14. Tanya:
Than Acharn pernah mengajarkan bahwa samatha atau samadhi dan vipassana atau panna merupakan satu kesatuan. Harap Acharn menerangkan kembali.
Jawab:
Sebenarnya hal ini amat mudah dimengerti. Samatha atau samadhi dan vipassana atau panna haruslah saling berhubungan dan saling mendukung. Pada awalnya batin mencapai ketenangan dengan samatha bhavana. Dengan berdasarkan ketenangan ini batin melaksanakan penganalisaan yang menghasilkan panna. Panna (kebijaksanaan) inilah yang bisa membuat batin hening di saat menutup mata maupun berada dalam keramaian.
Kita ibaratkan, dulu Anda adalah seorang anak, tapi kini sebagai orang dewasa. Anak dan orang dewasa tersebut sebagai seorang yang sama atau tidak? Anda mungkin berpikir bahwa keduanya adalah orang yang sama. Di lain sisi, mungkin Anda akan berpikir bahwa keduanya adalah orang yang berbeda.
Satu ibarat lagi, seperti makanan dan kotoran [tahi]. Bisa dikatakan sesuatu yang sama. Namun di sisi lain bisa dikatakan sebagai sesuatu yang berbeda.
Persoalan ini sama dengan samatha dan vipassana.
Bisa dikatakan berbeda, bisa pula tidak, tapi tetap saling ada kaitannya. Merupakan suatu proses [arus] yang tak terelakkan. Bisakah orang dewasa muncul, bila tidak menjadi anak lebih dulu? Adakah kotoran [tahi] bila tak ada makanan yang dimakan?
Bagaimanapun, jangan hanya percaya pada apa yang Saya katakan. Laksanakanlah sendiri, Anda akan tahu kebenarannya. Bila Anda telah mengetahui dan mengerti bagaimana samadhi <melalui samatha> dan panna <melalui vipassana> muncul, Anda akan bisa mengetahui kesunyataan yang sebenarnya.
Masa kini, MASYARAKAT BUDDHIS SEDANG TERIKAT DAN MELEKAT PADA NAMA DAN SEBUTAN. Ada yang menyebut meditasi mereka dengan nama 'Vipassana', maka samatha pun terinjak-injak [baca: tidak dihargai]. Telah diterangkan, samatha dan vipassana bukanlah sesuatu yang bisa dipisah-pisahkan. Kita tak perlu pusing dengan pengkotak-kotakan semacam itu. Laksanakan ajaran dengan baik, maka Anda akan tahu sendiri.
Berusahalah untuk mencapai konsentrasi yang memusat [ekaggata]. Dengan landasan yang kokoh ini, periksa dan analisa diri sendiri. Jangan terikat pada konsentrasi yang memusat [jhana] yang akan bisa membuat Anda terlarut dan terbuai.
15. Tanya:
Kenapa kita harus melaksanakan dhutanga, misalnya hanya makan satu kali sehari dan hanya makan makanan yang ada di dalam pata [mangkuk kebhikkhuan] ?
Jawab:
Kedisiplinan dalam dhutanga adalah sarana bagi kita untuk menghancurkan kilesa. Misalnya, kebiasaan makan dengan pata, semua jenis makanan dicampur/diaduk di dalam pata, membuat sati kita semakin kokoh. Kita bisa mengingat dengan baik, bahwa makanan adalah sama dengan obat penyembuh penyakit, bukan sesuatu yang dinikmati menuruti kilesa. Bila seseorang telah mampu mengatasi kilesa, tentu tak berkeberatan untuk makan makanan yang telah dicampur aduk di dalam pata. Makan dengan cara apa pun tak nenjadi soal baginya. Kita melaksanakan cara-cara yang mudah dan sederhana.
Sang Buddha tidak mengharuskan pelaksanaan dhutanga ini bagi semua bhikkhu. Beliau mengajarkan dhutanga bagi bhikkhu-bhikkhu yang menginginkan hasil yang cepat dengan pelaksanaan praktek yang ketat dan keras. Itu semua guna membantu batin kita semakin kokoh dan mantap.
Semua tata tertib dhutanga itu untuk dilaksanakan, bukan untuk mencari kelemahan orang lain. Lihatlah diri sendiri, apa yang bermanfaat bagi diri Anda. Misalnya membiasakan diri tidak tinggal menetap terlalu lama di satu tempat [kuti], agar tak terikat dan melekat pada tempat tinggal.
16. Tanya:
Bagaimanakah caranya mengatasi kamaraga (nafsu seks) saat kita melaksanakan patipatti Dhamma? Kadang kala Saya merasa sebagai budak dari nafsu seks yang sedang muncul.
Jawab:
Kamaraga bisa diatasi dengan merenungkan tentang hal yang kotor dan menjijikkan. Terbuai pada bentuk badan jasmani yang indah merupakan salah satu sisi yang ekstrim. Harus dilawan dan diatasi dengan sesuatu yang berlawanan, yaitu ketidakindahan. Renungkan badan jasmani yang telah menjadi mayat serta perubahan-perubahan nya selajutnya. Membengkak, membusuk, mengeluarkan cairan dan seterusnya, hingga mengetahui dengan benar kondisi tubuh yang menjijikkan ini. Dengan begitu kamaraga akan segera teratasi.
17. Tanya:
Bagaimana pula bila muncul kemarahan?
Jawab:
Anda harus sering mengembangkan perasaan welas asih (metta Dhamma). Bila muncul dosa (kemarahan) di saat Anda melakukan bhavana, atasi dengan metta. Bila ada yang marah atau berbuat kejelekan pada Anda, jangan membalas dengan tindakan yang sama. Bila Anda membalasnya, berarti Anda lebih jelek daripadanya. Berbuatlah bijaksana. Maklumilah dia. Kasihanilah dia, sebab dia sedang mendapatkan dukkha. Kasihanilah dia seperti mengasihani adik Anda yang tercinta.
Pergunakan metta sebagai objek bhavana. Juga kembangkan metta pada semua makhluk di dunia. Hanya dengan begitu kebencian dan kemarahan bisa diatasi.
Terkadang Anda melihat kawan bhikkhu melakukan patipatti Dhamma yang kurang benar, membuat Anda gemas dan terganggu. Mungkin anda akan berpikir: "Dia tidak sehebat Saya. Dia bukanlah seorang bhikkhu dhutanga yang keras seperti Saya. Dia bukanlah bhikkhu yang baik." Ini adalah kilesa yang membuat batin Anda menjadi kelam. Itu akan membuat berkembangnya kilesa yang membuat batin Anda menjadi suram dan kumal. Dalam hal ini Anda tak perlu membuat perbandingan antara Anda dan dia. Jangan membedakan antara dia dan kita. Buanglah pandangan salah itu, dan perhatikan diri sendiri. Inilah jalan Dhamma kita. Anda tak akan mampu memaksa semua orang berlaku seperti yang Anda kehendaki dan seperti yang Anda lakukan. Keinginan semacam ini hanya akan menimbulkan dukkha. Banyak praktisi bhavana yang terseret dan berpandangan salah seperti ini.
Mencari kesalahan orang lain tak akan menimbulkan panna (kebijaksanaan). Renungkan dan analisa yang ada pada diri Anda, perasaan Anda, maka Anda akan mengerti.
18. Tanya:
Suatu kali Saya merasa amat lesu dan amat mengantuk, membuat Saya merasa kesulitan dalam bhavana.
Jawab:
Banyak cara untuk mengatasi rasa mengantuk. Bila Anda duduk di tempat yang remang-remang atau gelap, pergilah ke tempat yang terang, atau buka mata lebar-lebar, bangun dan cuci muka. Boleh juga tepuk-tepuk muka sendiri, atau pergi mandi. Bila Anda masih merasa mengantuk, gantilah posisi dengan bhavana berjalan, atau berjalanlah mundur. Rasa takut terantuk sesuatu<pohon misalnya>, mungkin bisa menghilangkan rasa kantuk.
Bila masih juga mengantuk, cobalah berdiam diri. Buatlah pikiran jadi segar dan bersemangat dengan cara membayangkan saat itu adalah tengah hari yang terang dan cerah. Atau duduklah di tepian jurang yang curam dan dalam, boleh juga di tepian kolam yang dalam. Dengan begitu, Anda tak berani untuk terlelap. Bila berbagai cara telah Anda lakukan dan Anda tetap merasa mengantuk, ya pergi tidur saja, karena berarti Anda memang perlu tidur. Namun Anda sebaiknya tetap berusaha untuk membangkitkan semangat. Baringkan tubuh Anda dengan tetap berusaha mengembangkan sati, hingga Anda terlelap dengan sendirinya.
Begitu terbangun dan kesadaran muncul, segeralah bangkit dari tidur. Jangan
sekali-sekali menengok jam atau membalikkan tubuh ke kanan dan ke kiri. Bangkitlah, segera kembangkan sati.
Bila Anda mempunyai kebiasaan mengantuk di setiap harinya, cobalah kurangi jumlah makan yang Anda konsumsi. Perhatikan dengan seksama. Saat kira-kira lima suapan lagi akan merasa kenyang, berhentilah! Lalu, minumlah air hingga merasa 'cukup' kenyang. Selanjutnya, perhatikan diri Anda hingga tahu berapa banyak makanan yang harus Anda konsumsi agar kebiasaan mengantuk itu hilang.
Anda harus tahu perkiraan tentang makan bagi Anda sendiri. Bila Anda berhasil, tubuh dan pikiran Anda akan terasa ringan dan nyaman, walau hanya dengan sedikit makanan. Anda harus mampu mengubah diri sendiri.
19. Tanya:
Kenapa kita di sini harus sering melakukan namakkara?
Jawab:
Namakkara ini amat penting dilakukan. Merupakan salah satu perbuatan tubuh dalam pelaksanaan Dhamma. Namakkara ini harus dilakukan dengan cara yang benar. Berlutut, membungkukkan badan hingga kening menyentuh lantai. Bersamaan dengan itu letakkan siku di lantai pula dengan jarak kurang lebih tiga inci dari lutut. Namakkara dilakukan dengan pelan-pelan, tidak terlalu cepat dan selalu disertai dengan sati yang baik dan cermat. Namakkara amat membantu dalam mengikis kesombongan diri. Saat Anda melakukan namakkara sebanyak tiga kali, Anda harus mengenang keluhuran Sang Buddha, Dhamma dan Sangha sebagai ciri-ciri keluhuran batin yang suci, cemerlang dan hening. Perilaku tubuh ini bermanfaat untuk melatih diri. Tubuh dan batin berpadu dalam melatih kemuliaan. Dalam melatih diri menuju kemuliaan, tak perlu Anda menilai bagaimana orang lain melakukannya.
Bila ada samanera kecil tak bersungguh-sungguh melakukan namakkara atau ada seorang bhikkhu tua yang telah lemah satinya [penyadaran] , bukan hak Anda memvonisnya. Karena ada orang yang cepat mengerti dalam belajar, ada pula yang lambat. CEPAT MEMVONIS PERILAKU ORANG LAIN, HANYA AKAN MENAMBAH KEKOTORAN BATIN. Perhatikan diri sendiri terlebih dahulu.
Dengan seringnya kita namakkara, bisa membasmi kesombongan agar bisa memasuki Dhamma. Anda akan menjadi orang yang rendah hati, karena telah bebas dari perasaan sombong dan mementingkan diri sendiri.
20. Tanya:
Apakah yang biasanya menjadi halangan dan penghambat bagi murid-murid baru Acharn?
Jawab:
Ditthi, yaitu pandangan dan pemikiran yang berhubungan dengan segala sesuatu mengenai diri sendiri, mengenai patipatti dan mengenai ajaran Sang Buddha pada umumnya. Banyak dari mereka yang datang ke sini adalah orang-orang yang terhormat dalam masyarakat. Ada pula pedagang atau pengusaha yang berhasil, sarjana, guru atau pegawai negeri. Kepala mereka penuh dengan pandangan dan pemikiran yang hebat dan merasa telah pandai untuk mau mendengar kata-kata orang lain.
Ibarat sebuah mangkuk yang penuh dengan air kotor, maka mangkuk tersebut tak bisa dimanfaatkan dengan baik. Hanya dengan membuang air kotor dari dalam mangkuk, kita bisa memanfaatkan mangkuk tersebut. Anda harus mengosongkan pikiran dari pandangan dan pemikiran kotor bila Anda ingin belajar dan maju.
Latihan kita ini di luar dari kepandaian dan kebodohan. Bila Anda berpikir:"Saya adalah orang hebat. Saya adalah hartawan, Saya adalah orang besar, Saya telah mengerti ajaran Sang Buddha", Anda tak akan mampu mengerti tentang kebenaran anatta atau tanpa inti. Anda hanya bisa melihat adanya 'diri'. Diriku, milikku. Buddha sasana mengajarkan tanpa diri, hampa, tanpa dukkha sebagai suatu kepadaman [Nibbana].
21. Tanya:
Kilesa yang membuat batin berkabut dan suram, seperti lobha (keserakahan) atau kemarahan merupakan sesuatu yang maya ataukah sesuatu kebenaran?
Jawab:
Kedua-duanya. Kekotoran batin atau kilesa, yaitu lobha (keserakahan), dosa / kodha (kemarahan) dan moha (kebodohan/kesesata n) hanyalah merupakan sebutan atau nama yang telah disetujui bersama, seperti mangkuk besar, mangkuk kecil dan lain-lain. Ini merupakan sesuatu yang bukan sebenarnya.
Hanya merupakan suatu hasil pemikiran yang mengikuti suatu keinginan. Bila kita sedang mambutuhkan sebuah mangkuk besar, mangkuk yang ukurannya lebih kecil kita katakan 'terlalu kecil'.
Tanha (keinginan) membuat kita membanding-bandingk annya dan memberi sebutan. Hal yang sebenarnya adalah: begitulah apa adanya benda-benda itu!
Cobalah Anda berpikir pada sisi ini. Anda seorang laki-lakikah? Anda menjawabnya: "Ya." Ini hanyalah merupakan sebuah penampakan. Yang sebenarnya adalah, Anda hanyalah merupakan suatu susunan dari berbagai unsur yang berpadu. Bila batin telah terbebas, batin tak akan mengadakan pemisahan-pemisahan atau perbandingan- perbandingan. Tak ada besar, tak ada kecil, tak ada dia, tak ada kita. Tak ada apa-apa. Anatta, tak ada diri. Kebenaran akhir akan muncul, tak ada atta maupun anatta. Yang ada hanyalah sebutan.
22. Tanya:
Mohon Than Acharn menerangkan tentang kamma.
Jawab:
Kamma disebut juga perbuatan. Perbuatan ini muncul karena adanya keterikatan atau kemelekatan terhadap kaya (badan jasmani), vaci (ucapan) dan mano (pikiran). Perbuatan akan dilakukan bila masih ada kemelekatan atau keterikatan. Kita melakukan perbuatan hingga terbiasa, yang membentuk suatu karakter/sifat dan menyebabkan dukkha di kemudian hari. Ini sebagai akibat dari kemelekatan tersebut.
Kilesa yang membuat batin kotor dan suram telah muncul dan ada sejak kehidupan lampau. Kemelekatan membuat kita berbuat kamma. Contohnya, sebelum ditahbis menjadi bhikkhu, Anda adalah seorang pencuri. Perbuatan yang Anda lakukan membuat si pemilik barang menjadi tidak senang. Bukan itu saja. Ayah bunda Anda pun tidak merasa senang. Kini Anda sebagai seorang bhikkhu. Setiap kali Anda terkenang akan perbuatan Anda yang membuat orang lain berduka, Anda pun merasa tak nyaman, menyesal dan berduka.
Oleh karena itu harap dicamkan, kaya kamma (perbuatan yang dilakukan oleh tubuh), vaci kamma (ucapan) dan mano kamma (pikiran) merupakan suatu penyebab munculnya hasil di hari mendatang. Bila Anda pernah berbuat kebajikan di masa lalu dan Anda mengenangnya di masa ini, Anda akan merasa berbahagia. Kebahagiaan merupakan buah dari perbuatan masa lalu. Segala sesuatu tergantung dari sebab dan akibat, dalam jangka panjang maupun pendek. Bahkan di setiap saat.
Namun dalam melaksanakan bhavana, Anda tak perlu berpikir tentang masa lalu, sekarang maupun yang akan datang. Hanya perhatikan dan renungkan badan jasmani dan pikiran. Renungkan hingga melihat dan tahu kebenaran tentang kamma dengan jelas dan terang. Dan jangan lupa, jangan mencari kesalahan yang diperbuat orang lain. Jangan ikut berduka atas duka orang lain.
Renungkan dan terimalah ajaran yang baik dari guru Anda. Anda akan mampu mencapai ketenangan batin seperti sang guru. Walau saat ini belum begitu mengerti dan memahami, namun bila Anda laksanakan dengan baik, Anda akan mencapai penerangan setahap demi setahap.
Dulu ketika kita masih kanak-kanak, ibu dan ayah kita menerapkan peraturan-peraturan yang kadang kita anggap terlalu keras. Padahal, semua itu <sebenarnya> karena beliau sayang pada kita.
Memerlukan waktu yang cukup lama bagi kita untuk menyadari hal itu.
Begitupun dengan guru kita. Kadang mereka keras dan galak pada kita, membuat kita merasa tak senang dan jengkel. Namun lama kelamaan, di kemudian hari, baru kita tahu dan mengerti kenapa kita dimarahi. Dan itu perlu waktu yang cukup lama serta kesabaran untuk menyadarinya.
Namun bagi orang yang merasa cepat pandai dalam waktu singkat, justru tak akan ada kesempatan untuk menjadi pandai dan mengerti.
Anda harus segera membuang rasa 'sok pintar' dari diri Anda. BILA ANDA MERASA LEBIH PINTAR DARI ORANG LAIN, HANYA DUKKHA YANG AKAN ANDA TERIMA. Anda patut untuk dikasihani.
23. Tanya:
Saya berpikir, sejak ditahbis menjadi bhikkhu, saya hanya menemui kesedihan
dan kesulitan dibandingkan sebelumnya.
Jawab:
Saya pikir, di antara kalian mempunyai latar belakang yang menyenangkan, mempunyai harta berlimpah dan mempunyai kebebasan yang luas. Kalau dibandingkan dengan saat ini <sebagai seorang bhikkhu>, Anda harus berlatih mengendalikan diri dan hidup dalam kesederhanaan. Ditambah lagi, Saya mengharuskan Anda untuk duduk bhavana selama berjam-jam. Kondisi udara dan makanannya amat jauh berbeda dengn rumah dan kota Anda.
Namun semua orang haruslah melewati kesulitan dan derita, sedikit atau banyak. Kesulitan dan derita demi menuju padamnya dukkha. Merupakan sarana bagi Anda untuk belajar dan berlatih. Bila muncul kemarahan dan kejengkelan atau muncul perasaan kasihan pada diri sendiri, itu merupakan kesempatan yang amat baik untuk berlatih agar mengerti perihal batin. Sang Buddha pun mengatakan, kilesa bisa menjadi guru bagi kita.
Saya menganggap murid-murid Saya sebagai anak-anak Saya. Saya selalu sayang dan menaruh harapan baik [metta] pada Anda sekalian. Bila dirasa Saya menyebabkan Anda susah dan berduka, itu demi kepentingan dan kebaikan Anda.
Saya tahu, di antara kalian ada yang berpendidikan rendah, mempunyai pengetahuan dan pengalaman duniawi sedikit, tapi mampu berlatih Dhamma dengan mudah. Ada pula orang barat di antara kalian, yang biasanya mempunyai rumah besar dan mewah. Ia harus menyapu, menggosok dan mengepel ruang-ruang yang luas, misalnya dapur, perpustakaan dan lain-lain. Ia harus bekerja keras untuk itu. Dan itu harus Anda mengerti.
Ketika Saya masih sebagai bhikkhu muda, Saya tak menemui kesulitan yang berarti seperti Anda. Saya berbicara dengan bahasa daerah Saya. Saya makan makanan kampung Saya. Namun begitu, kadang-kadang muncul perasaan menyesal dan ingin lepas jubah. Pernah pula sampai ingin bunuh diri. Saya berduka. Duka ini muncul akibat dari pandangan yang salah. Bila Anda telah menembus kebenaran [sacca Dhamma], Anda akan bisa membuang pandangan salah tersebut dan menemui kebahagiaan.
24. Tanya:
Saya telah mencapai ketenangan yang dalam. Sesudah itu, apa yang harus Saya lakukan?
Jawab:
Bagus. Batin telah menjadi tenang dan mencapai samadhi. Dengan landasan samadhi ini, lakukan penganalisaan dan perenungan terhadap badan jasmani dan citta. Kalaupun batin kemudian keluar dari ketenangan, ketahui dan sadari dengan baik. Anda akan mampu masuk ke dalam samadhi dengan baik kembali. Apa sebab? Anda telah mengetahui tentang ketidaktetapan. Ketenangan pun mempunyai sifat yang tidak kekal. Bila Anda terikat dan terbuai dalam ketenangan, Anda akan merasa duka bila batin tak berhasil masuk ke dalam ketenangan. Maka dari itu, lepaskan semuanya, termasuk keterikatan pada ketenangan.
25. Tanya:
Saya dengar Than Acharn pernah merasa khawatir pada murid-murid yang terlalu bersemangat dalam latihan.
Jawab:
Benar. Saya mengkhawatirkan mereka yang terlalu bersemangat. Mereka terlalu berusaha, tapi kurang menggunakan panna. Mereka terlalu memaksakan diri hingga menderita tanpa guna. Ada pula yang mempuyai keinginan yang terlalu besar untuk mencapai penerangan hingga seolah selalu tegang, gelisah dan menggeretakkan gigi. Dengan begini, mereka tak akan mampu melihat kesunyataan dari segala sesuatu yang bersifat sankhara.
Citta (batin) dan rupa (badan jasmani) adalah sesuatu yang selalu berubah. Perhatikan dan teliti dengan cermat. Jangan melekat padanya.
26. Tanya:
Sudilah Than Acharn memberi kesimpulan atas tanya jawab kali ini.
Jawab:
Anda harus memperhatikan diri sendiri di dalam berlatih. Mengetahui siapakah Anda. Merenngkan badan jasmani (kaya) dan batin (citta) dalam duduk bhavana, berjalan, berbaring, makan, minum dan lain-lain. Anda harus mengetahui kebutuhan sederhana Anda. Gunakan kebijaksanaan dan buang harapan-harapan untuk mendapatkan hasil. Gunakan penyadaran jeli [sati] di dalam melakukan segala perbuatan dan pekerjaan. Latihan kita adalah langsung masuk ke dalam batin.
Anda akan melihat dukkha, penyebab dukkha dan padamnya dukkha. Namun Anda harus mempunyai ketahanan dan kesabaran yang tinggi. Jangan cepat marah, karena seorang pemarah tak akan mampu mencapai suatu ketenangan, apa lagi keluhuran. Dengan begitu akan muncul pengetahuan dan pengertian secara bertahap.
Sang Buddha mengharuskan setiap bhikkhu baru bertinggal bersama acariya minimal lima tahun. Anda akan tahu manfaatnya. Anda akan tahu manfaat kesabaran dan pengorbanan. Jangan terlalu tegang dalam melakukan bhavana. Jangan terikat dan terbuai pada keadaan dan bentuk-bentuk luar yang bersifat maya.
Vinaya kebhikkhuan dan tata tertib vihara yang baik merupakan hal yang sangat penting. Jangan menbanding-bandingk an dan membedakan orang lain
dengan diri kita. Kita tak akan berhasil mengubah orang lain agar seperti kita.
Bersabarlah dan berusahalah agar batin dipenuhi oleh Dhamma, bertinggal dalam kesederhanaan demi bebasnya dari pandangan yang mementingkan diri sendiri, menuju keheningan dan kedamaian.