//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.  (Read 551765 times)

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #300 on: 27 December 2010, 09:02:01 PM »
Untuk ini saya mau berkomentar sedikit. Pak Hudoyo berkata "Buddha mengajarkan dukkha dan lenyapnya dukkha dan bukan menyinggung atta". Atta (atau yang biasa dibilang si 'aku') itu timbul dari proses pikiran yang berkembang melampaui yang seharusnya (mannati). Ketika kita melihat apa adanya, maka pikiran tidak lagi berkembang lebih jauh, berpikir mengenai objek, berpikir 'aku/atta' di luar atau di dalam objek, dan seterusnya, hanya melihat objek sebagai objek saja apa adanya. Di situlah penderitaan berakhir. Jadi sejauh yang saya tahu (entahlah jika sudah berubah), Pak Hudoyo tidak mengajarkan adanya atta lalu lenyap, tapi adanya sesuatu yang dianggap sebagai atta, dan lenyap ketika pengetahuan muncul. Itu bedanya nibbana yang adalah padamnya kemelekatan (pada konsep atta maupun konsep anatta) dengan nihilisme yang mengatakan atta ada, kemudian lenyap dan hancur.



Bro kainyn yang baik, coba periksa dan baca-baca kembali berbagai postingan pak Hudoyo, beliau mengatakan bahwa pikiran adalah aku/atta yang bergerak. Dengan berhentinya pikiran maka atta padam dan tercapailah Nibbana.
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #301 on: 27 December 2010, 09:12:35 PM »
Mungkin itu semacam penggunaan istilah untuk "pikiran yang berploriferasi". Kadang secara konseptual, saya setuju dengan Pak Hudoyo, tapi cara penjelasannya entah bagaimana tidak cocok. Jika memang konsep yang saya katakan itu benar (menurut Pak Hudoyo), saya akan mengatakan bahwa pikiran yang bergerak itu bisa membentuk konsep 'aku/atta', juga 'bukan aku/anatta', atau apapun konsep lainnya yang kemudian dilekati. Sebab bukan paham 'atta' saja yang membawa makhluk pada kelahiran kembali, tapi paham 'anatta' atau 'bukan atta bukan anatta' dan lain sebagainya, yang tidak disadari sebagai pikiran yang bergerak adalah yang membelenggu manusia pada kelahiran kembali.



Bro Kainyn yang baik, perlu dimengerti bahwa anatta bukanlah suatu paham. Anatta adalah suatu kebenaran mutlak yang tak nampak oleh mereka yang perhatian dan konsentrasinya kurang mendalam. Bagi mereka yang konsentrasi dan perhatiannya mendalam mereka bisa "melihat" sendiri anatta itu.

Janganlah membandingkan pemikiran yang belum terlatih dengan kemampuan melihat pada batin yang terlatih (para meditator Vipassana), sulit memang untuk melihat anatta tersebut bila batin tak terlatih, bagi mereka yang batinnya tak terlatih Anatta hanya mereka pahami sebatas konsep saja. Bukan "melihat dan mengalami' sendiri.

Urutannya berikut:
Untuk melihat anatta, kita harus mampu melihat segala sesuatu apa adanya (yathabhuta nanadassanam). Untuk mampu melihat segala sesuatu apa adanya kita harus memiliki perhatian dan konsentrasi yang kuat.

Untuk dapat memiliki konsentrasi dan perhatian yang kuat, kita harus berlatih meditasi (dalam hal ini Vipassana)
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #302 on: 27 December 2010, 09:12:49 PM »
dari awal memang sudah tercium, ujung2nya pasti debat kusir, apalagi 'masuk lagi' bro fake id yang 'sok jujur' membandingkan aliran2 Theravada dan Mahayana, dan langsung menjudge Theravada tidak jujur dan Mahayana jujur, apakah membohong atau bukan kebenaran adalah dibenarkan ? atau menyatakan kebenaran dengan berbohong adalah Jujur :whistle:

 _/\_
« Last Edit: 27 December 2010, 09:19:10 PM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #303 on: 27 December 2010, 09:18:05 PM »
Pertanyaan saya adalah benarkah theravada disini banyak berkhayal tentang nibbana dan anatta? yang notabene tidak pernah terbukti. Bahkan disini tidak ada yang mencapainya. Kalau ada tolong di share dong.

Buddha dan para Arahant yang sudah merealisasinya dan terbukti ;D
Belum terbukti  karena bro fake id memang belum mempraktekkannya dengan serius ! ^:)^
 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #304 on: 27 December 2010, 09:48:58 PM »
Buddha dan para Arahant yang sudah merealisasinya dan terbukti ;D
Belum terbukti  karena bro fake id memang belum mempraktekkannya dengan serius ! ^:)^
 _/\_
tambahan, krisnamurti sudah loh katanya ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #305 on: 27 December 2010, 09:50:49 PM »
Wah, lebih bagus nanya sama yang praktek baca mantra. Mungkin bro Gandalf atau bro Tan yang paling kompeten di sini. Kalau saya sih nggak tahu. Saya khan cuma menganalisis pikiran-pikiran di sini.
Anda berusaha menganalisis pikiran, tapi yang terjadi adalah kecenderungan anda juga untuk berprasangka terhadap Theravada.

Quote
Skeptis terhadap kebenaran mutlak ajaran dari kedua belah pihak (termasuk akusala ya =)) ) itulah isi utama batin saya ketika mengamati pola pikir Theravada dan pola pikir Mahayana.
Bagaimana mau menyebarkan Dharma/Dhamma kalau kita sendiri debat di sini tiada akhir dan tidak ada kesepakatan yang bisa diterima kedua belah pihak?

Biarkanlah perbedaan itu karena memang demikianlah adanya, tetapi yang terjadi anda sendiri yang mengungkit mengenai hal itu kembali kan?

Quote
Dan juga keraguan mengenai apa sih sebenarnya anatta? Ultimate Truth ini (pinjem istilah bro Ray) kayaknya juga nggak disepakati apa definisinya. Mungkin karena memang itulah MISTERI terbesar dalam agama Buddha? Yang tak bisa dijangkau logika dan pikiran ataupun kesadaran?
Sesuai dengan namanya anatta adalah  ultimate truth, yang diluar jangkauan mereka yang tak suka bermeditasi, diluar jangkauan mereka yang perhatian dan konsentrasinya tidak mendalam. Anatta bukan harus dicari definisinya bro... anatta harus dialami, baru anda mengerti sepenuhnya.

Apakah anda suka bermeditasi Vipassana..?

Quote
Sama misteriusnya dengan Nibbana yang paling hanya bisa dikenali sifatnya yaitu sukha (bahagia).

[Skeptis Mode On] Benarkah Theravada sungguh-sungguh mengajarkan bahwa Nibbana adalah kekal? [Skeptis Mode Off]
Sama seperti diatas, Nibbana untuk dialami baru mengerti sepenuhnya

Quote
Lalu saya membaca lagi buku di bawah ini:

Saya mencoba menyimpulkan bahwa satu-satunya sifat positif mutlak dari Nibbana hanyalah kebahagiaan (sukha) karena Pandit Jinaratana Kaharudin sama sekali tidak menyebutkan atribut kekal pada Nibbana seperti Narada Mahathera. Dan saya pikir Pandit Jinaratana Kaharudin lebih tepat.
Apakah anda beranggapan Nibbana tidak kekal seperti pada pandangan Mahayana...?

Quote
1) Ada rekan-rekan yang ingin membantah bahwa Nibbana adalah kebahagiaan?
2) Dan kalau Nibbana adalah Sukha, apakah berarti Parinibbana adalah juga Sukha? Kalau Parinibbana juga sukha, apa yang merasakan sukha itu? Pastilah kita akan kebingungan sendiri dan terjebak lagi pada kecenderungan eternalis vs nihilis dalam menjawab pertanyaan ini.
1. Nibbana ada yang dialami ketika Pancakhandha masih tersisa, inilah Nibbana yang dirasakan kebahagiaannya.
Pada Arahat yang telah parinibbana Khandha tak bersisa apakah menurut anda Parinibbana bahagia atau tidak?
2. Theravada tak pernah terjebak pada Nihilis, karena dari dulu dan sekarang yang ada hanya pancakhandha yang timbul-tenggelam. Apakah menurut anda pancakhandha yang timbul-tenggelam disebut nihilis?


Quote
3) Atau Parinibbana beyond sukha dan dukkha yang tak dapat dipahami kesadaran/pikiran/citta kita? Seperti perumpamaan seekor kura-kura yang mencoba menjelaskan daratan kepada seekor ikan? Perumpamaan ini saya kutip dari bukunya Narada Mahathera lho.
Benar sekali ucapan Narada Mahathera, tapi anda salah mengartikannya. Narada Mahathera maksudkan adalah sia-sia bagi kura-kura menerangkan ada daratan kalau ikan tersebut tidak berusaha membuktikan dan mencapai daratan. Ikan tak dapat mengerti daratan tetapi bukan berarti daratan tak ada. Daratan berada diluar kemampuannya memahami.

Quote
Pertanyaan saya disini adalah mengenai hal-hal paling pokok dalam agama Buddha yaitu Anatta dan (Pari)nibbana yang saling kait mengkait.

Saya hanya seorang yang ingin mencari kebenaran di tengah debat yang sengit antara Theravada dan Mahayana di Pertanyaan Kritis Mengenai Mahayana di sana dan juga di sini.
Semua kita disini juga banyak yang belajar kedua aliran, seperti juga anda.

Quote
Saya memilih untuk percaya kepada ajaran Buddha Gotama yang nampaknya lebih logis dan sistematis dibandingkan ajaran Laozi, Konghucu, Yesus atau siapapun yang kurang logis dan kurang sistematis, namun saya melihat sebuah TITIK LEMAH ajaran BUDDHA itu sendiri yang sama sekali tak bisa mendefiniskan apa itu ANATTA (Bukan Ego? Tiada Ego? Bukan Inti? Tiada Inti? Bukan Atta? Tiada Atta? Bukan Diri? Tiada Diri? Bukan Aku? Tiada Aku? dll) dan apa itu PARINIBBANA yang bukan eternalis dan bukan nihilis.
Sesuai perumpamaan Narada Mahathera, cobalah mencapai daratan... bukan memikirkan hal itu yang hanya sia-sia..

Quote
Kalau kita sebagai Buddhist terombang-ambing sendiri antara kecenderungan eternalis dan kecenderungan nihilis, bagaimana kita bisa meyakinkan orang lain untuk menjadi pengikut Buddha? Think about that my brothers and sisters.
Manusia bijaksana mencoba membuktikan sendiri, bukan berdebat tiada akhir.

Quote
Dan nampaknya apa yang saya pertanyakan tak akan pernah ada jawabannya. Karena itu perhatikan benar-benar kesimpulan saya mengenai Theravada dan Mahayana. Saya hanya bisa melihat kecenderungan eternalis vs kecenderungan nihilis itu.

Percakapan Bhikkhu Nagasena dan raja Milinda mungkin bisa dijadikan panutan disini:
"O baginda... saya tak dapat memperlihatkan Nibbana di hadapan anda, anda sendiri yang harus mencapainya".
Demikian juga dengan Anatta, saya tak dapat memperlihatkannya ke hadapan saudara Thema, anda sendiri harus berusaha mengalaminya, banyak meditator Vipassana jaman sekarang yang sudah mengalami Anatta, yang biasanya hanya mau berbagi pengalaman kepada orang yang juga sudah mengalaminya.

Quote
I think Anatta , Nirvana , and  Parinirvana are Big Questions in Buddhism without the Answers. Alas, we can not meet Buddha Gotama to explain them well. How can we make other people believe in Buddhism if we can not explain anatta and/or (pari)nirvana? :??

COME and SEE
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #306 on: 27 December 2010, 10:18:32 PM »
Wah, lebih bagus nanya sama yang praktek baca mantra. Mungkin bro Gandalf atau bro Tan yang paling kompeten di sini. Kalau saya sih nggak tahu. Saya khan cuma menganalisis pikiran-pikiran di sini.
 


Skeptis terhadap kebenaran mutlak ajaran dari kedua belah pihak (termasuk akusala ya =)) ) itulah isi utama batin saya ketika mengamati pola pikir Theravada dan pola pikir Mahayana.

Bagaimana mau menyebarkan Dharma/Dhamma kalau kita sendiri debat di sini tiada akhir dan tidak ada kesepakatan yang bisa diterima kedua belah pihak?

Dan juga keraguan mengenai apa sih sebenarnya anatta? Ultimate Truth ini (pinjem istilah bro Ray) kayaknya juga nggak disepakati apa definisinya. Mungkin karena memang itulah MISTERI terbesar dalam agama Buddha? Yang tak bisa dijangkau logika dan pikiran ataupun kesadaran?

Sama misteriusnya dengan Nibbana yang paling hanya bisa dikenali sifatnya yaitu sukha (bahagia).

[Skeptis Mode On] Benarkah Theravada sungguh-sungguh mengajarkan bahwa Nibbana adalah kekal? [Skeptis Mode Off]

Lalu saya membaca lagi buku di bawah ini:

Saya mencoba menyimpulkan bahwa satu-satunya sifat positif mutlak dari Nibbana hanyalah kebahagiaan (sukha) karena Pandit Jinaratana Kaharudin sama sekali tidak menyebutkan atribut kekal pada Nibbana seperti Narada Mahathera. Dan saya pikir Pandit Jinaratana Kaharudin lebih tepat.

1) Ada rekan-rekan yang ingin membantah bahwa Nibbana adalah kebahagiaan?

2) Dan kalau Nibbana adalah Sukha, apakah berarti Parinibbana adalah juga Sukha? Kalau Parinibbana juga sukha, apa yang merasakan sukha itu? Pastilah kita akan kebingungan sendiri dan terjebak lagi pada kecenderungan eternalis vs nihilis dalam menjawab pertanyaan ini.

3) Atau Parinibbana beyond sukha dan dukkha yang tak dapat dipahami kesadaran/pikiran/citta kita? Seperti perumpamaan seekor kura-kura yang mencoba menjelaskan daratan kepada seekor ikan? Perumpamaan ini saya kutip dari bukunya Narada Mahathera lho.

Pertanyaan saya disini adalah mengenai hal-hal paling pokok dalam agama Buddha yaitu Anatta dan (Pari)nibbana yang saling kait mengkait.

Saya hanya seorang yang ingin mencari kebenaran di tengah debat yang sengit antara Theravada dan Mahayana di Pertanyaan Kritis Mengenai Mahayana di sana dan juga di sini.

Saya memilih untuk percaya kepada ajaran Buddha Gotama yang nampaknya lebih logis dan sistematis dibandingkan ajaran Laozi, Konghucu, Yesus atau siapapun yang kurang logis dan kurang sistematis, namun saya melihat sebuah TITIK LEMAH ajaran BUDDHA itu sendiri yang sama sekali tak bisa mendefiniskan apa itu ANATTA (Bukan Ego? Tiada Ego? Bukan Inti? Tiada Inti? Bukan Atta? Tiada Atta? Bukan Diri? Tiada Diri? Bukan Aku? Tiada Aku? dll) dan apa itu PARINIBBANA yang bukan eternalis dan bukan nihilis.

Kalau kita sebagai Buddhist terombang-ambing sendiri antara kecenderungan eternalis dan kecenderungan nihilis, bagaimana kita bisa meyakinkan orang lain untuk menjadi pengikut Buddha? Think about that my brothers and sisters.

Dan nampaknya apa yang saya pertanyakan tak akan pernah ada jawabannya. Karena itu perhatikan benar-benar kesimpulan saya mengenai Theravada dan Mahayana. Saya hanya bisa melihat kecenderungan eternalis vs kecenderungan nihilis itu.

I think Anatta , Nirvana , and  Parinirvana are Big Questions in Buddhism without the Answers. Alas, we can not meet Buddha Gotama to explain them well. How can we make other people believe in Buddhism if we can not explain anatta and/or (pari)nirvana? :??

Thema, mengapa Sang Buddha menggunakan term yang "positif" untuk menggambarkan Nibbana ? Coba baca ulasan dari Ajahn Jagaro, walaupun mungkin tidak bisa menjawab tentang apa sebenarnya Nibbana itu sendiri...
http://www.buddhanet.net/budsas/ebud/ebdha063.htm

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #307 on: 28 December 2010, 06:13:12 AM »
tambahan, krisnamurti sudah loh katanya ;D
jika tidak salah krisnamurti juga dianggap buda oleh pengemarnya ^-^

 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #308 on: 28 December 2010, 06:25:00 AM »
Sama misteriusnya dengan Nibbana yang paling hanya bisa dikenali sifatnya yaitu sukha (bahagia).

[Skeptis Mode On] Benarkah Theravada sungguh-sungguh mengajarkan bahwa Nibbana adalah kekal? [Skeptis Mode Off]

Lalu saya membaca lagi buku di bawah ini:

Saya mencoba menyimpulkan bahwa satu-satunya sifat positif mutlak dari Nibbana hanyalah kebahagiaan (sukha) karena Pandit Jinaratana Kaharudin sama sekali tidak menyebutkan atribut kekal pada Nibbana seperti Narada Mahathera. Dan saya pikir Pandit Jinaratana Kaharudin lebih tepat.


bro TheMa alias theravada mahayana
tidak menyebutkan atribut kekal pada Nibbana bukan berarti Nibbana tidak kekal ^-^

kitab buku Abhidhamma bukan hanya terjemanan Bapak Pandit,
kitab Abhidhamma pali kanon ada 7 kitab (jika tidak salah) :whistle:.
 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Thema

  • Teman
  • **
  • Posts: 64
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Think Most Talk More
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #309 on: 28 December 2010, 06:47:40 AM »
Quote

Sdr. Thema, menyatakan kehadiran Sammasambuddha yang jarang dan terbatas sebagai  suatu CENDERUNG egois, tidak dapat diterima oleh pemikiran saya. Hal ini sama dengan mengatakan seorang guru Wali Kelas SD adalah cenderung egois karena di dalam kelasnya hanya ada 1 orang murid yang pandai dan ranking 1. Padahal keberadaan hanya 1 orang murid yang pandai dan ranking satu bukan kehendak si Wali Kelas, tetapi karena kondisi murid-muridnya seperti itu.

Begitu juga kondisi makhluk dari satu tata surya yang hanya memungkinkan satu Sammasambuddha dalam satu masa tertentu.

Jika dalam Theravada dikatakan Buddha Gotama terkesan sangat egois sama seperti agama tetangga, maka seharusnya tidak ada kisah Buddha Kassapa sebagai Buddha masa lampau dan juga tidak ada kisah Metteyya sebagai Buddha yang akan datang. Jika egois maka hanya ada 1 Buddha dari masa ke masa yaitu hanya Buddha Gotama. Tapi nyatanya tidak demikian dalam literatur Theravada.


Bro Kelana yang baik,

Baik, saya bisa paham perumpamaan seorang juara/rangking satu dalam sebuah kelas. Tapi apakah kemudian dia akan abadi sebagai rangking satu dan mencegah adik kelasnya menjadi rangking satu? Lupakan pertanyaan ini. Saya punya pertanyaan yang lebih penting untuk dijawab sebagai berikut.

Yang menjadi pertanyaan penting saya adalah berapa tahunkah SATU MASA itu , Bro? Kalau jawabnya sekian Kappa, atau sekian Asankheyya Kappa, atau sekian Maha Kappa, yang entah itu berapa milyar/triliyun tahun lagi bukankah itu egoisme yang sangat halus? Mengapa? Karena bumi ini sudah musnah sebelum sammasambuddha Maitreya/Metteya lahir di bumi ini. =))

Think most :?? Talk more ;D

Offline Thema

  • Teman
  • **
  • Posts: 64
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Think Most Talk More
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #310 on: 28 December 2010, 06:50:24 AM »
Quote
saya kira tidak bijaksana untuk membandingkan theravada vs mahayana dengan berpatokan bahwa theravada adalah versi yg benar dan mahayana adalah versi turunan. menurut kaum mahayanis, cara meditasi nianfo juga diajarkan oleh Sang Buddha. jadi tidak ada perubahan dalam hal meditasi, jika mengikuti pandangan Mahayana.

Bro Indra, apakah meditasi nianfo, walau berbeda dengan meditasi vipassana, menurut anda sendiri, bisa membuat orang mencapai Nibbana? Jawab dengan jujur : 1) ya 2) tidak 3) tidak tahu 4) no comment karena takut menyinggung hati Mahayanist

Bagaimana tanggapan bro Indra dengan sikap beberapa Theravadin yang menganggap meditasi vipassana dan/atau samatha lebih superior dan lebih sistematis untuk mencapai Nibbana dibandingkan nianfo dalam perdebatan Theravada vs Mahayana yang begitu panjang di Pertanyaan Kritis Mengenai Mahayana?  :'(

Think most :?? Talk more ;D

Offline Thema

  • Teman
  • **
  • Posts: 64
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Think Most Talk More
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #311 on: 28 December 2010, 06:53:58 AM »
Quote
Jika anda memang sudah mempelajari sekian banyak.Dan dengan kemampuan menganalisa yang anda punya,pasti anda sudah mengerti.Untuk apalagi permainan yang anda buat???Untuk pembuktian???Untuk menyamakan??

Sis Sriyeklina,

Jujur saja, semakin saya banyak belajar lintas aliran antara Theravada dan Mahayana, semakin saya melihat tidak ada kepastian dalam agama Buddha terutama mengenai hal-hal pokok seperti Anatta, Nibbana, dan Parinibbana. Kayaknya setiap orang boleh menafsirkan sendiri berdasarkan KECENDERUNGAN-nya sendiri apa itu anatta, apa itu nibbana, apa itu parinibbana.

Quote
Orang yang memakai logika akan cocok meditasi dengan menyadari objek adalah objek..kontak adalah kontak dst.Mereka akan memahami dengan cara seperti itu,dengan hanya melihat objek tanpa tercampur konsep-konsep dan lainnya.Sehingga sedikit demi sedikit nafsu keinginannya/kemelekatannya mulai hilang.Tapi jika disuruh dengan objek yang menyangkut rasa misalnya yang menjijikkan atau menyayangi...maka mereka akan bingung.Karena mereka memang unggul di logika bukan di rasa.

Orang yang memakai rasa jika diterangkan dengan cara logika juga tidak akan menangkap.Malah membosankan bagi mereka. Disuruh melatih meditasi dengan nafas keluar masuk saja, tidak akan bertahan lama. Karena membosankan..Tapi jika disuruh dengan objek seperti cinta kasih. Dia bisa merasakan rasa bahagia dan bisa mempertahankan rasa itu. Dan dia mendeteksi dengan rasa. Jika rasa itu menuju kearah yang menyenangkan maka itu tidak boleh, jika ke arah tidak menyenangkan juga tidak boleh. Pada posisi netrallah,yang dipertahankan. Sehingga orang yang bergerak karena rasa, dia bisa menyayangi tanpa melekat.Yang bagi pemakai logika itu agak susah dicerna.Bagi pemakai logika, itu bukan menyayangi tanpa melekat tapi yang terbayang tanpa perasaan.

Tapi apakah para pemakai logika dia tidak bisa menyayangi? Bisa, tapi dia bergerak berupa...itu makhluk sedang menderita dan harus ditolong. Sebatas itu yang bekerja di sistem pikirannya.

Dan Sang Buddha tahu itu, sehingga banyak sekali objek dan cara yang diberikan. Sang Buddha tidak pernah memaksakan kecenderungan yang satu harus melakukan kecenderungan yang lain. Tapi dia memberikan dhamma dan membantu pencapaian kesucian satu makhluk sesuai dengan kelebihan masing-masing. Karena dia sangat bijaksana, dia tahu tidak akan bermanfaat jika itu dilakukan.

Sis Sriyeklina,

Penjelasan yang sangat bagus sekali bagi saya pribadi. Saya sangat mengagumi penjelasan yang demikian terus terang dan gamblang. Bravo Sis Sri. :jempol:

By the way, menurut Sis Sri, apakah teori Paticcasamuppada ala Theravada yang menempatkan perasaan (vedana) between phassa (sentuhan) dan nafsu keinginan (tanha) hanya cocok bagi seorang Theravada yang kuat logikanya dan tidak cocok bagi seorang Mahayanist yang kuat rasa ‘kasih’nya? :-?

Apakah Mahayanist menolak kebenaran teori Paticcasamuppada? Jawab yang jujur ya
1) ya (karena berbeda pendekatan/konsep)
2) tidak (kalau tidak, bukankah vedana itu malah membuat seseorang terperangkap dalam roda kehidupan? Itukah sebabnya Bodhisattva lahir dan lahir lagi?)
3) tidak tahu
4) no comment karena takut menyinggung perasaan Theravadin

Think most :?? Talk more ;D

Offline Thema

  • Teman
  • **
  • Posts: 64
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Think Most Talk More
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #312 on: 28 December 2010, 06:57:20 AM »
Quote
Bro Thema yang baik, pikiran anda persis dengan pikiran pak Hudoyo, yang beranggapan atta ada dan kemudian lenyap (padam) dengan pencapaian Nibbana.... Itu adalah pandangan salah (miccha ditthi) menurut Theravada.

Bro Fabian yang baik, nihilisme jelas-jelas adalah miccha dithhi menurut Theravada. Karena memang secara historis, Buddha Gotama menolak ajaran Ajita Kesakambala yang nihilis itu.

Quote
Ada 4 pandangan salah mengenai atta (sakkaya ditthi) yang berhubungan dengan kelima khandha, sehingga total pandangan salah sakkaya ditthi tersebut menjadi 20.

Keempat pandangan salah tersebut menurut Manual of Buddhist terms and doctrines, oleh Nyanatiloka Mahathera yaitu:
1.  Beranggapan bahwa atta adalah identik dengan kelima khandha.
2.  Beranggapan bahwa atta ada pada setiap khandha
3.  Beranggapan bahwa atta terpisah dari khandha
4.  Beranggapan bahwa atta memiliki khandha.
Mengenai kemampuan untuk mengerti secara jelas konsep anatta, tidak bisa dicapai dengan membaca dan berusaha menyerap teori, bukan demikian caranya menyelami paham anatta.

Cara untuk memahami anatta adalah dengan bermeditasi Vipassana hingga, pengetahuan itu muncul dengan sendirinya setelah perhatian dan konsentrasi kita semakin mendalam.

Dan pengetahuan yang sangat jelas muncul hampir berbarengan dengan lenyapnya sakkaya ditthi.


Bro Fabian yang baik,

Buddhisme dari awal memang menyangkal keberadaan atta, baik atta yang terpisah atau melekat pada satu, beberapa atau semua khanda. Sebab kalau tidak demikian, apa bedanya Buddhisme dengan Brahmanisme yang mempopulerkan konsep atta/atman itu?

Sekarang saya ingin bertanya kepada Bro Fabian yang sudah mengetahui/memahami AN-ATTA ‘dengan sendiri’nya melalui konsentrasi yang mendalam via meditasi vipassana:
1)   Apakah Bro hanya dapat memahami Anatta ketika sedang meditasi vipassana saja atau apakah Bro bisa memahami Anatta itu setiap saat bahkan ketika sedang melakukan aktivitas sehari-hari?
2)   Dengan kata lain apakah pemahaman Anatta Bro itu sementara, bisa timbul lenyap, ataukah pemahaman Anatta Bro itu stabil dan abadi?
3)   Konon, meditasi vipassana bisa membuat seseorang mencapai Nibbana (correct me if I’m wrong). Apakah Bro sudah mencapai Nibbana? Kalau Bro sudah mencapai Nibbana, bisakah Bro menjelaskannya kepada saya dan rekan-rekan Buddhist maupun non Buddhist di sini? Saya punya segudang pertanyaan nih mengenai Nibbana.
Think most :?? Talk more ;D

Offline Thema

  • Teman
  • **
  • Posts: 64
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Think Most Talk More
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #313 on: 28 December 2010, 07:01:29 AM »
Quote
kok bisa ada yang bilang kalau theravada itu individualis, katanya mementingkan penyelamatan diri sendiri....lha kan tidak bisa ditemukan individu yang kekal pada diri sendiri dan makhluk lain....jadi buat apa menyelamatkan makhluk lain? diri sendiri aja nda pernah ada kok.......

Bro Ray, pertama-tama, saya tidak mengatakan individualis/egois 100% tapi CENDERUNG individualis/egois. Artinya ke-individualisan/ egoisan-nya jauh lebih besar daripada ke-sosialisan/ altruisan-nya. Contoh deskripsi dalam angka misalnya sifat individualis/egois-nya 60% sedangkan sifat sosialis/altruis-nya 40% itu sudah dapat dikatakan CENDERUNG individualis/egois. Tapi tentu saja yang namanya ‘SIFAT’ tak bisa dijabarkan dalam angka absolut atau persentase, itu hanya bisa di’rasa’kan.

Kedua, Theravada tidak mengenal konsep ‘penyelamatan’ seperti Mahayana jadi istilah ‘menyelamatkan’ sudah salah kaprah, Bro.

Quote
jadi nda pernah ada yang mengalami dukkha dan tidak ada yang pernah bebas dari dukkha...

kalau seseorang berusaha bebas dari dukkha, kan hal itu sendiri hanya akan membawa dukkha lebih banyak?

yang paling logis ya, ternyata dukkha nda pernah ada kok...jadi tidak usah melepaskan diri dari dukkha....(dukkha kan nda pernah ada)

santai2 saja....

Anyway, bila orangtua Bro mengalami kecelakaan lalu lintas di depan mata Bro, dan bila Bro konsisten dengan pola pikir logis Bro, mestinya Bro tak perlu ‘menyelamatkan’nya dengan membawanya ke rumah sakit, bukan? Khan diri Bro sendiri tak pernah ada, jadi tak pernah ada yang menyaksikan kecelakaan itu bukan? Lagipula bukankah kecelakaan lalu lintas itu sendiri tak pernah ada?

Atau saya berlebihan dan menyinggung hati anda dengan mengatakan kalimat-kalimat di atas kepada Bro? ^:)^  Lho bukankah diri Bro tak pernah ada? :?? 
Atau ini kasus yang berbeda yang mana logika Bro tak berlaku lagi, tapi yang berlaku adalah hati Bro?  ;D ^:)^
Think most :?? Talk more ;D

Offline Thema

  • Teman
  • **
  • Posts: 64
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Think Most Talk More
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #314 on: 28 December 2010, 07:02:47 AM »
Quote
Indra:
boleh tau apa hubungan anda dengan Pak Hudoyo?
Bro Indra yang baik, saya nggak kenal Pak Hudoyo. 
Hanya saja, pas waktu surfing di forum sebelah (wi*hara-dot-com), saya menemukan artikel Beliau yang mengkritik Theravada. Menarik dan HOT sekali point-point yang Beliau sampaikan, makanya saya upload juga ke sini, untuk dibahas, sebab di forum sebelah nggak dibahas sama sekali. ;D
Think most :?? Talk more ;D