Penanya : Kebijaksanaan adalah kusala kamma. Apabila kita tidak dapat mengerti segala sesuatu sebagaimana adanya, maka hal ini merupakan akusala kamma yg mengakibatkan ketidakbahagiaan. Dapatkah Anda membuktikan hal ini dalam kehidupan sehari-hari?
Nina van Gorkom : Saya beri contoh, kita terus menerus menganggap tubuh ini sebagai "AKU", walaupun kita tahu bahwa hal itu tidak kekal. Oleh karena sesuatu penyakit atau mengalami rasa sakit, atau bila kita menjadi tua, dan dalam menghadapi semua ini kita menganggap fakta-fakta ini teramat penting, maka kita menjadi amat tertekan oleh karenanya. Jika salah satu indera kita tidak berfungsi atau cacat, maka kita merasa sebagai manusia yg paling menderita di dunia ini.
Sebenarnya keterikatan pada tubuh kita ini hanya akan menyebabkan kesedihan-kesedihan bagi kita. Oleh karena itu, apabila kita dapat melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, maka rasa penderitaan itu dengan sendirinya akan berkurang.
Bila seseorang ingin melihat tubuhnya sebagaimana adanya, maka ia harus dapat membedakan tubuhnya dengan bathinnya. Memang benar, di dunia ini jasmani dan bathin saling mempengaruhi, namun demikian orang harus dapat membedakan masing-masing sifat jasmani dan bathin tersebut, sehingga ia dapat mengalami semua hal itu sebagaimana adanya. Tubuh (badan) kita terbentuk dari empat unsur, yang terdiri dari :
1. unsur tanah (padat)
2. unsur cair (kohesi)
3. unsur api (Temperatur)
4. unsur angin (gerakan)
Seseorang cenderung berpikir, apakah tidak ada roh yg membuat badan ini menjadi hidup, dan bukankah badan ini berbeda dari benda mati? Sebenarnya, tidak ada roh seperti yg di maksud diatas, yg ada hanyalah gejala-gejala fisik dan gejala-gejala mental yg timbul dan tenggelam setiap saat, terus-menerus. Kami tidak membedakan antara badan dan pikiran dan menganalisanya sebagaimana adanya. Hal ini sangat penting bila kita ingin mengetahui kenyataan yg sebenarnya. Badan itu sendiri tidak mengetahui apa-apa. Dalam hal ini, badan itu sama saja dengan benda mati. Jika kita dapat melihat bahwa badan ini hanya merupakan gejala-gejala fisik yg timbul dan tenggelam secara sempurna, dan bukan "AKU" dan pikiran itu merupakan satu rangkaian gejala mental yg timbul dan tenggelam, dan juga bukan "AKU" maka tirai ketidaktahuan akan tersingkap dari mata kita . Jika seseorang berusaha untuk meningkatkan pengertiannya, maka orang tersebut harus melihat dirinya sendiri agar mengetahui hal-hal yg telah di capainya. Seseorang dapat mengerti sesuatu yg telah dicapainya jika pengertiannya itu membawa ke arah kebebasan dari kemelekatan, karena kita tahu bahwa kemelekatan itu membawa penderitaan.
Sang Buddha mengajarkan umat manusia untuk melihat segala sesuatu sebagaimana adanya. Seseorang tidak harus berpuasa atau menjadi pertapa, karena hal ini demikian merupakan tanggung jawab masing-masing orang untuk memelihara dan memberi makan badannya itu.
Sang Buddha juga mengajarkan "Jalan Tengah", seseorang tidak harus memaksa dirinya untuk melakukan praktek-praktek yg sulit, karena seharusnya seseorang belajar di sekeliling dirinya. Mengerti dan melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, itulah "Jalan Tengah".