//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - luis

Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8
1
Diskusi Umum / Re: Sang Buddha menemukan jenis Jhana baru?
« on: 13 December 2010, 01:53:56 PM »
Just sharing, artikel yang ditulis oleh Piya Tan (dulu: Ven Piyasilo) mengenai "Buddha menemukan Jhana" yang berisi ulasan kritis terhadap pandangan Ajahn Brahm mengenai isu ini.

http://dharmafarer.org/wordpress/wp-content/uploads/2010/02/33.1b-Buddha-discovers-dhyana.-piya.pdf

Mettacittena,
Luis

2
Diskusi Umum / Re: Sang Buddha menemukan jenis Jhana baru?
« on: 13 December 2010, 01:35:52 PM »
Sumbang pendapat sedikit. Sebetulnya yang Ajahn Brahm bilang bukanlah Sang Buddha menemukan Jhana baru. Tetapi beliau bilang kalau kualitas Jhana yang Sang Buddha pelajari dari Alara Kalama dan Udaka Ramaputta kualitasnya sudah menurun dari kedua pencapaian yang sebenarnya yang diajarkan oleh Buddha Kassapa. Oleh karena itulah dalam Ariyapariyesana Sutta digambarkan Sang Buddha mengatakan bahwa pencapaian tersebut (di bawah kedua guru tersebut) tidak membawa beliau pada nibbana. Tetapi setelah beliau me-nemukan kembali sikap yang benar terhadap Jhana (dimulai dari pengalaman masa kecilnya di bawah pohon jambu mencapai Jhana 1), dan secara progresif mencapai Jhana2 di atasnya, beliau menemukan kembali kualitas Jhana yang sebenarnya yang disebut samma samadhi (faktor ke-8 dari Jalan Ariya Beruas 8 ). Kulminasi ke-8 faktor inilah yang membawa beliau mencapai Right Insight (samma nana) dan Right Liberation (samma vimutti).

Beliau memakai analogi, pada jaman dahulu gelar PhD merupakan gelar yang langka dan lulusan yang menyandang gelar itu memiliki kualitas yang benar2 top. Tetapi sepanjang perjalanan jaman, semakin banyak universitas yang menawarkan gelar PhD dan semakin gelar tersebut mudah didapatkan. Akhirnya kualitas PhD jaman sekarang belum tentu sama dengan kualitas PhD jaman dahulu. Ini hanya analogi saja. Demikian juga kualitas Jhana pada jaman Buddha Kassapa, yang kemudian semakin menurun apalagi setelah Jalan Ariya Beruas 8 tidak lagi dikenal ... pada akhirnya di jaman sebelum bodhisatta Siddharta menjadi Buddha, kualitas jhana yang ada tidak sebaik pada waktu jaman Buddha Kassapa, bahkan tidak membawa pada pencerahan.

Demikian yang saya pahami dari yang penjelasan Ajahn Brahm yang saya dengar. Intinya, kualitas Jhana yang "sebenarnya" adalah kulminasi dari Jalan Ariya Beruas 8, sedangkan pada jaman di mana Jalan ini tidak dikenal, kualitas Jhana yang ada menjadi lebih rendah dari yang seharusnya (yaitu yang dapat membawa pada right insight (faktor ke-9) dan right liberation (faktor ke-10). Dengan kata lain, walaupun nama pencapaian Jhana nya masih sama, tetapi kualitasnya berbeda. Jadi sekali lagi, Ajahn Brahm tidak bilang Jhana baru :)

Mettacittena,
Luis

3
Keluarga & Teman / Re: meninggal bunuh diri akan lahir dimana ya?
« on: 28 October 2010, 01:27:35 PM »
"aku tidak melihat tempat manapun .... di mana Sang Tathāgata akan meninggalkan jasmani ini untuk ke delapan kalinya."
secara singkat dapat di katakan, "aku tidak akan meninggalkan jasmani ini untuk ke delapan kalinya."

Oh ... menurut saya yang dimaksud "tempat" di sini bukan "tempat untuk meninggal", tetapi "tempat untuk pergi setelah meninggal". Di awal kisah jelas Sang Buddha sudah mengatakan memilih Kusinara sebagai tempat untuk meninggal :)

4
Keluarga & Teman / Re: meninggal bunuh diri akan lahir dimana ya?
« on: 28 October 2010, 01:19:31 PM »
benar, tapi kalau begitu bukankah seharusnya kata "ke delapan kalinya" itu lebih tepat jika diganti dengan "ke sembilan kalinya"?

Kalau saya rasa sih tepat "ke delapan kalinya".

Kehidupan ke-1: di akhir kehidupannya meninggal untuk pertama kalinya di kusinara.
Kehidupan ke-2: di akhir kehidupannya meninggal untuk kedua kalinya di kusinara.
.
.
.
kehidupan ke-7 sebagai Cakkavati: di di akhir kehidupannya meninggal untuk ketujuh kalinya di kusinara.
kehidupan ke-8 sebagai Pangeran Siddharta: di di akhir kehidupannya meninggal untuk kedelapan kalinya di kusinara.

5
Keluarga & Teman / Re: meninggal bunuh diri akan lahir dimana ya?
« on: 28 October 2010, 01:14:01 PM »
Oh I see, kalau baca kalimat lengkapnya:

Quote
Tetapi, Ānanda, aku tidak melihat tempat mana pun di dunia ini bersama para dewa [199] dan māra dan Brahmā, atau dalam generasi ini bersama para petapa dan Brahmana, raja-raja dan umat manusia, di mana Sang Tathāgata akan meninggalkan jasmani ini untuk ke delapan kalinya

Sang Buddha tidak melihat kelahiran baru lagi (baik itu di alam manusia, dewa, brahma) setelah beliau meninggalkan badan jasmaninya untuk ke-8 kalinya. Jadi beliau akan meninggalkan badan jasmaninya untuk ke-8 kali, hanya saja setelahnya beliau tidak melihat kelahiran baru lagi.

6
Keluarga & Teman / Re: meninggal bunuh diri akan lahir dimana ya?
« on: 28 October 2010, 01:07:13 PM »
 [at]  Indra

Kontradiksinya di mana ya?

Ada 8 kehidupan di mana beliau meninggalkan badan jasmaninya di Kusinara. Delapan kehidupan ini tidak harus berurutan, bisa saja di antara kehidupan yang ke-7 dan ke-8, beliau telah terlahir dahulu di tempat2 lain.

Di kehidupan ke-7, beliau menjadi cakkavati dan kemudian meninggal di Kusinara.

Di kehidupan ke-8, beliau terlahir sebagai Pangeran Siddharta, kemudian menjadi Buddha, dan parinibbana di Kusinara.

Jadi menurut saya tidak ada kontradiksi di sini.

Mettacittena,
Luis

7
Keluarga & Teman / Re: meninggal bunuh diri akan lahir dimana ya?
« on: 28 October 2010, 01:00:24 PM »
[at] Luis
mengikuti interpretasi anda,

1. Kelahiran ke-8 sebagai Pangeran Siddhattha, adalah di Taman Lumbini, bukan di Kusinara.

2. Seandainya dimaksudkan dengan kelahiran ke-8 adalah sebagai Pangeran Siddhattha yg kelak menjadi Buddha, maka frasa "untuk ke delapan kalinya" seharusnya "untuk ke sembilan kalinya", karena ke-8 adalah Parinibbana di Kusinara


Ooopps ralat ... maksud saya, 8 kali meninggal di Kusinara :)

Quote
Enam kali, Ānanda, Aku ingat telah meninggalkan jasmani ini di tempat ini, dan yang ke tujuh kali, Aku meninggalkan jasmani ini sebagai Raja Pemutar-Roda, raja yang adil yang telah menaklukkan empat penjuru dan menegakkan peraturan yang kokoh, dan yang memiliki tujuh pusaka. Tetapi, Ānanda, aku tidak melihat tempat mana pun di dunia ini bersama para dewa [199] dan māra dan Brahmā, atau dalam generasi ini bersama para petapa dan Brahmana, raja-raja dan umat manusia, di mana Sang Tathāgata akan meninggalkan jasmani ini untuk ke delapan kalinya.’

Saat beliau meninggal yang ke-7 kali di Kusinara, beliau meninggal sebagai cakkavati.

Saat beliau akan meninggal di sana untuk yang ke-8 kali (yaitu sebagai Sang Buddha), beliau tidak melihat ada kelahiran lagi di mana pun juga.

Terima kasih koreksinya Bro Indra _/\_

Mettacittena,
Luis

8
Keluarga & Teman / Re: meninggal bunuh diri akan lahir dimana ya?
« on: 28 October 2010, 12:44:20 PM »
Batara Indra dan Bro Luis yg baik,
saya jadikan satu aja ya jawaban kalian....memang kita mungkin berbeda persepsi ttg sutta tsb, sedangkan saya menangkap makna Cakkavatti Sutta disitu jelas2 minimal Dhammanusari, kemudian dlm Sudassana Sutta malahan lebih jelas lagi bhw tdk terlahir lagi utk ke8 kalinya (berarti khan Sotapanna).

mettacittena,

Quote from: DN17 Mahāsudassana Sutta
2.17. ‘Enam kali, Ānanda, Aku ingat telah meninggalkan jasmani ini di tempat ini, dan yang ke tujuh kali, Aku meninggalkan jasmani ini sebagai Raja Pemutar-Roda, raja yang adil yang telah menaklukkan empat penjuru dan menegakkan peraturan yang kokoh, dan yang memiliki tujuh pusaka. Tetapi, Ānanda, aku tidak melihat tempat mana pun di dunia ini bersama para dewa [199] dan māra dan Brahmā, atau dalam generasi ini bersama para petapa dan Brahmana, raja-raja dan umat manusia, di mana Sang Tathāgata akan meninggalkan jasmani ini untuk ke delapan kalinya.’

mungkin sutta ini perlu diselidiki lebih jauh sehubungan dengan kata "ke delapan kalinya". ada 2 hal yg meragukan bagi saya, yaitu:

1. Sang Bodhisatta mustahil telah mencapai Sotapanna.

2. Sang Bodhisatta jelas mengalami banyak kelahiran lagi setelah itu, yg jelas sbg Pangeran Vessantara, sebagai Dewa Setaketu, dan Sebagai Pangeran Siddhattha.

mungkin samaneri bisa membantu membuka kitab komentar dan memberitahukan apa kata komentar sehubungan dengan hal ini.

Interpretasi saya terhadap kutipan dari Mahāsudassana Sutta (DN 17) adalah:
1. Sang Buddha mengatakan pernah terlahir 8 kali di Kusinara.
2. Pada kelahirannya yang ke-7 di Kusinara, beliau terlahir sebagai Cakkavati
3. Pada kelahirannya yang ke-8, beliau terlahir sebagai Pangeran Siddharta yang kemudian menjadi Buddha

Oleh karena itu, Sang Buddha mengatakan setelah kelahirannya yang ke-8, beliau tidak akan terlahir lagi di mana2 lagi :)

8 kelahiran di tempat yang sama tidak berarti kelahiran tersebut berurutan. Bisa saja, terlahir di tempat lain lagi, setelah itu (mungkin setelah beberapa kali kelahiran) baru terlahir di sana lagi. Dan dari sini tidak dikatakan kalau waktu Sang Buddha terlahir sebagai cakkavati, beliau telah menjadi sotapanna. Konteks 7 kelahiran di sini tidak sama dengan konteks seorang sotapanna yang akan terlahir kembali paling banyak 7 kali lagi sebelum mencapai Arahat.

Untuk Cakkavatti = Dhammanusari? Saya rasa tidak juga :) Berikut kutipan dari Cakkavati-sihanada Sutta yang Samaneri highlight:

Quote
Tetapi, apakah, Baginda, tugas-tugas seorang raja pemutar-roda Ariya?” “Yaitu, anakku: engkau bergantung pada Dhamma, menghormati-Nya, menghargai-Nya, menyayangi-Nya, menyembah-Nya, dan memuja-Nya, menjadikan Dhamma sebagai lencana dan spandukmu, mengakui Dhamma sebagai gurumu, engkau harus menjaga, menangkis, dan melindungi sesuai Dhamma, rumah tanggamu, pasukanmu, penduduk desa dan kota, para petapa dan Brahmana, binatang-binatang liar dan burung-burung.8 Jangan biarkan kejahatan menyerang kerajaanmu, dan bagi mereka yang membutuhkan, berikan barang-barang kebutuhan mereka. Dan petapa dan Brahmana mana pun dalam kerajaanmu yang meninggalkan kehidupan indriawi dan menjalani praktik kesabaran dan kelembutan, masing-masing menjinakkan diri mereka, masing-masing menenangkan diri mereka, dan masing-masing berusaha untuk mengakhiri keserakahan, dari waktu ke waktu engkau harus mengunjungi dan berkonsultasi dengan mereka sehubungan dengan apa yang baik dan apa yang tidak baik, apa yang patut dicela dan apa yang tanpa cela, apa yang harus diikuti dan apa yang tidak boleh diikuti, dan perbuatan apa yang dalam jangka panjang akan mengakibatkan kemalangan dan penderitaan, dan apa yang menghasilkan kesejahteraan dan kebahagiaan. Setelah mendengarkan mereka, engkau harus menghindari kejahatan dan melakukan kebajikan.9 Itu, anakku, adalah tugas seorang raja pemutar-roda Ariya.”’

Kalau tidak salah, Samaneri menginterpretasikan seorang Cakkavati adalah seorang dhammanusari berdasarkan kalimat yang berwarna biru di atas. Menurut saya, kalimat di atas berarti seorang cakkavati memimpin rakyatnya berpegang pada nilai2 Dhamma, dengan kata lain raja tersebut bermoral tinggi, adil, dan bijaksana sesuai Dhamma. Tetapi tidak berarti beliau adalah seorang dhammanusari :) Menurut saya, seseorang disebut dhammanusari apabila praktik spiritualnya telah memasuki tahapan realisasi Dhamma dengan kebijaksanaan dan sudah dekat sekali untuk memasuki arus sebagai sotapanna. Berikut kutipannya dari Okkanti Samyutta (SN 25)

Quote
“Seseorang yang baginya ajaran-ajaran ini diterima demikian setelah direnungkan hingga tingkat yang mencukupi dengan kebijaksanaan disebut seorang Penganut-Dhamma,2 seorang yang memasuki jalan pasti kebenaran, memasuki wilayah orang-orang mulia, melampaui wilayah kaum duniawi. Ia tidak mampu melakukan perbuatan yang karenanya dapat mengakibatkannya terlahir kembali di alam neraka, di alam binatang, atau di alam setan; ia tidak dapat meninggal dunia tanpa menembus buah Memasuki-arus.

Buat saya, tidak semua orang yang hidup sesuai dengan Dhamma sudah menjadi dhammanusari. Analogi nya, bisa saja seorang puttujana yang menjalankan pancasila dengan benar dan sebaik2nya, hidup sesuai dengan nilai2 Buddhis, senantiasa menumbuhkan kebijaksanaan dalam mempelajari Dhamma, tetapi belum menjadi seorang dhammanusari karena pemahaman terhadap anicca, dukkha, dan anatta belum mencapai tahap realisasi, tetapi masih teoretis dengan sedikit praktik. Para praktisi seperti ini, mungkin setelah meninggal terlahir sebagai dewa (atau manusia) tetapi belum merealisasikan sotapanna.

Demikian pendapat saya, semoga semua makhluk berbahagia _/\_

Mettacittena,
Luis

9
Keluarga & Teman / Re: meninggal bunuh diri akan lahir dimana ya?
« on: 26 October 2010, 09:03:18 AM »
Terima kasih atas masukannya Samaneri. Seorang sotapanna tidak akan terlahir lagi di alam rendah (di bawah alam manusia). Misalnya dalam sutta berikut (AN 3.89 AN 9.12) mengenai jenis2 sotapanna:

Quote
"[beberapa], dengan menghancurkan tiga belenggu, adalah 'penanam-satu-benih; (ekabijin): setelah terlahir kembali satu kali lagi di alam manusia, mereka akan mengakhiri dukkha."

"atau, belum mencapai tahap ini, dengan menghancurkan tiga belenggu, mereka adalah orang yang "'berjalan dari keluarga-ke-keluarga' (kolankola): setelah berpindah dan mengembara dalam dua atau tiga keluarga, mereka akan mengakhiri dukkha."

"atau, belum mencapai tahap ini, dengan menghancurkan tiga belenggu, mereka adalah orang yang 'terlahir paling banyak tujuh kali lagi': setelah berpindah dan mengembara dalam alam dewa dan manusia (sattakkhattuparama), mereka akan mengakhiri dukkha."

Dari sini terlihat kalau seorang sotapanna tidak akan terlahir lagi di alam rendah, tetapi sebagai manusia atau dewa sampai mengakhiri dukkha secara tuntas sebagai arahat.

Seorang cakkavatti tidak berarti kalau beliau juga telah menjadi seorang sotapanna. Dalam Cakkavatti-Sihanada Sutta (DN 16), diceritakan bagaimana seorang cakkavatti menjunjung tinggi moralitas (sila) dalam mempimpin rakyatnya, dan rakyatnya juga menjunjung tinggi moralitas, sehingga umur manusia menjadi panjang. Walaupun sila nya terlihat sempurna, tidak dikatakan bahwa seorang cakkavatti telah terbebas dari keseluruhan 3 belenggu seperti halnya seorang sotapanna.

Mettacittena,
Luis

Maaf ada sedikit ralat, sutta rujukan di atas adalah AN 9.12 (Sa,upadisesa Sutta), bukan AN 3.89 (Sikkha Sutta). Mohon maaf atas kesalahannya _/\_

Mettacittena,
Luis

10
Humor / Re: Diagram venn agama (menurut google auto complete)
« on: 23 October 2010, 11:43:22 PM »
Di saya juga agak beda :) tapi masih mirip2 hehehe.

11
Tadi sore hujan gede di Singapore ... lumayan banget, sekarang jadi gak berkabut n udaranya cukup adem :D moga2 di tempat laen bisa clear juga

12
Hari ini di Singapore udah mendingan dikit :) langitnya udah lebih bersih n gak terlalu berkabut hehe. Paling parah 2 hari yang lalu, terparah sejak tahun 2006.

13
Keluarga & Teman / Re: meninggal bunuh diri akan lahir dimana ya?
« on: 23 October 2010, 11:16:52 AM »
bro Luis yg baik,
saya secara pribadi setuju sekali dg pandangan anda, hanya sy terbentur dg ketentuan dari sang Buddha sendiri bhw min Sotapanna tdk akan terjatuh kealam rendah, sedang saya secara pribadi selama dia belum ARAHAT maka dia bisa saja terjatuh ke alam rendah, contohnya : kisah Mora (Mora paritta) bukankah beliau sendiri menjadi burung Merak (notabene dunia binatang wlu memiliki keistimewaan bisa bicara dan berumur 1000thn lebih pd saat ditangkap), pdhal ini kelahiran stlh beliau menjadi Dewa Sakka dan Cakkavatti yg beliau buktikan dg menyuruh Raja menggali danau utk menemukan kereta emas beliau sewaktu menjadi Cakkavatti. ini aja bukan akibat bunuh diri apalagi klo bunuh diri, tapi saya masih PERLU belajar banyak jadi inipun hanya pikiran saya yg masih belum memiliki pengetahuan apa2, masih jauh dari yg udah senior2 disini.

mettacittena,

Terima kasih atas masukannya Samaneri. Seorang sotapanna tidak akan terlahir lagi di alam rendah (di bawah alam manusia). Misalnya dalam sutta berikut (AN 3.89) mengenai jenis2 sotapanna:

Quote
"[beberapa], dengan menghancurkan tiga belenggu, adalah 'penanam-satu-benih; (ekabijin): setelah terlahir kembali satu kali lagi di alam manusia, mereka akan mengakhiri dukkha."

"atau, belum mencapai tahap ini, dengan menghancurkan tiga belenggu, mereka adalah orang yang "'berjalan dari keluarga-ke-keluarga' (kolankola): setelah berpindah dan mengembara dalam dua atau tiga keluarga, mereka akan mengakhiri dukkha."

"atau, belum mencapai tahap ini, dengan menghancurkan tiga belenggu, mereka adalah orang yang 'terlahir paling banyak tujuh kali lagi': setelah berpindah dan mengembara dalam alam dewa dan manusia (sattakkhattuparama), mereka akan mengakhiri dukkha."

Dari sini terlihat kalau seorang sotapanna tidak akan terlahir lagi di alam rendah, tetapi sebagai manusia atau dewa sampai mengakhiri dukkha secara tuntas sebagai arahat.

Seorang cakkavatti tidak berarti kalau beliau juga telah menjadi seorang sotapanna. Dalam Cakkavatti-Sihanada Sutta (DN 16), diceritakan bagaimana seorang cakkavatti menjunjung tinggi moralitas (sila) dalam mempimpin rakyatnya, dan rakyatnya juga menjunjung tinggi moralitas, sehingga umur manusia menjadi panjang. Walaupun sila nya terlihat sempurna, tidak dikatakan bahwa seorang cakkavatti telah terbebas dari keseluruhan 3 belenggu seperti halnya seorang sotapanna.

Mettacittena,
Luis


14
Bener karena asap nich :( kabut dan mendung nya beda, bau asap banget. Mulai banyak yang sakit tuh, terutama orang2 yang punya asma.

15
haha mendung dan berkabut nya karena asap :D

Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8