Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi > Mahayana

Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?

(1/17) > >>

williamhalim:
Buddha menegaskan bahwa:
"Niat adalah kamma, perbuatan yg didahului oleh niat, itulah kamma"

Pernyataan ini sesungguhnya cukup jelas, namun ternyata bisa menjadi ribet juga..

Bagaimana jika ada yg berpendapat "bisa saja niat baik, tapi belum tentu perbuatannya baik, namun tetap kamma baik loh..."

Dan diambil-lah contoh Boddhisatva yg berniat baik mengorbankan dirinya sendiri untuk makanan binatang kelaparan: ini kamma baik loh, lalu contoh niat mulia ingin pasien koma tidak menderita, lalu mencabut selang, dianggap juga kamma baik, krn motivasi yg bijaksana loh

Jika kemudian dikembangkan ke contoh ekstrim, ternyata jawabannya cukup unik:

:: Perbuatan ibu yg membakar dirinya dan anak2nya krn kesulitan ekonomi dan suaminya masuk penjara
Si ibu meninggalkan surat alasannya: tidak ingin anak2nya menderita malu dan kekurangan makan.
~ Hal ini juga dianggap kamma baik krn motivasinya mulia, sedangkan perbuatan membakar diri dan anak2nya tsb hanyalah perbuatan netral semata..  ::)

:: Lalu contoh lain: Hitler yg menghanguskan ratusan (ribuan?) yahudi, Motivasinya (kita anggaplah) mulia: ingin agar ras Arya dimurnikan. Tapi, apakah perbuatan Hitler tsb baik?
~ Jawabannya: Jika motivasi Hitler adalah benar begitu, maka bisa kamma baik, sedangkan perbuatan itu sendiri adalah netral

:: Perbuatan sy misalnya mencaci maki rekan diskusi saya, krn motivasi sy ingin teman diskusi sy sadar dan mengerti.
~ perbuatan mencaci-maki adalah netral, krn motivasi sy baik, maka saya sedang menimbun kamma-baik loh..

Inti pemikirannya bahwa: Semua perbuatan hanyalah 'tindakan lanjutan' sehingga semua perbuatan adalah netral, niatlah yg menentukan kamma baik/buruk. Perbuatan bisa saja buruk, namun jika niat mulia, maka hal tsb adalah kamma-baik

Bahkan bisa sampai ke kesimpulan: tindakan ibu membunuh anak dan Berdana ke pengemis, dianggap perbuatan yg memiliki nilai yg sama, sama2 bermotivasi baik, dan tindakannya sendiri adalah netral saja...

Sampai disini jadi kelihatan kusutnya, sy jadi berpikir:
- apakah 'niat' yg dimaksud diatas sama dengan cetana yg dimaksud oleh Buddha?
- bedakah 'motivasi' dengan 'niat yg mendahului suatu perbuatan'?

Meskipun ada yg berpendapat ini adalah pola pikir Mahayana, sy masih tetap beranggapan ini adalah konsep pemikiran pribadi, bukan konsep Mahayana


::

Sunya:
Membahas yang begini, cara berpikirnya harus runut (koheren), sehingga logika berpikir tidak terbolak-balik atau berputar-putar di silogisme yang keliru.


--- Quote from: williamhalim on 13 February 2013, 05:31:25 PM ---Buddha menegaskan bahwa:
"Niat adalah kamma, perbuatan yg didahului oleh niat, itulah kamma"
--- End quote ---

Menurut saya, langkah pertama pembahasan, harus didefinisikan dengan jelas dulu, apa itu 'niat' yang dimaksud dalam kalimat di atas.

Yang saya ketahui, ada dua pengertian (dari pembahasan yang sudah-sudah):
1. Niat dalam arti landasan pikiran yang mendahului sebuah perbuatan.
Contoh: Mengambil air di bak mandi, dimulai dari niat mengayunkan tangan menuju gayung untuk mengambil air dalam bak.
2. Niat dalam arti motivasi, maksud atau harapan dalam sebuah perbuatan.
Contoh: Mengambil air di bak mandi, niatnya adalah untuk mandi, membersihkan lantai, atau menyiram kecoak ke kloset, dsb.

Mempersingkat diskusi, dalam pendapat saya, karma vipaka (akibat/buah) sebuah perbuatan adalah kombinasi dari kedua poin tersebut; utamanya dalam Mahayana, kekuatan motivasi lebih mendominasi sebuah perbuatan. Misal: Ketika seorang teroris sedang mau menarik picu senjata atau bom, kita yang berada di dekatnya bisa menabraknya atau mungkin melukainya jika itu diperlukan (ada urgensinya). Tindakan ini (menurut hemat saya), ada dua kategori karma yang berbuah nantinya, yaitu melukai teroris, serta menyelamatkannya dari karma buruk meledakkan bom yang bisa melukai/membunuh puluhan hingga ratusan orang.

Nah, lebih spesifik, dalam upaya seorang bodhisattva, niat dan pikiran yang lurus bisa meminimalisir dampak dari sebuah perbuatan; sehingga karma vipaka dari perbuatannya, lebih dominan di niat dalam pengertian kedua (niat sebagai harapan, maksud, motivasi).

Hal yang lain; perbuatan buruk dan baik yang diketahui awam selama ini, berasal dari doktrin agama, sebagai perbuatan buruk, melanggar sila, berdosa/haram, dlsb.

Maka itu, dalam pengertian lebih luas, semua perbuatan itu cenderung netral, tergantung apa motivasi dibaliknya.

Ini akan menuai pro dan kontra, dipersilakan bagi yang ingin mengemukakan pendapat, malah sangat diharapkan agar mendapatkan pemahaman yang lebih baik untuk kita bersama.

Salam dharma. Semoga diskusi ini bisa berjalan dengan baik. Anumodana sebelumnya.  _/\_

Sunya:
Dalam semua contoh kasus yang diberikan TS (Sdr. William), parameternya mudah saja. Niat bisa saja baik, tapi apa perbuatannya dilandasi dengan lobha, dosa, moha atau tidak? Dari sini bisa disimpulkan sendiri apakah perbuatan itu baik atau tidak baik (sesuai parameter agama Buddha). Di luar semua konsep (termasuk agama Buddha), tindakan itu sendiri netral (tergantung dilihat dari sudut pandang apa), dan dalam pengamatan momen ke momen, sebuah perbuatan itu bisa terjadi karena dasar/landasan/sebab. Tidak mungkin (mustahil) sebuah perbuatan hanya murni dari niat pelaku saat itu. Ini yang dimaksud (dalam Mahayana, jika boleh saya wakili/aspirasikan) semua perbuatan itu netral, sebab merupakan rentetan dari sebab-sebab lalu, tercipta karena ada landasannya (dalam bahasa lebih mudah, semua perbuatan ada alasannya).

Semoga rekan William bisa mengerti, silakan bertanya atau mengoreksi jika ada kekeliruan.

Salam bahagia dalam dharma.  _/\_

seniya:
Suatu perbuatan dinilai baik atau buruk, menurut pandangan Buddhisme secara umum, berdasarkan 3 faktor:
1. Apakah perbuatan tsb dilandasi dengan kehendak yg baik (alobha, adosa, amoha) atau buruk (lobha, moha, dosa).
2. Apakah perbuatan tsb bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
3. Apakah perbuatan tsb membawa pada tujuan akhir Nibbana atau tidak (sesuai dg JMB8 atau tdk).

Kalo kasus yg diberikan TS baru memenuhi faktor pertama, tapi jika faktor kedua dan ketiga tdk terpenuhi, masih dinilai perbuatan yg buruk jika merugikan diri sendiri dan org lain serta tdk membawa pada Nibbana....

Top1:
Ibu yang Membunuh anak bagaimana bisa dikatakan sebagai perbuatan baik.
Niat membunuh anak supaya anak-anaknya tidak malu dan kekurangan makan adalah perbuatan yang dilandasi Moha.

Hitler yang membunuh kaum Yahudi untuk memurnikan sebuah aras itu jelas Loba yaitu ingin menonjolkan kehebatan ras sendiri.

Menurut saya contoh2 di atas tidak masuk satu pun faktor perbuatan baik.

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

Go to full version