Pengembangan Buddhisme > Penerjemahan dan penulisan Teks Buddhisme

"Nya"

(1/6) > >>

Mr. Wei:
 _/\_

Kadang kalau kita nulis artikel Dhamma, ada kata2 berakhiran "nya" yang merujuk kepada Sidharta Gautama/Sang Buddha (contoh: "dirinya", maksudnya diri Sang Buddha), perlu gak sih ditulis dalam huruf besar, menjadi "diriNya"... karena ada beberapa buku2 atau artikel yang menggunakan nya huruf besar seperti itu. Apa tidak berlebihan ya? Atau teman2 ada pendapat lain, perlu gak sih?

(maaf bila topiknya gak nyambung dengan penyebaran Dhamma)  ;D

Lex Chan:
Up to you... ;D

Pertanyaan ini mirip dengan, sebaiknya menulis "Buddha" atau "buddha"?
Untung ngga ada "佛" gede dan "佛" kecil.. ^-^

catatan: 佛 (fó) = Buddha

Sunkmanitu Tanka Ob'waci:
Saya setuju kalau Buddha menggunakan huruf besar, karena Buddha adalah gelar. Gelar dalam ejaan yang disempurnakan harus menggunakan huruf besar.

Kalau akhiran nya, tidak tahu. Tapi saya biasa menggunakan akhiran -Nya karena rasa hormat.

Hendra Susanto:
"Nya" menunjukkan rasa hormat

Mr. Wei:
Jadi mendingan ada neh? Kalau gak pake huruf besar aneh gak ya? Habis menurut gw, hormat sih hormat, tapi knapa cuma Buddha/Bodhisatva yang digituin? Kenapa orang tua kita yang kita hormatin gak?

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

Go to full version