak mau membeli sepatu walau sudah sangat rusak
boros : sudah ada sepatu, tapi lihat di toko ada sepatu bagus, beli lagi..
irit     : sepatu rusak, beli.. namun lihat yang harga murah dan enak dipakai

perhitungan itu mungkin lebih ke hubungan pertemanan / dsb, yang mana adanya istilah take n give
memberi 1 harus dibalas dengan menerima 1
teliti : lebih ke akurasi.. agar tidak terjadi kesalahan..

Title: Re: apa bedanya??
Post by: waliagung on 05 July 2009, 09:58:21 AM
sama semua sm tujuan dari kata2 tersebut sama,yg beda yg tersirat di dalam pikiran
Title: Re: apa bedanya??
Post by: hatRed on 05 July 2009, 07:18:25 PM
pelit itu ya pelit

irit itu ya irit...

maksudnya ya.. gmana ya.. ituloh.. kalo pelit tuh... gak mo berbagi... terlalu melekat....

kalo irit itu justru karena tidak lagi melekat..... maksudnya tidak melekat terhadap kebutuhan.. jadi hidup irit pun dia senang...

tidak pelit ya berarti tidak gak mo berbagi.. berarti dia tidak melekat terhadap yg dia punya.. untuk berbagi kepada orang lain

kalo boros.. itu dia menghabiskan resource yg dia punya tapi gak tau kepakenya buat apa... jadi asal keluar aja gituh... tapi gak ada manfaatnya....

perhitungan itu artinya dia gak mo rugi... maksudnya... um... ini maksudnya perhitungan yg buat orang yg suka inget2 dia keluar berapa masuk berapa kan? bukan perhitungan dalam arti kata sesungguhnya kan?

kalo teliti itu orang yg sangat cekatan...
Title: Re: apa bedanya??
Post by: marcedes on 06 July 2009, 11:18:28 PM
seperti dalam mario teguh golden ways...^^
orang yang berpikir hemat terus, irit terus, pas-pasan terus...
seolah-olah lupa akan bagaimana cara memperbesar profit, karena orang yg besar profit nya tidak pernah memikirkan pas-pasan ,hemat, irit....

tetapi bukan berarti mereka berhambur-hamburan.....
di maksudkan adalah memberi sedekah 1.000 perak saja bisa mempertimbangkan untung rugi-nya..
Title: Re: apa bedanya??
Post by: wen78 on 07 July 2009, 12:43:12 AM
orang lagi irit tapi dibilang pelit.
orang lagi mo menyenangkan seseorang/kekasih, tapi dibilang boros.
orang lagi teliti tapi dibilang perhitungan.
susah ya jadi manusia... :))
Title: Re: apa bedanya??
Post by: tesla on 09 July 2009, 06:19:18 PM
pelit vs irit
pelit ---> ga mo kasih milik diri sendiri utk orang lain
irit ---> ga mo kalau ada resource yg terbatas disia2kan, terserah milik ndiri or orang lain... kalau berguna yah it's ok, tapi kalau wasting ga deh :peace:

ga pelit vs boros
boros itu sia2kan resource yg ada. lawan dari irit.
sedangkan ga pelit itu orientasinya masalah kepemilikan. ga pelit artinya mau membagikan milik ndiri ke orang lain

perhitungan vs teliti
perhitungan dalam sifat pertemanan, maksudnya hitung return of investment
jadi kalau hari ini dah traktir hui, besok hui mesti traktir balik. hue hue hue
sedangkan teliti itu lebih pada kemampuan seseorang, maksudnya kalau teliti itu jarang buat kesalahan, kalau perlu ga pernah salah (ada ga ya)

akhir kata... itu semua IMO ;D
Title: Re: apa bedanya??
Post by: hatRed on 09 July 2009, 06:56:22 PM
mo teliti dikit ;D

..........................................................., maksudnya kalau teliti itu jarang buat kesalahan, kalau perlu ga pernah salah (ada ga ya)

akhir kata... itu semua IMO ;D

keknya lebih tepat keliru

Title: Re: apa bedanya??
Post by: markosprawira on 10 July 2009, 01:31:04 PM
seperti dalam mario teguh golden ways...^^
orang yang berpikir hemat terus, irit terus, pas-pasan terus...
seolah-olah lupa akan bagaimana cara memperbesar profit, karena orang yg besar profit nya tidak pernah memikirkan pas-pasan ,hemat, irit....

tetapi bukan berarti mereka berhambur-hamburan.....
di maksudkan adalah memberi sedekah 1.000 perak saja bisa mempertimbangkan untung rugi-nya..


ini sih ngajarin utk jadi lobha bro.......

hati2....... krn mario bukan ngajarin utk melihat ke batin tapi motivasi utk mencari lebih dan lebih lagi
Title: Re: apa bedanya??
Post by: markosprawira on 10 July 2009, 01:37:38 PM
apa bedanya pelit dengan irit?
apa bedanya gk pelit dengan boros?
apa bedanya perhitungan dengan teliti?

 ::) ::) ::) ::) ::) ::) ::) ::) ::) ::) ada yang bisa kasih masukan?   :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-?

coba jawab :
Pelit : walau butuh tapi kaga dibeli juga
Irit : beli sesuai kebutuhan

gak pelit : berbagi sesuai dengan kemampuan
Boros : bagi2 melebihi dari kemampuan

perhitungan : ngitung melulu dan keluh kesah walau sebenarnya perlu
teliti : ngitung setiap pengeluaran yg memang seharusnya dikeluarkan

utk yg ini misal ky temen yg mau JJ ke SIN.
Perhitungan : Begitu liat tiket Sentosa, dia menjerit. Begitu liat tiket Night Safari, ngejerit lagi dan ujung2nya akhirnya cuma jalan en maem2 doang
Teliti : dia sudah tahu konsekuensi kalo mau jalan2, yah tentunya akan keluar biaya. JAdi seharusnya sebelum beli tiket, dia udah itung2 dulu brp duit yg akan dikeluarin

Kira2 seperti itu apa yg bs saya share. semoga bermanfaat

metta
Title: Re: apa bedanya??
Post by: Sandevy on 30 July 2009, 11:47:22 AM
 :-?
 pelit ma irit sama aja....
:))
Title: Re: apa bedanya??
Post by: CHANGE on 30 July 2009, 04:07:07 PM
Sebenarnya penilaian pelit, irit/hemat, boros dan perhitungan teliti, menurut saya sih beda tipis, karena sangat subjektif dalam penilaiannya.

Pelit adalah perhitungan dengan teliti tetapi kelewatan ( keterlaluan dalam hitungan)
Boros adalah tidak pernah melakukan perhitungan dengan teliti.
Irit/hemat adalah berada diantara pelit dan boros. Perhitungan dengan teliti yang bijaksana.


Perumpamaan cerita pelit,irit/hemat dan boros :


SAYEMBARA MENJADI RAJA


Terceritakanlah sebuah kerajaan yang aman makmur adil sentosa karena dipimpin oleh raja yang bijaksana.
Sang raja sudah memimpin kerajaan sejak usia muda hingga sekarang di masa tua belum pernah mengalami suksesi atau penggantian , dan rakyat pun tak pernah keberatan karena sang raja memerintah kerajaan dengan cukup adil.

Namun sang raja ternyata bosan, ia ingin turun tahta dan mencari pengganti , namun uniknya ia tidak menyerahkan posisi raja kepada anak keturunannya , tetapi malahan mengadakan sayembara untuk mencari sosok yang pantas menjadi raja.

Maka disebarlah pengumuman ke seluruh negeri bahwa raja akan mencari pengganti , siapapun boleh menjadi raja , dari rakyat jelata sampai kaum bangsawan, dengan dua syarat yang harus dipenuhi .

Syarat pertama ......siapapun yang terpilih hanya boleh menjadi raja selama 5 tahun , tidak lebih tidak kurang.
Syarat kedua...........setelah menjalani masa 5 tahun , maka raja yg terpilih akan dibuang dan diasingkan pulau seberang laut.

Syarat pertama tentu saja bukan masalah besar , namun yg kedua adalah yang terberat karena semua orang tahu seperti apa pulau seberang laut , yaitu sebuah pulau yg masih berupa hutan rimba liar dan penuh dengan binatang buas , siapapun yang dibuang kesana sama saja dengan hukuman mati.
Dan karena itu pulalah meski sudah sekian lama , belum ada yg mengajukan diri menjadi raja.

Akhirnya suatu hari datang seorang pemuda yg menyatakan kesanggupannya menjadi raja dan menerima dua syarat tersebut. Pemuda ini sebenarnya adalah pemuda biasa yg ingin merasakan bagaimana nikmatnya menjadi raja krn selama ini ia hidup pas pasan, dan setelah berpikir panjang lebar ia nekad untuk melamar menjadi raja.

PESERTA PERTAMA

Maka diangkatlah dia menjadi raja , dan mulai saat itu ia akan mendapatkan pelayanan layaknya seorang raja , harta berlimpah , wanita cantik , makan dan minuman enak dan lain lain.
Tapi sayang ternyata ketakutannya akan kematian membuatnya tak bisa menikmati semua itu.
Tahun pertama , dia mulai gelisah krn umurnya tinggal empat tahun lagi.
Tahun kedua , ia makin tak tenang , makan tak enak tidur tak nyenyak .
Tahun ketiga , ia mulai menyesali keputusannya menjadi raja.
Tahun keempat , ia benar benar tak bisa menikmati apapun yg ada dihadapannya.
Tahun kelima , ia malah stress karena hidupnya tinggal beberapa bulan lagi dan kesenangan yg ia cari tak bisa ia rasakan.
Dan habislah masa jabatan dia menjadi raja , dan dibuanglah dia ke pulau seberang laut.
Tak butuh waktu lama sampai kabar terdengar ke seluruh negeri jika pemuda itu tewas dimakan singa.
Pemuda itu tewas tanpa sempat mendapatkan kebahagiaan dunia yg dia cari.

Adanya contoh yg tewas membuat orang orang kian enggan melamar menjadi raja , buat apa hidup enak lima tahun jika pada akhirnya harus mati....
tapi ternyata suatu hari ada juga orang yg melamar menjadi raja dan siap menanggung semua resikonya.

PESERTA KEDUA

Tahun pertama ,  puas puaskan berpesta karena sadar hidupnya tak akan lama lagi.
Tahun kedua dan berikutnya , ia isi dengan foya foya , pesta pora , setiap tahun berganti pestanya makin gila gilaan , ia sudah tak perduli lagi pada apapun , ia hanya ingin bersenang senang sebelum mati.
Lima tahun berakhir , orang ini pun dibuang ke pulau seberang laut dan nasibnya sama dengan orang sebulmnya , tewas dimakan singa.
Orang ini masih lebih baik , setidaknya ia mendapatkan kebahagiaan dunia sebelum dia mati.

Dua orang tewas , membuat banyak orang melupakan mimpinya menjadi raja , meskipun mereka masih penasaran , apakah masih ada orang yang cukup bodoh untuk melamar menjadi raja.

PESERTA KETIGA

Suatu hari datanglah seorang guru datang melamar untuk menjadi raja dan juga menyatakan kesanggupannya memenuhi dua syarat tersebut.
Mendengar ada yang melamar menjadi raja lagi membuat warga penasaran , sebagian menertawakan kebodohan guru tersebut sementara yg lain merasa iba dan kasihan padanya.

Namun keputusan sudah dibuat , guru itu pun diangkat menjadi raja dan ia diberi segala kemewahan dan kemudahan serta fasilitas layaknya seorang raja.

Ternyata berbeda dengan dua orang sebelumnya , guru ini tidak berpesta pora dan foya foya , ia tetap pada pola hidupnya semula yg sederhana, namun ia membuat beberapa tindakan selama ia menajdi raja.

Tahun pertama , ia kumpulkan seluruh pasukan kerajaan dan ia perintahkan pasukan itu pergi ke pulau seberang laut untuk membabat habis hutan rimba disana dan memindahkan semua binatang disana ke tempat lain.

Sebagai raja tentu perintahnya dipatuhi , dan begitulah akhirnya , di tahun pertama menjadi raja ,ia telah membuat pulau seberang laut menjadi pulau kosong yg siap huni.

Tahun kedua , ia panggil para arsitek terbaik kerajaan , dan ia perintahkan mereka untuk membangun sebuah istana yg lebih megah dari istana yg ia tempati sekarang.
Tahun kedua ia menjadi raja sebuah istana megah berdiri di pulau seberang laut.

Tahun ketiga ia mengumpulkan harta , perabotan , dan barang barang lain dan ia kirim ke istana seberang laut.

Tahun keempat ia mengirim orang orang untuk menjadi pelayan dan pengurus istana , mulai dari tukang kebun , koki , tukang sapu , dan beberapa prajurit.

Tahun kelima ia mengirim keluarganya ke istana itu , dan ia meminta untuk sabar menantinya setahun lagi di pulau seberang laut.

Dan akhirnya habislah masa jabatan dia sebagai raja dan sesuai perjanjian guru ini pun dibuang ke pulau seberang laut.
Ia hanya tersenyum dan berkata, " saya memang menunggu waktunya saat saya dibuang"

Dan ia pun dibuang ke pulau seberang laut dan hidup bahagia bersama keluarganya disana , disebuah istana megah.


Pesan Moral :

Peserta pertama perumpamaan PELIT, adalah manusia yang tidak dapat menikmati kehidupan sebagaimana adanya.

Peserta kedua perumpamaan BOROS, adalah manusia yang dipenuhi nafsu keinginan yang tidak pernah puas .

Jadilah peserta ketiga dengan perhitungan yang baik dan bijaksana, bukan hanya HEMAT tetapi BIJAKSANA

Singa adalah perumpamaan kematian yang pasti dihadapi semua peserta.

Semoga Bermanfaat
Title: Re: apa bedanya??
Post by: calon_arahat on 30 July 2009, 08:51:35 PM
klo kasus ini termasuk pelit/irit?
orang yg handphonenya sering hang.. tp klo direstart lagi bisa kembali normal.. frekuensi hangnya beberapa kali dalam 1 minggu..
dia ga mau beli handphone baru dulu, padahal ada uang.. pikirnya "kan klo hang tinggal direstart aja jd normal, walaupun agak repot sih" diperbaiki jg ga mau krn selama perbaiki ga dapet pake handphone.. jg udah ga garansi..
Title: Re: apa bedanya??
Post by: Forte on 30 July 2009, 08:58:06 PM
 [at]  change..
nice sharing bro..
Title: Re: apa bedanya??
Post by: andry on 30 July 2009, 09:19:47 PM
tidak bijaksana, sebab yang ia pikirkan dan yang ia lakukan hanya untuk ekluarganya dan dirinya..
bagaimana dengan rakyatnya??
selama lima tahun pemerintahan, kerjanya cuma babatin hutan...
makanya aja terhadi global warming..
dia tidak pro rakyat, tidak pula lanjutkan, tetapi lebih ke lebih cepat lebih baik..
Title: Re: apa bedanya??
Post by: CHANGE on 31 July 2009, 11:21:56 AM
tidak bijaksana, sebab yang ia pikirkan dan yang ia lakukan hanya untuk ekluarganya dan dirinya..
bagaimana dengan rakyatnya??
selama lima tahun pemerintahan, kerjanya cuma babatin hutan...
makanya aja terhadi global warming..
dia tidak pro rakyat, tidak pula lanjutkan, tetapi lebih ke lebih cepat lebih baik..


Cerita tersebut hanya perumpamaan untuk menunjukkan bahwa satu kasus atau masalah jika di interpretasikan oleh 3 orang yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda, jika lebih sederhana dalam kehidupan sehari-hari, jika mendadak kita dapat rezeki nomplok 1 milyard. Maka cara menggunakan uang tersebut tentu berbeda, ada pelit ( simpan saja ), ada yang boros ( berfoya-foya ), dan ada yang hemat dan bijaksana. Yang saya maksud bijaksana ini tentu dalam arti sesuai ajaran Buddhadhamma, misalnya meningkatkan kerelaan, berdana kepada sangha, memperbaiki kualitas hidup yang benar. Karena cerita tersebut tidak saya ubah isinya. Satu cerita tambahan untuk yang pelit.

Si Pelit

Seorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat yang dirahasiakannya di tamannya. Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang. Dia sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan suatu malam, dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan membawanya pergi.

Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik
rambutnya.

Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.

"Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"

"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"

"Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan marah.

Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.

"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"

Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.


Pesan Moral :

Gunakan harta kita untuk kesejahteraan hidup


Bagaimana orang yang punya harta tetapi tidak bijaksana. ini adalah filsafat bolak balik mengenai tidak bijaksana tersebut

Filsafat Bolak-Balik

Masih muda, korbankan kesehatan cari harta.
Sudah tua, korbankan harta cari kesehatan

Karena harta, orang asing menjadi seperti saudara
Karena harta, saudara menjadi seperti orang asing

Orang kaya mampu beli ranjang enak,
tapi gak bisa tidur enak (stress...euiii)

Orang miskin gak mampu beli ranjang enak,
tapi bisa tidur enak (capek jadi kuli)

Orang kaya punya duit buat foya-foya,
tapi gak punya waktu

Orang miskin punya waktu buat foya-foya,
tapi gak punya duit

Masih muda pengen jadi kaya biar nikmatin kekayaan
Udah kaya gak punya waktu buat nikmatin kekayaan

Sekali punya waktu buat nikmatin kekayaan
udah keburu tua gak ada tenaga


Semoga Bermanfaat
Title: Re: apa bedanya??
Post by: CHANGE on 31 July 2009, 11:33:11 AM
klo kasus ini termasuk pelit/irit?
orang yg handphonenya sering hang.. tp klo direstart lagi bisa kembali normal.. frekuensi hangnya beberapa kali dalam 1 minggu..
dia ga mau beli handphone baru dulu, padahal ada uang.. pikirnya "kan klo hang tinggal direstart aja jd normal, walaupun agak repot sih" diperbaiki jg ga mau krn selama perbaiki ga dapet pake handphone.. jg udah ga garansi..

Tentu kembali kepada masing-masing karena terlalu subjektif untuk menilai, kalau saya boleh berpendapat mengenai hal ini, jika anda bekerja sebagai salesman, dan HP merupakan sarana untuk dalam komunikasi, maka anda termasuk pelit. Karena HP tersebut sarana untuk kesejahteraan dalam menunjang kelancaran pekerjaan.
Tetapi jika anda adalah pengangguran maka anda termasuk hemat dan bijaksana, karena tidak melakukan pengeluaran yang tidak dibutuhkan.
Title: Re: apa bedanya??
Post by: johan3000 on 31 July 2009, 12:09:47 PM
klo kasus ini termasuk pelit/irit?
orang yg handphonenya sering hang.. tp klo direstart lagi bisa kembali normal.. frekuensi hangnya beberapa kali dalam 1 minggu..
dia ga mau beli handphone baru dulu, padahal ada uang.. pikirnya "kan klo hang tinggal direstart aja jd normal, walaupun agak repot sih" diperbaiki jg ga mau krn selama perbaiki ga dapet pake handphone.. jg udah ga garansi..

Tentu kembali kepada masing-masing karena terlalu subjektif untuk menilai, kalau saya boleh berpendapat mengenai hal ini, jika anda bekerja sebagai salesman, dan HP merupakan sarana untuk dalam komunikasi, maka anda termasuk pelit. Karena HP tersebut sarana untuk kesejahteraan dalam menunjang kelancaran pekerjaan.
Tetapi jika anda adalah pengangguran maka anda termasuk hemat dan bijaksana, karena tidak melakukan pengeluaran yang tidak dibutuhkan.

Yg perlu dibuka, dicuci pakai bensin, pijet2
dan dipasang kembali, bakal siip deh..
Title: Re: apa bedanya??
Post by: CHANGE on 31 July 2009, 12:58:18 PM
Yang kita tulis adalah pelit dalam hal MATERI, kalau kita sandingkan pelit dalam arti mental, ini adalah kisah yang cocok untuk menggambarkan perbedaan yang cukup signifikan antara pelit, hemat dan boros.

Balada Kisah Uang Rp.1.000 Dan Rp.100.000
 

Konon, uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi mengalami nasib yang berbeda. Keduanya sama-sama dicetak di PERURI dengan bahan dan alat-alat yang oke. Pertama kali keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum dan menarik. Namun tiga bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu bertemu kembali di dompet seseorang dalam kondisi yang berbeda. Uang seratus ribu berkata pada uang seribu :

"Ya, ampiiiuunnnn. ......... darimana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor, lecet dan.....bau!

Padahal waktu kita sama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama keren kan....

Ada apa denganmu?"

Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan nelangsa. Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata :

"Ya, beginilah nasibku , kawan. Sejak kita keluar dari PERURI, hanya tiga hari saya berada di dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya saya sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang sayur, saya beralih ke kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah, penuh dengan darah dan taik ayam. Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang pengamen, dari pengamen sebentar aku nyaman di laci tukang warteg. Dari laci tukang warteg saya berpindah ke kantong tukang nasi uduk, dari sana saya hijrah ke 'baluang' (pren : tau kan baluang...?) Inang-inang. Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau, kumal, lusuh, karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas. ......"

Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin.:

"Wah, sedih sekali perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita keluar dari PERURI itu, aku disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum. Setelah itu aku pindah ke dompet seorang wanita cantik. Hmmm... dompetnya harum sekali. Setelah dari sana, aku lalu berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di hotel berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di tempat arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas selebritis.

Pokoknya aku selalu berada di tempat yang bagus. Jarang deh aku di tempat yang kamu ceritakan itu. Dan...... aku jarang lho ketemu sama teman-temanmu. "

Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya :

"Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman.

Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga daripada kamu!"

"Apa itu?" uang seratus ribu penasaran.

Uang seribu berkata, "Aku sering bertemu teman-temanku di kantong-kantong dana di VIHARA atau di tempat-tempat yayasan kemanusiaan atau mungkin di Forum Dhammacitta ( harusnya tidak, karena dana yang masuk sepertinya HEMAT dan BIJAKSANA ). Hampir setiap minggu aku mampir di tempat-tempat itu. Jarang banget tuh aku melihat kamu disana....."

Pesan yang ingin disampaikan :

Cerita ini menggambarkan bagaimana perbedaan yang cukup signifikan mengenai PELIT dan HEMAT ( BIJAKSANA ) dan BOROS. Saya minta maaf duluan ya…, jangan marah dan tersinggung loh ( biasanya yang marah dan tersinggung pasti pelit )ha,ha,ha… Sekedar bercanda. Bagi yang mau marah juga tidak apa-apa, saya terima. Tapi ingat marah menambah karma buruk lohhh. :)) :)) :))

Memang berdana adalah salah satu bentuk kerelaan yang diajarkan oleh Sang Guru Agung . Orang tidak suka berdana adalah orang pelit dalam mental. Berapapun dana yang diberikan ( sukarela ) tentu bermanfaat. Jadi jangan pernah tidak berdana. Karena kebiasaan berdana membuat mental menjadi hemat dan bijaksana. ^:)^ ^:)^

Ingat ini :

Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi. Energi yang kita berikan kepada dunia tak akan pernah musnah. Energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain. Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, makna hidup, maupun kepuasan batin yang mendalam,dll. :>-

Semoga Bermanfaat
Title: Re: apa bedanya??
Post by: markosprawira on 31 July 2009, 04:59:00 PM
klo kasus ini termasuk pelit/irit?
orang yg handphonenya sering hang.. tp klo direstart lagi bisa kembali normal.. frekuensi hangnya beberapa kali dalam 1 minggu..
dia ga mau beli handphone baru dulu, padahal ada uang.. pikirnya "kan klo hang tinggal direstart aja jd normal, walaupun agak repot sih" diperbaiki jg ga mau krn selama perbaiki ga dapet pake handphone.. jg udah ga garansi..

Tentu kembali kepada masing-masing karena terlalu subjektif untuk menilai, kalau saya boleh berpendapat mengenai hal ini, jika anda bekerja sebagai salesman, dan HP merupakan sarana untuk dalam komunikasi, maka anda termasuk pelit. Karena HP tersebut sarana untuk kesejahteraan dalam menunjang kelancaran pekerjaan.
Tetapi jika anda adalah pengangguran maka anda termasuk hemat dan bijaksana, karena tidak melakukan pengeluaran yang tidak dibutuhkan.

Yg perlu dibuka, dicuci pakai bensin, pijet2
dan dipasang kembali, bakal siip deh..

Itu sih kalo konektornya udah "karat" bro......

bisa juga update firmware

kasus sama terjadi ama hape gw (G502), emg udah bug bawaan, sering hang sendiri..... emg udah salah desainnya
Title: Re: apa bedanya??
Post by: CHANGE on 01 August 2009, 10:12:23 AM
Kadang-kadang kita tidak sadar, dan kita sering mengatakan seseorang adalah pelit atau kikir, mungkin cerita ini sekedar untuk menggambarkan kondisi pembanding yang di katakan sebagai pelit ( karena tidak ada parameter yang jelas untuk mengukurnya )



Ku Berikan Saat Masih Hidup  


Suatu ketika seorang yang sangat kaya bertanya kepada temannya.

"Mengapa aku dicela sebagai orang yang kikir? Padahal semua orang tahu bahwa aku telah membuat surat wasiat untuk mendermakan seluruh harta kekayaanku bila kelak aku mati."

"Begini," kata temannya, akan kuceritakan kepadamu tentang kisah babi dan sapi.

Suatu hari babi mengeluh kepada sapi mengenai dirinya yang tidak disenangi manusia.

"Mengapa orang selalu membicarakan kelembutanmu dan keindahan matamu yang sayu itu, tanya babi. Memang kau memberikan susu, mentega dan keju. Tapi yang kuberikan jauh lebih banyak. Aku memberikan lemak, daging, paha, kulit. Bahkan kakiku pun dibuat asinan! Tetapi tetap saja manusia tak menyenangiku. Mengapa?"

Sapi berpikir sejenak dan kemudian menjawab, "Ya, mungkin karena aku telah memberi kepada manusia ketika aku masih hidup."

Semoga Bermanfaat.


Kondisi pembanding kedua seseorang yang dikatakan pelit ( bukan keharusan demikian untuk mengukur, karena banyak asumsi ), pelit hanya berdasarkan cerita ini :


SEPATU ABU KOSIM

Abu Kosim adalah seorang laki-laki setengah baya yang hidup di kota Bagdad. Badannya kurus dan kecil, jenggotnya mirip jenggot kambing. Ia hidup seorang diri di rumah yang cukup sederhana.

Selama ini Abu Kosim dikenal sebagai orang yang pelit pada dirinya sendiri. Barang-barang yang dimilikinya tidak akan dibuang atau diberikan kepada orang lain sebelum terlihat amat dekil.

Salah satunya adalah sepatu. Sepatu terbuat dari kulit unta yang telah dipakai bertahun-tahun itu tetap dipertahankan meskipun sudah sangat dekil, berlubang di sana-sini dan menyebarkan bau tidak sedap.


Suatu hari Abu Kosim bertemu dengan sahabat lamanya di kolam renang. Di tempat tersebut sahabatnya berjanji akan membelikan sepatu baru. "Karena saya lihat sepatu kamu sudah bau tong sampah," kata sahabatnya sedikit menyindir.

"Wah, kalau begitu terimakasih," ucap Abu Kosim tanpa merasa tersindir sedikit pun.

Sewaktu Abu Kosim selesai mandi, di dekat sepatu bututnya ada sepatu baru yang amat bagus. Warnanya hitam dengan hiasan warna emas di sana-sini.

"Sahabatku memang baik," gumam Abu Kosim tercengang melihat sepatu itu. Ia kira sepatu itu dari sahabatnya. Tanpa berpikir panjang lagi ia memakainya dan membawanya pulang.

Tetapi apa yang terjadi? Tidak lama setelah Abu Kosim duduk di ruang tamu rumahnya, datang seorang pengawal kerajaan membawa surat penangkapan.

"Apa salah saya?" tanya Abu Kosim.

"Kamu telah mencuri sepatu Gubernur," jawab pengawal.

"Mencuri? Yang benar saja," Abu Kosim merentangkan tangannya.

"Tadi saya memang baru diberi sepatu baru oleh sahabat lama saya. Bukan mencuri seperti yang kamu tuduhkan!" Abu Kosim tidak terima.

"Saya hanya diminta menangkap tuan. Kalau keberatan, silakan tuan kemukakan alasan tuan di persidangan," ujar pengawal.

Akhirnya dengan terpaksa Abu Kosim mengikuti pengawal. Di balairung ia sudah ditunggu Gubernur beserta Tuan Hakim.

"Abu Kosim, kamu telah mencuri sepatu Gubernur dan menukarnya dengan sepatumu. Karena kamu telah melanggar hukum, kamu didenda 50 dinar," kata Hakim usai membacakan kesalahan Abu Kosim.

Tanpa memberi alasan lagi Abu Kosim mengeluar-kan uang dendanya dan mengembalikan sepatu Gubernur serta mengambil sepatu bututnya.

"Sepatu ini benar-benar membuat sial!" sungut Abu Kosim begitu keluar dari balairung,
"lebih baik dibuang di sungai saja," putusnya kemudian.

Hari itu juga, sebelum sampai di rumah Abu Kosim membuang sepatunya ke sungai. Namun dasar sedang sial, sepatu yang dibuang itu ternyata tersangkut di jala seorang nelayan miskin.

Beberapa jam kemudian datang pengawal membawa surat penangkapan.

"Sepatu yang kamu buang telah merusak jala seorang nelayan miskin, sehingga ia tidak mendapatkan ikan," alasan pengawal.
Untuk kedua kalinya di hadapan Gubernur Abu Kosim didenda. Kali ini dia harus mengganti segala kerugian yang diderita nelayan itu, gara-gara sepatu bututnya.

"Benar-benar sepatu sialan!" umpat Abu Kosim begitu kembali ke rumah,

"Mungkin aku harus membuangnya di tempat yang tidak dilalui orang," terusnya sambil berpikir keras.

Malam harinya Abu Kosim berjalan menyusuri kota dan menemukan bangunan kuno tertinggi di Kota Bagdad.

Di atas genteng bangunan itulah ia membuang sepatunya.

Ternyata apa yang diperkirakan Abu Kosim meleset. Memang bangunan itu tidak dilewati orang, tetapi di situ ada penghuninya, yaitu seekor kucing. Karena merasa terganggu dengan bau busuk sepatu Abu Kosim, kucing tersebut menjatuhkannya. Pada saat itu di bawah gedung ada seorang laki-laki lewat dan sepatu Abu Kosim mengenai kepalanya. Laki-laki itu langsung mengadu-kan kepada Gubernur. Sekali lagi Gubernur memanggil Abu Kosim.

"Untuk ketiga kalinya kamu membuat kesalahan, karena itu selain didenda kamu juga ditahan selama satu minggu!" Hakim memutuskan di persidangan.

Nah, di dalam sel itulah Abu Kosim baru sadar akan sifat pelitnya selama ini yang ternyata telah menyengsarakannya dan menyengsarakan orang lain. Setelah keluar dari penjara ia menghadap Gubernur.

"Yang mulia, saya ingin membuat perjanjian," kata Abu Kosim sungguh-sungguh,

"saya akan membuang sepatu butut ini dan akan membeli sepatu baru. Dengan begitu apa pun yang terjadi akibat sepatu ini jangan dikaitkan dengan saya," katanya lagi.

Gubernur tersenyum tanda setuju. Terlebih lagi setelah Abu Kosim berjanji akan merubah sifat pelitnya selama ini.

Semoga bermanfaat
Title: Re: apa bedanya??
Post by: Johsun on 01 August 2009, 10:23:59 AM
Kalo pelit, gak mo ngasi sesuatu yg sifatnya dana, smbangan untk orng lain, maupun brupa pelit minjamin sesuatu pd yg lain.
Kalo irit itu brupa hemat untk tdak memblanjakan sesuatu yg sia2 menrut dia. Misalnya di rumah sdah bnyak makanan, namun masi mau beli mkanan2 di spermarket, itu dinamakan boros ato gak irit.
Title: Re: apa bedanya??
Post by: No Pain No Gain on 01 August 2009, 10:57:35 PM
cmiiw

mnurut saya kalo dibicarakan secara matemis..hmmm..anda seperti menanyakan perbedaan antara "kurang dari" atau " tidak lebih dari"..hahhaa...pernyataan pelit dan irit mungkin bisa diselesaikan dengan fuzzy logic berdasarkan fakta2 yang ada..
Title: Re: apa bedanya??
Post by: CHANGE on 03 August 2009, 12:45:54 PM
Hanya artikel cerita saja,

Penderitaan Orang Pelit

Dikisahkan tentang seorang lelaki berusia 60-an tahun yang menjadi buah bibir di kampungnya. Pasalnya, lelaki paruh baya tersebut terkenal sangat pelit, bahkan untuk makan sehari-hari dan kesehatannya sendiri. Sudah menjadi rahasia umum bahwa dia jarang sekali makan lebih dari sepotong roti setiap hari.

Suatu ketika ia marah habis-habisan kepada istrinya, lantaran istrinya itu membeli seekor ikan untuk lauk mereka makan. "Kamu ini perempuan boros. Aku saja tidak pernah membeli ikan, kok kamu berani-beraninya beli ikan," bentak lelaki itu uring-uringan.

Si istri yang sabar dan sangat hapal tabiat suaminya itu berusaha membela diri. "Bukan saya yang beli, tetapi tetangga sebelah yang memberikan ikan ini untuk kita," dalihnya.

Kalau begitu, potong-potong ikan itu menjadi 7 bagian untuk jatah lauk makan kita selama 7 hari. Kalau mau menggoreng beri garam, tapi sedikit saja nanti garamnya cepat habis," sahut lelaki itu memberi solusi sekaligus instruksi.

Beberapa hari kemudian, lelaki itu jatuh sakit, badannya demam dan tak mampu beraktifitas seperti biasa. Si istri kasihan melihat kondisi suaminya. Ia bergegas pergi ke sebuah toko obat untuk membeli obat penurun panas.
Ketika si istri menyodorkan obat tersebut, suaminya justru menutup mulut rapat-rapat karena menilai bahwa membeli obat adalah pemborosan besar. "Jangan khawatir, obat ini adalah obat paling murah. Lagipula, di dalam kotak obat ini ada kupon yang bisa ditukar dengan hadiah," bujuk istrinya sembari memberikan obat. Tetapi suaminya itu tetap mengunci mulutnya.

Tak kurang akal, si istri langsung membisikkan sesuatu di telinga suaminya. "Ehmm, sebenarnya saya tadi bohong. Obat ini sudah kadaluwarsa. Jadi toko obat itu memberikannya gratis kepada saya," bisik istrinya. Barulah setelah itu si lelaki pelit tadi bersedia meminum obat. Setelah minum obat diapun tersenyum, kemudian memuji istrinya pintar.

Pesan :

Membaca cerita di atas, selayaknya menjadikan kita berpikir untuk apa sebenarnya kita memiliki harta? Apakah harta kekayaan kita adalah satu-satunya cara untuk memperoleh kebahagiaan? Dari cerita di atas, dapat disimpulkan bahwa pelit untuk mempertahankan harta kekayaan hanya membuat hidup ini justru semakin tidak enak.  Untuk apa kita bersikap pelit kepada orang lain, apalagi diri sendiri? Banyak dari kita yang terkadang takut kalau harta benda kita akan hilang atau raib. Inilah motif yang paling banyak mendasari manusia dalam bersikap pelit. Enggan untuk berbagi. Karena menurutnya, harta tersebut adalah miliknya sendiri dan didapat atas dasar usaha sendiri. Sehingga, semakin sulitlah orang tersebut untuk mengeluarkannya untuk melakukan kebaikan atau kerelaan.

Semoga bermanfaat
Title: Re: apa bedanya??
Post by: hariyono on 03 August 2009, 01:22:09 PM
Hanya artikel cerita saja,

Penderitaan Orang Pelit

Dikisahkan tentang seorang lelaki berusia 60-an tahun yang menjadi buah bibir di kampungnya. Pasalnya, lelaki paruh baya tersebut terkenal sangat pelit, bahkan untuk makan sehari-hari dan kesehatannya sendiri. Sudah menjadi rahasia umum bahwa dia jarang sekali makan lebih dari sepotong roti setiap hari.

Suatu ketika ia marah habis-habisan kepada istrinya, lantaran istrinya itu membeli seekor ikan untuk lauk mereka makan. "Kamu ini perempuan boros. Aku saja tidak pernah membeli ikan, kok kamu berani-beraninya beli ikan," bentak lelaki itu uring-uringan.

Si istri yang sabar dan sangat hapal tabiat suaminya itu berusaha membela diri. "Bukan saya yang beli, tetapi tetangga sebelah yang memberikan ikan ini untuk kita," dalihnya.

Kalau begitu, potong-potong ikan itu menjadi 7 bagian untuk jatah lauk makan kita selama 7 hari. Kalau mau menggoreng beri garam, tapi sedikit saja nanti garamnya cepat habis," sahut lelaki itu memberi solusi sekaligus instruksi.

Beberapa hari kemudian, lelaki itu jatuh sakit, badannya demam dan tak mampu beraktifitas seperti biasa. Si istri kasihan melihat kondisi suaminya. Ia bergegas pergi ke sebuah toko obat untuk membeli obat penurun panas.
Ketika si istri menyodorkan obat tersebut, suaminya justru menutup mulut rapat-rapat karena menilai bahwa membeli obat adalah pemborosan besar. "Jangan khawatir, obat ini adalah obat paling murah. Lagipula, di dalam kotak obat ini ada kupon yang bisa ditukar dengan hadiah," bujuk istrinya sembari memberikan obat. Tetapi suaminya itu tetap mengunci mulutnya.

Tak kurang akal, si istri langsung membisikkan sesuatu di telinga suaminya. "Ehmm, sebenarnya saya tadi bohong. Obat ini sudah kadaluwarsa. Jadi toko obat itu memberikannya gratis kepada saya," bisik istrinya. Barulah setelah itu si lelaki pelit tadi bersedia meminum obat. Setelah minum obat diapun tersenyum, kemudian memuji istrinya pintar.

Pesan :

Membaca cerita di atas, selayaknya menjadikan kita berpikir untuk apa sebenarnya kita memiliki harta? Apakah harta kekayaan kita adalah satu-satunya cara untuk memperoleh kebahagiaan? Dari cerita di atas, dapat disimpulkan bahwa pelit untuk mempertahankan harta kekayaan hanya membuat hidup ini justru semakin tidak enak.  Untuk apa kita bersikap pelit kepada orang lain, apalagi diri sendiri? Banyak dari kita yang terkadang takut kalau harta benda kita akan hilang atau raib. Inilah motif yang paling banyak mendasari manusia dalam bersikap pelit. Enggan untuk berbagi. Karena menurutnya, harta tersebut adalah miliknya sendiri dan didapat atas dasar usaha sendiri. Sehingga, semakin sulitlah orang tersebut untuk mengeluarkannya untuk melakukan kebaikan atau kerelaan.

Semoga bermanfaat


Diposting diatas kalau kita buat renungan lebih dalam lagi
Sang istri sebenarnya akan mengatakan apa yang benar...
yaitu obat itu se benarnya nya di beli memakai uang
tetapi ia tahu sifat suaminya yang kikir
ia terpaksa mengambil solusi membenarkan sikap suaminya yang kikir dengan mengatakan kepada suaminya " obat itu tidak dibeli karena kedalu warsa ( expaid )

dalam kehidupan sekarang sangat sulit mengatakan kebenaran
dan kebanyak orang mengatakan pembenaran dari pada kebenaran

pembenaran di karena di pandang lebih menguntungkan dari pada mengatakan sebenar nya ( seperti sikap istri )

lalu bagaimanakah sikap kita dalam hidup ini
mengatakan KEBENARAN atau PEMBENARAN 

mohon di renungkan

Namo Sanghyang Adi Buddhaya
Title: Re: apa bedanya??
Post by: CHANGE on 03 August 2009, 02:00:42 PM
Sebenarnya pada saat kita membicarakan kebenaran, kita sendiri telah terjebak dalam dualisme, dan kemudian melakukan pembenaran terhadap suatu hal berdasarkan sudut pandang satu atau dua orang atau lebih.

Karena kebenaran adalah kebenaran itu sendiri. Kita hanya memcoba untuk memberikan opini untuk mengambarkan suatu kebenaran tetapi tidak dapat 100 % mewakili kebenaran tersebut. Sederhananya adalah yang kita setiap lakukan setiap hari adalah makan nasi, kalau kita coba mengambarkan rasa nasi tersebut, maka timbul dualisme. Karena kita tidak dapat menjelaskannya dengan tepat, karena kebenaran terletak pada rasa nasi itu sendiri, bukan pada opini kita.

Sama dengan cerita diatas, semua ini hanya berdasarkan sudut pandang, mungkin untuk suami adalah begini, untuk isteri adalah begitu. Bedanya cuma kebijaksanaan dalam menyikapi suatu masalah.

 
Title: Re: apa bedanya??
Post by: Xcript on 07 August 2009, 01:26:21 AM
apa bedanya pelit dengan irit?
apa bedanya gk pelit dengan boros?
apa bedanya perhitungan dengan teliti?

 ::) ::) ::) ::) ::) ::) ::) ::) ::) ::) ada yang bisa kasih masukan?   :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-? :-?

Semuanya mengacu kembali kepada nilai guna...

apa bedanya pelit dengan irit?
= pelit : tidak mau mengeluarkan biaya biarpun itu berguna atau tidak
= irit : tidak mau mengeluarkan biaya yang tidak berguna

apa bedanya gk pelit dengan boros?
= gak pelit : mengeluarkan biaya sesuai kebutuhan
= boros : mengeluarkan biaya sesuai / tidak sesuai dengan kebutuhan

apa bedanya perhitungan dengan teliti?
= perhitungan : bermanfaat atau tidak, yang penting dapat dulu
= teliti : yang penting bermanfaat, baru ambil