Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi > Mahayana

Avalokitesvara (Guanyin) benar-benar adalah Bodhisattva Buddhis!!

<< < (2/32) > >>

GandalfTheElder:
Q: Miao Shan adalah legenda Taois. Benarkah demikian?
Tidak sepenuhnya benar. Karena sebenarnya legenda Miao Shan yang tertua berasal dari agama Buddha sendiri dan mungkin juga mendapat pengaruh dari agama Tao. Tapi kalau dibilang legenda Miao Shan berasal dari agama Tao, maka saya tidak setuju. Rujukan utama saya dalam menjawab pertanyaan ini adalah buku The Legend of Miaoshan Oleh Glen Dudbridge.
Legenda Miao Shan baru termaktub dalam kitab suci agama Tao pada saat Dinasti Ming (1368-1644 M) yaitu kitab Sou Shen Ji. Memang kitab  Sou Shen Ji disebutkan dikarang oleh Gan Bao pada tahun 320 M, namun Sou Shen Ji diedit lagi pada Dinasti Ming dan jumlahnya menjadi 20 volume. Oleh para sejarawn diduga beberapa kisah dari Sou Shen Ji tidak ditulis sendiri oleh Gan Bao.

Sou Shen Ji yang muncul pada saat Dinasti Ming ada 2 macam yaitu Zengbu Sou Shen Ji dan Sou Shen Da Quan. Sou Shen Da Quan menyebutkan bahwa Miao Shan adalah reinkarnasi dari Shi Shan, anak ketiga dari Grhapati Shi Qin di Jiuling Guzhu.

Dalam versi Soushen Guangji dari Dinasti Yuan yang lebih awal sama sekali tidak ada kisah mengenai Guanyin. Kisah Guanyin hanya dan baru ada dalam Zengbu Sou Shen Ji dan Sou Shen da Quan dari zaman Dinasti Ming. Kisah Guanyin (Miao Shan) dalam Zengbu Soushenji didasarkan pada kisah yang dituturkan oleh Guan Daosheng dan Xiangshan baojuan. Sou Shen Da Quan juga mirip dengan Nan Hai Guanyin Zhuanquan. Boleh dibilang Nan Hai Guanyin Zhuanquan didasarkan atas Sou Shen Da Quan dan Xiangshan Baojuan.

Sedangkan kisah Miao Shan sendiri telah muncul pada masa Dinasti Song. Hal ini bisa dilihat pada inskripsi teks yang menceritakan kisah Miao Shan yang ditulis pada tahun 1100 M di Vihara Xiangshan oleh Jiang Zhiqi. Tahun 1104, Bhiksu dari Vihara Tianzhu bernama Daoyu mendirikan kembali inskripsi tersebut. Pada tahun 1126 M, perdana menteri Cai Jing mengukir isi teks tersebut pada sebuah batu dan menjadi sebuah inskripsi. Jiang Zhiqi mendengar kisah Miao Shan tersebut dari Huaizhou, Bhiksu Kepala dari Vihara Xiangshan.

Selain itu salah satu teks tertua tentang kisah Miao Shan ada dalam Longxing Fojiao Biannian Tonglun yang ditulis oleh Bhiksu Zuxiu pada tahun 1164 M. Adapun kisah yang ditulis dalam kitab Longxing, Xiangshan baojuan serta inskripsi oleh Jiang Zhiqi semuanya berkaitan dengan pendiri aliran Lu(Vinaya) yaitu Dao Xuan.

Pada tahun 1306 M, Dinasti Yuan, Guan Daosheng, istri dari Zhaou Mengfu, menulis Guanshiyin Pusa Zhuanluo, satu lagi biografi Miao Shan. Xiangshan Baojuan (Kitab Pusaka dari Xiangshan) yang ditulis sebelum 1500 M sendiri mengambil dasar cerita Miao Shan dari inskrpsi yang ditulis oleh Jiang Zhiqi dan Longxing Fojiao Biannian Tonglun. Perlu diketahui juga yaitu kisah Miao Shan yang sekarang ini banyak berdasarkan kisah yang ada dalam Xiangshan Baojuan.

Bahkan website Tao terkemuka yaitu Taoism.org.hk pun mengakui bahwa Guanyin berasal dari agama Buddha dan kemudian diadopsi oleh agama Tao untuk memenuhi kebutuhan para umat serta konsep Tridharma yang sudah banyak dianut zaman tersebut. Maka dari itu pandangan yang menyatakan Guanyin berasal dari agama Tao adalah salah kaprah.

Keterkenalan Guanyin di Tiongkok bahkan jauh sebelum wujud wanitanya menjadi terkenal. Wujud wanita Guanyin menjadi terkenal di Tiongkok baru mulai sekitar 1000 M. Sedangkan mukjizat-mukjizat, kisah dan keterkenalan Guanyin telah muncul jauh sebelum masa 1000 M, yaitu:

1.   Pada tahun 519 M ditulis Gaoseng zhuan yang  di dalamnya berisi banyak kisah Guanyin
2.   Pada masa Dinasti Han Akhir (220 M) sampai Dinasti Sui (581 M) banyak sekali mukjizat berkenaan dengan Guanyin
3.   Pada abad ke-5 M ditulis Mingxiangji telah disebutkan mukjizat Guanyin memberikan anak.
4.   Pada tahun 668 M muncul Fayuan Zhulin yang di dalamnya juga banyak kisah-kisah mukjizat Guanyin.

Oleh karena itu dapat dilihat bahwa Guanyin telah terkenal di Tiongkok sebelum wujud wanitanya menjadi terkenal.

 _/\_
The Siddha Wanderer

GandalfTheElder:
Q: Pendamping Guanyin yaitu Shancai dan Longnu berasal dari Jintong dan Yunu, pendamping Yuhuang Dadi. Apakah benar demikian?
A: Mungkin memang ada pengaruh. Namun Shancai sendiri sebanarnya adalah Sudhana dalam Gandavyuha Sutra (Avatamsaka Sutra) dan Longnu adalah Nagini dari Saddharmapundarika Sutra. Jadi Shancai dan Longnu keduanya berasal dari dan ada dalam Tripitaka Buddhis, bukan sekedar cerita Tionghoa saja.

Q:Adakah faktor lain yang mendukung pernyataan bahwa Guanyin adalah murni Buddhis?
Tentu saja ada. Berdasarkan tulisan Yu Chun-fang, sejarawan Guanyin yang terkemuka, disebutkan bahwa warna kuning adalah karakteristik dari agama Tao. Sedangkan warna putih adalah karakteristik dari seorang umat Buddhis awam. Sebagaimana kita tahu, umat Buddhis awan sejak zaman Sang Buddha selalu digambarkan memakai baju putih dan tradisi ini masih berlanjut sampai sekarang di Thailand. Oleh karena itulah, menurut Yu Chun Fang, Guanyin yang Berjubah Putih (Baiyi Guanyin) mengindikasikan bahwa Guanyin tidak berasal dari agama Tao.

Di agama Tao sendiri, menurut kitab Taochiao Lingyen chi yang disusun oleh Tao Kuangting (850-933 M), “orang berbaju kuning” sering muncul dalam mimpi ataupun penglihatan. Hal ini mirip dengan penampakan “orang berbaju putih” dalam agama Buddha, yang tak lain adalah Baiyi Guanyin. Oleh karena itu jelaslah, dengan didukung pernyataan sejarawan, bahwa Baiyi Guanyin BUKAN Dewi agama Tao.

Apalagi warna putih dalam kebudayaan Tionghoa sering diasosiasikan dengan kematian. Sedangkan Guanyin dengan jubah putihnya lebih sering diasosikan dengan kehidupan (Pemberi Anak, dsb).

 _/\_
The Siddha Wanderer

GandalfTheElder:
Q:Apakah berlindung pada Avalokitesvara berarti tidak berlindung pada Buddha, Dharma dan Sangha?
A: Hanyalah umat Buddhis yang diliputi ketidaktahuan yang menyatakan demikian.
Perlindungan pada Buddha, Dharma, Sangha dapat dilihat pada Dharani maupun Mantra dari Avalokitesvara Bodhisattva.

Menurut paham Mahayana dan Vajrayana:
Semuanya pada mulanya berasal dari Adi Buddha (sebutan2 lainnya: Dharmakaya - Dhammakaya - Vajradhara - Samantabhadra - Svayambhu - Nirvana - Mahavairocana). Dari Adi Buddha muncullah Panca Dhyani Buddha (Vairocana, Akshobya, Ratnasambhava, Amitabha dan Amogasiddhi). Dari Amitabha muncullah Dhyani Bodhisattva Padmapani (Avalokitesvara). Avalokitesvara Bodhisattva "memantulkan" diri pada Amitabha Buddha dalam bentuk manusia, yaitu Sakyamuni Buddha.

Jadi, Sakyamuni Buddha = Amitabha Buddha = Avalokitesvara Bodhisattva
Amitabha Buddha dan Avalokitesvara Bodhisattva adalah Sambhogakaya daripada Sakyamuni Buddha (Buddha Gotama). Sedangkan Sakyamuni Buddha adalah Nirmanakaya (Manushi Buddha) dari Amitabha dan Avalokitesvara.

Sakyamuni Buddha adalah pengejawantahan welas asih Sang Bodhisattva Avalokitesvara. Dan Avalokitesvara Bodhisattva adalah simbolisasi dari hati yang welas asih (Metta Karuna) dari Sang Buddha Gotama.

Dalam Arya Ekadasa-mukha Dharani yang diambil dari Sutra Dharani
Tantra Avalokitesvara 11 wajah:

Kutipan sebagian Dharani:
namo ratna trayaya
nama arya jnana sagara, vairocana.....

Dalam kalimat pembuka disebutkan: "Namo ratnatrayaya", yang artinya adalah Terpujilah Tiga Permata (Buddha, Dharma, Sangha). Ekadasamukha adalah salah satu dari 6 wujud utama Avalokitesvara

Dalam Cintamani Cakravartin Dharani juga disebutkan mengenai perlindungan pada Buddha, Dharma, Sangha (Namo ratnatrayaya).

Kutipan sebagian Dharani:
Namo ratna-trayaya
nama aryavalokitesvaraya Bodhisattvaya.....

Cintamanicakra adalah salah satu dari 6 perwujudan utama Avalokitesvara.

Dalam Mantra Maha Karunacitta Dharani:
Namo ratnatrayaya. Namo aryavalokitesvaraya Bodhisattvaya

Dan dalam Nilakantha Dharani:
Namo ratna-trayaya. Nama Aryavalokitesvaraya bodhisattvaya mahasattvaya maha-karunikaya

Keduanya adalah Mantra yang dikenal sebagai Da Bei Cou. Dalam Dharani tersebut juga mengandung perlindungan terhadap 3 Permata - Triratna (Namo Ratnatrayaya). Mantra Maha Karuna Dharani adalah Mantra Sahasrabhujasahasranetra Avalokitesvara (Avalokitesvara 1000 Lengan 1000 Mata), salah satu dari 6 wujud utama Avalokitesvara.

Dalam Mahacundi Dharani:
NAMAH SAPTANAM SAMYAK-SAMMBUDDHA KOTINAM TADYATHA: OM CALE CULI CUNDI SVAHA
Namah Saptanam Samyaksambuddha Kotinam memiliki arti: Terpujilah 7 miliar Samyaksambuddha (Sammasambuddha), menyatakan perlindungan pada Buddha.

Cundi adalah salah satu dari 6 Bentuk Utama Avalokitesvara.

Dalam Gao Wang Guan Shi Yin Jing (Ko Ong Kwan Si Im Keng) - (Taisho Tripitaka 2898) juga disebutkan:
"Namo Buddhaya, Namo Dharmaya, Namo Sanghaya"

Dalam Guan Shiyin Baosheng Jing:
"Namo Buddhaya, Namo Dharmaya, Namo Sanghaya"

Dalam Pandaravasini Mahasattva Dharani (Baiyi Dashi Shencou) disebutkan:
"Namo Buddhaya, Namo Dharmaya, Namo Sanghaya"

Di Mahayana, Amitabha Buddha dan Avalokitesvara banyak dijadikan penghormatan utama. Lantas apakah mereka masih mengakui Buddha Gotama sebagai Guru Utama? Jawabannya adalah YA. Karena Amitabha dan Avalokitesvara adalah Sambhogakaya dari Sakyamuni Buddha. Maka dari itu setiap kebaktian Mahayana selalu diucapkan "Na Mo Ben Shi She Cia Mo Ni Fo" yang artinya "Terpujilah Guru Utama Sakyamuni Buddha".

Lagipula, dalam Mahayana dan Vajrayana, berlindung pada Bodhisattva (seperti Avalokitesvara) juga berarti berlindung pada Sangha. Karena Bodhisattva termasuk dalam Sangha. Sangha di sini adalah Sangha Para Arya (Arya Sangha) atau Sangha yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian seperti Srotapanna, Sakrdagamin, Anagamin, Arahat (Sravaka Buddha), Pratyeka Buddha dan Bodhisattva.

Baik umat Mahayana maupun Vajrayana keduanya juga berlindung pada Triratna Buddha, Dharma, Sangha. Jadi, apakah mereka yang menghormati Guanyin berlindung pada Triratna? Jawabannya adalah YA.

Terakhir dalam a Popular Dictionary of Buddhism, Christmas Humphreys menyebutkan:

Adi Buddha adalah Buddha primordial dalam agama Buddha Tibet. Ia adalah asal usul dari Batin Universal yang ada dengan sendirinya dan yang tak berasal muasal. Kekuatan kreatifnya dilambangkan dalam bentuk lima Dhyani Buddha, aspek-aspek aktif dari Dhyani Buddha ini lalu dipersonifikasikan dengan Dhyani Bodhisattva, para Dhyani Bodhisattva ini pun pada gilirannya diwakili di dunia ini oleh para Manushi Buddha atau Buddha Manusia yang berasal dari tujuh akar bangsa kemanusiaan. Ada terdapat sebanyak tujuh Dhyani Buddha, namun hanya lima nama Dhyani Buddha yang biasanya disebutkan. Avalokitesvara adalah Dhyani Bodhisattva yang bekerja pada kalpa sekarang ini dan Buddha Gautama adalah bayangan refleks duniawi dari Avalokitesvara tersebut.

 _/\_
The Siddha Wanderer

GandalfTheElder:
Q:Guanyin Wanita berasal dari agama Tao. Benarkah demikian?
Pernyataan bahwa Guanyin wanita hanya ada di Tiongkok sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Kenapa? Karena di INDIA sendiri TELAH ADA wujud WANITA dari GUAN YIN (Avalokitesvara). Contoh yang paling mudah adalah Pandaravasini Avalokitesvara yang barusan kita bahas. Berikut adalah perwujudan-perwujudan wanita dari Avalokitesvara Bodhisattva selain Pandaravasini yang berasal dari India:

1. Svetabhagavati Avalokitesvara
Tubuh Svetabhagavati berwarna putih dan mirip dengan Pandaravasini Avalokitesvara. Ia terlahir dari kesucian Samadhi Maha Melihat dari Mahavairochana Buddha. Tubuhnya berwarna kuning pucat, memegang teratai setengah mekar di tanagn kiri dan lengan kanan-Nya bersandar pada lutut yang diangkat. Ia menyimbolkan kemampuan untuk mengubah semua makhluk hidup Ke Inti Kesucian. Mantra-Nya adalah “Om mahapadme shvetange huru huru svaha”.

2. Parnashavari Avalokitesvara
Parnashavari duduk dengan posisi lotus di atas batu dengan kedua tangan-Nya dilipat di depan. Ia memberikan umur panjang, kesembuhan dan melindungi perumah tangga. Di Garbhakosha Mandala Ia digambarkan memegang lasso dan tongkat. Ia mempunyai kekuatan yang maha besar untuk melindungi makhluk yang melafalkan nama-Nya, menjauhkan para makhluk dari segala macam bencana. Melafal mantra-Nya sekali saja akan dapat melindungi diri sendiri, duakali dapat melindungi pasangan atau teman kita, tiga kali dapat melindungi keluarga kita, empat kali dapat melindungi suku kita dan lima kali dapat melindungi negara. Mantra-Nya yaitu Om Parnashavari Hum Phat. Parnashavari dalam Vajrayana adalah emanasi Avalokitesvara dan perwujudan wanita dari energi penyembuhan Buddha. Mantranya terkenal keefektifannya dalam menyembuhkan berbagai penyakit menular, kronis, epidemik dan keracunan. Parnashavari memakai baju dan ornamen yang terbuat dari daun-daun obat-obatan, bertubuh kuning, mempunyai tiga wajah dan enam tangan memegang vajra emas, lasso, kapak vajra, daun segar, panah dan busur dengan posisi duduk berlutut. Ia mempunyai tiga mata di muka tengah dan muka lainnya berwarna merah dan putih. Parnashavari sebenarnya berasal dari seorang dewi hutan yang diasosiasikan dengan suku Shavari di India kuno dan praktek penyembuhan. Dalam Tantra, Parnashavari termasuk dalam kelas Kriya Tantra.

3. Bhrikuti Avalokitesvara
Ia adalah Bodhisattva wanita bermata tiga dan bertangan empat membawa tasbih, teratai, dan botol Amrita. Tangan terakhir membentuk Mudra Pengabul Harapan. Ia lahir dari kerut dahi Avalokitesvara dan berwujud murka yang beryujuan untuk menghilangkan keegoan dalam diri makhluk hidup. Mantra-Nya adalah “Namah samanta buddhanam sarvabhayatrasani hum sphotaya svaha”.

4. Cundi Avalokitesvara
Cundi Avalokitesvara pertama kali dibahas di KarandaVyuha (Dacheng Zhuangyan Baowang Jing). Di sana tertulis mantranya: ‘Om cale cule cunde svaha’. Dalam bentuk ini, dia juga dikenal, seperti halnya Prajnaparamita, sebagai ibu dari 700.000 Buddha di tiga alam(Kotisri atau Saptakoti Buddhamatri Cundidevì).
Aspek keibuan inilah yang menarik umat Buddha di Asia Timur. Bentuknya yang paling dikenal adalah dengan satu wajah, tiga mata, dan delapan belas lengan. Di Jepang,dia jarang sekali dipatungkan, tetapi lebih dikenal denganlukisan mistisnya. Dalam Garbhakosa Mandala, diadigambarkan dalam wilayah kedua (sarvajna pariþad, ‘Dewan yang Maha Mengetahui’) dengan delapan atau delapan belas
lengan, dan merupakan ‘Ibu Wilayah Teratai’ (yaitu, Dewan keempat yang terdiri atas 21 bentuk Avalokitesvara). Dua tangan utamanya di depan dada membentuk mudra teratai (padma atau uttarabodhi mudra): jari manis dan jarikelingking terangkap bersama dengan jari tengah tegak lurusdan saling menyentuh. Dua tangan atas memegang pedangdan pataka, sementara dua tangan teratas memegang bulatanmatahari dan bulan (melambangkan keabadian).
Cundi Bodhisattva tercantum dalam kitab Maha-cundi dharani Sutra. Cundi Bodhisattva adalah bodhisattva yang berkaitan dengan kebijaksanaan, umur panjang, pemberian keturunan, hujan dan kerukunan suami istri. Cundi memakai jubah putih,  mahkota dengan patung Buddha serta banyak ornament-ornamen dan permata. Tubuh Cundi berwarna kuning dan mempunyai tiga mata serta delapan belas tangan. Delapan belas tangan tersebut menyimbolkan delapan belas kualitas seorang Buddha. Dua tangan poko membentuk mudra  “Akar/Dasar” dan tangan-tangan lainnya memegang panji pengabul harapan, teratai, vas inisiasi, lasso, roda beruas delapan, kerang atau sutra kebijaksanaan, vas pengabul harapan, peti kebijaksanaan, hiasan kepala, vajra, kail, kapak, buah surgawi, tasbih, pedang kebijaksanaan dan mudra “Tanpa Rasa Takut”.  Cundi mempunyai pengikut dua raja Naga yang bernama Nanda dan Upananda. Cundi merupakan perwujudan Avalokitesvara ketika Ia menyelamatkan para makhluk di alam para dewa (svarga).

 _/\_
The Siddha Wanderer

GandalfTheElder:
Dan akhirnya perwujudan wanita Avalokitesvara yang paling fenomenal yaitu:

5. Tara Bodhisattva
Tara dalam tradisi Vajrayana pemegang aktivitas para Buddha serta Ibu dari para Buddha. Tara berkembang dari dewi Hindu yang bernama Tara dan kemudian diadopsi oleh agama Buddha dan menjadi bodhisattva dengan riwayat yang berbeda dengan dewi Tara dalam agama Hindu. Tara muncul dalam agama Buddha sejak abad ke-5 M. Tara dalah pasangan wanita dari Amogasiddhi Buddha dan memegang elemen udara. Ia berasal dari keluarga Karma. Ia mengubah kecemburuan dan iri hati menjadi kebijaksanaan yang tertinggi. Dalam Adhvayavajrasamgraha, Ia disebutkan berasal dari simbol Sansekerta ‘Tam’ yang berwarna hijau keemasan. Wujudnya bermacam, ada yang dua tangan, enam ataupun delapan.

Tara dikelompokkan menjadi 21 Tara namun secara lebih umum digambarkan ada 2 macam Tara yaitu Tara Hijau (Syamatara/Drolma) dan Tara Putih(Sitatara/Drolkar). Tara Hijau berada pada Tanah Suci Buddha yang bernama Yulokod, di mana di tanah suci tersebut banyak sekali bodhisattva wanita. Warna tubuhnya hijau dengan tangan kanannya membentuk mudra kemurahan hati dan tangan kirinya memegang bunga lotus biru yang mekar dari telinga kirinya. Ia memakai mahkota lima Buddha dan memakai semua ornamen bodhisattva, duduk di atas teratai Lalita. Diceritakan Avalokitesvara Bodhisattva menangis ketika melihat penderitaan di dunia disebabkan oleh kasih-Nya yang sangat besar dan air matanya berubah menjadi bunga teratai dan kemudian dari teratai tersebut muncul Tara Hijau dan Tara Putih. Perawakannya adalah seorang gadis muda yang berumur 16 tahun dan sangat cantik. Ia diberi gelar sebagai penolong yang tercepat karena kesigapannya dalam menolong orang-orang yang menderita. Bodhisattva Tara juga dikenal atas ikrarnya yang agung yaitu mencapai tingkatan KeBuddhaan dalam wujud seorang wanita. Tara kemudian lahir di Tanah Suci Buddha Amogasiddhi di mana ia berikrar untuk selalu melindungi makhluk hidup di sepuluh penjuru dunia tang tak terbatas. Tara sering juga digambarkan sebagai pasangan wanita dengan Avalokitesvara. Rakyat Tibet menganggap mereka sebagai bapak-ibu pelindung mereka yang selalu menaungi dengan penuh cinta kasih. Praktek Tara Hijau dapat melenyapkan rintangan karama serta berbagai malapetaka. Banyak dari para Yogi dan Guru Buddhis yang mengalami kemujizatan Tara Hijau.

Tara Putih sering diasosiasikan dengan kebijaksanaan dan kebijaksanaan. Tara Putih digambarkan seputih bulan di musim gugur dalam posisi teratai penuh dan mempunyai tujuh mata, dua mata ditambah dengan mata ketiga di dahi dan empat mata masing-masing di telapak tangan dan kaki yang menunjukkan bahwa Ia melihat dan mengetahui semua penderitaan di alam semesta. Rambutnya berwarna hitam kebiruan. Di kepala-Nya terdapat gambar Amitabha Buddha dan tangan kanannya membentuk varada-mudra. Tangan kirinya berada di posisi hati memegang setangkai bunga teratai yang mekar. Tara Putih disebut-sebut memanifestasikan dirinya menjadi putri dari Tiongkok yang bernama Wencheng yang menikah dengan Raja Tibet Songtsen Gampo. Cintamanichakra Tara adalah wujud Pelindung dari Tara Putih.

Adapun perwujudan Tara yang lain, yaitu sebagai Bhrikuti Tara yang tercantum dalam teks Hevajra Tantra dan Arya Manjushrimulakalpa bersama dengan Arya Tara dan bodhisattva wanita lainnya. Pada saat berwujud biru, Ia mempunyai tiga kepala dan enam tangan. Pada saat berwujud kuning, Ia mempunyai satu wajah dengan tiga mata dengan alis yang tebal dan empat tangan. Keempat tangannya memegang tasbih, trisula, kalasa dan membentuk varada-mudra. Taranatha dari India menceritakan kunjungan seorang upasaka bernama Santivarman dari Pundravardhana ke bukit Potala, bodhimandala dari Avalokitesvara. Dikatakan bahwa Santivarman berdoa kepada Bhrikuti tara agar ia dapat menyebrangi lautan dan seketika muncul seorang gadis dengan sebuah rakit yang kemudian membawanya menyebrangi lautan. Saat medaki bukit Potala, Santivarman melihat gambar Bhrikuti Tara. Bhrikuti Tara mewujudkan diri-Nya sebagai putri dari Nepal yang menikah dengan raja Tibet, Songtsen Gampo.

Tara dan Guanyin Berjubah Putih
Bahkan dalam Baiyi Dashi (atau Guanyin) Wu Yinxin Tuoluoni Jing (Pancamudra Dharani Pandaravasini Avalokitesvara Sutra), Dharani Lima Mudra Guanyin Berjubah Putih terdapat mantra bagi Tara Bodhisattva. Oleh karena itulah erat hubungannya antara Baiyi Guanyin yang berwujud seorang wanita dengan Tara Bodhisattva, Bodhisattva wanita yang paling terkenal dalam dunia Buddhis, khususnya Vajrayana.

Berikut kutipan-kutipan dari Sutra Mahavairocana Tantra/Sutra:

To the north of the Lord,
There is the heroic Avalokitesvara
He should be drawn
Seated upon a white lotus,
And he is white himself
Like a conch, jasmine and or the moon
His face is smiling and
On his head there is Amitabha.

On his right there is The Goddess
Known as the great Tara
She is virtuous and removes fear
Light green in colour, with vartious forms
She has the proportions of a young woman
In her clasped hands she also holds a blue lotus
She is encircled with rays of light
And is wearing garments of white.

To his left the Goddess Bhrkuti
Should be drawn
She holds a rosary in her hand
Has three eyes and plaited locks of hair
The colour of her body is white
And she is encircled with
Rays of white, yellow and red light.

……….

Nearby to Tara,
The wise one should draw
Pandaravasini
She has braided locks and wears white
In her hand she holds a lotus

Dalam Mahavairocana Sutra jelas disebutkan bahwa Tara, wujud wanita Guanyin, berjubah putih.

Dalam teks Dharani Pancamudra Guanyin Berjubah Putih juga disebutkan mantra dari Tara.

Di dalam Mahavairocana Sutra juga disebutkan bahwa Pandaravasini berada dekat dengan Tara, menyimbolkan ada hubungan antar keduanya. Pandaravasini juga digambarkan berjubah putih.

Walaupun naskah Mahavairocana versi Sansekerta sudah tidak ada, namun para sejarawan sebagian besar setuju bahwa Mahavairocana Sutra adalah teks asli dari India. Hal yang menguatkan pernyataan ini adalah, diterjemahkannya juga Mahavairocana Sutra ke dalam bahasa Tibet oleh dPal brTsegs dari bahasa Sansekerta dan komentarnya dibuat oleh Buddhaguhya. Jadi Mahavairocana Sutra tidak hanya diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa saja, namun juga ke bahasa Tibet dari naskah asli Sansekerta.

Terjemahan Stephen Hodge berasal dari versi Tibetan dan di dalamnya disebutkan mengenai Tara dan Pandaravasini Yang Berjubah Putih sebagai perwujudan dari Avalokitesvara. Dari sini jelas bahwa Pandaravasini maupun Tara BUKANLAH pengaruh dari kebudayaan Han dan agama asli Tiongkok.

Hal kedua yang patut diketahui bahwa Tara dan Pandaravasini adalah asal muasal dari Guanyin Berjubah Putih. Jadi, Tara = Pandaravasini = Baiyi Guanyin = Baiyi Dashi = Avalokitesvara Berjubah Putih.

Ada pendapat yang menyatakan bahwa “Guanyin Buddhis” berwajah keibuan sedangkan “Guanyin dewi Tiongkok” berwajah perempuan muda. Dan inilah yang membedakan keduanya. Namun ketika kita melihat Tara, jelas sekali bahwa pendapat tersebut sangat tidak masuk akal. Kenapa? Karena Tara adalah salah satu perwujudan Guanyin, di mana perawakannya masih muda (16 tahun). Dan Tara ini juga ada di India dan Nepal. Jadi jelas bahwa Guanyin yang berwajah perempuan muda adalah bercirikan Buddhis. Mahavairocana Sutra juga menyebutkan Tara sebagai perempuan muda dan berjubah putih.

Dan kalau masih meragukan keotentikan Tara maupun Pandaravasini, silahkan pergi ke Nepal dan India, tempat kelahiran Pangeran Siddharta sendiri, untuk melihat dan membuktikan apakah Tara dan Pandaravasini benar-benar ada. Dari sana akan membuka mata semuanya bahwa Baiyi Guanyin atau Tara itu berasal dari India dan ada di Buddhis India.

Kutipan tambahan dari A Dictionary of Chinese Buddhist Terms

1. 八大觀音 The eight Shingon representations of Guanyin (Avalokiteśvara): as one of the above 八大明王, as the white-robed one (Pandaravasini), as a rākshasī, as with four faces, as with a horse's head, as Mahāsthāmaprāpta 大勢至, and as Tārā 陀羅.
2. 觀世音母 (Guanshiyin Mu - Mother Avalokiteśvara) Tara, the śakti, or female energy of the masculine Avalokiteśvara

Maka dari itulah jelas sudahlah keraguan apakah Guanyin Berjubah Putih berasal dari agama Buddha atau dari zaman Tiongkok kuno (Tao). Dan jawabannya: AGAMA BUDDHA.

Beberapa saat lalu bro cetera zhang bertanya lewat massage pada saya tentang sumber. Berikut ini sumber-sumber rujukan saya:

The Legend of Miaoshan Oleh Glen Dudbridge
Latter Days of the Law: Images of Chinese Buddhism oleh Marsha Smith Weidner
Avalokitesvara oleh Ven. Piyasilo
Guan Yin oleh Teoh Eng Soon
Miracle Tales and the Domestication of Kuanyin oleh Yu Chunfang
Maha-vairocana-abhisambodhi Tantra oleh Stephen Hodge
A Dictionary of Chinese Buddhist Terms
Yahoo Groups! Budaya Tionghua
Forum Buddhis Online E-Sangha

 _/\_
The Siddha Wanderer

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

[*] Previous page

Go to full version