//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: comotan dari blog tetangga  (Read 207182 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #90 on: 29 July 2009, 05:25:01 PM »
Tapi untuk yg ini:

Quote
... dan hanya Sotapanna (ke atas)
Seorang Putthujjana dengan keyakinan tak tergoyahkan tidak ubahnya seorang fanatik radikal yang keras kepala.

Apa yg dapat sy tambahkan adalah:

Tidak tertutup kemungkinan seorang Putthujjana yakin akan sesuatu yg telah dialaminya sendiri.
Misalnya, salah satu Sabda Sang Buddha: Hidup adalah dukkha. Seorang Putthujjana bisa saja mempunyai keyakinan tak tergoyahkan akan kenyataan ini, disebabkan karena ia telah mengalaminya sendiri. Juga terhadap Sutta2 yg lainnya...

Jadi, tidak mutlak hanya Sotapana keatas saja yg bisa mempunyai Saddha. Seorang Putthujjana pun bisa mempunyai Saddha.

::


Menurut saya, sebelum orang mencapai Sotapanna, maka ia tidak tahu apa itu kebenaran sejati. Dengan demikian, apa pun yang dipercayainya, adalah semu. Umat Buddha boleh bicara apa pun tentang Saddha tidak tergoyahkan dari seorang Putthujjana. Tetapi saya ragu sebelum seseorang mencapai Sotapanna, masih terombang-ambing dalam Samsara entah ke mana, dalam 10 kehidupan ke depan, misalnya, ia masih memiliki Saddha yang sama.

Ketika seseorang berpikir bahwa terjadinya Saddha yang tak tergoyahkan pada seorang Putthujjana adalah mungkin, maka ia dengan sendirinya tidak melihat bahwa bentukan pikiran tidak kekal. "Saddha" seorang putthujjana berasal dari pikiran, bergantung pada pikiran pula. Itulah bedanya dengan seorang Sotapanna yang memiliki Saddha karena panna, karena telah merealisasinya. Oleh sebab itu, terhentinya kelahiran kembali adalah pasti.

Keyakinan semu ini, jika tidak disertai dengan miccha ditthi, bukanlah selalu hal yang buruk. Misalnya ada sebuah agama A mengajarkan, "kalau kalian membunuh, mencuri, melanggar susila, bohong, mabuk-mabukan, maka Tuhan akan menjatuhkan kutukan". Dalam hal ini, seseorang berkeyakinan semu, tetap mengikuti "samma ditthi" untuk melaksanakan sila dan menggenggam "adanya akibat dari satu perbuatan". Ini bukanlah hal yang buruk. Kecuali jika berlebihan, tentunya.
Demikian juga dalam Buddhisme, keyakinan semu akan sila, anatta, dan nibbana pun membantu seseorang dalam berkembang. Tetapi apakah keyakinan semu yang "tidak tergoyahkan" membantu perkembangan bathin? Menurut saya hanya akan membuatnya menggenggam rakit, dan orang yang menggenggam rakit tidak akan sampai pada pantai seberang.
kalau masalah saddha, yah problem diri sendiri...
hanya saja memang dari percaya tanpa bukti, dan di buktikan baru percaya itu berbeda...

---
kalau sempat yah,minta penjelasan lebih jelas dari bhante, apa yang beliau maksudkan..
kalau semua cuma kira-kira, nanti hasilnya juga kira-kira.
tetapi dalam diskusi saya dengan Bhante Maha, seperti nya telinga saya jelas sekali mendengar arti kata beliau
"siapapun/aliran mana pun yang punya label...ketika menjalani jalan mulia beruas 8, maka akan mencapai kesucian."

hal ini pun sama dengan dalam mahaparinibbana-sutta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #91 on: 29 July 2009, 05:29:16 PM »
Saddha adalah salah satu komponen dalam Pancabala yang harus dikembangkan, jadi menurut yg saya pahami Saddha dalam dosis tertentu memang diperlukan dalam usaha untuk mencapai pencerahan. namun tentunya bukan yg berlebihan, segalanya yg overdosis tentu tidak baik.


jika kita lihat di : http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=422.30

Quote
a. Sobhanasadharana cetasika 19 : Jenis faktor batin indah yg terdapat di semua
   jenis kusala citta, terdiri dari :
28. Saddha = faktor batin keyakinan berdasarkan pengetahuan

jelas terlihat bhw Saddha secara batin adalah faktor batin yg indah, yg tidak mungkin menjadi sesuatu yg tidak baik/akusala

Yang menjadikan tidak baik/akusala adalah saat pikiran beralih ke akusala juga yaitu lobha misal :
- mana/Kesombongan
- ditthi/pandangan salah

Singkatnya saddha itu cetasika sobhana, yg bukan/jauh dari pengertian fanatisme

semoga bermanfaat agar kita tidak lagi terpengaruh konsep masyarakat umum yg menyamakan saddha dengan sekedar "keyakinan" saja yg bisa beralih menjadi fanatisme

tidak baik yg saya maksudkan di sini adalah bisa menghambat karena tidak seimbang dengan faktor2 lainnya, misalnya saddha berlebihan tapi viriya over lemah, dan sebagainya. dan saya mengatakan dalam konteks panca bala.
« Last Edit: 29 July 2009, 06:18:24 PM by Indra »

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #92 on: 29 July 2009, 06:52:09 PM »
Menurut saya, sebelum orang mencapai Sotapanna, maka ia tidak tahu apa itu kebenaran sejati. Dengan demikian, apa pun yang dipercayainya, adalah semu. Umat Buddha boleh bicara apa pun tentang Saddha tidak tergoyahkan dari seorang Putthujjana. Tetapi saya ragu sebelum seseorang mencapai Sotapanna, masih terombang-ambing dalam Samsara entah ke mana, dalam 10 kehidupan ke depan, misalnya, ia masih memiliki Saddha yang sama.

Ketika seseorang berpikir bahwa terjadinya Saddha yang tak tergoyahkan pada seorang Putthujjana adalah mungkin, maka ia dengan sendirinya tidak melihat bahwa bentukan pikiran tidak kekal. "Saddha" seorang putthujjana berasal dari pikiran, bergantung pada pikiran pula. Itulah bedanya dengan seorang Sotapanna yang memiliki Saddha karena panna, karena telah merealisasinya. Oleh sebab itu, terhentinya kelahiran kembali adalah pasti.

Keyakinan semu ini, jika tidak disertai dengan miccha ditthi, bukanlah selalu hal yang buruk. Misalnya ada sebuah agama A mengajarkan, "kalau kalian membunuh, mencuri, melanggar susila, bohong, mabuk-mabukan, maka Tuhan akan menjatuhkan kutukan". Dalam hal ini, seseorang berkeyakinan semu, tetap mengikuti "samma ditthi" untuk melaksanakan sila dan menggenggam "adanya akibat dari satu perbuatan". Ini bukanlah hal yang buruk. Kecuali jika berlebihan, tentunya.
Demikian juga dalam Buddhisme, keyakinan semu akan sila, anatta, dan nibbana pun membantu seseorang dalam berkembang. Tetapi apakah keyakinan semu yang "tidak tergoyahkan" membantu perkembangan bathin? Menurut saya hanya akan membuatnya menggenggam rakit, dan orang yang menggenggam rakit tidak akan sampai pada pantai seberang.
Ya jelas tidak sampai, keenakan 'menggenggam' dan lupa dilepasin :))
appamadena sampadetha

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #93 on: 29 July 2009, 06:59:46 PM »
Tapi untuk yg ini:

Quote
... dan hanya Sotapanna (ke atas)
Seorang Putthujjana dengan keyakinan tak tergoyahkan tidak ubahnya seorang fanatik radikal yang keras kepala.

Apa yg dapat sy tambahkan adalah:

Tidak tertutup kemungkinan seorang Putthujjana yakin akan sesuatu yg telah dialaminya sendiri.
Misalnya, salah satu Sabda Sang Buddha: Hidup adalah dukkha. Seorang Putthujjana bisa saja mempunyai keyakinan tak tergoyahkan akan kenyataan ini, disebabkan karena ia telah mengalaminya sendiri. Juga terhadap Sutta2 yg lainnya...

Jadi, tidak mutlak hanya Sotapana keatas saja yg bisa mempunyai Saddha. Seorang Putthujjana pun bisa mempunyai Saddha.

::


Menurut saya, sebelum orang mencapai Sotapanna, maka ia tidak tahu apa itu kebenaran sejati. Dengan demikian, apa pun yang dipercayainya, adalah semu. Umat Buddha boleh bicara apa pun tentang Saddha tidak tergoyahkan dari seorang Putthujjana. Tetapi saya ragu sebelum seseorang mencapai Sotapanna, masih terombang-ambing dalam Samsara entah ke mana, dalam 10 kehidupan ke depan, misalnya, ia masih memiliki Saddha yang sama.

Ketika seseorang berpikir bahwa terjadinya Saddha yang tak tergoyahkan pada seorang Putthujjana adalah mungkin, maka ia dengan sendirinya tidak melihat bahwa bentukan pikiran tidak kekal. "Saddha" seorang putthujjana berasal dari pikiran, bergantung pada pikiran pula. Itulah bedanya dengan seorang Sotapanna yang memiliki Saddha karena panna, karena telah merealisasinya. Oleh sebab itu, terhentinya kelahiran kembali adalah pasti.

Keyakinan semu ini, jika tidak disertai dengan miccha ditthi, bukanlah selalu hal yang buruk. Misalnya ada sebuah agama A mengajarkan, "kalau kalian membunuh, mencuri, melanggar susila, bohong, mabuk-mabukan, maka Tuhan akan menjatuhkan kutukan". Dalam hal ini, seseorang berkeyakinan semu, tetap mengikuti "samma ditthi" untuk melaksanakan sila dan menggenggam "adanya akibat dari satu perbuatan". Ini bukanlah hal yang buruk. Kecuali jika berlebihan, tentunya.
Demikian juga dalam Buddhisme, keyakinan semu akan sila, anatta, dan nibbana pun membantu seseorang dalam berkembang. Tetapi apakah keyakinan semu yang "tidak tergoyahkan" membantu perkembangan bathin? Menurut saya hanya akan membuatnya menggenggam rakit, dan orang yang menggenggam rakit tidak akan sampai pada pantai seberang.


dalam kasus ini, Apakah ada kebenaran sejati dalam MMD? sudah mencapai apakah pa Hudoyo? Sotapana? saya rasa pa Hudoyo tidak mau tahu mencapai apapun.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #94 on: 30 July 2009, 09:03:51 AM »
Quote
Bhante Pannyavaro:
    Gunadipo, banyak umat Buddha yg kaget mendengar ungkapan Zen Buddhism :
    “kalau engkau bertemu Buddha, bunuh Buddha!”
    Apalagi bagi pemula. Trm ksh.


Ini bisa diartikan begini :

"kalau engkau bertemu Buddha, bunuh Buddha" Kalau pemula langsung kalo ketemu Buddha, langsung dibunuh beneran  Buddhanya. Karena dia mendengarnya dari Master Zen. Dan orang itu berpikir dengan membunuh Buddha beneran bisa mencapai pencerahan . Padahal yg dimaksud Master Zen adalah bukan arti harafiahnya dan yg dilupakan si orang malang yg membunuh Buddha adalah keseluruhan petunjuk si Master Zen yg sebelumnya pernah diberikan, diabaikan olehnya.  ^-^

Sama halnya ketika Master MMD  membaca bahiya sutta maka ya itu saja yg dianggap relevan. Karena di bahiya sutta tidak ditulis Jmb 8 dan 4 Km maka ya tidak ada dan tidak perlu. Artinya kalau ngak ada dijelaskan jmb 8 dan 4 km, maka tidak relevan.


Sayangnya PH memilah dan memilih email saat posting ke milis2 lain sehingga mengesankan didukung Bhante Pannavaro

Quote
[MUBI] Digest Number 4393   

Gunadipo: PESAN SINGKAT YM SRI PANNYAVARO MAHATHERA
Posted by: "Hudoyo Hupudio" hudoyo [at] cbn.net.id   hudoyo1
Tue Jul 28, 2009 5:26 pm (PDT)


[Dari: milis Samaggiphala]

Mengikuti perkembangan di milis soal Romo Hudoyo yg katanya telah
menyebarkan ajaran yg menyimpang dari Ajaran Buddha, dan berangkat dari
keingintahuan saya atas bagaimana sebenarnya pendapat atau tanggapan
pribadi dari YM Sri Pannyavaro atas berita ini. Maka tadi siang saya
memberanikan diri utk bertanya langsung kepada Bhante melalui pesan
singkat. Jujur saya tidak berada pada pihak yg pro ataupun kontra terhadap
Pihak manapun. saya menilai tulisan ini tak lebih dari sekadar himbauan
bagi kita semua utk tetap terus waspada. saya pikir jawaban Bhante ini
cukup mendalam dan diperlukan perenungan oleh diri sendiri yg tidak mudah
dan tentunya pengetahuan yg diperoleh utk diri sendiri.

Berikut tanya - jawab singkat saya dgn Bhante Pannyavaro;

Gunadipo:
Selamat siang Bhante yg saya Muliakan, membaca perkembangan di milis
Samaggi Phala tentang Romo Hudoyo yg dikatakan menyebarkan ajaran yg
menyimpang dari Ajaran Buddha oleh teman - teman di DhammaCitta; sedikit
membuat saya bingung sendiri. Mungkin hal yg sama juga terjadi pada ummat
Buddha lainnya. Bagaimana tanggapan Bhante? Namun jika menurut Bhante,
bahwa Bhante tidak / belum perlu menanggapinya, abaikan saja pertanyaan
dan keingintahuan saya ini. Anumodana, semoga Bhante sehat sejahtera.

Bhante Pannyavaro:
Gunadipo, banyak umat Buddha yg kaget mendengar ungkapan Zen Buddhism:
"Kalau engkau bertemu Buddha, bunuh Buddha!"
Apalagi bagi pemula. Trm ksh.

Gunadipo:
Anumodana atas jawaban Bhante yg penuh perenungan utk saya ini Bhante.Akan
saya coba pahami ungkapan itu. Apakah pertanyaan saya dan jawaban Bhante
ini boleh saya bagikan ke seluruh teman - teman ummat Buddha lainnya?

Bhante Pannyavaro:
O ya, tdk ada yg rahasia, boleh saja Gunadipo. Trm ksh.
_________________________________

Demikian, sekali lagi ini tanggapan pribadi Bhante bukan tanggapan
organisasi. Ungkapan Zen Buddhism tadi menyiratkan pesan Dhamma yg
mendalam bagi saya pribadi dan semoga juga bermanfaat bagi rekan - rekan
sekalian. Bagi rekan - rekan yg lain yg mungkin memiliki sudut pandang yg
tersendiri terhadap ungkapan itu, silahkan utk dapat di sharing kan. --
Be Happy,
Gunadipo

=============================
HUDOYO HUPUDIO:

Mas Gunadipo, betul itu pendapat pribadi Bhante Pannyavaro, bukan pendapat
organisasi. Beliau tentu mempunyai pertimbangan sendiri untuk mengeluarkan
pernyataan seperti itu.

Saya jadi bertanya-tanya, apakah organisasi (Magabudhi? STI?) merasa perlu
memberi tanggapan mengenai masalah ini? Pesan saya: berhati-hatilah,
jangan sampai salah melangkah. Diam itu emas.

Salam,
Hudoyo

=============================
NANG NING NUNG NENG NONG:

Jawaban YM Bhante Pannavaro menyiratkan bahwa semua yg
tidak suka romo Hudoyo adalah pemula.

Nang Ning Nung Neng Nong

=============================
HUDOYO HUPUDIO:

hehe ... yang mengatakan itu Anda, lho, Mas Nang Ning Nung Neng Nong.
Tapi mungkin betul juga: "pemula" dalam kebebasan, sekalipun hafal isi
kitab suci.

Salam,
Hudoyo
Situs Web MMD: http://meditasi-mengenal-diri.org
Forum Diskusi MMD: http://meditasi-mengenal-diri.ning.com
« Last Edit: 30 July 2009, 09:18:00 AM by markosprawira »

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #95 on: 30 July 2009, 09:08:57 AM »
Menurut saya, sebelum orang mencapai Sotapanna, maka ia tidak tahu apa itu kebenaran sejati. Dengan demikian, apa pun yang dipercayainya, adalah semu. Umat Buddha boleh bicara apa pun tentang Saddha tidak tergoyahkan dari seorang Putthujjana. Tetapi saya ragu sebelum seseorang mencapai Sotapanna, masih terombang-ambing dalam Samsara entah ke mana, dalam 10 kehidupan ke depan, misalnya, ia masih memiliki Saddha yang sama.

Ketika seseorang berpikir bahwa terjadinya Saddha yang tak tergoyahkan pada seorang Putthujjana adalah mungkin, maka ia dengan sendirinya tidak melihat bahwa bentukan pikiran tidak kekal. "Saddha" seorang putthujjana berasal dari pikiran, bergantung pada pikiran pula. Itulah bedanya dengan seorang Sotapanna yang memiliki Saddha karena panna, karena telah merealisasinya. Oleh sebab itu, terhentinya kelahiran kembali adalah pasti.

Keyakinan semu ini, jika tidak disertai dengan miccha ditthi, bukanlah selalu hal yang buruk. Misalnya ada sebuah agama A mengajarkan, "kalau kalian membunuh, mencuri, melanggar susila, bohong, mabuk-mabukan, maka Tuhan akan menjatuhkan kutukan". Dalam hal ini, seseorang berkeyakinan semu, tetap mengikuti "samma ditthi" untuk melaksanakan sila dan menggenggam "adanya akibat dari satu perbuatan". Ini bukanlah hal yang buruk. Kecuali jika berlebihan, tentunya.
Demikian juga dalam Buddhisme, keyakinan semu akan sila, anatta, dan nibbana pun membantu seseorang dalam berkembang. Tetapi apakah keyakinan semu yang "tidak tergoyahkan" membantu perkembangan bathin? Menurut saya hanya akan membuatnya menggenggam rakit, dan orang yang menggenggam rakit tidak akan sampai pada pantai seberang.
Ya jelas tidak sampai, keenakan 'menggenggam' dan lupa dilepasin :))


sesungguhnya kalau yg digenggam itu adalah yg menuju ke pembebasan, dan org itu mempraktekkan isinya, lambat laun dia akan melepaskan genggamannya kok

tapi yg susah adl dia cm mau menggenggam, terus sesumbar bilang ke org2 "eh gw dah genggam kebenaran loh" tp ga mo praktekin isinya

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #96 on: 30 July 2009, 09:16:55 AM »
Saddha adalah salah satu komponen dalam Pancabala yang harus dikembangkan, jadi menurut yg saya pahami Saddha dalam dosis tertentu memang diperlukan dalam usaha untuk mencapai pencerahan. namun tentunya bukan yg berlebihan, segalanya yg overdosis tentu tidak baik.


jika kita lihat di : http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=422.30

Quote
a. Sobhanasadharana cetasika 19 : Jenis faktor batin indah yg terdapat di semua
   jenis kusala citta, terdiri dari :
28. Saddha = faktor batin keyakinan berdasarkan pengetahuan

jelas terlihat bhw Saddha secara batin adalah faktor batin yg indah, yg tidak mungkin menjadi sesuatu yg tidak baik/akusala

Yang menjadikan tidak baik/akusala adalah saat pikiran beralih ke akusala juga yaitu lobha misal :
- mana/Kesombongan
- ditthi/pandangan salah

Singkatnya saddha itu cetasika sobhana, yg bukan/jauh dari pengertian fanatisme

semoga bermanfaat agar kita tidak lagi terpengaruh konsep masyarakat umum yg menyamakan saddha dengan sekedar "keyakinan" saja yg bisa beralih menjadi fanatisme

tidak baik yg saya maksudkan di sini adalah bisa menghambat karena tidak seimbang dengan faktor2 lainnya, misalnya saddha berlebihan tapi viriya over lemah, dan sebagainya. dan saya mengatakan dalam konteks panca bala.

dear om,

pancabala kalau dilihat dari : http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=4565.0

15. “Pañcimāni, bhikkhave, balāni.
Katamāni pañca?
Saddhābalaŋ, vīriyabalaŋ, satibalaŋ, samādhibalaŋ, paññābalaŋ.

Inilah o para Bhikkhu, lima kekauatan.
Apakah lima kekuatan itu?
Kekuatan keyakinan (Saddhābalaŋ), Kekuatan semangat (vīriyabalaŋ), Kekuatan penyadaran (satibalaŋ), Kekuatan samādhi/konsentrasi (samādhibalaŋ), Kekuatan Kebijaksanaan (paññābalaŋ).

sesungguhnya seperti JMB-8, juga merupakan latihan batin yaitu :

a) Annasamana cetasika 13 ( 13 cetasika umum ) :
1. Ekaggata = konsentrasi terhadap satu objek, merupakan faktor batin yg mengkonsentrasikan batin terhadap satu objek. Faktor batin ini membuat kokoh batin di dlm mengalami objek.

b) Pakinnaka cetasika 6 : enam cetasika yg muncul di sebagian besar citta
2. Viriya = semangat (daya tahan batin/endurance), faktor batin yg membangkitkan semangat dan memiliki cirri khas mendukung, mengukuhkan, mempertahankan faktor-faktor batin. Di dalam kitab komentar, yaitu Atthasalini, viriya seyogyannya dipandang sebagai akar dari semua pencapaian.

c. Sobhanasadharana cetasika 19 : Jenis faktor batin indah yg terdapat di semua
   jenis kusala citta, terdiri dari :
3. Saddha = faktor batin keyakinan berdasarkan pengetahuan
4. Sati = perhatian terhadap objek sesuai kondisi yg sesungguhnya

5. Pannindriya cetasika = faktor batin bijaksana di dlm memandang hakekat sesungguhnya segala sesuatu.

Jadi sesungguhnya saat melatih saddha, sebenarnya saat bersamaan dia melatih sati. Juga melatih ekaggata/konsentrasi

Memang dimungkinkan utk agak lemah di Viriya mengingat viriya hanyalah Pakinnaka cetasika yg tidak selalu muncul
Dan juga mungkin jika tidak dilakukan dengan panna

Namun tentunya akan  sangat powerful sekali jika bisa dilakukan sekaligus karena saat itu, sesungguhnya batin dalam kondisi yg sobhana
Sangat mirip dengan kondisi yg muncul jika kita bisa menjalankan keseluruhan JMB-8 yaitu batin yg sobhana

senang bisa diskusi dgn om

metta

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #97 on: 30 July 2009, 09:22:43 AM »
Pertanyaan menarik diberikan oleh rekan di MB :

Quote
[MB] Digest Number 2776   

Posted by: "emi_sastra" emi_sastra [at] yahoo.com   emi_sastra
Tue Jul 28, 2009 5:12 pm (PDT)


Yth semuanya,

Pengkotakan bahwa ini ajaran agama ini, ini ajaran agama itu, menurut saya tidak tepat.
Karena ajaran dari para Buddha (Orang Suci) adalah bersifat universal. Kita-kita saja yg mengkotak2an.

Contohnya : Jalan Mulia Berunsur Delapan (JMB8) yg diajarkan oleh Sang Buddha. Ajaran ini adalah ajaran bersifat universal, maksudnya semua orang sucipun akan mengajarkan hal yg sama.

Boleh diselidiki, agama apa yg tidak mengajarkan itu? Mungkin tidak semua unsur itu secara ekplisit disebutkan. Menurut pandang saya dalam kehidupan bersosial kita mutlak perlu menjalankan itu.

Bahwasannya MMD tidak membutuhkan ajaran apapun itu benar pada saat meditasi MMD, karena hanya dibutuhkan pengamatan pikiran saja. Sebenarnya ajaran apapun harus ditinggalkan pada saat "action".

Contohnya : Seorang pemain piano perlu belajar dari guru atau ajaran tertentu, atau ajaran manapun untuk memahami belajar memainkan piano, dilanjutkan dengan latihan. Nah, pada saat sedang tampil, ajaran apapun harus ditinggalkan, semuanya sudah harus reflek. Kalau waktu tampil masih memikirkan ajaran tsb, maka hasilnya tidak akan sempurna atau masih amatiran.

Demikian juga MMD memerlukan ajaran MULAPARIYAYA- SUTTA, BAHIYA-SUTTA & MALUNKYAPUTTA- SUTTA sebagai pedoman. Bisa juga untuk meyakinkan orang bahwa lihat, ajaran saya sesuai dan benar dengan Orang Suci tertentu.

Jadi ada 2 sisi yg tidak bisa disamakan, yaitu MMD dan JMB8.
1. Pengamatan pikiran pada saat MMD.
2. Kehidupan sosial dengan JMB8.

Nibbana yg dirasakan pada saat MMD itu hanya sesaat seperti yg diungkapkan oleh Pak Hudoyo. Pada saat itu keakuan dan kemelekatan mungkin sudah tidak ada atau berkurang.

Pertanyaanya adalah berapa lama keheningan tersebut bisa dipertahankan oleh para peserta MMD, setelah kembali kekehidupan sosial?

Semakin mereka tidak dapat mempertahankan keheningan tersebut, maka unsur ajaran JMB8 semakin dibutuhkan dalam kehidupan sosial mereka.

Menurut pandangan saya unsur ajaran JMB8 adalah pondasi untuk menuju keheningan. Karena tanpa menjalankan unsur ajaran JMB8, maka mustahil bisa mendapatkan keheningan. Oleh karenanya Sang Buddha meminta Angulimala untuk berhenti (melakukan hal2 yg bertentangan dengan unsur dari JMB8). Tanpa melaksanakan unsur ajaran JMB8, maka karma buruk dan masalah akan bertumpuk, sehingga tidak mungkin akan ada keheningan.

MMD sebaliknya juga merupakan pondasi untuk menuju JMB8, karena berkurangnya keakuan dan kemelekatan. Ini tergantung level mana orang tersebut berada. Jadi sebenarnya MMD dan JMB8 saling mendukung. MMD yg sukses adalah pelaksanaan JMB8 yg sukses. JMB8 yg sukses akan menuju MMD yg sukses.

Apakah perlu adanya gelar lagi untuk yg sudah terbebaskan ?

Catatan : Hati2 dengan kemelekatan kepada keheningan meditasi, sehingga kehidupan sosial "agak" terabaikan.

Demikian pandangan saya. Terima kasih.

Salam.



Quote
Posted by: "johnson.khuo [at] gmail.com" johnson.khuo [at] gmail.com   p1rate_
Wed Jul 29, 2009 12:25 am (PDT)



Pak Hudoyo,

Saya sebagai pribadi yg telah beberapa kali mengikuti MMD, paham betul jawaban Pak Hud di bawah yg menyatakan bahwa KETIKA BERADA DI DALAM meditasi vipassana, maka segala jalan, metode, ajaran harus ditanggalkan / tidak berlaku.

Namun perkenankan saya bertanya kepada intelek Pak Hud beberapa pertanyaan berikut:
1. Apakah ada korelasi antara 4KM dan/atau JMB8 dgn meditasi vipassana? Jika ada, korelasi yg seperti bagaimana?
2. Bagaimana sikap Pak Hud terhadap 4KM dan JMB8 dalam kondisi KETIkA TIDAK BERADA DI DALAM meditasi vipassana?

Terima kasih atas penjelasannya.

Catatan:
Pertanyaan2 di atas tdk ada hubungannya dgn tujuan mencari klarifikasi 'afiliasi' Pak Hud di dlm percaturan politik religi yg sedang diperbincangkan saat ini (yg menurut saya pribadi, maaf, pada dasarnya tdk membawa manfaat bagi batin), namun pertanyaan2 di atas hanya utk memuaskan keingintahuan/pembelajaran diri saya pribadi.

Salam,
Johnson


Mari ditunggu penjelasannya............

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #98 on: 30 July 2009, 09:32:05 AM »
Sebenarnya mengenai Saddha yg paling penting adalah kesimbangan Saddha dengan faktor2 lainnya.

Permasalahannya yang sering kita jumpai dilapangan ada 2 ekstrem saddha. Yang pertama memiliki saddha yg lembek akhirnya terlalu permisif terhadap rong-rongan yg bukan Dhamma dan yg kedua adalah Saddha yang ekstrem mengarah pada fanatisme radikal.

Jadi menurut hemat saya, Seseorang yang memiliki Saddha dapat menolak apa yg bukan Dhamma dengan cara yg santun, tegas dan elegan. Sekalipun seseorang belum mencapai sotapanna, bukan berarti kita tidak boleh memilah ataupun menentukan bahkan menolak yang bukan Dhamma, Karena jelas dalam setiap kehidupan beragama ada patokan khususnya yaitu Tipitaka  dan para Ariya yg telah berhasil dalam magga dan phala. Kita tinggal membandingkan saja. Contoh : Bagaimana mungkin seseorang berceramah di vihara ataupun di forum buddhist dengan mengatakan tidak perlu Tipitaka, Tipitaka tidak relevan . Sutta yang lainnya tidak relevan. Jika hal ini terjadi maka secara terang2an pula harus kita tolak!  Mengapa? Kita harus tau bagaimana menempatkan diri, tau situasi dan kondisi , dan tau diri, ini semua juga merupakan bagian dari pelaksanaan Dhamma.  Dan tidak semua orang memiliki pengertian sama dalam memahami Dhamma. Bagaimana seorang umat yg Saddhanya belum terbina dan belum apa-apa tinggalkan Tipitaka.

Dengan saya mengatakan ini bukan berarti harus melekati Tipitaka. Tetapi ketika kita mengacu pada tipitaka, maka sering diplintir seakan-akan kita melekat pada kitab suci. Padahal hanya mengacu pada panduan yg tersedia, dan NYATA-NYATA banyak yang telah mencapai Kearahatan dengan panduan ini.

Saddha sangat diperlukan. Dan Saddha dengan kebijaksanaan dan faktor lainnya(panca bala) semuanya penting. Kebijaksanaan muncul bukan saat menjadi sotapana terlebih dahulu, justru Saddha dan panna harus ada sebelum mencapai sotapanna, mengapa demikian ? karena Saddha dan panna adalah salah satu bahan bakar untuk mencapai sotapanna dst.

Semoga ketegasan karena Saddha tidak diartikan sebagai fanatisme radikal. Yang dimaksud fanatisme radikal adalah menganggap tidak ada kebenaran selain milik-ku dan yang lain adalah kafir, kalau tidak sependapat lalu diganyang, dicela sampai pada tindak kekerasan. Dan orang yg fanatik tidak pernah melihat embun-embun kebenaran di tempat lain.

Dan perlu dipahami juga bahwa pengertian, melihat danmenjalankan Dhamma tidak dimulai dari sotapana tetapi dimulai saat masih putthujana contoh ketika seorang putthujana sudah melihat manfaat menjalankan sila dan menjalankannya, maka saat itu pula ia sudah melihat Dhamma dan seiring dengan pelaksanaan sila , dan kemudian berkembang pada latihan samadhi dengan sendirinya banyak Dhamma2 yg ia lihat termasuk mulai dimengertinya Dukkha,anicca dan anatta walaupun baru sebatas pemahaman dalam pemikiran(asal benar), itu juga cikal bakal untuk melihat dan mengalami  langsung dan ini terjadi saat tercapainya magga dan phala. Jadi seorang putthujana yang melatih dan menjalankan Dhamma dengan benar, bukan berarti "he/she is nothing" dan baru " become a thing" saat menjadi sotapana dst. Buddha is Dhamma, Dhamma is Buddha, To see Buddha is to see Dhamma.How to see Buddha and Dhamma? Through your heart not your head. _/\_


Mettacitena

Smoga bermanfaat _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #99 on: 30 July 2009, 09:38:59 AM »
Sangat setuju dengan bro bond

Quote
Dengan saya mengatakan ini bukan berarti harus melekati Tipitaka. Tetapi ketika kita mengacu pada tipitaka, maka sering diplintir seakan-akan kita melekat pada kitab suci. Padahal hanya mengacu pada panduan yg tersedia, dan NYATA-NYATA banyak yang telah mencapai Kearahatan dengan panduan ini

sayangnya : An Error Has Occurred!
Sorry, you can't repeat a karma action without waiting 720 hours.


Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #100 on: 30 July 2009, 09:41:30 AM »

Menurut saya, sebelum orang mencapai Sotapanna, maka ia tidak tahu apa itu kebenaran sejati. Dengan demikian, apa pun yang dipercayainya, adalah semu. Umat Buddha boleh bicara apa pun tentang Saddha tidak tergoyahkan dari seorang Putthujjana. Tetapi saya ragu sebelum seseorang mencapai Sotapanna, masih terombang-ambing dalam Samsara entah ke mana, dalam 10 kehidupan ke depan, misalnya, ia masih memiliki Saddha yang sama.

Ketika seseorang berpikir bahwa terjadinya Saddha yang tak tergoyahkan pada seorang Putthujjana adalah mungkin, maka ia dengan sendirinya tidak melihat bahwa bentukan pikiran tidak kekal. "Saddha" seorang putthujjana berasal dari pikiran, bergantung pada pikiran pula. Itulah bedanya dengan seorang Sotapanna yang memiliki Saddha karena panna, karena telah merealisasinya. Oleh sebab itu, terhentinya kelahiran kembali adalah pasti.


logikanya: Jika seorang putthujjana tidak bisa memiliki Saddha karena Panna, maka ia tidak akan bisa menjadi Sotapanna... krn prosesnya adalah: si putthujjana merenungi ajaran, mengalami mendapatkan kebijaksanaan dari pengalamannya, sehingga Saddha tertanam dalam dirinya berdasarkan pengalamannya tsb.. begitu seterusnya terhadap pengalaman2 nya yg lain... ia akan berproses terus.. bertahap mencapai sotapanna dstnya...

Quote
Keyakinan semu ini, jika tidak disertai dengan miccha ditthi, bukanlah selalu hal yang buruk. Misalnya ada sebuah agama A mengajarkan, "kalau kalian membunuh, mencuri, melanggar susila, bohong, mabuk-mabukan, maka Tuhan akan menjatuhkan kutukan". Dalam hal ini, seseorang berkeyakinan semu, tetap mengikuti "samma ditthi" untuk melaksanakan sila dan menggenggam "adanya akibat dari satu perbuatan". Ini bukanlah hal yang buruk. Kecuali jika berlebihan, tentunya.

Menurut saya perbuatan baik diatas bukan dilakukan atas dasar 'pemahaman benar' melainkan didasari atas pemahaman salah, yakni: takut akan hukuman/pembalasan Tuhan. Seorang putthujjana bisa saja telah meyakini bahwa tidak baik melakukan pembunuhan (atau perbuatan2 salah lainnya) karena akibat pasti akan mengikutinya, terutama akibat 'pembentukan batinnya menjadi merosot'... ia meyakini hal ini karena ajaran yg dibacanya dan pengalamannya selama ini... berarti saddha-nya terbentuk karena Panna...
(sesungguhnya saya masih berpikiran bahwa seseorang tidak akan tau ia masih putthujjana atau telah masuk ke sotapanna... btw -ini hanya secuil pemikiran-)

Quote
Demikian juga dalam Buddhisme, keyakinan semu akan sila, anatta, dan nibbana pun membantu seseorang dalam berkembang. Tetapi apakah keyakinan semu yang "tidak tergoyahkan" membantu perkembangan bathin? Menurut saya hanya akan membuatnya menggenggam rakit, dan orang yang menggenggam rakit tidak akan sampai pada pantai seberang.

keyakinan semu tidak tergoyahkan = saya artikan kepercayaan semata, mungkin malah miccha ditthi, sama seperti kepercayaan di agama tetangga, bukan Saddha. Dan betul, 'keyakinan semu' ini hanya akan menjadi genggaman yg justru menghambat orang tsb.

-----

'Pencerahan' sendiri, menurut saya adalah 'gradien', artinya 'berproses'.
Sedikit demi sedikit, lapis demi lapis dikuak.

Demikian juga Saddha, selama proses 'Pematangan Diri' berjalan, Saddha juga sedikit demi sedikit bertambah... yg merupakan modal untuk Pematangan selanjutnya...
Demikian terus proses 'Pematangan Diri' (Pencerahan) dan Saddha saling menguatkan dan terus bergulir.

Tidak ada batasan Absolut: Oh hari ini sudah Saddha sepenuhnya... kemarin belum, karena hari ini orang itu sudah Sotapanna, kemarin masih Putthujjana..."

Seperti halnya menghapus debu yg tebal dari cermin, demikian pula dengan serius melatih Sila, Samadhi dan Panna, maka: Saddha, Panna, Konsentrasi, sedikit terbentukdan makin kuat...


::

« Last Edit: 30 July 2009, 09:44:31 AM by williamhalim »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #101 on: 30 July 2009, 09:42:27 AM »
Berikut tanggapan saya untuk bro johnson khuo di MB

Quote
Re: UNTUK REKAN RATNA KUMARA  
    Reply     Reply to all  Forward Print Add markos to Contacts list Delete this message Show original Message text garbled?

 markos prawira  to milis_buddha
 show details  9:35 am (13 minutes ago)  

Saya coba bantu yah bro

Berikut yg dikatakan oleh pak hudoyo :

1. Kalau Anda membaca dengan teliti thread ini, Anda akan melihat beberapa kali saya katakan:

Segala JALAN spiritual, termasuk JMB-8, tidak bisa membebaskan orang; untuk bebas batin harus berhenti, bukan berjalan.

Silakan kalau ada orang mau berpendapat lain.

Salam,

hudoyo

 
 
2. hehe … ini kan cuma mengulang-ulang argumentasi lama: ada JALAN ajaran Sang Buddha, yakni JMB-8.

Itulah yang diajarkan dalam AGAMA Buddha, dalam Tipitaka Pali yang ditulis berabad-abad setelah Sang Buddha wafat. Saya tidak percaya itu (JMB-8) datang dari mulut Sang Buddha.




3. Quote from: hudoyo on 26 July 2008, 06:36:26 AM
Ketika Sang Buddha memutar Dhammacakkapavattana….Beliau menjelaskan 2 Ekstrim yang dihancurkan melalui Jalan Tengah apakah Jalan Tengah itu ya 8 Jalan Ariya sehingga membawa orang menuju Nibbana. Yang dimaksud mungkin ketika kamu sedang berjuang mencapai Nibbana. gunakan 8 Jalan itu dan ketika sudah sampai maka ibarat rakit dilepas,lagian orang yang telah mencapai Nibbana atau kepadaman, ia tidak lagi memerlukan kemelekatan akan 8 Jalan itu sendiri melainkan telah terintegrasi dalam setiap ucapan,perbuatan dan pikiran.

Ini saja yang saya tangkap ketika membaca Visuddhi Magga

Bagus-bagus saja umat Buddha berpendapat seperti Anda.

Yang saya katakan adalah umat non-Buddhis pun bisa saja mencapai pembebasan (nibbana) tanpa melalui JMB-8, tanpa melalui konsep “pantai seberang”, tanpa melalui konsep “rakit”.

Itulah yang saya pahami dari pengalaman sadar sampai sejauh ini.

 
Silahkan dibaca yah bro.............
 
 

--- In milis_buddha [at] yahoogroups.com, johnson.khuo [at] ... wrote:
>
>
> Pak Hudoyo,
>
> Saya sebagai pribadi yg telah beberapa kali mengikuti MMD, paham betul jawaban Pak Hud di bawah yg menyatakan bahwa KETIKA BERADA DI DALAM meditasi vipassana, maka segala jalan, metode, ajaran harus ditanggalkan / tidak berlaku.
>
> Namun perkenankan saya bertanya kepada intelek Pak Hud beberapa pertanyaan berikut:
> 1. Apakah ada korelasi antara 4KM dan/atau JMB8 dgn meditasi vipassana? Jika ada, korelasi yg seperti bagaimana?
> 2. Bagaimana sikap Pak Hud terhadap 4KM dan JMB8 dalam kondisi KETIkA TIDAK BERADA DI DALAM meditasi vipassana?
>
> Terima kasih atas penjelasannya.
>
> Catatan:
> Pertanyaan2 di atas tdk ada hubungannya dgn tujuan mencari klarifikasi 'afiliasi' Pak Hud di dlm percaturan politik religi yg sedang diperbincangkan saat ini (yg menurut saya pribadi, maaf, pada dasarnya tdk membawa manfaat bagi batin), namun pertanyaan2 di atas hanya utk memuaskan keingintahuan/pembelajaran diri saya pribadi.
>
> Salam,
> Johnson
>
>
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
>
> -----Original Message-----
> From: "Hudoyo Hupudio" <hudoyo [at] ...>
>
> Date: Tue, 28 Jul 2009 20:25:00
> To: <milis-spiritual [at] yahoogroups.com>; <meditasi-mengenal-diri [at] yahoogroups.com>; <theravada-l [at] yahoogroups.com>; <krishindo [at] yahoogroups.com>; <milis_buddha [at] yahoogroups.com>; <mubi [at] yahoogroups.com>; <semedi [at] yahoogroups.com>; <DiskusiDhamma [at] yahoogroups.com>; <dharmajaya [at] yahoogroups.com>; <sahabat_hikmahbudhi [at] yahoogroups.com>
> Subject: [MB] UNTUK REKAN RATNA KUMARA
>
>
> Dari: Ratna Kumara di blognya,
> http://ratnakumara.wordpress.com/2009/07/26/apakah-romo-hudoyo-berpandangan-salahmenyimpang/
>
> Namo Buddhaya,
>
> Kepada Yth. Bp.Hudoyo Hupudhio =
>
> Bp.Hudoyo, saya ada pertanyaan untuk anda =
>
>     1. Bila bapak memang menolak “Jalan Ariya Beruas Delapan” dan “Empat
> Kesunyataan Mulia” , mengapa Bapak masih menyatakan diri / menggunakan
> predikat sebagai ummat Buddha ? Ummat Buddha adalah ummat yang
> mengikuti ajaran dan Jalan Buddha ; dan itu adalah Ajaran (Dhamma) dan
> Jalan yang Bapak tolak tersebut.
>     2. Bila bapak menolak kebenaran isi “Ti-Pitaka”, mengapa Bapak masih
> menyatakan diri / menggunakan predikat sebagai ummat Buddha ? Sebab ummat
> Buddha mendasarkan diri pada ajaran Buddha yang tertuang dalam Ti-Pitaka
> (Pali) maupun Tri-Pitaka (Sanskerta).
>     3. Bila bapak menolak ajaran fundamen dan Jalan sebagaimana saya
> maksud dalam point kesatu diatas, serta menolak kebenaran isi
> “Ti-Pitaka”, lalu ajaran dan Jalan serta kitab mana / apa yang Bapak ikuti ?
>     4. Ummat Buddha ber-Tisarana , pada Buddha-Dhamma-Arya Sangha.
> Sehingga, ummat Buddha mengikuti Sang Buddha sebagai satu-satunya
> Guru, kemudian mengikuti “Dhamma” yang dibabarkan oleh Sang Bhagava (
> bukan dhamma yang dibabarkan guru lain ), dan juga mengikuti
> jejak-langkah para Ariya-Sangha sejak setidaknya jaman Sang Buddha Gotama
> hingga sekarang. Apakah bapak Hudoyo masih menganggap Sang
> Buddha sebagai SATU-SATUNYA GURU ? Apakah Bapak Hudoyo masih
> berlindung pada DHAMMA yang DIAJARKAN SANG BUDDHA ( bukan dhamma yang
> diajarkan guru lain ) ? Apakah bapak masih tetap tidak meragukan
> ARIYA-SANGHA ? ( Bila tidak meragukan Ariya-Sangha, mengapa bapak
> meragukan Ti-Pitaka serta menganggap Empat Kesunyataan Mulia dan Jalan
> Ariya Beruas Delapan hanyalah hasil “sisipan” Bhikkhu2 Sangha setelah Sang
> Buddha Parinibbana ? )
>     5. Sang Buddha adalah satu-satunya Guru bagi ummat Buddha. Bahkan
> sebagaimana tertera dalam Vimamsaka-Sutta ( Majjhima-Nikaya, sutta ke-47
> ), ciri2 seorang Sotapanna adalah, keyakinannya pada Sang Buddha tidak
> tergoyahkan lagi, “keyakinannya sudah ditopang oleh alasan,
> berakar di dalam visi, dan mantap; keyakinannya tak terkalahkan oleh
> petapa atau brahmana atau dewa atau Mara atau Brahma atau siapapun didunia
> ini. “ Sehingga, mengapa sebagai ummat Buddha, bapak Hudoyo lebih memilih
> “berguru” pada J.Krishnamurti ?
>     6. Dari kesemua hal itu, apakah bapak merasa masih bertanggungjawab
> sebagai seorang Romo / Pandhita yang seharusnya secara bijaksana
> menuntun ummat Buddha untuk benar-benar mengikuti Jalan yang
> ditunjukkan Sang Buddha ( yang telah bapak tolak sendiri ).
>
> Bapak Hudoyo yang saya hormati,
> menurut saya, seandainya bapak hendak menjadi tokoh-spiritual yang
> bersifat non-agama dan merangkul semua pihak, seharusnya bapak tidak
> melekatkan segala atribut Buddhisme pada diri Bapak.
>
> Bapak bisa mencontoh langkah2 Gede Prama misalnya.
> Atau Anand Krishna misalnya.
>
> Sebab, kalau bapak masih menggunakan gelar Pandhita Buddhist, tapi
> dimana-mana justru mengeluarkan statement yang isinya menolak adanya
> “Jalan” sebagaimana yang disabdakan Buddha, menolak kebenaran Ti-Pitaka,
> dan lain2 hal seperti yang sudah bapak ajarkan/ucapkan selama ini, maka
> Bapak telah gagal untuk mempertanggungjawabkan secara etik-moralitas
> ke-”Pandhita”-an bapak Hudoyo sendiri.
>
> Dan karena itulah , maka wajar jika banyak ummat Buddha yang menganggap
> bapak telah dengan sengaja “membelokkkan” ajaran Buddha, atau dengan
> sengaja mempengaruhi ( maaf : menyesatkan ) ummat Buddha untuk
> meninggalkan ajaran2 Buddha yang dianut oleh ummat Buddha itu sendiri.
>
> Demikian pertanyaan dan komentar saya untuk Bapak Hudoyo yang saya hormati.
>
> Mohon bapak berkenan memberikan tanggapan.
>
> May Happiness Always b With U,
> Sadhu,Sadhu,Sadhu.
>
> ==========================================
>
> HUDOYO HUPUDIO:
>
> Jawaban saya untuk Anda:
>
> 1. Saya tidak mengajarkan "Agama Buddha", melainkan mengajarkan MEDITASI
> VIPASSANA sesuai ajaran Buddha dalam Mulapariyaya-sutta, Bahiya-sutta &
> Mal;unkyaputta-sutta.
> Di dalam meditasi vipassana, segala macam doktrin apa pun harus ditanggalkan.
>
> 2. Dalam meditasi vipassana semua ketergantungan pada kitab-ktiab suci
> harus ditanggalkan.
>
> 3. Dalam meditasi vipassana tidak dianut ajaran & kitab apa pun..
>
> 4. Dalam meditasi vipassana, semua perlindungan kepada siapa pun harus
> ditanggalkan.
>
> 5. Dalam meditasi vipassana, pengertian tentang siapa Buddha, siapa
> Krishnamurti, harus ditanggalkan.
>
> 6. Sekali lagi, saya tidak mengajarkan AGAMA Buddha, alih-alih saya
> mengajarkan meditasi vipassana.
>
> DAN VIPASSANA YANG SAYA AJARKAN ADALAH SESUAI DENGAN AJARAN BUDDHA DALAM
> MULAPARIYAYA-SUTTA, BAHIYA-SUTTA & MALUNKYAPUTTA-SUTTA.
>
> Salam,
> Hudoyo
> Situs Web MMD: http://meditasi-mengenal-diri.org
> Forum Diskusi MMD: http://meditasi-mengenal-diri.ning.com
>
>
>
> Salam,
> Hudoyo
> Situs Web MMD: http://meditasi-mengenal-diri.org
> Forum Diskusi MMD: http://meditasi-mengenal-diri.ning.com
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
 

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #102 on: 30 July 2009, 09:44:15 AM »
Quote
Bhante Pannyavaro:
    Gunadipo, banyak umat Buddha yg kaget mendengar ungkapan Zen Buddhism :
    “kalau engkau bertemu Buddha, bunuh Buddha!”
    Apalagi bagi pemula. Trm ksh.


Ini bisa diartikan begini :

"kalau engkau bertemu Buddha, bunuh Buddha" Kalau pemula langsung kalo ketemu Buddha, langsung dibunuh beneran  Buddhanya. Karena dia mendengarnya dari Master Zen. Dan orang itu berpikir dengan membunuh Buddha beneran bisa mencapai pencerahan . Padahal yg dimaksud Master Zen adalah bukan arti harafiahnya dan yg dilupakan si orang malang yg membunuh Buddha adalah keseluruhan petunjuk si Master Zen yg sebelumnya pernah diberikan, diabaikan olehnya.  ^-^

Sama halnya ketika Master MMD  membaca bahiya sutta maka ya itu saja yg dianggap relevan. Karena di bahiya sutta tidak ditulis Jmb 8 dan 4 Km maka ya tidak ada dan tidak perlu. Artinya kalau ngak ada dijelaskan jmb 8 dan 4 km, maka tidak relevan.


Sayangnya PH memilah dan memilih email saat posting ke milis2 lain sehingga mengesankan didukung Bhante Pannavaro

Quote
[MUBI] Digest Number 4393  

Gunadipo: PESAN SINGKAT YM SRI PANNYAVARO MAHATHERA
Posted by: "Hudoyo Hupudio" hudoyo [at] cbn.net.id   hudoyo1
Tue Jul 28, 2009 5:26 pm (PDT)


[Dari: milis Samaggiphala]

Mengikuti perkembangan di milis soal Romo Hudoyo yg katanya telah
menyebarkan ajaran yg menyimpang dari Ajaran Buddha, dan berangkat dari
keingintahuan saya atas bagaimana sebenarnya pendapat atau tanggapan
pribadi dari YM Sri Pannyavaro atas berita ini. Maka tadi siang saya
memberanikan diri utk bertanya langsung kepada Bhante melalui pesan
singkat. Jujur saya tidak berada pada pihak yg pro ataupun kontra terhadap
Pihak manapun. saya menilai tulisan ini tak lebih dari sekadar himbauan
bagi kita semua utk tetap terus waspada. saya pikir jawaban Bhante ini
cukup mendalam dan diperlukan perenungan oleh diri sendiri yg tidak mudah
dan tentunya pengetahuan yg diperoleh utk diri sendiri.

Berikut tanya - jawab singkat saya dgn Bhante Pannyavaro;

Gunadipo:
Selamat siang Bhante yg saya Muliakan, membaca perkembangan di milis
Samaggi Phala tentang Romo Hudoyo yg dikatakan menyebarkan ajaran yg
menyimpang dari Ajaran Buddha oleh teman - teman di DhammaCitta; sedikit
membuat saya bingung sendiri. Mungkin hal yg sama juga terjadi pada ummat
Buddha lainnya. Bagaimana tanggapan Bhante? Namun jika menurut Bhante,
bahwa Bhante tidak / belum perlu menanggapinya, abaikan saja pertanyaan
dan keingintahuan saya ini. Anumodana, semoga Bhante sehat sejahtera.

Bhante Pannyavaro:
Gunadipo, banyak umat Buddha yg kaget mendengar ungkapan Zen Buddhism:
"Kalau engkau bertemu Buddha, bunuh Buddha!"
Apalagi bagi pemula. Trm ksh.

Gunadipo:
Anumodana atas jawaban Bhante yg penuh perenungan utk saya ini Bhante.Akan
saya coba pahami ungkapan itu. Apakah pertanyaan saya dan jawaban Bhante
ini boleh saya bagikan ke seluruh teman - teman ummat Buddha lainnya?

Bhante Pannyavaro:
O ya, tdk ada yg rahasia, boleh saja Gunadipo. Trm ksh.
_________________________________

Demikian, sekali lagi ini tanggapan pribadi Bhante bukan tanggapan
organisasi. Ungkapan Zen Buddhism tadi menyiratkan pesan Dhamma yg
mendalam bagi saya pribadi dan semoga juga bermanfaat bagi rekan - rekan
sekalian. Bagi rekan - rekan yg lain yg mungkin memiliki sudut pandang yg
tersendiri terhadap ungkapan itu, silahkan utk dapat di sharing kan. --
Be Happy,
Gunadipo

=============================
HUDOYO HUPUDIO:

Mas Gunadipo, betul itu pendapat pribadi Bhante Pannyavaro, bukan pendapat
organisasi. Beliau tentu mempunyai pertimbangan sendiri untuk mengeluarkan
pernyataan seperti itu.

Saya jadi bertanya-tanya, apakah organisasi (Magabudhi? STI?) merasa perlu
memberi tanggapan mengenai masalah ini? Pesan saya: berhati-hatilah,
jangan sampai salah melangkah. Diam itu emas.

Salam,
Hudoyo

=============================
NANG NING NUNG NENG NONG:

Jawaban YM Bhante Pannavaro menyiratkan bahwa semua yg
tidak suka romo Hudoyo adalah pemula.

Nang Ning Nung Neng Nong

=============================
HUDOYO HUPUDIO:

hehe ... yang mengatakan itu Anda, lho, Mas Nang Ning Nung Neng Nong.
Tapi mungkin betul juga: "pemula" dalam kebebasan, sekalipun hafal isi
kitab suci.

Salam,
Hudoyo
Situs Web MMD: http://meditasi-mengenal-diri.org
Forum Diskusi MMD: http://meditasi-mengenal-diri.ning.com

Begitulah si PH  ^-^
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #103 on: 30 July 2009, 09:52:59 AM »
aku titip pertanyaan sama pak hud, klo mmd umat buddha gak boleh namaskara, dll... tp klo umat lain kok boleh sholat, bedoa, dll... maksudnya apa ya???

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #104 on: 30 July 2009, 10:09:19 AM »
Irvyn Wongso
Salam kenal :-) Saya adalah salah salah seorang yang sangat menghormati Bhante Pannya dan Pak Hudoyo sendiri tentunya yang saya liat sebenarnya mempunya niat baik terhadap umat buddha dan umat manusia pada umumnya. Saya sudah lama sekali ikut diskusi pak Hudoyo bahkan sejak jaman FB belum ada, masih forum2 traditional..hehe

Kalau boleh saya ikut memberikan komentar (Karena dianjurkan oleh si Aki Ananda :-). Tapi tentu saja ini hanya berdasarkan pengetahuan saya yang masih sangat cetek loh.

Menurut saya ini semua adalah masalah cara dan waktu penyampaian dan kepada siapa. Seorang Master Zen mengatakan kepada siswanya untuk Bunuh Buddha jika bertemu dengan Buddha, karena dirasa kondisi bathin siswa tersebut dirasa sudah pantas untuk mendengarnya. Tetapi kalau semua pengikut zen lantas kemudian menyebarkan tulisan ini dimana2 "Kill Buddha...Kill Buddha", menulis buku berjudul "Kill Buddha", dll.tentu ini bukan yang dimaksud oleh guru zen tersebut bahkan jadi memperkeruh suasana.

Sang Buddha sendiri saat ditanya dengan pertanyaan yang sama oleh dua murid yang berbeda, terkadang memberikan dua jawaban yang berbeda. Padahal pertanyaannya sama.

Jadi mana yang "benar"? (dalam tanda petik).

Saya banyak belajar dari tulisan-tulisan Pak Hudoyo dan dari manapun juga, ya tentu pada kenyataannya banyak orang yang tidak bisa menerima juga.

Hanya saja sering timbul dilema, setiap orang tentu mempunya kondisi dan perkembangan batin yang berbeda yang akan berbuat dalam waktu yang berbeda juga.
Masalahnya sering kali kita belajar atau diajarkan atau mengajarkan sesuatu mungkin dengan cara yang kurang sesuai dan waktu yang belum tepat. Sehingga yang tadinya tujuan kita adalah meningkatkan kesadaran dan kemapaman bathin, justru jadi merosot dan diliputi oleh ego dan emosi.

Mungkin tidak ada jawaban yang simple, mungkin juga ada...tetapi saya tentu belum mampu merealisasikannya.

Ya tapi begitulah adanya...semoga apapun itu...kita semua pada akhirnya dan waktunya masing2 akan mencapai pembebasan.

Demikian komentar saya. Sekali lagi terima kasih untuk semuanya.

May all be happy.



====


Hudoyo Hupudio
 [at] Irvyn: salam kenal, Rekan Irvyn, dan salam juga kepada Aki Ananda yang telah mengirim Anda kepada saya.
Alur pemikiran Anda bahwa sebagian besar umat belum siap untuk menerima kebenaran yang lebih dalam, sehingga implikasinya adalah bahwa kebenaran yang lebih dalam itu seyogyanya tidak dikemukakan secara terbuka di depan umum, saya rasa perlu direnungkan ulang.
Apalagi di zaman internet seperti sekarang, apakah masih sahih untuk mengkotak-kotakkan umat Buddha seperti itu, lalu memberikan makanan rohani kepada masing-masing sesuai dengan asumsi kita sendiri--yang belum tentu benar--tentang taraf pencapaian spiritual masing-masing.
Saya malah bertanya lebih jauh, apakah asumsi-asumsi demikian tidak justru menghalangi perkembangan batin seseorang yang seharusnya maju banyak seandainya tidak ada asumsi-asumsi demikian.

Satu contoh konkrit yang barusan terjadi: Bhante Pannyavaro mengirim SMS tentang "Bunuh Buddha" kepada Rekan Gunadipo seorang pengurus Magabudhi dari Kalimantan. Gunadipo menanyakan bolehkah ia menyebarluaskan pesan itu kepada umat Buddha yang lain. Bhante langsung menjawab: "Tidak ada rahasia, silakan."
Nah, sikap saya pun seperti itu. Saya tidak membuat asumsi-asumsi apa pun tentang taraf pencapaian spiritual seseorang yang saya hadapi. Dan saya akan membagikan apa saja yang saya pahami tentang kebenaran kepada siapa saja. Dalam beberapa hal, orang bisa menangkap apa yang saya maksud, dan saya pun berbahagia. Tapi dalam beberapa kasus lain, orang tidak memahami maksud saya, mereka malah menghujat saya. Saya pun menderita, sebentar, lalu cepat pulih kembali.
Ya, itulah risikonya, risiko yang patut dipikul, demi pencerahan satu dua orang yang sudah siap untuk itu tetapi mereka akan mengembara lebih lama lagi kalau saya tidak berani berbagi pengalaman dengan publik.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

 

anything