//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: J KrishnaMurti  (Read 176270 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #90 on: 16 April 2008, 10:54:53 PM »
Ya, itu "rahasia" anatta. Dalam Visuddhi-magga dikatakan:

"Ada penderitaan, tapi tidak ada yang menderita,
Ada jalan, tapi tidak ada yang menempuhnya,
Ada nibbana, tapi tidak ada yang mencapainya."

*****
[...]

Salam,
hudoyo

Ada penderitaan, tapi tidak ada yang menderita
menurut opini pribadiku, "ada penderitaan" fisik terjadi, namun orang tersebut sudah tidak tergoyahkan lagi, maka penderitaan fisik tidak mengakitbatkan penderitaan mental, oleh karena itu "tidak ada yang menderita"

"Ada Jalan", jalan perlu disampaikan melalui kata-kata, yg bisa dikomunikasikan, maka bisa didengar oleh telinga, dimengerti oleh batin, dsb, oleh karena itu "Ada Jalan".
"tapi tidak ada yang menempuhnya", bagi mereka yg sudah merealisasi "Jalan" maka mereka sudah tidak perlu menempuhnya lagi, ngapain harus jalan 2x padahal hasilnya sudah sama dan perfect:), maka itu "tidak ada yang menempuhnya"

"Ada Nibbana", karena Buddha telah mengajarkan tentang konsep Nibbana kepada kita, keadaan "padam"-nya seluruh nafsu, keadaan damai yang murni, juga kebahagiaan tertinggi, jadi Nibbana bisa dimengerti dan dipahami, dengan demikian "Ada Nibbana"

"tapi tidak ada yang mencapainya", mereka yang sudah merealisasi Nibbana yang sesungguhnya, yang sudah "padam", sudah tidak ada lagi yang bisa dipadamkan, mereka sudah merealisasi kebahagiaan sejati, bagi mereka "Tidak ada yang perlu dicapai lagi"

Kepada siapa syair itu dilontarkan??

ini interpretasi personal saja, semoga bisa jadi bahan pertimbangan

bow and respect,

Terima kasih atas sharingnya. Sharing dari saya:

Syair itu secara telak menyatakan fakta tidak adanya si aku. Semua adalah pikiran; pikiran yang merasa menderita, pikiran yang merasa berjalan di jalan suci, pikiran yang mengharapkan nibbana sebagai "kebahagiaan tertinggi" sesuai dengan gambarannya sendiri. Semuanya adalah permainan pikiran, seluruh ajaran agama ini hanyalah permainan pikiran. Justru pikiran inilah yang harus dipahami, sampai ia berhenti dengan sendirinya, bukan dipaksa berhenti. Itulah nibbana yang sesungguhnya, padam.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 16 April 2008, 10:58:34 PM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #91 on: 16 April 2008, 11:00:54 PM »
Quote from: chingik on Today at 05:34:42 PM
Prinsip ajaran JK dan Sai Baba sama ga ya?

Oh, seperti bumi dan langit bedanya. Cheesy

Sai Baba secara terang-terangan menyatakan dirinya sebagai Avatara (titisan Tuhan di dunia). Jadi, bayangkan sendiri bagaimana hubungan kita seharusnya dengan seorang "titisan Tuhan". Smiley
 QUOTE

Tapi pak, setahu saya, saya pernah membaca dia (baba) harus melakukan hal tersebut karena memang demikian misinya..
dia datang ke dunia memang untuk "merangkul" dgn cara yang ia lakukan maka (maaf) manusia2 yg masih melihat nafsu itu enak- akan terangkul dan lambat laun akan di rubah
 _/\_

Iyalah, silakan saja bila Anda percaya/beriman bahwa ia Tuhan yang turun ke dunia. :) Saya tidak.

Salam,
Hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #92 on: 16 April 2008, 11:04:43 PM »
saya juga tertarik dengan pengalaman spiritual sumedho yg satu itu semoga bisa didiskusikan bersama2... btw salam pak hud... kita ketemu lagi di sini :)

asunn

Iyalah, salam jumpa kembali, Rekan Asunn ... bawa empek-empek, nggak? :) Dunia ini memang sempit ya, ketemu di milis MMD, ketemu di Kaskus, sekarang ketemu di sini. :)

Salam,
hudoyo

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: J KrishnaMurti
« Reply #93 on: 17 April 2008, 08:38:26 AM »
'Konsep', 'ajaran' adalah fungsi pikiran; tanpa pikiran tidak ada 'konsep', 'ajaran'. Vipassana adalah mengamati pikiran itu sendiri. Jadi vipassana tidak kompatibel dengan 'konsep', 'ajaran' apa pun.
Dalam hal ini vipassana diajarkan dalam bentuk "konsep" juga kan?

Quote
'Jalan' selalu ada selama orang punya 'tujuan'/'goal' yang ingin dicapai di 'masa depan'. Yang punya tujuan jelas adalah 'si aku'. Kalau gerak-gerik si aku ini disadari, maka 'lenyap pula segala pikiran ke masa depan', lenyap segala 'tujuan/goal', dan lenyap segala 'jalan'. Tidak perlu 'resep' apa-apa dari orang lain, karena 'resep'-nya cuma sadar/eling.
Setuju

Quote
Tentang "cuma ada satu dokter pada saat sekarang" itu tidak lebih dari kepercayaan/iman Theravada, yang tidak ada dalam Mahayana dan Vajrayana.
Berarti Mahayana dan Vajrayana tidak percaya kalau sasana akan berakhir? Menolak Pacceka Buddha ketika tidak ada sasana?

Quote
Sesungguhnya tidak perlu resep apa pun, kecuali sadar/eling terhadap gerak-gerik badan & batinnya sendiri. Sadar/eling tidak perlu dipelajari dari orang lain; cuma perlu diingatkan. Tinggal praktik.
Saya mengacu kepada sadar/eling yang seringkali disebut aliran lain, disalahgunakan aliran lain, digunakan guru-guru untuk mencari uang, kekuasaan, dicampur-campur oleh ajaran lain, atau bukan sadar/eling dikatakan sebagai sadar/eling. Pelabelan bukan berarti tindakan tidak baik.

Quote
Ada satu yang berbeda mendasar: yaitu konsentrasi (samadhi). Ini adalah bagian dari Jalan Mulia Berfaktor Delapan. Ini tidak ada dalam ajaran K. Dan juga tidak ada dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta:
Memang tidak dijelaskan pada Sutta tersebut. Tetapi sepanjang yang saya ketahui, kasus Bahiya dan Malunkyaputta pun tidak menyimpang dari jalan mulia beruas delapan atau yang disebut juga ekayana magga atau jalan tengah atau empat landasan perhatian murni. Sepengetahuan saya (maaf, lupa sumber dan referensinya) Bahiya dan Malunkyaputta tetap berada pada konsentrasi walaupun mungkin hanya satu saat pikiran, dan di referensi lain disebutkan setiap Arahat pasti melalui jalan Sottapana, Sakadagami, Anagami, walaupun terjadi dengan sangat-sangat cepat.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #94 on: 17 April 2008, 09:36:35 AM »
Dalam hal ini vipassana diajarkan dalam bentuk "konsep" juga kan?

Dalam Mahasatipatthana-sutta memang ada banyak konsep. Tapi dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta tidak ada konsep apa pun sama sekali. Malah di situ dikatakan, "di dalam apa yang muncul dalam batin (ingatan--termasuk 'konsep', 'ajaran') hanya ada ingatan ..." Maksudnya ingatan-ingatan (konsep-konsep, ajaran-ajaran) jangan digeluti, jangan dilekati, jangan bereaksi apa pun terhadapnya.jangan punya pikiran: "Ini milikku (ajaranku, konsepku)".

Quote
Berarti Mahayana dan Vajrayana tidak percaya kalau sasana akan berakhir? Menolak Pacceka Buddha ketika tidak ada sasana?

Setahu saya, Mahayana & Vajrayana tidak menitikberatkan lagi pada sasana dari Buddha Gautama seperti Theravada, mereka meluaskan visinya kepada ajaran Buddha-Buddha yang banyak, atau pada ajaran yang bersifat timeless (tanpa-waktu), misalnya Hui Neng, Surangama-sutra, sutra-sutra Prajnaparamita dll. Saya belum pernah melihat masalah berakhirnya sasana Buddha Gotama dibahas oleh suatu sumber Mahayana & Vajrayana, baik sumber kuno maupun sumber modern. - Soal Pacceka-Buddha tidak relevan di sini, karena toh kita tidak tahu siapa-siapa mereka, karena mereka diam.

Quote
Saya mengacu kepada sadar/eling yang seringkali disebut aliran lain, disalahgunakan aliran lain, digunakan guru-guru untuk mencari uang, kekuasaan, dicampur-campur oleh ajaran lain, atau bukan sadar/eling dikatakan sebagai sadar/eling. Pelabelan bukan berarti tindakan tidak baik.

"Sadar/eling"--entah di dalam ajaran lain, entah dalam agama Buddha sendiri--kalau cuma menjadi slogan, berarti kembali menjadi konsep, ajaran.

Tentang pelabelan, bukan soal "baik" atau "tidak baik" - pelabelan selamanya adalah gerak pikiran, gerak kata-kata; itu tidak cocok dengan vipassana di mana pikiran sekadar diamati.

Quote
Quote
Hudoyo:
Ada satu yang berbeda mendasar: yaitu konsentrasi (samadhi). Ini adalah bagian dari Jalan Mulia Berfaktor Delapan. Ini tidak ada dalam ajaran K. Dan juga tidak ada dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta:
Memang tidak dijelaskan pada Sutta tersebut. Tetapi sepanjang yang saya ketahui, kasus Bahiya dan Malunkyaputta pun tidak menyimpang dari jalan mulia beruas delapan atau yang disebut juga ekayana magga atau jalan tengah atau empat landasan perhatian murni. Sepengetahuan saya (maaf, lupa sumber dan referensinya) Bahiya dan Malunkyaputta tetap berada pada konsentrasi walaupun mungkin hanya satu saat pikiran, dan di referensi lain disebutkan setiap Arahat pasti melalui jalan Sottapana, Sakadagami, Anagami, walaupun terjadi dengan sangat-sangat cepat.

Saya tidak mempersoalkan pencapaian Bahiya & Malunkyaputta, apakah tingkat-tingkat itu dicapai dengan sangat cepat atau lambat. Bahiya, yang bukan bhikkhu siswa Sang Buddha--berarti tidak pernah belajar 4 Kes Mulia, 8 Jalan Utama dsb--begitu mendengar petunjuk Sang Buddha, langsung jadi arahat. Malunkyaputta, bhikkhu yang ditahbiskan ketika sudah tua--dan mungkin sudah belajar 4 Kes Mulia, 8 Jalan Utama dsb, ketika mendengar petunjuk Sang Buddha, masih harus berlatih lagi sebelum akhirnya juga menjadi arahat. (Ini persis sama dengan yang saya lihat dalam retret-retret MMD: teman-teman non-Buddhis sering kali relatif lebih cepat menangkap kiat vipassana, dibandingkan teman-teman Buddhis yang pengetahuan Dhamma-nya mendalam.) Tapi bukan itu yang saya tekankan.

Yang saya tekankan ialah bahwa Sang Buddha mengajarkan meditasi secara berbeda-beda kepada orang-orang yang berbeda. Tidak ada satu sistem/konsep/ajaran meditasi yang baku dan harus dilakukan oleh setiap umat Buddha, sebagaimana kita baca dalam buku-buku AGAMA Buddha. Kepada satu orang SB mengajarkan jhana, kepada orang lain SB tidak mengajarkan melalui jhana, kepada Bahiya & Malunkyaputta bahkan tidak mengajarkan konsentrasi (samadhi), melainkan hanya sekadar sadar/eling.

Tidak ada bukti bahwa Bahiya & Malunkyaputta harus meniti Delapan Jalan Utama untuk sampai pada pembebasan seperti Anda katakan, kalau mereka benar-benar menjalankan petunjuk SB kepada mereka seperti tercantum dalam Bahiya-sutta. Semua yang Anda katakan tidak lebih dari teori, diotak-atik agar cocok dengan sistem baku yang Anda anut.

Salam,
hudoyo


« Last Edit: 17 April 2008, 09:41:06 AM by hudoyo »

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: J KrishnaMurti
« Reply #95 on: 17 April 2008, 09:39:47 AM »
'Konsep', 'ajaran' adalah fungsi pikiran; tanpa pikiran tidak ada 'konsep', 'ajaran'. Vipassana adalah mengamati pikiran itu sendiri. Jadi vipassana tidak kompatibel dengan 'konsep', 'ajaran' apa pun.
Dalam hal ini vipassana diajarkan dalam bentuk "konsep" juga kan?
kalo boleh nimbrung sedikit, mohon dikoreksi kalo salah, pak hudoyo.

ada perbedaan menyolok dalam "vipassana" di atas dengan konsep yg kita pahami. dalam meditasi, kita tidak perlu percaya apapun, tidak perlu berteori apapun. meditasi justru hanyalah berbasis pada pengamatan ke dalam. saat anda mengamati ke dalam, komponen demi komponen penyusun "aku" tersebut satu demi satu terlihat dan berhenti dengan sendirinya...

meditasi seperti halnya sebuah mikroskop pemberian buddha. anda tidak beriman dan tidak bersaddha kepada mikroskop, anda tidak menghapal teori mikroskop, anda tidak melantunkan ayat2 mikroskop, anda tidak perlu mengerti konsep mikroskop (karena memang tidak ada konsepnya) dan anda tidak perlu percaya ada benda2 kecil tak terlihat mata telanjang. anda cukup mengarahkan mata anda di depan lensanya, dan anda melihat sendiri benda2 kecil yg tadinya tak terlihat mata...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: J KrishnaMurti
« Reply #96 on: 17 April 2008, 09:53:21 AM »
Intermezzo sedikit.
Saya curiga ada sekumpulan orang buta lagi cerita tentang gajah  ^-^
Ataukah ada yang sudah melihat di antara kita ? Yang jelas bukan saya.
Kalau ada yang sudah melihat ^:)^
Tapi saya juga curiga sekumpulan orang buta ini berdiskusi untuk tujuan melihat, apapun bahasanya.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: J KrishnaMurti
« Reply #97 on: 17 April 2008, 10:03:13 AM »
bang karuna, lebih enak kalo anda ngomong langsung aja, ntar ada salah pengertian lagi...
ngomong dengan makna yg samar2 keliatan kayak lempar batu sembunyi tangan...
gak usah kawatir ada yg tersinggung
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #98 on: 17 April 2008, 10:03:43 AM »
kalo boleh nimbrung sedikit, mohon dikoreksi kalo salah, pak hudoyo.

ada perbedaan menyolok dalam "vipassana" di atas dengan konsep yg kita pahami. dalam meditasi, kita tidak perlu percaya apapun, tidak perlu berteori apapun. meditasi justru hanyalah berbasis pada pengamatan ke dalam. saat anda mengamati ke dalam, komponen demi komponen penyusun "aku" tersebut satu demi satu terlihat dan berhenti dengan sendirinya...

meditasi seperti halnya sebuah mikroskop pemberian buddha. anda tidak beriman dan tidak bersaddha kepada mikroskop, anda tidak menghapal teori mikroskop, anda tidak melantunkan ayat2 mikroskop, anda tidak perlu mengerti konsep mikroskop (karena memang tidak ada konsepnya) dan anda tidak perlu percaya ada benda2 kecil tak terlihat mata telanjang. anda cukup mengarahkan mata anda di depan lensanya, dan anda melihat sendiri benda2 kecil yg tadinya tak terlihat mata...


Sejauh lepasnya 'konsep-konsep', 'ajaran-ajaran', saya setuju. Terbukti dari pengalaman berbagai orang bahwa untuk bebas tidak diperlukan sama sekali ajaran agama apa pun, termasuk agama Buddha. Seorang Islam atau Kristiani--hehe... nulis "K risten" otomatis berubah menjadi k*****n :)--mampu mencapai kebebasan tanpa harus belajar Buddha-dharma, selama ia menyadari gerak-gerik badan & batinnya sendiri dan melepaskan kelekatannya terhadap segala 'ajaran', termasuk ajaran agamanya sendiri. Ini pun berlaku untuk siswa Sang Buddha.

Namun perumpamaan mikroskop kurang tepat kalau mau dikenakan pada vipassana. Sebuah 'mikroskop' tetap merupakan sebuah ALAT untuk melakukan sesuatu, mencapai sesuatu. Ini bisa menyesatkan. Bila Anda benar-benar melakukan vipassana sesuai Bahiya-sutta, Anda akan melihat bahwa mikroskop dan orang yang melihat melaluinya tidak berbeda. "Yang mengamati dan yang diamati tidak berbeda, yakni si aku." Itu hanya terlihat secara aktual bila tidak ada penghalang, semisal mikroskop, yang memisahkan si pengamat & yang diamati. Sampai semuanya runtuh dalam keheningan.

Jadi, saya lebih suka tidak memakai perumpamaan mikroskop, melainkan cukup melihat diri sendiri dengan mata telanjang, secara pasif, tanpa melakukan apa-apa, tanpa perlu alat, metode, cara, konsep apa pun.. :)

Salam,
hudoyo

« Last Edit: 17 April 2008, 10:17:43 AM by hudoyo »

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: J KrishnaMurti
« Reply #99 on: 17 April 2008, 10:14:43 AM »
Gak lar... cuma intermezzo aja koq. Saya tulus bilang saya gak sempurna koq.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: J KrishnaMurti
« Reply #100 on: 17 April 2008, 10:26:29 AM »

Jadi, saya lebih suka tidak memakai perumpamaan mikroskop, melainkan cukup melihat diri sendiri dengan mata telanjang, secara pasif, tanpa melakukan apa-apa, tanpa perlu alat, metode, cara, konsep apa pun.. :)


Salam Pak Hud...

Diskusi menjadi semakin menarik nih.

Saya ada tambahan sedikit:
Teknik apapun yg dipakai untuk mencapai 'padamnya si aku', pada praktiknya harus diusahakan 'diterapkan setiap saat'. Mengamati secara pasif harus dilatih untuk 'diterapkan di setiap moment keseharian'.

Ini saja sedikit opini dari saya...

Frens silahkan lanjut...

 _/\_

::



Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #101 on: 17 April 2008, 10:35:46 AM »
Intermezzo sedikit.
Saya curiga ada sekumpulan orang buta lagi cerita tentang gajah  ^-^
Ataukah ada yang sudah melihat di antara kita ? Yang jelas bukan saya.
Kalau ada yang sudah melihat ^:)^
Tapi saya juga curiga sekumpulan orang buta ini berdiskusi untuk tujuan melihat, apapun bahasanya.

hehe ... perumpamaan orang buta dan gajah itu datang dari agama Buddha, bukan. :)

Tapi pernahkah kita merenungkan apa yang dimaksud dengan "orang buta"? ... Teorinya ialah orang yang diliputi avijja. ... Ya, tapi mengapa ia diliputi avijja?

Jawabannya ialah karena batinnya berada di level pikiran & perasaan, level si aku, level "Ini milikku (agamaku dsb), ini aku, ini diriku". Betapa pun ia punya gelar S3 dalam Agama Buddha, kalau ia tetap di level pikiran, maka ia diliputi avijja. Ia diumpamakan seperti orang buta, atau seperti orang tidur dan bermimpi.

Tapi kalau ia bisa melihat gerak-gerik pikirannya--di dalam vipassana murni, sekalipun ia tidak punya pengetahuan apa-apa tentang  Buddha-dharma--dan pikiran itu bisa berhenti, si aku bisa berhenti, masuk ke dalam keheningan, sekalipun hanya untuk satu detik, dua detik, 10 detik, satu menit, dua menit, dst ... maka ia tidak buta lagi untuk selang waktu itu, ia tidak tidur & bermimpi lagi melainkan bangun/terjaga untuk selang waktu itu, dan ia "melihat".

Inilah yang oleh alm YM Buddhadasa Mahathera disebut "mencicipi nibbana". (Lihat: "Mindfulness with Breathing")

Tapi, sudahlah ... ini kan intermezzo ... nanti jadi OOT. :)

Salam,
Hudoyo
« Last Edit: 17 April 2008, 10:40:13 AM by hudoyo »

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: J KrishnaMurti
« Reply #102 on: 17 April 2008, 10:40:19 AM »
Salam kenal juga Pak Hudoyo, Thanks atas jawaban pertanyaan saya . Saya puas dengan jawaban Anda^:)^

Memang sebenarnya pada saat seseorang sudah masuk pada praktek Dhamma, segala label terkikis habis, pikiran2lah menyebabkan delusi. Tetapi label dalam bentuk teori diperlukan tatkala kalyanimita yg sesungguhnya sangat sulit ditemukan dan juga untuk menjadi pedoman tentang arah sebuah jalan bagi mereka yg baru memulai dalam praktek.

Saya ada pertanyaan lagi untuk Pak Hudoyo, sepanjang yg saya pahami tentang tahapan paling terakhir sebelum mencapai Nibbana atau penghentian terakhir atau momen terakhir yg harus dipatahkan adalah atta itu sendiri yg akhirnya menembus anatta. Benarkah demikian? _/\_

« Last Edit: 17 April 2008, 10:41:55 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: J KrishnaMurti
« Reply #103 on: 17 April 2008, 11:23:46 AM »
Bukannya rakit dibutuhkan untuk mencapai pantai sebrang? Kalo rakitnya salah ato bocor ya gak akan sampe yah.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: J KrishnaMurti
« Reply #104 on: 17 April 2008, 11:25:53 AM »
Bukannya rakit dibutuhkan untuk mencapai pantai sebrang? Kalo rakitnya salah ato bocor ya gak akan sampe yah.

Memang, tetapi di Sutta lain disebutkan, rakit harus ditinggalkan, jangan melekat pada rakit.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days