Pengembangan Buddhisme > DhammaCitta Press

Majjhima Nikaya, BAGIAN 1 - Lima Puluh Khotbah Pertama (editing)

<< < (2/31) > >>

Indra:
kata "juga" digunakan kalau kalimat itu adalah pengulangan dari yg sudah disebutkan sebelumnya dalam kelompok yg sama

Yumi:

--- Quote from: Indra on 03 August 2010, 11:46:59 PM ---kata "juga" digunakan kalau kalimat itu adalah pengulangan dari yg sudah disebutkan sebelumnya dalam kelompok yg sama

--- End quote ---

berarti ada, tar mau ditambahin


(TATHĀGATA – I)

147. “Para bhikkhu, Sang Tathāgata,  yang sempurna dan tercerahkan sepenuhnya, secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah. Setelah secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah,

148-170. “Beliau [juga] secara langsung mengetahui air sebagai air … Nibbāna sebagai Nibbāna … Mengapakah? Karena Beliau telah memahami sepenuhnya hingga akhir, Aku katakan.

Yumi:
1  Mūlapariyāya Sutta
172-194. “Beliau
telah tercerahkan hingga pencerahan sempurna yang tertinggi, Aku katakan.”




--- Quote from: Yi FanG on 26 July 2010, 10:42:56 PM ---2  Sabbāsava Sutta
Segala Noda
1. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā
bhikkhu.”—“Yang Mulia

2. segala noda. [][7] Dengarkanlah
katakan.”—“Baik, Yang Mulia,”

3. “Para bhikkhu, Aku
tidak bijaksana. []Ketika seseorang memperhatikan dengan tidak
Ketika seseorang memperhatikan dengan bijaksana

5. “Apakah noda-noda, Para bhikkhu,
dengan melihat? []Di sini, Para bhikkhu,
tidak layak diperhatikan. []Oleh karena itu, ia memperhatikan
dan ia tidak memperhatikan

6. Yaitu hal-hal yan g ketika ia memperhatikannya
Yaitu hal-hal yan g ketika ia memperhatikannya
[8] Dengan memperhatikan hal
dan dengan tidak memperhatikan

7. memperhatikan

8. “Ketika ia memperhatikan
muncul dalam dirinya. []Pandangan
sebagai benar dan kukuh
sebagai benar dan kukuh
sebagai benar dan kukuh
sebagai benar dan kukuh
sebagai benar dan kukuh
bertahan selamanya.’ []Pandangan spekulatif ini, Para bhikkhu,
pemutarbalikan pandangan,

9. [9] ia tidak memperhatikan
ia memperhatikan

10. ketika ia memperhatikannya
ketika ia memperhatikannya
Dengan tidak memperhatikan
dan dengan memperhatikan

11. “Ia memperhatikan dengan bijaksana
memperhatikan dengan bijaksana
memperhatikan dengan bijaksana
memperhatikan dengan bijaksana
memperhatikan dengan bijaksana

12. “Noda-noda apakah, Para bhikkhu,
dengan mengendalikan? []Di sini

13. “Noda-noda apakah, Para bhikkhu,
dengan menggunakan? []Di sini

14. demi kecantikan []dan kemenarikan

18. “Noda-noda apakah, Para bhikkhu,
kata-kata yang tidak ramah, dan perasaan

19. “Noda-noda apakah, Para bhikkhu,
tempat yang tidak sesuai, []dan menghindari bergaul

20. “Noda-noda apakah, Para bhikkhu,
tidak mentoleransiir 
tidak mentoleransiir
tidak mentoleransiir
tidak mentoleransiir
membasminya. []Sementara noda-noda

21. “Noda-noda apakah, Para bhikkhu,
dalam pelepasan. []Sementara

22. dengan mengembangkan—maka ia
keangkuhan, ia

--- End quote ---


--- Quote from: Yumi on 28 July 2010, 08:44:42 PM ---2  Sabbāsava Sutta
8. kesakitan, kesedihan, dan keputusasaan

--- End quote ---


--- Quote from: Yi FanG on 27 July 2010, 12:59:35 AM ---2  Sabbāsava Sutta

16. hanya untuk perlindungan dari penyakit yang telah muncul dan demi kesehatan.

--- End quote ---





--- Quote from: Yi FanG on 27 July 2010, 12:49:07 AM ---ralat

3  Dhammadāyāda Sutta
Pewaris dalam Dhamma
1. []Pada suatu ketika, Sang Bhagavā
bhikkhu.”—“Yang Mulia,” mereka
menjawab. []Sang Bhagavā

2. jadilah pewaris-Ku dalam Dhamma, bukan pewaris-Ku dalam
belas kasih-Ku kepada kalian, Aku berpikir: ‘Bagaimanakah agar para siswa-Ku dapat
menjadi pewaris-Ku dalam Dhamma, bukan pewaris-Ku dalam benda-benda materi’? Jika
menjadi pewaris-Ku
sebagai berikut: ‘Para siswa
sebagai pewaris-Nya dalam benda-benda
sebagai berikut: ‘Para siswa
sebagai pewaris-Nya dalam benda-benda materi, bukan sebagai pewaris-Nya dalam Dhamma’.

“Jika kalian menjadi pewaris-Ku dalam Dhamma, bukan pewaris-Ku dalam benda-benda materi, maka kalian tidak akan dicela [seperti akan dikatakan]: ‘Para siswa Sang Guru hidup sebagai pewaris-Nya dalam Dhamma, bukan sebagai pewaris-Nya dalam benda-benda materi’; dan Aku tidak akan dicela [seperti akan dikatakan]: ‘Para siswa Sang Guru hidup sebagai pewaris-Nya dalam Dhamma, bukan sebagai pewaris-Nya dalam benda-benda materi’. Oleh karena itu, Para bhikkhu, jadilah pewaris-Ku dalam Dhamma, bukan pewaris-Ku dalam benda-benda materi. Demi belas kasih-Ku kepada kalian, Aku berpikir: ‘Bagaimanakah agar para siswa-Ku dapat menjadi pewaris-Ku dalam Dhamma, bukan pewaris-Ku dalam benda-benda materi’?

3. “Sekarang, Para bhikkhu
dua orang bhikkhu tiba, [13] lapar dan lemah
memakannya, maka Aku
mana tidak ada kehidupan’. Kemudian
memakannya, maka Sang
jadilah pewaris-Ku dalam Dhamma, bukan pewaris-Ku dalam
keadaan lapar dan lemah’.
hari ini tanpa merasa lapar dan lemah’. Dan setelah memakan makanan itu, ia melewatkan
Sekarang, walaupun bhikkhu itu
dipuji oleh-Ku. Mengapakah
kegigihannya. []Oleh karena itu, Para bhikkhu
, jadilah pewaris-Ku dalam Dhamma, bukan pewaris-Ku dalam benda-benda materi. Demi belas kasih-Ku kepada kalian, Aku berpikir: ‘Bagaimanakah agar para siswa-Ku dapat menjadi pewaris-Ku dalam Dhamma, bukan pewaris-Ku dalam benda-benda materi’?”

4. dari duduk-Nya dan masuk ke kediaman-Nya.
para bhikkhu.”—“Teman,”

5. “Sesungguhnya, Teman, kami datang
darinya, para bhikkhu
Maka, Teman-teman, dengarkan

6. Di sini, para siswa Sang
 
“Dalam hal ini, para bhikkhu
untuk tiga alasan. []Sebagai
yang hidup terasing, mereka

“Dalam hal ini, para bhikkhu
yang hidup terasing, mereka

“Dalam hal ini, para bhikkhu
yang hidup terasing, mereka

“Dalam hal ini, para bhikkhu
yang hidup terasing, mereka

7. bagaimanakah, Teman-teman
keterasingan? Di sini, para

“Dalam hal ini, para bhikkhu
yang hidup terasing, mereka
keterasingan.: mereka dipuji

“Dalam hal ini, para bhikkhu
yang hidup terasing, mereka
keterasingan.: mereka dipuji

“Dalam hal ini, para bhikkhu
yang hidup terasing, mereka
keterasingan.: mereka dipuji

8. kebencian. []Terdapat Jalan

--- End quote ---

Yumi:

--- Quote from: Yi FanG on 28 July 2010, 01:38:30 AM ---4  Bhayabherava Sutta
Kekhawatiran dan Ketakutan
1. Pada suatu ketika, Sang

2. Kemudian Brahmana Jāṇussoṇi []mendatangi
apakah mereka mereka menjadikan

begitulah. Kketika para anggota
berkeyakinan pada-Ku, mereka mereka menjadikan-Ku sebagai pemimpin mereka
orang ini mengikuti teladan-Ku.”

begitulah. Ttempat tinggal di dalam

3.  “Sebelum pencerahan-Ku, sewaktu Aku masih
hutan pasti akan merampas pikiran seorang bhikkhu, jika ia tidak memiliki konsentrasi.[”]

4. karena cacat dari ketidakmurnian
mereka, para petapa dan
Tetapi Aaku tidak mendatangi
jasmani yang murni’. Melihat
jasmani ini dalam diri-Ku, Aku

5-7. terpencil di dalam hutan …[]mereka
penghidupan yang murni’. Melihat
dalam diri-Ku, Aku menemukan

9. “‘  … dengan pikiran berniat buruk dan kecenderungan membenci …

10. “‘ … dikuasai oleh

11. “‘ … dikuasai oleh

12. “‘ … kebimbangan dan keraguan
 
13. “‘ … memuji diri sendiri

14. “‘ … tunduk pada ketakutan dan terror …

15. “‘ … menginginkan perolehan, penghormatan

16. “‘ … malas dan membutuhkan 

17. “‘ … [20] tanpa perhatian dan tidak waspada … Aku kuokuoh dalam

18. “‘ … tidak terkonsentrasi dan dengan pikiran

19. bodoh dengan airu liur menetes,
bodoh dengan airu liur menetes
Aku memiliki kebijaksanaan. []Aku mendatangi
memiliki kebijaksanaan’. Melihat kebijaksanaan ini dalam diri-Ku,

20. sangat baik, yaitu tanggal empat belas
altar-altar di[]hutan,
kekhawatiran dan ketakutan itu’. Dan
sangat baik itu, yaitu tanggal empat belas
di[]hutan, dan altar-altar pohon. Dan sewaktu
ketika ia mendatangi-Ku?’

dan ketakutan mendatangi-Ku; Aku
dan ketakutan mendatangi-Ku
dan ketakutan mendatangi-Ku
dan ketakutan mendatangi-Ku

21. dewa dan manusia’, sesungguhnya adalah sehubungan dengan Aku, ucapan benar itu diucapkan.

22. muncul dalam diri-Ku dan

25. dengannya, para mulia mengatakan: ‘Ia memiliki kediaman yang menyenangkan yang memiliki keseimbangan dan penuh perhatian’.

27. “Ketika konsentrasi pikiran-Ku sedemikian murni, cerah, tanpa noda, bebas dari ketidaksempurnaan, lunak, lentur, kuokuoh, dan mencapai keadaan tanpa-gangguan, Aku mengarahkannya pada pengetahuan perenungan kehidupan lampau. []Aku mengingat banyak
kembali di sini’. Demikianlah
ciri-cirinya, Aku

28. pertama yang dicapai oleh-Ku pada jaga
berdiam dengan tekun, rajin, dan teguh.

29. . “Ketika konsentrasi pikiran-Ku sedemikian murni, cerah, tanpa noda, bebas dari ketidaksempurnaan, lunak, lentur, kuokuoh, dan mencapai keadaan tanpa-gangguan, Aku mengarahkannya pada pengetahuan kematian dan kelahiran kembali makhluk-makhluk. []Dengan
alam surga’. Demikianlah

30. ke dua yang dicapai oleh-Ku
tekun, rajin, dan teguh.

31. “Ketika konsentrasi pikiran-Ku sedemikian murni, cerah, tanpa noda, bebas dari ketidaksempurnaan, lunak, lentur, kuokuoh, dan mencapai keadaan tanpa-gangguan, Aku
menuju lenyapnya penderitaan’. Aku secara
‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya noda-noda’.

32. demikian, batin-Ku terbebas
‘terbebaskan’. []Aku secara langsung
kondisi makhluk apa pun’.

33. sejati ke tiga yang dicapai oleh-Ku pada jaga
tekun, rajin, dan teguh.

34. rimba belantara yang terpencil di dalam hutan’. Tetapi engkau jangan berpikir demikian. Adalah karena Aku melihat dua manfaat, maka Aku masih

35. Sejak hari ini, sudilah Guru Gotama mengingatku sebagai seorang pengikut awam yang telah menerima

--- End quote ---

Yumi:

--- Quote from: Indra on 21 July 2010, 06:34:50 PM ---6  Ākankheyya Sutta
Jika Seorang Bhikkhu Menghendaki

[33] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Di sana Beliau memanggil para bhikkhu: “Para bhikkhu.”—“Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

2. “Para bhikkhu, berdiamlah dengan memiliki moralitas, memiliki Pātimokkha, terkendali dengan pengendalian Pātimokkha, sempurna dalam perilaku dan [ ]tempat yang sering dikunjungi, dan melihat dengan takut pada pelanggaran terkecil, berlatih dengan menjalankan aturan-aturan latihan.

3. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku disayangi dan disenangi oleh teman-temanku dalam kehidupan suci, dihormati, dan dihargai oleh mereka’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan, menekuni ketenangan pikiran internal, tidak mengabaikan meditasi, memiliki pandangan terang, dan berdiam dalam gubuk kosong.

4. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku memperoleh jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

5. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga pelayanan dari mereka yang mempersembahkan jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan kepadaku menghasilkan buah dan manfaat besar bagi mereka’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

6. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Ketika kerabat dan sanak saudaraku yang telah meninggal dunia mengingatku dengan penuh keyakinan dalam pikiran mereka, semoga hal itu menghasilkan buah dan manfaat besar bagi mereka’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

7. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku menjadi penakluk ketidakpuasan dan kenikmatan, dan semoga ketidakpuasan dan kenikmatan tidak menaklukkan aku’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

8. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku menjadi penakluk kekhawatiran dan ketakutan, dan semoga kekhawatiran dan ketakutan tidak menaklukkan aku, semoga aku berdiam melampaui kekhawatiran dan ketakutan kapan pun munculnya’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

9. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku menjadi seorang yang mencapai, tanpa kesulitan dan kesusahan, empat jhāna yang merupakan pikiran yang lebih tinggi dan memberikan kediaman yang menyenangkan di sini dan saat ini[ ]’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

10. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku mengalami dengan tubuhku dan berdiam dalam kebebasan yang damai dan tanpa materi, melampaui bentuk-bentuk’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan .... [34]

11. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku, dengan hancurnya tiga belenggu, menjadi seorang pemasuk-arus, tidak lagi tunduk pada kesengsaraan, pasti [mencapai pembebasan], menuju pencerahan’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

12. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku, dengan hancurnya tiga belenggu dan dengan melemahkan nafsu, kebencian, dan kebodohan, menjadi seorang yang-kembali-sekali, hanya kembali satu kali ke dunia ini untuk mengakhiri penderitaan’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

13. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku, dengan hancurnya lima belenggu yang lebih rendah, menjadi yang terlahir kembali secara spontan [di alam murni] dan di sana mencapai Nibbāna akhir, tanpa pernah kembali dari alam itu’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

14. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: [ ]‘Semoga aku mampu mengerahkan berbagai jenis kekuatan batin: dari satu menjadi banyak, dari banyak menjadi satu; semoga aku muncul dan lenyap; semoga aku mampu bepergian tanpa terhalangi oleh dinding, menembus tembok, menembus gunung seolah-olah menembus ruang kosong; semoga aku mampu menyelam masuk dan keluar dari tanah seolah-olah di dalam air; semoga aku mampu berjalan di atas air tanpa tenggelam seolah-olah di atas tanah; duduk bersila, semoga aku mampu bepergian di angkasa seperti burung; dengan tanganku semoga aku mampu menyentuh dan menepuk bulan dan matahari begitu kuat dan perkasa; semoga aku mampu mengerahkan kekuatan jasmani, hingga sejauh alam-Brahma’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

15. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku, dengan unsur telinga dewa, yang murni dan melampaui manusia, mendengar kedua jenis suara, surgawi dan manusia, yang jauh maupun dekat’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

16. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku memahami pikiran makhluk-makhluk lain, orang-orang lain, dengan melingkupi pikiran mereka dengan pikiranku. Semoga aku memahami pikiran yang terpengaruh nafsu sebagai terpengaruh nafsu dan pikiran yang tidak terpengaruh nafsu sebagai tidak terpengaruh nafsu; semoga aku memahami pikiran yang terpengaruh kebencian sebagai terpengaruh kebencian dan pikiran yang tidak terpengaruh kebencian sebagai tidak terpengaruh kebencian; semoga aku memahami pikiran yang terpengaruh kebodohan sebagai terpengaruh kebodohan dan pikiran yang tidak terpengaruh kebodohan sebagai tidak terpengaruh kebodohan; semoga aku memahami pikiran yang mengerut sebagai mengerut dan pikiran yang kacau sebagai kacau; semoga aku memahami pikiran luhur sebagai luhur dan pikiran tidak luhur sebagai tidak luhur; semoga aku memahami pikiran yang terbatas sebagai terbatas dan pikiran tidak terbatas sebagai tidak terbatas; semoga aku memahami pikiran terkonsentrasi sebagai terkonsentrasi [35] dan pikiran tidak terkonsentrasi sebagai tidak terkonsentrasi; semoga aku memahami pikiran yang terbebaskan sebagai terbebaskan dan pikiran yang tidak terbebaskan sebagai tidak terbebaskan’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

17. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku mampu mengingat banyak kehidupan lampau, yaitu: satu kelahiran, dua kelahiran … (seperti Sutta 4, §27) … Demikianlah beserta aspek-aspek dan ciri-cirinya, semoga aku mengingat banyak kehidupan lampau’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

18. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku, dengan mata dewa yang murni dan melampaui manusia, melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan muncul kembali, hina dan mulia, cantik dan buruk rupa, beruntung dan tidak beruntung, semoga aku memahami bagaimana makhluk-makhluk berlanjut sesuai dengan perbuatan mereka: ‘ …[ ](seperti Sutta 4, §29) … ’, maka ia harus memenuhi aturan-aturan ....

19. “Jika seorang bhikkhu menghendaki: ‘Semoga aku, dengan menembus bagi diriku dengan pengetahuan langsung, di sini dan saat ini memasuki dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda’, [36] maka ia harus memenuhi aturan-aturan, menekuni ketenangan pikiran internal, tidak mengabaikan meditasi, memiliki pandangan terang, dan berdiam dalam gubuk kosong.

20. “Adalah merujuk pada hal ini maka dikatakan: ‘Para bhikkhu, berdiamlah dengan memiliki moralitas, memiliki Pātimokkha, terkendali dengan pengendalian Pātimokkha, sempurna dalam perilaku dan [ ]tempat yang sering dikunjungi, dan melihat dengan takut pada pelanggaran terkecil, berlatih dengan menjalankan aturan-aturan latihan’.”

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Para bhikkhu merasa puas dan gembira mendengarkan kata-kata Sang Bhagavā.
--- End quote ---

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

[*] Previous page

Go to full version