mohon anda copaskan ke sini pernyataan "teman saya" bahwa "di dunia ini tidak ada kesempurnaan" agar saya bisa lebih memahami konteksnya.
Komentar bro Alucard di reply 21:
Tidak ada didunia ini yang nama nya sempurna, kesempurnaan hanyalah sebuah persepsi pikiran manusia. Manusia berpikir untuk menjadi sempurna tetapi yang dia dapat hanya ketidak puasan. Tolak ukur seseorang untuk melakukan kebaikan adalah kebenaran itu sendiri. Saya selalu diajarkan untuk berbuat benar dari kesalahan kesalahan yang saya lakukan. Seperti yang tertuang di jalan mulia beruas 8 semua itu adalah cara untuk mencapai pencerahan. Pertanyaan saya pencerahan apa yang ada tanyakan seperti buddha kah? Atau hanya sebatas sotapanna?
dari mana anda mendapatkan definisi ini bahwa orang makan artinya masih memiliki nafsu? Dalam Buddhisme, seorang dikatakan tercerahkan bukan berarti lantas berubah jadi batu atau kayu. boleh tau bagaimana definisi "tercerahkan" dalam paham anda?
Baik, saya akan coba sampaikan pemikiran saya:
Sidharta dalam Empat Kesunyataan Mulia poin ke (2) mengatakan bahwa "penderitaan disebabkan oleh nafsu". Nah, apakah "ketiadaan makanan" bisa membuat seseorang menderita? Ya, maka dapat disimpulkan bahwa "kebutuhan akan makan" juga termasuk nafsu.
Jika ingin konsisten kepada definisi Sidharta, maka "nafsu" hendaknya tidak hanya dipersempit pada sesuatu yang berkaitan dengan keserakahan, keinginan, dll, tetapi juga
segala sesuatu yang bisa mendatangkan penderitaan, termasuk "kebutuhan akan makan".Namun, jika "kebutuhan akan makan" ternyata termasuk "nafsu", bagaimana mungkin Sidharta mencapai pencerahan? Padahal ia masih perlu makan selama 45 tahun lagi?
Maka, hanya ada dua kemungkinan di sini:
1. Sidharta tidak mencapai pencerahan, atau
2. Pernyataan Sidharta di Empat Kesunyataan Mulia poin (2) itu salah.
Nah, dilema kan bro?