Nirvana (Nibbana) dan arhat, keadaan pencerahan dan mereka yang mencapai pencerahan memang istilah yang sudah ada sebelum masa Sang Buddha. Misalnya Nigantha Nataputta a.k.a Mahavira, pemimpin Jaina yang hidup sejaman dengan Sang Buddha tetapi terlahir lebih dulu juga memakai istilah Nirvana dan arahant.
Apa yang membedakan adalah cara memaknai kedua istilah tersebut dan cara mencapainya, banyak ragam pengertian berdasar persepsi masing-masing tentunya. Pemaknaan menurut Sang Buddha dalam analogi "nyala api yang padam" juga bukan pertama, sudah pernah tertulis dalam karya Upanishad sebelum masa Buddha Gotama. Sang Buddha hanya menghidupkan kembali istilah yang sudah familiar bagi para pendengar khotbahnya.
Bukti-buktinya ada di buku saya dan berhubung sudah malam, ntar aja yah nyarinya.
Tapi satu hal misalnya, Bahiya sebelum mendengar kabar Sang Buddha dan ajarannya sudah berpikir "di antara mereka yang mencapai kearahatan, apakah saya termasuk di dalamnya?" Begitu pula ketika Sang Buddha menjelaskan "arahat" dan "nibbana", tidak ada atau sangat jarang pendengar khotbah yang menanyakan definisi dari "arahat" dan "nibbana". Jelas ini mengindikasikan kedua istilah bukan penemuan Sang Buddha melainkan memang telah dikenal atau eksis sebelum Sang Buddha.