well, semua itu relatif saudara kaiyin.
menurut anda menyerang itu seperti apa dulu.....
kalau kita mengetahui luar dalam ( mungkin sama seperti saya ), apakah salah jika kita memberitahu kelemahan konsep kepada bersangkutan?
Samita datang ke sini dan bertanya, saya harus puji dia pertama karena ia datang dan bertanya di sini, bukan seperti pengecut yang biasa membicarakan agama orang lain di belakang, di kebaktian agamanya, tanpa konfirmasi langsung ke umat yang punya pengertian. Ke dua adalah karena ia tidak mempromosikan agamanya atau berusaha melakukan kr1stenisasi seperti ada beberapa member dulu.
Jadi ketika orang datang pada kita untuk bertanya tentang ajaran yang kita anut, lalu kita malah membahas agama orang itu (terutama kejelekannya), itu adalah sesuatu yang menurut saya kurang terpuji.
toh bisa saja kan mereka dengan menyadari kesalahan fatal kemudian berubah...
upali sutta juga mencatat demikian bukan...
Saya tidak melihat sebagai "salah" dan "benar".
Dalam Upali Sutta, Buddha membahas tentang pikiran yang menentukan bukan perbuatan yang ditanyakan oleh Upali, dan memang dalam perumpamaannya, Buddha menggunakan contoh sehari-hari dari ajaran Nigantha sendiri. Buddha tidak membahas kelemahan2 dari ajaran Nigantha. Saya juga menggunakan perbandingan "Protestan & Katholik" untuk menjelaskan "Mahayana, Tantrayana & Theravada", tetapi saya tidak menjelekkan ajaran2 Nasrani, bukan? Biarkan mereka dengan kepercayaannya, bila itu bisa membuat mereka bahagia. Bukankah kita sering mengatakan "semoga semua mahluk berbahagia" bukannya "semoga semua mahluk beragama Buddha"?
Kalau anda bilang mau membuat orang menyadari kesalahannya dan berubah, apa bedanya anda dengan mereka? Mereka juga melihat anda (dan saya) sebagai orang yang ingin disadarkan akan kesalahannya karena menolak juru selamat, agar kemudian berubah.
ambil contoh saya, dulu asal percaya...tidak pernah meneliti, tidak pernah memeriksa...yg penting i belive i can fly...
toh belajar buddhis juga karena adanya perdebatan,dan ditambah kasus luar biasa....
jadi buddhis de.
Memang betul ada kasus-kasus seperti anda juga. Tetapi ada juga kasus di mana orang menjadi dendam karena kalah berdebat, malah menanam permusuhan. Jika kita tidak menyerang, maka selalu win-win solution. Jika mereka mengerti, maka mereka akan menerima. Jika tidak, mereka juga tidak akan mengembangkan permusuhan.
cuma yah,tidak dengan kata-kata "brewok" atau seperti kata tetangga "brewok bercekol"
karena kalau sudah emosi, maka semua nya menjadi susah.
salam metta.
Kalau dari sisi Buddhisme, bukan kita bilang "orang laen itu susah, baru denger 'brewok' udah tersinggung" tetapi lebih kepada "seberapa saya bisa mengendalikan diri dari kata-kata yang menyinggung orang lain". Dalam Anguttara Nikaya sudah diberi tahu bahwa ada 5 syarat mengajar dhamma, salah satunya adalah tidak untuk menyinggung/menyerang orang lain. Dalam Sallekha Sutta juga ditekankan mengenai diri sendiri, bukan orang lain. Orang lain berucap salah, kita tidak. Orang lain bermusuhan, kita tidak.
Semoga Bermanfaat.
saya juga setuju dengan anda, akan tetapi ada beberapa hal yah menurut saya relatif..
saya ingat milinda panha, apabila seseorang berdiskusi mencari pembenaran, maka semua menjadi susah...
akan tetapi mencari kebenaran maka relatif cara-nya...
dalam sutta "penyerangan" yang dimaksud Buddha itu seperti apa dulu....
dalam Upali Sangbuddha langsung memberikan pertanyaan berupa inti dan langsung ke kenyataan.
dalam upali sutta sendiri, guru upali "muntah darah" jadi apa bisa dikatakan Upali melakukan "penyerangan"?
maka dari itu saya katakan semua itu relatif,
sangBuddha juga pernah berdebat dengan seorang pertapa masalah jasmani adalah "aku"
Kalau anda bilang mau membuat orang menyadari kesalahannya dan berubah, apa bedanya anda dengan mereka? Mereka juga melihat anda (dan saya) sebagai orang yang ingin disadarkn akan kesalahannya karena menolak juru selamat, agar kemudian berubah.
dalam berdiskusi maupun berdebat kita tidak mungkin bisa merubah langsung pemikiran orang dengan kehendak kita.....
kita semua hanya memperlihatkan bukti-bukti dan pandangan yang nyata di terapkan.
apabila mereka menerima ataupun menolak itu merupakan hak mereka.......
dan tidak mungkin kita memaksakan saat itu...
ibarat kita memperlihatkan barang bagus merek buddha, terserah mereka mau tertarik atau tidak.
dari pada tidak ada usaha sama sekali,bukankah hal itu juga berbuat baik.^^
Memang betul ada kasus-kasus seperti anda juga. Tetapi ada juga kasus di mana orang menjadi dendam karena kalah berdebat, malah menanam permusuhan. Jika kita tidak menyerang, maka selalu win-win solution. Jika mereka mengerti, maka mereka akan menerima. Jika tidak, mereka juga tidak akan mengembangkan permusuhan.
yah relatif saja, tergantung dari lawan bicara....
dan juga jika lawan bicara memang mencari kebenaran.....kalau mencari pembenaran yah sebaiknya di stop....kadang-kadang win-win solution itu tidak ada...^^ relatif saja...
betul yang anda bilang, saya juga sependapat.
hanya memperlihatkan barang merek buddha, terserah mereka tertarik atau tidak........
masalah semoga semua makhluk berbahagia.
saya balik bertanya pada anda...
apakah anda setuju melihat orang yang senang dan gembira karena dirinya dibohongi...
jadi semoga semua makhluk berbahagia itu artinya seperti apa....^^
saya tidak meminta atau berharap semua beragama buddha, akan tetapi semua berprilaku sesuai buddha dhamma......
dan itu tidak akan tercapai tanpa usaha bukan...setidaknya seperti apa yang saya katakan,
lihat barang saya, lihat barang kamu mana kualitas bagus anda memilih.
dibanding barang kita tidak dilihat sama sekali...tentu pilihan cuma 1. ^^
masalah menyinggung atau menyerang, sebaik-nya dibicarakan dari awal
karena kalau bicara konsep berbeda sudah pasti akan ada kemungkinan emosi keluar....
sangBuddha mengajarkan Dhamma ada kan korbannya, hitung-hitung sudah cukup banyak yang muntah darah...jadi walau kita berbicara sebaik mungkin, tidak menutup ada pertengkaran yang keluar dikarenakan perbedaan....hanya saja jika dibicarakan dari awal setidaknya masih lebih baik
maka dari itu
cari pembenaran / kebenaran?
salam metta.^^
1. jadi apakah secara tidak langsung toh bro bisa mengatakan, berbeda agama / kepercayaan yang penting dimana orang orang tersebut bahagia dengan agama yang mereka yakini toh?
relatif, ada kalanya untuk sementara demikian....
seseorang bisa saja bahagia walau yang membuat diri-nya bahagia itu salah....akan tetapi lebih bahagia lagi jika menjadi benar...
2. Cinta kasih dalam agama budha baik Maitri / Metta toh atau Maitri Karuna. apa untuk agama budha semua toh? atau untuk semua manusia hidup? baik yang satu keyakinan maupun tidak?setahu saya tidak seperti itu toh? diperuntukkan bagi makhluk hidup, Maitri Karuna diwujudkan dalam pembabaran Dharma, aitri Karuna tak memihak
saya tidak tahu detailnya pertanyaan ini karena bahasa nya kurang sy pahami...
tetapi masalah metta, bisa lihat pada yayasan Tzuchi, disitu semua bersatu dalam metta...
3. Bila di budha dikatakan tidak boleh ada keterikatan toh, bagaimana contoh nya ( Budha sendiri meninggalkan keluarga nya untuk mencapai nibana? ) , saya berpikir kalau saya wanita dan menikah dan ditinggalkan apalagi punya anak kalau saya ga salah toh yang saya dengar seperti itu
seseorang untuk membersihkan diri dari lumpur kotor, haruslah keluar dari lumpur tersebut terlebih dahulu......
Buddha meninggalkan keluarga demi mencari pembebasan, apakah bisa disebut pembebasan tetapi masih terikat?
lagi pula buddha juga mengajarkan apa yang di-capai nya pada keluarga nya semua...sehingga anak istri ayah ibu semua mencapai tingkat kesucian....toh bukan meninggalkan lalu tidak peduli balas budi....hehehe
4.YO DHAMMAM DESESI ADIKALYANAM MAJJHEKALYANAM PARIYOSANAKALYANAM TI, apa benar rekan rekan merasakan seperti ini toh? bila benar isa tolong dibagikan toh ?
terjemahan pls...^^
5. Apa kitab buddha pun pake konsili-konsili dalam menetapkan kitab masing-masing. sama seperti umat kr****n toh?
memang agama buddha kitab sucinya di buat oleh murid-murid sangBuddha....dimana mencoba mengulang apa yang pernah diajarkan Buddha selama hidup...
Buddha sangat tidak memaksa...toh orang lain/sekte lain mau menetapkan kitab suci-nya masa dilarang?
memang nya buddha buat hak paten?...sang buddha tidak membuat hak paten akan ajarannya...universal sekali bahkan..mau dicopyright atau mau di apalah terserah...urusan masing-masing..
jadi wajar apabila ada sekte berbeda dengan kitab berbeda akan tetapi kebenarannya yah kita sendiri harus bijak-bijak se bijak-bijak nya....
6. a. Apakah Tipitaka untuk umat Buddha Theravada dan Mahayana berbeda? kata teman saya menjumpai beberapa sutra Mahayana yang tidak terdapat pada Tipitaka Theravada.
b. Kitab mana yang merupakan hasil dari konsili ke-4? Mengapa bisa terjadi perbedaan dalam kitab Tipitaka toh ?
A. betul berbeda.
b.konsili ke-4 sekte mana...kalau sekte theravada itu mulanya di tuliskan pada konsili ke-3 dan ditambahkan beberapa pada konsili ke-4.
tidak tahu kalau sekte mahayana....
salam metta.