Pengembangan Buddhisme > DhammaCitta Press

Majjhima Nikaya, BAGIAN 1 - Lima Puluh Khotbah Pertama (editing)

(1/31) > >>

Hendra Susanto:
thread ini dibuka untuk partisipasi member dalam hal editing, silahkan posting editingnya dan untuk pembahasan diluar editing subjek silahkan ke thread ini => http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17307.60.html

Indra:
maksudnya, untuk soal editing dilakukan di thread ini, dan untuk mendiskusikan materi sutta di thread yg disebut dalam link di bawah ini?http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17307.60.html

begitukah?

Hendra Susanto:

--- Quote from: Indra on 02 August 2010, 07:42:39 PM ---maksudnya, untuk soal editing dilakukan di thread ini, dan untuk mendiskusikan materi sutta di thread yg disebut dalam link di bawah ini?http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17307.60.html

begitukah?


--- End quote ---

iye..

Yi FanG:
5  Anangaṇa Sutta
Tanpa Noda
1. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā
“Teman-teman, para bhikkhu.”—“Teman

2. Di sini, beberapa orang dengan
noda dalam diriku’. Di sini, beberapa orang
‘Aku memiliki noda dalam diriku’. Di sini, beberapa
dalam diriku’. Di sini, beberapa orang tanpa
: ‘Aku tidak memiliki noda dalam diriku’.

3. apakah penyebab dan alasan, mengapa
Apakah penyebab dan alasan, mengapa

4. : ‘Aku memiliki noda dalam diriku’, maka dapat
membersihkannya, melainkan meletakkannya
ternoda?”—“Benar, Sahabat.”—“Demikian pula,
bahwa: ‘Aku memiliki noda dalam diriku’,

5. cemerlang?”—“Benar, Sahabat.”—“Demikian pula
dalam diriku’, maka dapat diharapkan

6. Aku tidak memiliki noda dalam diriku’, maka
ternoda?”—“Benar, Sahabat.”—“Demikian pula,
noda dalam diriku’, maka dapat

7. : ‘Aku tidak memiliki noda dalam diriku’, maka
tidak melakukan demikian, maka nafsu
bersih dan cemerlang?”—“Benar, Sahabat.”—“ Demikian pula,
noda dalam diriku’, maka dapat diharapkan

8. penyebab dan alasan, mengapa
alasan, mengapa di antara

9. “‘Noda, noda’, dikatakan, Sahabat
‘Noda’, Sahabat, adalah istilah untuk

10. pelanggaran’. Dan adalah mungkin bahwa para
telah melakukan pelanggaran’. Kemarahan

11. Saṅgha’. Dan adalah mungkin
bukan secara pribadi’. Kemarahan

12. yang tidak setara denganku’. Dan adalah
seseorang yang setara denganku’. Kemarahan

13. berkehendak: ‘O, semoga Sang Guru
bukan dari bhikkhu lain’. Dan adalah
bukan dariku’. Kemarahan dan

14. berkehendak: ‘O, semoga para
bukan bhikkhu lain’. Dan
senang: ‘Para bhikkhu memasuki
paling depan, bukan aku’. Kemarahan

15. berkehendak: ‘O, semoga aku
bhikkhu lain’. Dan adalah mungkin bahwa bhikkhu lain memperoleh tempat duduk terbaik ….

16. berkehendak: ‘O, semoga aku yang
bukan bhikkhu lain’. Dan adalah
bhikkhu lain yang memberikan berkah ….

17-20. berkehendak: ‘O, semoga aku
ke vihara, bukan bhikkhu lain’. Dan
yang mengajarkan Dhamma [29] ….

21-24. berkehendak: ‘O, semoga para
bukan bhikkhu lain’. Dan

25-28. berkehendak: ‘O, semoga Aku
bukan bhikkhu lain’. Dan adalah   
bukan aku’. Kemarahan dan ketidaksenangan

“‘Noda’, Sahabat, adalah istilah

29. dari toko atau dari perajin besi
bagaikan harta berharga’? kemudian
setelah mereka melihatnya, mereka

30. dari toko atau dari perajin besi
berbagai sup dan kuah
bagaikan harta berharga’? kemudian
mereka melihatnya, mereka menjadi
terpengaruh oleh rasa suka, berselera

31. olehku, Sahabat Sāriputta.”—“Katakanlah, Sahabat Moggallāna.”—“Pada suatu ketika
itu, Samīti si putra pembuat kereta
Ājīvaka Paṇḍuputta, putra pembuat
berdiri di dekat sana. Kemudian
Ājīvaka Paṇḍuputta: ‘O, semoga Samīti si putra
kayu yang murni saja’. [32] Dan persis
saat yang sama, Samitī si putra
Kemudian Ājīvaka Paṇḍuputta, putra

32. karena keyakinan, melainkan
cacat-cacat mereka seolah-olah ia mengetahui

mempertahankan kesadaran, mengutamakan
bersemangat, teguh, kukuh dalam perhatian
tidak bermanfaat dan mengukuhkan

33. perempuan—atau seorang laki-laki—muda
bermanfaat dan mengukuhkan mereka

Yumi:

--- Quote from: Yi FanG on 26 July 2010, 10:16:14 PM ---1  Mūlapariyāya Sutta
Akar Segala Sesuatu

[1] 1. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā
“Para bhikkhu.”—“Yang Mulia,”

2. Kukatakan.”—“Baik

3. “Di sini, Para bhikkhu
tidak terlatih, []yang
Dhamma mereka, []yang
sebagai tanah. []Setelah
sebagai ‘milikku’, []ia bergembira
tanah. []Mengapakah? []Karena

4. sebagai ‘milikku’, []ia bergembira

5. sebagai ‘milikku’, []ia bergembira

6. sebagai ‘milikku’, []ia bergembira

7. sebagai ‘milikku’, []ia bergembira

8. dewa-dewa. []Setelah memahami
sebagai ‘milikku’, []ia bergembira

9. sebagai Pajāpati. [][]Setelah
sebagai ‘milikku’, []ia bergembira

10. sebagai Brahmā. []Setelah
sebagai ‘milikku’, []ia bergembira

11. sebagai ‘milikku’, []ia bergembira

12. gemerlap. []Setelah memahami
 gemerlap sebagai ‘milikku’, ia

13. sebagai ‘milikku’, ia bergembira

14. sebagai ‘milikku’, ia bergembira

15. tanpa batas. []Setelah
tanpa batas, []ia menganggap
sebagai ‘milikku’, ia bergembira

16. sebagai ‘milikku’, ia bergembira

17. sebagai ‘milikku’, ia bergembira

18. bukan-persepsi, []ia menganggap
sebagai ‘milikku’, ia bergembira

19. yang terlihat. []Setelah memahami
sebagai ‘milikku’, ia bergembira

20. sebagai ‘milikku’, ia bergembira

21. sebagai ‘milikku’, ia bergembira

22. sebagai ‘milikku’, ia bergembira

23. sebagai kesatuan. []Setelah
sebagai ‘milikku’, ia bergembira

24. sebagai ‘milikku’, ia bergembira

25. sebagai seluruhnya. []Setelah
seluruhnya, [][4] ia menganggap
sebagai ‘milikku’, ia bergembira

26. sebagai Nibbāna. []Setelah
sebagai ‘milikku’, ia bergembira

27. lebih tinggi, []yang batinnya
sebagai tanah. []Setelah
sebagai ‘milikku’, ia

50. sebagai ‘milikku’, ia

51. kehidupan suci, []telah
tertinggi, []secara langsung
sebagai ‘milikku’, ia

75. sebagai ‘milikku’, ia

99. sebagai ‘milikku’, ia

123. sebagai ‘milikku’, ia

124-146. dari kebeodohan

147. Sang Tathāgata, []yang sempurna
sebagai ‘milikku’, Beliau

171. sepenuhnya, []secara langsung
sebagai ‘milikku’, Beliau
dan kematian. []Oleh karena itu, Para bhikkhu

172-194. Oleh karena itu, Para bhikkhu

--- End quote ---


--- Quote from: Yi FanG on 27 July 2010, 12:59:35 AM ---1  Mūlapariyāya Sutta

123. melalui hancurnya kebodohan.

--- End quote ---


--- Quote from: Yumi on 28 July 2010, 08:44:42 PM ---1  Mūlapariyāya Sutta
171.  dan bahwa dengan apa pun yang terlahir itu

172-194. dan bahwa dengan apa pun yang terlahir itu

--- End quote ---


25. “Ia memahami keseluruhan sebagai keseluruhan.  Setelah memahami seluruhnya sebagai seluruhnya,
ia bergembira dalam seluruhnya.

seluruhnya => keseluruhan



(ARAHANT – I)

51. “Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang adalah seorang Arahant dengan noda-noda telah dihancurkan, yang telah menjalani kehidupan suci, telah melakukan apa yang harus dilakukan, telah menurunkan beban, telah mencapai tujuan sesungguhnya, telah menghancurkan belenggu-belenggu penjelmaan, dan sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan akhir, []ia juga secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah.

yg di bawah ini ada tambah "ia juga"?

(ARAHANT – II)

75. “Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang adalah seorang Arahant … sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan akhir, [5] secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah.

(ARAHANT – III)

99. “Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang adalah seorang Arahant … sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan akhir, secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah.



(TATHĀGATA – I)

147. “Para bhikkhu, Sang Tathāgata, 
Beliau tidak menganggap [diri-Nya sebagai] tanah, Beliau tidak menganggap [diri-Nya] dalam tanah, Beliau tidak menganggap [diri-Nya terpisah] 

(TATHĀGATA – II)

171. “Para bhikkhu, Sang Tathāgata,
Beliau tidak menganggap [diri-Nya sebagai] tanah, Beliau tidak menganggap [diri-Nya] dalam tanah, Beliau tidak menganggap [diri-Nya terpisah]



148-170. “Beliau secara langsung mengetahui air sebagai air … Nibbāna sebagai Nibbāna … Mengapakah? Karena Beliau telah memahami sepenuhnya hingga akhir, Aku katakan.

yg di atas ada kata "juga"?

172-194. “Beliau juga secara langsung mengetahui air sebagai air … Nibbāna sebagai Nibbāna … Mengapakah? Karena Beliau telah memahami bahwa kegembiraan adalah akar penderitaan, dan bahwa dengan penjelmaan [sebagai kondisi] maka ada kelahiran, dan bahwa dengan apapun yang terlahir itu, maka ada penuaan dan kematian. Oleh karena itu, para bhikkhu, melalui kehancuran, peluruhan, pelenyapan, penghentian, dan pelepasan keinginan, Sang Tathāgata telah tercerahkan hingga pencerahan sempurna yang tertinggi, Aku katakan.

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

Go to full version