//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - xenocross

Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11 12 ... 79
61
Buddhisme Awal / Re: Pelajaran sekte dalam agama Buddha
« on: 13 January 2016, 09:49:19 PM »
Nichiren itu sekte jepang

Di masa lalu, pemerintah jepang mengeluarkan aturan yang memerintahkan para bhikkhu menikah, karena dianggap merusak sistem sosial
Ini bertentangan dengan vinaya bhikkhu. Tapi di Jepang karena sudah lama, lama kelamaan jadi dianggap biasa.

Nichiren sendiri adalah seorang tokoh bhikhhu kontroversial yang mengajarkan untuk praktek hanya melafal mantra "Namyohorongekyo" atau "Namo Saddharma Pundarika Sutra" dalam bahasa sansekertanya. Alias ngajarin untuk melafal judul buku. Bukannya membaca isi bukunya. Aneh kan?

62
MAHAPRANIDHANA PUJA 2 - PENUHI TAHUN BARU DENGAN KEBAJIKAN



Kadam Choeling Indonesia mengundang Anda untuk melakukan suatu kegiatan yang luar biasa bermanfaat di akhir tahun 2015 ini. Mempertemukan dua tradisi Buddhis, yaitu Cina dan Tibet. Selama kurang lebih satu minggu, ratusan orang berkumpul dan bersama-sama melafalkan kitab Liang Huang Pao Can (Doa Pertobatan Kaisar Liang) serta puja Tibetan yang terdiri atas pujian kepada Arya Tara dan puja Enam Belas Arahat, ditutup dengan pelimpahan jasa kepada sanak keluarga baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Secara khusus, pelafalan Liang Huang Bao Can bermanfaat untuk mengikis tumpukan karma buruk yang akan menghambat kehidupan kita sekarang maupun kehidupan mendatang. Pujian kepada Arya Tara melindungi kita dari bahaya, menyembuhkan penyakit, dan memenuhi segala kebutuhan kita dalam perjalanan mencapai pencerahan. Puja Enam Belas Arahat mengingatkan kita pada kualitas keenambelas Arahat yang menerima instruksi Sang Buddha untuk meninggalkan sikap mementingkan diri sendiri dan menetap dalam samsara demi kebahagiaan semua makhluk.

Jangan lewatkan kesempatan mengumpulkan kebajikan dan purifikasi yang ekstensif di Mahapranidhana Puja 2015, 23-31 Desember 2015 di Villa Istana Bunga, Lembang, Bandung.  Pendaftaran dapat dilakukan dengan melalui link: http://www.kadamchoeling.or.id/pray4rpc
Info lebih lanjut:
retret [at] kadamchoeling.or.id
Frans (+62813 8008 8566)
Afriyandi (+62897 8797 017)

Sarwa Manggalam.

=======================================================
Tak terasa kini kita telah memasuki bulan Desember di tahun 2015. Kita akan segera meninggalkan tahun 2015 ini dan memulai tahun 2016 dengan segala semangat dan resolusi yang baru. Namun sebelum kita membuat resolusi kita harus melihat kembali apa saja yang telah dilakukan di tahun ini. Satu pertanyaan besar yang perlu benar-benar kita pikirkan adalah sudahkah saya melakukan hal yang bermakna di tahun ini?

Kita dapat mengatakan ‘Saya mencapai naik jabatan di pekerjaan saya, mendapatkan pekerjaan, lulus kuliah, jalan-jalan ke luar negeri, dsb.’ Benar, itu sebuah pencapaian, secara duniawi. Akan tetapi, apakah kita sudah melakukan hal bermakna secara spiritual? Apakah kita sudah mengumpulkan karma baik atau menghindari melakukan karma buruk?

Apakah saya melakukan donasi besar terhadap suatu vihara? Apakah saya membangun stupa? Apakah saya melakukan pengumpulan doa dan mantram? Apakah saya mengisi keseharian saya dengan aktivitas bajik?

Kita perlu merenungkan dengan sungguh-sungguh hal ini. Kemanakah bekal yang kita kumpulkan akan membawa kita di kehidupan mendatang?

Kita bisa mencoba melihat dari aktivitas keseharian kita di tahun 2015 ini. Apakah kita hanya melakukan aktivitas bajik yang menciptakan karma baik? Ataukah kita justru dipengaruhi kekotoran batin dan melakukan dalam karma buruk?

Dipengaruhi keyakinan, kita melakukan puja bakti kepada Buddha. Dipengaruhi kesabaran, kita tidak marah ketika orang yang menghina kita. Dipengaruhi kemurahan hari, kita memberi makan pengemis yang kelaparan atau berdonasi terhadap Sangha. Dipengaruhi semangat, kita menjalankan komitmen pengumpulan doa dan mantram atau mengumpulkan paramita. Dipengaruhi cinta kasih kepada semua mahkluk, kita memanfaatkan setiap momen dalam hidup kita untuk berjuang dalam jalan menuju pencerahan.

Dipengaruhi kebencian, kita mungkin membunuh nyamuk-nyamuk yang menggigit kita atau berniat menyakiti orang lain. Dipengaruhi keserakahan, kita mengambil tanpa ijin barang milik teman kita atau berniat mengambil uang orang tua kita. Dipengaruhi kemarahan, mengucapkan kata-kata kasar kepada orang tua atau orang yang memotong jalan kita ketika menyetir mobil. Dipengaruhi kemalasan, bergosip dan menghabiskan waktu untuk kata-kata tidak berguna atau menolak menolong orang yang meminta bantuan pada kita.

Setelah perenungan yang sungguh-sungguh, apabila kita menemukan bahwa kita lebih banyak mengumpulkan karma baik dalam keseharian kita, kita harus bermudita dan bersemangat mengumpulkan kebajikan. Namun apabila kita cenderung menemukan bahwa kita lebih banyak mengumpulkan karma buruk, kita harus segera melakukan sesuatu untuk memperbaikinya.

“Jangan pikir bahwa perbuatan buruk
Sekecil apapun tidak akan mengejarmu.
Sama seperti bejana besar dipenuhi
Oleh tetesan-tetesan air,
Begitu pula orang bodoh dipenuhi kesalahan
Yang dihimpun sedikit demi sedikit.”
~Udana-varga

63
Mahayana / Ratnāvalī Untaian Permata Nasehat kepada Raja
« on: 07 November 2015, 03:07:24 PM »
Untaian Permata Nasehat kepada Raja
Oleh Nagarjuna


judul sansekerta: Raja parikatha ratnāvalī
judul tibet: rgyal po la gtam bya ba rin po che’i phreṅ ba


Terjemahan Bahasa Indonesia terutama menggunakan terjemahan Inggris dari bahasa Tibet oleh Sonam Tsering Ngulphu, dalam "Precious Garland: Buddhist Approach to Life, Polity, and Liberation". Terjemahan lain dan versi sansekerta digunakan sebagai perbandingan
 Ratnāvalī dikarang oleh Nagarjuna untuk sahabatnya yang adalah seorang raja, Raja Gautamiputra Satakarni, raja ke-23 dari dinasti Satavahana yang memerintah di India Selatan sekitar abad pertama Common Era. Arya Nagarjuna menjabarkan nasihat mengenai bagaimana menjalani hidup. Beliau menguraikan tahapan bagaimana memperbaiki kondisi kita dari kehidupan ke kehidupan, terbebas dari semua penderitaan, meraih kebahagiaan sementara, hingga akhirnya memuncak pada pencerahan sempurna.
24 bait pertama yang diterjemahkan disini, menguraikan praktik dharma untuk mencapai Status Tinggi, kebahagiaan duniawi, yang cocok untuk dipraktikkan para perumah tangga
=========================================

Hormat kepada Buddha dan Bodhisattva!

(1) Secara lengkap terbebaskan dari semua kesalahan
Dan dihiasi oleh semua kualitas baik,
Kepada satu-satunya teman bagi semua makhluk,
Sang Maha-tahu, aku memberi hormat

(2) Oh Raja! Supaya engkau dapat mempraktikkan Dharma
Aku akan mengajarkan yang sepenuhnya bajik,
Karena di dalam bejana ajaran sempurna
Praktik - praktik dharma dapat direalisasi

(3) Pertama, latihlah faktor Status Tinggi (abhyudaya)
Kemudian, faktor Kebaikan Tertinggi (naihsreyasa)
Karena setelah taraf status hidupnya meningkat
Secara bertahap Kebaikan Tertinggi akan diraih

<abhyudaya = Meningkat, Yang Tinggi, Kesejahteraan; merujuk pada kelahiran di alam bahagia yaitu alam manusia, dewa, dan setengah-dewa.
naihsreyasa = Yang Terbaik, Kebahagiaan tertinggi; merujuk pada pencapaian nirvana dan kemahatahuan>


(4) Status Tinggi (abhyudaya) adalah kebahagiaan (sukha)
Kebaikan Tertinggi (naihsreyasa)  adalah pembebasan (moksa)
Sumber dari pencapaian kedua hal tersebut, singkatnya
adalah keyakinan (sraddha) dan kebijaksanaan (prajna)

(5) Mempunyai keyakinan, seseorang mengandalkan praktik Dharma,
Mempunyai kebijaksanaan, seseorang mengetahui kebenaran
Dari keduanya, kebijaksanaan adalah yang utama,
tetapi keyakinan lebih dahulu datang [sebagai prasyarat]

(6) Tidak melanggar Dharma Karena keinginan (chanda) ,
kebencian (dvesa), ketakutan (bhaya), dan delusi (moha),
Ia disebut sebagai seorang yang memiliki keyakinan
wadah yang cocok bagi Kebaikan Tertinggi

(7) Siapapun, yang setelah menganalisa dengan baik
Semua perbuatan dari tubuh, ucapan, dan pikiran,
Dengan sadar berbuat untuk manfaat diri sendiri dan orang lain
demikian ini selalu dilakukan, adalah orang bijak

(8) Menghindari pembunuhan; pencurian, dan tidak menginginkan
pasangan orang lain; Tidak berbohong,
tidak berkata memecah-belah, tidak berkata kasar menyakitkan,
dan kata-kata tak bermanfaat

(9) Meninggalkan seluruhnya ketamakan, niat menyakiti,
dan pandangan salah [yang menyangkal hukum karma]
Ini adalah sepuluh jalan perbuatan putih
Sedangkan lawannya adalah sepuluh jalan perbuatan hitam

(10) Menghindari minuman keras, menjalankan penghidupan baik,
tidak menyakiti makhluk lain; memberi dana dengan hormat;
Menghormati yang patut dihormati, dan memiliki cinta kasih (maitri)
Secara singkat, itulah praktik Dharma

(11) Tidak ada praktik dharma dari hanya menyiksa tubuh
Karena metode itu tidaklah meninggalkan perbuatan menyakiti makhluk lain
Dan juga tidak membantu makhluk lain

(12) Tidak menghormati jalan dharma sejati yang agung
Yang mengajarkan kemurahan hati (dana), moralitas (sila), dan kesabaran (ksama)
Dan melakukan penyiksaan diri, mereka tersesat ke jalan salah
dan mengikuti jalan binatang

(13) Tubuh mereka dililit ular beracun klesha
Memasuki hutan samsara yang menakutkan
yang berisi pohon-pohon kelahiran kembali tak terbatas
dan berdiam di dalamnya untuk waktu yang lama

(14) Karena membunuh, usia seseorang menjadi pendek;
Karena menyakiti orang lain, kamu akan menerima penderitaan;
Karena mencuri, kamu akan kekurangan harta;
Karena perilaku seks yang salah, kamu mendapat musuh

(15) Karena berbohong, kamu akan difitnah;
Karena ucapan memecah belah, kamu akan kehilangan teman;
Karena ucapan menyakitkan, kamu akan mendengar kata-kata yang tidak menyenangkan;
Karena ucapan tidak bermanfaat, ucapanmu tidak dihargai

(16) Ketamakan menghancurkan harapan-harapanmu;
Niat jahat menyebabkan ketakutan;
Pandangan salah membawa pada pikiran-pikiran destruktif;
Mengkonsumsi minuman keras membingungkan pikiran

(17) Karena tidak memberi, adalah sebab kemiskinan;
Karena penghidupan yang salah, engkau akan ditipu;
Kesombongan adalah sebab bagi kelahiran [berstatus] rendah
Karena iri hati, menyebabkan kurangnya wibawa

(18) Karena marah, engkau akan mempunyai raut muka yang buruk;
Karena tidak bertanya pada orang bijaksana, engkau tetap bodoh;
Semua akibat yang disebutkan ini muncul di kelahiran sebagai manusia;
tetapi sebelumnya, mereka jatuh ke alam rendah

(19) Hal-hal ini disebut ketidakbajikan (akusala)
Buah akibatnya (vipaka) telah dijelaskan
Sementara semua hal kebajikan (kusala)
Akibatnya adalah kebalikan [dari akibat ketidakbajikan]

(20) Kemelekatan (lobha), kebencian (dveṣā), delusi (moha),
dan tindakan yang mereka hasilkan adalah tak-bajik
Tidak melekat (alobha), tidak membenci (adveṣā), tanpa delusi (amoha),
 dan tindakan yang mereka hasilkan adalah bajik.

(21) Dari ketidakbajikan muncul semua penderitaan 
dan juga semua kelahiran di alam buruk
Dari kebajikan muncul semua kelahiran di alam baik
Dan semua kenikmatan dalam banyak kehidupan

(22) Menghindari apapun ketidakbajikan,
Selalu melakukan kebajikan,
Melalui tubuh, ucapan, pikiran;
Demikianlah dharma dijelaskan dalam dua aspek ini

(23) Dengan Dharma ini kita terbebaskan sepenuhnya
dari kelahiran di neraka, hantu kelaparan, dan binatang.
Menganugerahkan kebahagiaan, kejayaan, dan kekuasaan
di antara para dewa dan manusia

(24) Melalui konsentrasi (dhyana), yang tak terbatas (apramana), dan tanpa-bentuk (arupa);
Seseorang mendapatkan kesenangan sebagai brahma;
Inilah uraian ringkas dari
Dharma Status Tinggi (abhyudaya) dan buahnya

<dhyana = merujuk pada empat dhyana/jhana

apramana = merujuk pada empat tanpa-batas, yaitu

1. cinta kasih / metta /maitri,
2. welas asih /karuna,
3. kesenangan simpatik /mudita,
4. keseimbangan batin / upekkha/ upeksha
arupa = merujuk pada empat tingkat meditasi tanpa bentuk,

1. Ruang tanpa batas / Ākāsānañcāyatana,
2. Kesadaran tanpa batas / Viññāṇañcāyatana,
3. Kekosongan tanpa batas / Ākiñcaññāyatana,
4. bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi / Nevasaññānāsaññāyatana >








64
Perkenalan / Re: Ingin memperdalam agama Buddha, dari mantan Atheis
« on: 21 October 2015, 09:29:47 PM »
1. Untuk memperdalam lagi, silahkan baca2 disini
https://dhammacitta.org/dcpedia/DhammaCitta_Pedia
Terutama yg saya rekomendasikan adalah https://dhammacitta.org/dcpedia/Pertanyaan_Baik_Jawaban_Baik_%28Dhammika%29

2. Jika anda ingin mengubah status agama anda di ktp, anda harus mengurus prosedur hukum. Yang saya tahu sebenarnya tinggal ganti agama di ktp dengan bilang ke lurah. Pada saat perpanjangan ktp. Vihara terdekat bisa memberikan bantuan:

Surat pernyataaan beragama buddha di atas materai, lalu vihara akan mengeluarkan surat keterangan beragama buddha dengan catatan jika belum cukup umur maka musti sepengetahuan kedua orang tua sebagai saksi jika telah cukup umur dan kedua orang tua tak menyetujui musti dilampirkan surat keterangan dari kepala desa atau minimal dua orang saksi, dengan surat keterangan dari vihara maka pihak catatan sipil akan memprosesnya.

3. Anda sebenarnya bisa memperdalam agama Buddha tanpa harus mengubah agama anda, tanpa perlu memberi tahu orang tua atau lingkungan anda. Anda bisa mempelajari dan melatih secara pribadi. Agama adalah masalah spiritual, masalah hati, jadi soal soal status dan sosial itu masalah sekunder

Untuk pertama2, disarankan anda mempelajari dengan membaca. Ada banyak bahan tersedia di internet, dalam bentuk ebook dan lainnya
Jika anda ingin mempelajari lebih dalam lagi, anda dapat bertanya dan berdiskusi melalui forum ini, ataupun grup buddhis yang banyak di facebook
Setelahnya, anda dapat mencari informasi mengenai ceramah umum, retret retret ceramah, retret meditasi yg diselenggarakan berbagai komunitas buddhis. Anda tidak perlu memberi tahu agama anda masih yg dulu atau sudah berubah. Ikut saja

4. Sesuai tradisi yg dilakukan Buddha sendiri, kami wajib memberitahu anda untuk kembali mempertimbangkan keputusan anda jika anda ingin pindah ke agama ini

 “Selidikilah dengan saksama, perumah-tangga. Baik sekali bagi orang terkenal seperti engkau untuk menyelidiki dengan saksama.”
https://dhammacitta.org/dcpedia/MN_56:_Up%C4%81li_Sutta

65
Diskusi Umum / Re: Makanan sisa ketika makan seafood
« on: 21 October 2015, 01:56:18 PM »
menurut saya sebaiknya jangan....

66


Southeast Asia Lamrim Festival 2015 (Jakarta)
Oleh Dagpo Rinpoche

 
Public Teaching “Pelita Sang Jalan Menuju Pencerahan”
12-13 Desember 2015
Roemah Joglo
Jl Taman Aries Raya No.9A Jakarta Barat

 
Inisiasi Awalokiteswara
Sebelas Muka Seribu Tangan
19-20 Desember 2015

 
Yang hendak mengikuti Inisiasi, dianjurkan mengikuti:
Kelas Pembekalan Inisiasi
14, 21 atau 28 November 2015 (pilih salah satu)
10.00-15.00 WIB
Prasadha Jinarakkhita
Jl Kembangan Raya Blok JJ Jakarta 11610

 
Ceramah tersedia dalam Bahasa Indonesia, Inggris, Mandarin, Hokkian, dan Perancis. Selain Bahasa Indonesia, silahkan bawa radio dan headset.

 
Pendaftaran: kadamchoeling.or.id/sealf
Tersedia Rupang Kwan Im bagi 100 pendaftar Inisiasi pertama

 
Informasi lebih lanjut:
www.kadamchoeling.or.id/sealf2015
publicteaching [at] kadamchoeling.or.id
Fanny Angreani +6282115854052
Stepfina +628567554189

 
TANPA BIAYA
TEMPAT TERBATAS

67
iya, karena kemudian diperluas bukan hanya kekosongan skandha akan diri, tetapi juga kekosongan semua fenomena akan sifat substantif yang berdiri sendiri (svabhava)

kalau pudgalanairatmaya kan diarahkan untuk diri sendiri dan makhluk lain. Kalau dharmanairatyamaya diarahkan pada semua fenomena.
Seharusnya tidak ada kontradiksi

68
seharusnya sama artinya, karena diambil dari situ juga. Kalau di madhyamika, Nagarjuna mengatakan tidak muncul tidak lenyap, sunyata, dan paticcasamupada adalah hal yang sama

69
Kemudian Licchavi Vimalakirti melihat Putra Mahkota, Manjushri dan menyapanya demikian: “Manjushri! Selamat datang, Manjushri! Sungguh Selamat datang! Engkau datang, tiada yang datang. Engkau muncul, tiada yang melihat. Engkau terdengar, tiada yang mendengar.”
Manjushri berkata, “Perumah tangga, begitulah seperti yang engkau katakan. Siapa yang datang, sebenarnya tidak ada yang datang. Siapa yang pergi, sebenarnya tidak ada yang pergi. Mengapa? Tiada siapa pun yang datang. Tiada siapa pun yang pergi. Siapa yang datang sebenarnya tak terlihat.

Vimalakirti Sutra

70
sering lho, tidak datang, tidak pergi.... di sutra mahayana.
==========================================

Sebagai contoh Bhadrapala, misalnya ada seorang wanita atau pria yang telah mencuci rambutnya dan memakai perhiasan, ia memutuskan untuk melihat dirinya sendiri pada bayangan di tempayan minyak jernih, atau bayangan di wadah air, atau cermin yang bersih, atau lantai yang dilapisi azurite. Jika mereka melihat bentuk diri mereka sendiri, Bhadrapala, apa pendapatmu? Apakah bentuk bayangan tersebut berarti ada orang pria atau wanita yang telah masuk ke dalam hal-hal itu ?

Bhadrapala menjawab: "Tidak, Yang Mulia, bukan begitu. Tetapi karena air dan minyak tenang dan tidak kacau, atau cermin bersih jernih, atau lantai azurite bersih, bayangan pantulan muncul; tubuh pria atau wanita tidaklah muncul dari air, minyak, cermin, atau kristal azurite, mereka tidak datang darimanapun dan tidak pergi kemanapun, mereka tidak dihasilkan darimanapun, juga tidak menghilang kemanapun.

Guru Buddha mengatakan: "Demikianlah, demikianlah, Bhadrapala. Seperti yang telah engkau katakan Bhadrapala, karena bentuk-bentuk (minyak, air, cermin, azurite) bagus dan jernih maka bayangan-pantulan muncul. Dengan cara yang sama, ketika para bodhisattva telah melatih samadhi ini dengan benar, para Tathagata akan dilihat oleh bodhisattva tanpa kesulitan. Setelah melihat mereka lalu para bodhisattva bertanya, dan gembira dengan jawaban dari pertanyaan tersebut. Dengan berpikir: "Apakah para Tathagata ini datang dari suatu tempat? Apakah aku pergi ke suatu tempat?" mereka mengerti bahwa Sang Tathagata tidak datang darimanapun. Setelah mengerti bahwa tubuh mereka juga tidak pergi kemanapun, mereka berpikir: "Apapun yang ada di tiga dunia ini tidak lain hanyalah pikiran. Mengapa? Karena bagaimana aku mengimajinasikan hal - hal, demikianlah mereka muncul."

"Pikiran itu tidak dapat dinyatakan berada di dalam, atau di luar, atau bukan keduanya, sebaliknya, ia dihasilkan dengan dasar obyektifikasi. Itu yang [dengan cara ini] dihasilkan dengan kondisi <pratitya-samutpanna> tidak memiliki keberadaan substansial <abhava>. Ia yang tidak memiliki keberadaan substansial adalah tak dilahirkan. Ia yang tak dilahirkan tidak dapat dipegang sebagai sebuah objek <anupalambha>. Ia yang tidak dapat dipegang sebagai objek adalah kosong dari inti-keberadaan <svabhava-sunya>. Ia yang kosong dari inti-keberadaan adalah tidak terdefinisikan. Ia yang tak terdefinisikan tidak dapat dilihat, dimengerti, dilekati, diperlihatkan, dihancurkan, atau dikembangkan.

"Pikiran menciptakan Buddha, pikiran itu sendiri melihatNya. Pikiran adalah Buddha, pikiran adalah Sang Tathagata. Pikiran adalah tubuhku, pikiran melihat Buddha. Pikiran tidak dapat dengan sendirinya mengetahui pikiran, pikiran tidak dapat dengan sendirinya melihat pikiran. Pikiran dengan persepsi [keliru] adalah kebodohan; pikiran tanpa persepsi [keliru] adalah Nirvana. Dharma- dharma ini kekurangan apapun yang bernilai. Mereka semua dihasilkan oleh pemikiran. Karena pemikiran adalah kosong, maka apapun yang dipikirkan sesungguhnya tidak ada." Bhadrapala, demikianlah visi dari bodhisattva yang berkembang dalam samadhi.

Pratyutpanna Buddha Sammukhavasthita Samadhi Sutra

71
"tidak datang dari penyimpanan apa pun dan saat lenyap tidak pergi ke mana pun"

baru pertama kalinya liat di agama sutra. Biasanya liat di mahayana sutra.
seperti di sutra hati " tiada yang muncul dan tiada yang lenyap; tidak bernoda dan tidak murni; tiada yang berkurang dan tiada yang bertambah"

72
Sutra Mahayana / Re: Sutra Sutra Prajnaparamita
« on: 02 July 2015, 11:03:28 PM »
Here is a first attempt at an annotated translation of chapters I to XV of the Mahāprajñāpāramitā sastra (abbreviated as Mppś) by Nāgārjuna. The work has not come down to us in the original Sanskrit, but only  through the intermediary of a Chinese translation, the Ta tche tou louen. This version which contains 90

chapters (p'in) in 100 rolls (kiuan), is by the Kuchanese Kumārajīva who worked in Tch'ang ngan in the Siao yao Park, in 404 or 405 A.D.1 I (Lamotte) have used the edition of Taishô Issaikyô, vol. XXV, no. 1509; the numbers in the margins of this translation refer to the pages and columns of this edition2.


The Mppś is a commentary on the Pañcaviṃśatisāhasrikā Prajñāpāramitā (abbreviated as Pañcaviṃśati) 'The Perfection of Wisdom in Five Thousand Lines', as it appears in Kumārajīva's Chinese translation Mo ho pan jo po lo mi king (Taishô, T VIII, no. 223).


The Mppś is attributed to Nāgārjuna: Kumārajīva's version has as its title 'Ta tche tou louen, composed by the bodhisattva Nāgārjuna and translated by the Tripiṭikadharmācārya Kumārajīva of the country of K'ieou tseu (Kucha) of the later Ts'in'; the Li tai san pao ki, a catalogue of the Tripiṭaka compiled in 597 by Fei

Tch'ang fang, also notes that the original work is the work of the bodhisattva Nāgārjuna9. Nevertheless, it is odd that the Mppś does not appear in the lists of works attributed to Nāgārjuna by the Long chou p'ou sa tchouan (Taishô 2047) and the Tibetan historians Bu ston and Tāranātha.


The bodhisattva Nāgārjuna (Klu sgrub in Tibetan, 'converted by a dragon' or 'converting the dragons'; in Chinese Long chou 'dragon tree', Long mong 'unflinching dragon' or Long cheng 'victorious dragon') is one of the most enigmatic, yet also one of the richest, figures in Buddhism. He lived in probably the second

century of our era and played a rôle of primary importance in the formation of the Buddhism of the Greater Vehicle. Originally from the south, the country of Andhra, his influence extended as far as the north-west of India. Dialectician and metaphysician, he is the founder of the Madhymaka or 'Middle-Way' school,

which, while accepting the buddhology and the mysticism of the Greater Vehicle, submits the old texts of Buddhism to negative criticism and ends up with absolute emptiness (śūnyatā).


===================================================


THE TREATISE ON THE GREAT VIRTUE OF WISDOM

OF NĀGĀRJUNA

(MAHĀPRAJÑĀPĀRAMITĀŚĀSTRA)


(translated by) ÉTIENNE LAMOTTE


COMPOSED BY THE BODHISATTVE NĀGĀRJUNA


AND TRANSLATED BY

THE TRIPIṬAKADHARMĀCĀRYA KUMĀRAJIVA

OF THE LAND OF KOUTCHA

UNDER THE LATER TS’IN


Translated from the French

By Gelongma Karma Migme Chodron

2001



http://www.mediafire.com/view/ukecz3yru8bubgl/Maha_Prajnaparamita_Sastra_Full_by_Nagarjuna_.pdf

73
Sutra Mahayana / Re: Sutra Sutra Prajnaparamita
« on: 02 July 2015, 11:03:10 PM »
Ini adalah versi lebih panjang dari sutra hati, yang mempunyai bagian pembukaan dan penutup. Versi ini lebih umum dipakai dalam buddhisme tibet, sementara versi pendek lebih populer di Asia Timur


Taisho Tripitaka 0253


1. English Version by Alexander Berzin

http://www.mediafire.com/view/3s4kf9adcp7wrmi/The_Heart_Sutra_longer_(translated_by_Alexander_Berzin).rtf


2. English Version by Lapis Lazuli Text

http://www.mediafire.com/download/n3lb4kl33wqd3b6/T0253_LL_prajnaparamita_hrdaya_longer.pdf


3. English Version by Lobsang Chunzin and Michael Roach

http://www.mediafire.com/view/rofirbsei9zhum0/HeartSutra_longer_tibet-english_Lobsang_Chunzin_&_Michael_Roach.pdf


4. English Version by Thubten Tsultrim (pdf , rotate counterclockwise)

http://www.mediafire.com/view/kaoa9adraz0z505/heart_sutra_longer_tibetan_english_-_Thubten_Tsultrim.pdf


5. English Version by Jan Nattier

http://www.mediafire.com/view/18m17000mrs19cz/Prajna_Paramita_Heart_Sutra_english_Jan_Nattier_Longer.docx


6. Versi Indonesia oleh Kadam Choeling Indonesia

http://www.mediafire.com/view/wbu9rb4fntny5fh/Sutra_Hati_longer_indonesia_kadamchoeling.pdf

74
Sutra Mahayana / Re: Sutra Sutra Prajnaparamita
« on: 02 July 2015, 11:02:55 PM »
Latar Belakang Sutra Hati


Sutra Hati Prajna Paramita mungkin adalah sutra yang paling pendek, sederhana, ringkas, namun juga paling tinggi nilai pencerahannya. Itulah mengapa ia disebut hrdaya sutra atau Sutra Inti, Sutra Hati, atau Sutra Jantung; jantung dari Jalan Pencerahan Para Buddha.


Secara umum banyak ahli yang mengatakan bahwa Sutra Hati ini adalah ringkasan dari Sutra yang lebih panjang yaitu Sutra Maha Prajna Paramita


The Heart Sūtra (Sanskrit: प्रज्ञापारमिताहृदय Prajñāpāramitāhṛdaya) is a famous sūtra in Mahāyāna Buddhism. Its Sanskrit title, Prajñāpāramitāhṛdaya, literally means "The Heart of the Perfection of Understanding." The Heart Sūtra is often cited as the best-known  and most popular Buddhist scripture of all. The text is very short, and it is generally believed to have been written in China, using excerpts of a translation of the Mahaprajnaparamita Sutra;


The Zhi Qian version is titled Po-jo po-lo-mi shen-chou i chuan[27] (i.e. 般若波羅蜜神咒一巻) or Prajñāpāramitā Mantra in One Volume;  the Kumarajiva version is titled Mo-ho po-jo po-lo-mi shen-chou i chuan (i.e. 摩訶般若波羅蜜神咒一巻) or Mahārajñāpāramitā Mantra in One Volume. Xuanzang's translation was the first to use 心 xīn ("Heart") in the title


Taisho Tripitaka Vol. T08 No. 251, attributed to Xuanzang.

==========================================================


1. English version by Buddha Light Publishing

Translated from chinese, Xuan Zang version. 2006

http://www.mediafire.com/view/736abm3aq4mr8m9/heart_sutra_shorter_xuanzang_chinese_english_-_Buddha_Light_Publishing.pdf


2. English version by Lapis Lazuli Text

Translated by Trepiṭaka Dharma Master Xuanzang in 649 CE, as Bore Boluomiduo Xinjing (般若波羅蜜多心經). Also known as the Heart Sūtra, this is a very short sūtra of Prajñāpāramitā teachings, along with a meditation method in the form of a mantra as skillful means. This original short version has been popularly recited and studied across many traditions, and continues to be extremely popular in modern times. As the “Heart of Prajñāpāramitā,” this text is regarded as containing the essence of all other Prajñāpāramitā teachings. The version presented here is the translation made by Dharma Master Xuanzang, which is the most widely used edition.

http://www.mediafire.com/download/b3ug2cgms2bvph7/T0251_LL_prajnaparamita_hrdaya_shorter.pdf


3. English version by Charles D Patton

translated from chinese, Xuanzang version

http://www.mediafire.com/view/lp7lph541zt4yy7/HeartT0251_xuanzang_-chinese_english_Charles_D_Patton.pdf


4. English version by Edward Conze

translated from many sanskrit manuscipt

http://www.mediafire.com/view/cmb3ps505zgv51l/The_Heart_Sutra_shorter_-_sanskrit_english_-_E_Conze.pdf


5. English version by Dharma Master Lok To

from chinese Xuanzang version, included commentary by Grand Master T'an Hsu. Sutra Translation Committee of United States and Canada, 2000.

http://www.mediafire.com/view/w53urqd1u2f28o2/heart_sutra_chinese-eng_-_Lok_To_commentary_Tanhsu.pdf


6. English Version by Buddhist Text Translation Society /Dharma Realm Buddhist Association.

Translated from chinese Xuanzang version, with commentary by Tripitaka Master Hsuan Hua.

http://www.mediafire.com/view/ar5lj9rurd04us7/heartsutra_chinese_-_eng_shorther_BTTS_commentary_Hsuanhua.pdf


7. Versi Indonesia oleh Potowa Center

Diterjemahkan dari bahasa Sanskerta ke bahasa Indonesia oleh tim Potowa Center. Revisi: Mei 2012.

http://www.mediafire.com/view/ry0bg13zl06cw09/HeartSutra_shorter_Indo_POTOWA.pdf


8. Versi Indonesia oleh Romo Cunda J. Supandi

diterjemahkan dari sansekerta

http://www.mediafire.com/view/zly1138utrzqulz/Sutra_Hati_sanskrit_indo_pendek.docx


9. English version with revision by Jayarava

from sanskrit , with new revision.

http://www.mediafire.com/view/ug6nou6eapzf612/A_New_Sanskrit_Heart_Sutra_-_Jayarava.doc

75
Sutra Mahayana / Re: Sutra Sutra Prajnaparamita
« on: 02 July 2015, 11:02:30 PM »
The Diamond Sūtra is a Mahāyāna (Buddhist) sūtra from the Prajñāpāramitā, or "Perfection of Wisdom" genre, and emphasizes the practice of non-abiding and non-attachment. The full Sanskrit title of this text is the Vajracchedikā Prajñāpāramitā Sūtra.


"Vajra Cutter Perfection of Wisdom Sūtra."

Chinese: 《金剛般若波羅蜜多經》, Jingang Boreboluomiduo Jing (Chin-kang Po-je-po-lo-mi-to Ching); shortened to 《金剛經》, Jingang Jing (Chin-kang Ching)

Tibetan འཕགས་པ་ཤེས་རབ་ཀྱི་ཕ་རོལ་ཏུ་ཕྱིན་པ་རྡོ་རྗེ་གཅོད་པ་ཞེས་བྱ་བ་ཐེག་པ་ཆེན་པོའི་མདོ།, Wylie: ’phags pa shes rab kyi pha rol tu phyin pa rdo rje gcod pa zhes bya ba theg pa chen po’i mdo


or also known as Triśatikā Prajñāpāramitā Sūtra (Perfection of Wisdom Sutra in 300 lines)


Translation to chinese by Kumarajiva (Taisho 0235) is the most widely used.

==========================================

Triśatikā Prajñāpāramitā (Prajñāpāramitā dalam 300 śloka), yang lebih dikenal dengan judul “Vajracchedikā Prajñāpāramitā” (Prajñāpāramitā Pemotong Intan Vajra, atau singkatnya "Sūtra Intan"), adalah sebuah sūtra yang menekankan praktek tidak-melekat dan tidak-berdiam pada konsep pemikiran apa pun. Teks ini banyak dibaca dan dipelajari oleh umat Buddhis Mahāyāna, bahkan menjadi salah satu pegangan utama aliran Ch’an. Terjemahannya ke dalam bahasa Tionghoa pertama kali dikerjakan oleh Kumārajīva pada tahun 401 dengan judul Chin-kang po-jo po-lo-mi ching《金剛般若波羅蜜經》, dan merupakan versi terpopuler yang umum dipakai di Asia Timur.

==========================================

Selanjutnya pula, Subhūti, seturut dengan diucapkannya Sūtra ini, bahkan hanya berupa sebait gāthā berbaris empat, maka ketahuilah: tempat tersebut layak dipuja oleh seisi dunia dengan dewa, manusia, dan asuranya, bagaikan sebuah caitya atau stūpa Buddha. Apalagi bila terdapat orang yang mampu menerima, memegang, membaca, dan melafalkan-Nya! — Ketahuilah, Subhūti: orang tersebut telah mencapai Dharma yang tertinggi dan teramat langka. Di tempat mana pun beradanya Sūtra ini, maka di sana terdapat Buddha atau siswa-siswa-Nya yang mulia.

=========================================================


1. English version Translated by the Chung Tai Translation Committee, January 2009

From the Chinese translation by Tripitaka Master Kumarajiva, 5th Century

http://www.mediafire.com/view/xsqa5q9po4iw4vj/diamond_sutra_Chung_Tai_Translation_Committee_2009.pdf


2. English version translated by Buddhist Text Translation Society From the Chinese translation by Tripitaka Master Kumarajiva

with commentary by Master Hsuan Hua.

http://www.mediafire.com/view/le4se1k1ae7fu1y/The_Diamond_Sutra_BTTS_commentary_Hsuan_Hua.pdf


3. English version by Lapis Lazuli Texts, from Taisho 0235

http://www.mediafire.com/download/n35vxqlsme43v9f/T0235_LL_vajracchedika.pdf


4. English version, translated from sanskrit by E. Conze

http://www.mediafire.com/view/ic2jkb9g9afg7uy/diamond_sutra_conze.pdf


5. English version, translated from tibetan by Lobsang Chunzin, Michael Roach.

http://www.mediafire.com/view/0qzcl3aegglzkoy/Diamond_Cutter_Sutra_Lobsang_Chunzin,_Michael_Roach.pdf


6. English version, translated from tibetan by Thubten Tsultrim

http://www.mediafire.com/view/63oc1g7wzte5v6j/vajracutter_tibet-eng_thubten_tsultrim.pdf


7. Versi Indonesia, diterjemahkan dari bahasa inggris oleh Potowa Center

http://www.mediafire.com/view/3sf6jz49uz23er2/Sutra_Pembelah_Intan_Indonesia_POTOWA_Centre_Jun_2011.pdf


8. Versi Indonesia, penerjemah tidak diketahui

http://www.mediafire.com/view/155fde0io5pil10/VAJRACCHEDIKA_PRAJNAPARAMITA_SUTRA_indonesia.docx

Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11 12 ... 79
anything