Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi => Theravada => Topic started by: Riky_dave on 12 July 2008, 03:38:25 PM

Title: [ASK]Sotapanna
Post by: Riky_dave on 12 July 2008, 03:38:25 PM
Saya mau tanya tentang sotapanna,apakah setelah "mencapai" sotapanna tidak bisa kembali menjadi "umat awam"?

Salam,
Riky
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Sumedho on 12 July 2008, 04:37:09 PM
konon katanya demikian..... maks terlahir 7x lagi
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Riky_dave on 12 July 2008, 04:40:09 PM
konon katanya demikian..... maks terlahir 7x lagi
Apakah ketika kita "mencapai" sotapana pada kehidupan ini,kita sudah tidak bisa "kehilangannya" lagi ya?Misalnya seperti "ingin" balik seperti biasanya...

Salam,
Riky
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Sumedho on 12 July 2008, 05:06:08 PM
sayangnya ... tidak.... :(

Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Hendra Susanto on 12 July 2008, 05:13:18 PM
tidak bs menjadi umat awam setelah sotapanna, dan terlahir max 7X

pertanyaan gw: terlahir kembali sebagai apa (dalam kurun waktu 7X tersebut)?
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Sumedho on 12 July 2008, 05:20:41 PM
secara katanya tidak dialam rendah, yah.... manussa keatas
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Hendra Susanto on 12 July 2008, 05:22:41 PM
secara katanya tidak dialam rendah, yah.... manussa keatas

mending jd 1/2 sotapanna aja dach kan mantep jd orang lagi bs betapa :))
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Fudotakika on 12 July 2008, 06:24:18 PM
kalo bisa jadi alam, kenapa mesti jadi manusia lagi?
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Lex Chan on 12 July 2008, 08:25:28 PM
sayangnya untungnya... tidak.... :(

ralat, suhu.. :))
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Riky_dave on 12 July 2008, 09:46:05 PM
sayangnya ... tidak.... :(
Thanks,i get the point....
Berati setelah sotapana(memasuki arus) kita tidak bisa kembali lagi....

Salam,
Riky
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Edward on 12 July 2008, 09:49:00 PM
ow iya,tau dari mana yah kalo kita sudah memasuki arus? atau sudah mencapai pencerahan tertentu?
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Riky_dave on 12 July 2008, 09:52:56 PM
Kayaknya kita sendiri tidak sadar kalau sudah sotapana....
Sotapana itu bukan orang yang suci2 banget yang kayak dideskripsikan oleh orang banyak...
Kayak lagu : "Sotapana juga manusia,punya hati....." ^-^

Salam,
Riky
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Riky_dave on 12 July 2008, 10:19:46 PM
kalo bisa jadi alam, kenapa mesti jadi manusia lagi?
Betul banget.....:)
Just question for the god......

Salam,
Riky
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: bond on 13 July 2008, 10:32:25 AM
ow iya,tau dari mana yah kalo kita sudah memasuki arus? atau sudah mencapai pencerahan tertentu?

Coba liat di http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,2764.msg44083.html#new

 _/\_
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: andry on 13 July 2008, 11:40:48 PM
Sama seperti ketika kita kekenyangan.
apakah orang lain tahu ? bahwa perut kita sudah sangat kenyang?
setelah kenyang bisa balik lagi gak? duh pengen laper lagi nih (???)
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Edward on 14 July 2008, 12:27:50 AM
orang lain bisa tau donk...Kan kalo kita kenyang bgt, bakalan stop makan..
mo laper lagi?tunggu aj beberapa jam berikutnya....

Rada kaga nyambung neh ane, bisa jelasin lagi berhubungan soal kekenyangan?
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: andry on 14 July 2008, 10:04:58 AM
orang lain bisa tau donk...Kan kalo kita kenyang bgt, bakalan stop makan..
IMO >> pada saat itu juga (detik itu juga).
mksd ane, anda makan di rumah, lalu kenyang nih...
lalu anda pergi keluar, secara sekilas, apakah orang lain tau bahwa anda telah kekenyangan?.
lalu setelah anda kenyang, anda ingin balik lagi (dalam artian coba bisa lapar lagi >>> memang bisa lapar lagi, namun harus menunggu bukan, mksd saya dalam artian apakah bisa balik lapar lagi adalah pada saat yg bersamaan.)


Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Edward on 14 July 2008, 11:49:24 AM
ic ic...jadi orang lain kaga bisa tau kalo misalkan kita sudah mencapai titik pencerahan tertentu kalo kita diam aj ato kaga bereaksi?
apakah berlaku bagi org yang telah mencapai titik pencerahan lbh tinggi?
Trus, kalo berkaitan dgn telah memasuki arus, jika kita diam(tidak menyucikan pikiran dll) dlm waktu terntentu, kita akan kembali "lapar"/ keluar dari arus kembali?
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: williamhalim on 14 July 2008, 12:20:20 PM
sayangnya ... tidak.... :(
Thanks,i get the point....
Berati setelah sotapana(memasuki arus) kita tidak bisa kembali lagi....

Salam,
Riky

IMO, bukan "memasuki arus" tapi kebalikannya yakni "Memenangi arus".
'Arus' disini mengibaratkan pandangan salah yg diyakini umat awam (kita-kita), yaitu: adanya atta, ritual bisa menyelamatkan, dll. Sedangkan seorang Sotapanna sudah berhasil memenangi 'arus' tsb (keluar dari arus).

CMIIW

::
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Indra on 14 July 2008, 12:26:02 PM
tapi dimana2 selalu diterjemahkan Memasuki-Arus, mungkin memang demikian kalao dalam konteks arusnya itu mengalir ke pantai seberang _/\_
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Sumedho on 14 July 2008, 12:37:23 PM
mungkin definisi dari arus itu yg berbeda

menurut translasi standard, itu arus yg membawa pada padam/nibbana

kalo menurut bro willi mungkin arus "keduniawian" hehehe
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: williamhalim on 14 July 2008, 12:40:45 PM
mungkin definisi dari arus itu yg berbeda

menurut translasi standard, itu arus yg membawa pada padam/nibbana

kalo menurut bro willi mungkin arus "keduniawian" hehehe

Anumodana telah meluruskan pemahamanku Bro...
Karena selama ini sy memang memahaminya begitu, diskusi ini ternyata telah membuahkan manfaat bagi saya.

willi

::
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Riky_dave on 14 July 2008, 07:33:08 PM
_/\_
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Sumedho on 14 July 2008, 07:51:15 PM
btw definisi sotapanna itu dan apa yang menyebabkan seseorang sotapanna sudah tahu kan rik ?
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Riky_dave on 14 July 2008, 08:01:06 PM
btw definisi sotapanna itu dan apa yang menyebabkan seseorang sotapanna sudah tahu kan rik ?
Saya tidak tahu, saya menanyakan hal ini sehubungan dengan beberapa pertanyaan yang sering muncul tentang "sotapanna" ini.(Makanya saya hanya ingin tahu saja,apakah "sotapanna" ini ada ditulis didalam Tipitaka,jika ada bisakah saya melihat referensinya untuk membandingkan kebenarannya?)
Saya hanya ingat2 sedikit karena saya juga ada berbincang2 dengan ko tesla...
Mematahkan 3belenggu(Jika salah mohon dikoreksi ya :) )
1.Pengertian salah tentang adanya "diri" yg kekal(anatta)
2.Keragu2an terhadap Tiratana
3.Menganggap ritual dapat membawa kebahagian dan pencerahan..

Salam,
Riky
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Riky_dave on 14 July 2008, 08:08:08 PM
orang lain bisa tau donk...Kan kalo kita kenyang bgt, bakalan stop makan..
IMO >> pada saat itu juga (detik itu juga).
mksd ane, anda makan di rumah, lalu kenyang nih...
lalu anda pergi keluar, secara sekilas, apakah orang lain tau bahwa anda telah kekenyangan?.
lalu setelah anda kenyang, anda ingin balik lagi (dalam artian coba bisa lapar lagi >>> memang bisa lapar lagi, namun harus menunggu bukan, mksd saya dalam artian apakah bisa balik lapar lagi adalah pada saat yg bersamaan.)
Pernyataan anda diatas mengandung 2makna yang agak berbeda yang saya tangkap :
1.Anda hendak mengatakan bahwa jika sudah sotapanna tidak mungkin balik lagi(Berdasarkan kata2 ini,"mksd saya dalam artian apakah bisa balik lapar lagi adalah pada saat yg bersamaan")
2.Anda hendak mengatakan bahwa jika sudah sotapanna dan tidak meneruskannya dalam jangka waktu tertentu mungkin balik lagi menjadi umat awam(Berdasarkan kata2 ini,"dalam artian coba bisa lapar lagi >>> memang bisa lapar lagi, namun harus menunggu bukan")
Kesimpulannya maksud kata2 anda yang mana?1 atau 2,saya tidak mau menebak2nya jadi silakan anda konfirmasikan biar jelas :)

Salam,
Riky
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: andry on 14 July 2008, 10:25:39 PM
ic ic...jadi orang lain kaga bisa tau kalo misalkan kita sudah mencapai titik pencerahan tertentu kalo kita diam aj ato kaga bereaksi?
apakah berlaku bagi org yang telah mencapai titik pencerahan lbh tinggi?
Trus, kalo berkaitan dgn telah memasuki arus, jika kita diam(tidak menyucikan pikiran dll) dlm waktu terntentu, kita akan kembali "lapar"/ keluar dari arus kembali?
Menurut teorinya seh gitu bro,
menurut teorinya pula yg tinggi bisa melihat yg lebih rendah
menurut teorinya pula setelah memasuki arus, secara otomatis batin ini akan terbimbing oleh Tuhan.
Jadi kesimpulannya (sekalian menjawab postingan bro ricky) adalah DO IT !!
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Sumedho on 14 July 2008, 10:35:34 PM
heh? Tuhan ?
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: andry on 14 July 2008, 10:41:35 PM
heh? Tuhan ?
Tuhan yg menjelma ko...
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Sumedho on 14 July 2008, 10:46:48 PM
emang apaan tuh Tuhan yang menjelma? ???
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Sukma Kemenyan on 14 July 2008, 10:49:23 PM
"dibimbing / terbimbing" itu sendiri udah rancu...

Dmana sadarnya kalao di-bimbing (cuma ngekor) ?
Dmana sadarnya kalao ter-bimbing (Ga sengaja terjadi) ?
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Edward on 15 July 2008, 03:55:45 AM

Udh nangkep sih....tapi,koq jadi ada mr. T ?
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Riky_dave on 15 July 2008, 09:06:47 PM
Eh,maaf ya thread ini sudah OOT,saya hanya ingin tahu bisa/tidak bisa,adakah tercantum dlm Tipitaka?Hanya itu saja yang saya ingin tahu,tidak lebih dan tidak kurang....Bukan untuk mencari suatu perdebatan akan "benar" dan "salah" :)

Salam,
Riky
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Indra on 15 July 2008, 09:10:08 PM
Sedikit tambahan,

Dalam Ratana Sutta disebutkan bahwa mereka yang telah mencapai Sotapanna tidak akan terlahir kembali untuk ke-8 kalinya. (kalimatnya mungkin tidak persis begini).
 _/\_
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Riky_dave on 15 July 2008, 09:17:47 PM
[at]Indra
Bisakah saya memperoleh referensi atau sumbernya secara langsung?
Dan kembali ke pertanyaan saya yang pertama,"Setelah sotapanna bisa kembali atau tidak?"

Salam,
Riky
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Indra on 15 July 2008, 09:33:27 PM
referensi Ratana Sutta, ada di buku Paritta warna biru terbitan Yayasan Dhammadipa

Dalam Sutta itu sepertinya Buddha menjamin tidak akan terlahir sampai 8 kali, berarti apapun yg terjadi tetap maks. 7 kali, dan juga disebutkan bahwa seorang Sotapanna tidak dapat lagi melakukan kejahatan berat
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Riky_dave on 15 July 2008, 09:36:46 PM
Hm....Kembali ke pertanyaan saya yang awal,"Setelah mencapai sotapanna bisakah kembali menjadi umat awam?Atau kalau diumpamkan "Sotapanna" adalah pangkat jendral,setelah kita menjadi jendral bisakah kita melepas pangkat jendral dan menjadi orang biasa lagi?Bisa atau tidak?Jika bisa tercantum didalam mana?Adakah sumbernya?"

Salam,
Riky
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Indra on 15 July 2008, 09:42:36 PM
dari pemahaman saya atas Ratana Sutta,

"bisakah seorang sotapatti terlahir berulang2 labih dari 8 kali? atau bisakah terlahir di alam rendah?"

dengan merujuk pada Ratana Sutta,

"Tidak bisa".

kesimpulan saya (tetap berdasarkan Ratana Sutta, sebenarnya banyak dalam Sutta2 lain juga, tapi lupa)
tingkatan kesucian cuma bisa naik tidak bisa turun, Sotapanna adalah titik aman pertama, apakah seorang mahasiswa bisa jadi murid SD lagi?
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Sumedho on 15 July 2008, 09:46:50 PM
mungkin pertanyaannya, dari sotapanna *ariya* menjadi umat biasa *puthujana*
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Riky_dave on 15 July 2008, 09:49:20 PM
Quote
mungkin pertanyaannya, dari sotapanna *ariya* menjadi umat biasa *puthujana*
Ya seperti itu,tapi kurang tepat,tepatnya bisakah menghilang begitu saja jika tidak diteruskan lagi?

Salam,
Riky
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Riky_dave on 15 July 2008, 09:50:13 PM
Quote
apakah seorang mahasiswa bisa jadi murid SD lagi?
Berati jawabannya tidak bisa...Oke diterima,berdasarkan sutta2 bukan?
:)

Salam,
Riky
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Sumedho on 15 July 2008, 09:51:35 PM
Quote
mungkin pertanyaannya, dari sotapanna *ariya* menjadi umat biasa *puthujana*
Ya seperti itu,tapi kurang tepat,tepatnya bisakah menghilang begitu saja jika tidak diteruskan lagi?

Salam,
Riky
ooh maksudnya kgk diteruskan lagi gitu? yah kenot lah... max 7 times.
tapi kalo diteruskan yah bisa dikehidupan itu jga.
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Riky_dave on 15 July 2008, 09:53:07 PM
kenot?
Apaan itu?
Maksudnya stop disotapanna saja dan balik kembali ke umat awam pada kehidupan itu juga,bisa tidak?

Salam,
Riky
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Sumedho on 15 July 2008, 09:55:29 PM
cannot maksudnya :D

sorry to say, nda bisa mas...
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: luis on 16 July 2008, 01:55:34 PM
Dalam sutta, Majjhima Nikaya 81 (Gathikara Sutta), ada contoh seseorang yang sudah mencapai Anagami dan masih hidup sebagai umat awam, yaitu Gathikara. Tetapi alasan beliau untuk tetap hidup berumahtangga adalah untuk merawat ibunya yang sudah tua dan kalau tidak salah juga buta.

Kalau melihat contoh di atas, saya rasa masih mungkin seseorang yang mencapai tingkat Sotapana masih menempuh kehidupan sebagai umat awam.

Mettacittena,
Luis
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Sumedho on 16 July 2008, 02:14:20 PM
maksudnya bukan hidup sebagai umat awam (lawan katanya bhikkhu), tapi umat awam puthujjhana (lawannya ariya)
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: luis on 16 July 2008, 02:31:40 PM
Yup mengerti :) thanks buat penjelasannya Sdr Sumedho. Kalau sebagai umat awam puthujjhana, jelas tidak bisa.

Mettacittena,
Luis
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Lily W on 16 July 2008, 02:59:04 PM
SOTAPANNA ada tiga macam, yaitu :

1. Sattakhattu-Parama-Sotapanna : Sotapanna paling banyak tujuh kali lagi dilahirkan di Alam Sugati-Bhumi.
~ kalo Sotapanna tersebut tidak mempunyai Jhana, paling banyak tujuh kali lagi lahir di Alam Kamasugati-Bhumi 7.
~ kalo Sotapanna tersebut mempunyai Jhana, paling banyak tujuh kali lagi lahir di Alam Brahma-Bhumi.

2. Kolankola-Sotapanna : Sotapanna yang akan dilahirkan dua sampai enam kali lagi, setelah itu akan menjadi Arahat dan parinibbana.

3. Ekabiji-Sotapanna : Sotapanna yang akan dilahirkan hanya sekali lagi, setelah itu akan menjadi Arahat dan Parinibbana.

Sebab-sebab Sotapanna terbagi menjadi tiga macam...yaitu :
1.  Sattakhattu-Parama-Sotapanna : Dalam kehidupan yang lampau Beliau melaksanakan Paramita yang "Kurang Tekun", maka itu bila menjadi Sotapanna, menjadi  Sattakhattu-Parama-Sotapanna.

2. Kolankola-Sotapanna : Dalam kehidupan yang lampau beliau melaksanakan Paramita yang "Setengah Tekun", maka itu bila menjadi Sotapanna, menjadi Kolankola-Sotapanna.

3. Ekabiji-Sotapanna : Dalam kehidupan yang lampau beliau melaksanakan Paramita dengan "Tekun", maka itu bisa menjadi Sotapanna,menjadi Ekabiji-Sotapanna.

N.B :
~Alam Kamasugati-Bhumi 7 :
1. Manussa Bhumi
2. Catummaharjika Bhumi
3. Tivatimsa Bhumi
4. Yama Bhumi
5. Tusita Bhumi
6. Nimmanarati Bhumi
7. Paranimmita Vasavatti Bhumi

~Alam Brahma-Bhumi 20 : Rupa Bhumi 16 & Arupa Bhumi 4

~ Alam Kamasugati Bhumi 7 +  Alam Brahma Bhumi 20  = Alam Sugati Bhumi 27 (27 Alam Kehidupan yang menyenangkan).

Sumber : Dhamma Sakacca (Berbincang Dhamma) - Panjika

_/\_ :lotus:




Title: Tingkat ariya tidak ada kaitannya dengan kebhikkhuan
Post by: hudoyo on 17 July 2008, 04:48:21 AM
Menurut hemat saya, tingkat-tingkat ariya tidak ada hubungannya sama sekali dengan menjadi bhikkhu atau tidak. Tingkat ariya adalah keadaan batin. Sedangkan kebhikkhuan adalah sekadar status lahiriah, sedangkan secara batiniah cuma menyangkut sila yang berbeda dari non-bhikkhu, tidak ada kaitannya dengan tingkat ariya.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: hudoyo on 17 July 2008, 04:53:31 AM
ow iya,tau dari mana yah kalo kita sudah memasuki arus? atau sudah mencapai pencerahan tertentu?

Saya rasa, orang yang benar-benar bebas tidak memikirkan soal itu lagi. Pertama, karena sudah tidak ada lagi keraguan dalam batinnya. Kedua, karena ia tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi dengan dirinya; ia tidak lagi bertanya: "Apakah SAYA sudah sampai atau belum, ya?"

Salam,
hudoyo
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: nyanadhana on 17 July 2008, 08:50:01 AM
 _/\_ Betul Pak Hudoyo,
"Apakah SAYA sudah sampai atau belum, ya?"
Karena orang yang sudah tercerahkan,ia sudah sampai disini dan berhenti.
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Indra on 17 July 2008, 08:57:20 AM
Setuju untuk Yang Tercerahkan Sepenuhnya (Fully Enlightend), tapi bagaimana dengan yang 1/4 cerah sesuai dengan pertanyaan dalam thread ini?
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Indra on 17 July 2008, 09:07:44 AM
Tambahan:

Dalam Sutta-Sutta, setelah Sang Buddha membabarkab khotbah dan si pendengar mencapai Kesucian, selalu ada kalimat-kalimat spt berikut: "Hidup suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi yang harus dilakukan". kalimat renungan ini menyiratkan bahwa mereka tahu (walaupun tidak mau tahu) pencapaian mereka.
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: nyanadhana on 17 July 2008, 09:12:07 AM
Setuju untuk Yang Tercerahkan Sepenuhnya (Fully Enlightend), tapi bagaimana dengan yang 1/4 cerah sesuai dengan pertanyaan dalam thread ini?]

Berbekal Saddha yang telah dimilikinya, apakah ia mempertanyakan keraguannya setelah mencapai magga dan phala. Saya pikir ini adalah pertanyaan ego seorang putthujana yang belum sepenuhnya mempraktikkan Jalan, jadi pikirannya tidak konstan,selalu berubah,khawatir,namun ketika ia mempraktikkan Jalan, Pandangan Benar muncul, Pikiran yang layaknya kolam lumpur kembali jernih, pikiran buruk terendapkan.
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: hudoyo on 17 July 2008, 08:24:23 PM
Setuju untuk Yang Tercerahkan Sepenuhnya (Fully Enlightend), tapi bagaimana dengan yang 1/4 cerah sesuai dengan pertanyaan dalam thread ini?

Seorang puthujjana saja, ketika berada dalam keadaan vipassana, tidak "sempat" berpikir, "Saya sudah ariya atau belum, ya?" ... Apalagi seorang ariya dalam keadaan vipassana, sama sekali tidak ada pikiran seperti itu dalam batinnya. ...

Yang mempersoalkan tingkat-tingkat kesucian itu kan cuma puthujjana yang tidak bermeditasi, tapi cuma belajar Tipitaka dengan inteleknya.

Salam,
hudoyo
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: hudoyo on 17 July 2008, 08:32:05 PM
Tambahan:
Dalam Sutta-Sutta, setelah Sang Buddha membabarkab khotbah dan si pendengar mencapai Kesucian, selalu ada kalimat-kalimat spt berikut: "Hidup suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi yang harus dilakukan". kalimat renungan ini menyiratkan bahwa mereka tahu (walaupun tidak mau tahu) pencapaian mereka.

"Khina jati, vusitam brahmacariyam, katam karaniyam, na param itthataya'ti". -- Maaf saja, mengingat bahwa kalimat stereotip ini diucapkan oleh semua arahat ketika baru mencapai pembebasan, begitu konon menurut Tipitaka, saya tidak percaya bahwa memang begitulah keadaan sebenarnya. Para arahat bukanlah robot. Menurut hemat saya, kalimat itu disisipkan oleh para bhikkhu penghafal Tipitaka yang datang belakangan.

Istilah "pencapaian mereka" tidak punya arti bagi seorang arahat, karena tidak ada siapa pun yang mencapai apa pun. Yang berpikir begitu cuma para puthujjana.

Salam,
hudoyo
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Sumedho on 17 July 2008, 08:40:14 PM
Setuju untuk Yang Tercerahkan Sepenuhnya (Fully Enlightend), tapi bagaimana dengan yang 1/4 cerah sesuai dengan pertanyaan dalam thread ini?

Seorang puthujjana saja, ketika berada dalam keadaan vipassana, tidak "sempat" berpikir, "Saya sudah ariya atau belum, ya?" ... Apalagi seorang ariya dalam keadaan vipassana, sama sekali tidak ada pikiran seperti itu dalam batinnya. ...

Yang mempersoalkan tingkat-tingkat kesucian itu kan cuma puthujjana yang tidak bermeditasi, tapi cuma belajar Tipitaka dengan inteleknya.

Salam,
hudoyo
kalau ariya tidak dalam keadaan vipassana bagaimana pak?
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: hudoyo on 18 July 2008, 01:46:21 AM
kalau ariya tidak dalam keadaan vipassana bagaimana pak?

Katanya sih, sebelum arahat, dia masih memiliki aku, jadi masih ada pikiran, tapi sudah sangat halus.

Dalam Mulapariyaya-sutta, Sang Buddha mengajarkan bahwa seorang ariya, sebelum bebas sempurna, hendaknya berlatih agar tidak membiarkan pikiran (mulai konseptualitasi, ma~n~nati, langkah ke-2 dari proses berpikir) muncul, melainkan menjaga agar pikirannya tetap berada pada langkah ke-1 saja (persepsi murni, sa~njanati).

Salam,
hudoyo
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Sumedho on 18 July 2008, 11:49:54 AM
kalau ariya tidak dalam keadaan vipassana bagaimana pak?

Katanya sih, sebelum arahat, dia masih memiliki aku, jadi masih ada pikiran, tapi sudah sangat halus.

Dalam Mulapariyaya-sutta, Sang Buddha mengajarkan bahwa seorang ariya, sebelum bebas sempurna, hendaknya berlatih agar tidak membiarkan pikiran (mulai konseptualitasi, ma~n~nati, langkah ke-2 dari proses berpikir) muncul, melainkan menjaga agar pikirannya tetap berada pada langkah ke-1 saja (persepsi murni, sa~njanati).

Salam,
hudoyo
tapi for sake of communication, masih tetap ada bicara menggunakan kata aku, pencapaian arahat, dll kan pak?
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Predator on 18 July 2008, 02:02:53 PM
kalau ariya tidak dalam keadaan vipassana bagaimana pak?

Katanya sih, sebelum arahat, dia masih memiliki aku, jadi masih ada pikiran, tapi sudah sangat halus.

Dalam Mulapariyaya-sutta, Sang Buddha mengajarkan bahwa seorang ariya, sebelum bebas sempurna, hendaknya berlatih agar tidak membiarkan pikiran (mulai konseptualitasi, ma~n~nati, langkah ke-2 dari proses berpikir) muncul, melainkan menjaga agar pikirannya tetap berada pada langkah ke-1 saja (persepsi murni, sa~njanati).

Salam,
hudoyo

hmm.. Jika pikiran di ibaratkan gelombang.. gelombang yang halus sudah tidak menghasilkan suara beresonansi tinggi maupun suara yang beresonansi rendah.. bener2 tenang
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: Riky_dave on 18 July 2008, 07:14:08 PM
SOTAPANNA ada tiga macam, yaitu :

1. Sattakhattu-Parama-Sotapanna : Sotapanna paling banyak tujuh kali lagi dilahirkan di Alam Sugati-Bhumi.
~ kalo Sotapanna tersebut tidak mempunyai Jhana, paling banyak tujuh kali lagi lahir di Alam Kamasugati-Bhumi 7.
~ kalo Sotapanna tersebut mempunyai Jhana, paling banyak tujuh kali lagi lahir di Alam Brahma-Bhumi.

2. Kolankola-Sotapanna : Sotapanna yang akan dilahirkan dua sampai enam kali lagi, setelah itu akan menjadi Arahat dan parinibbana.

3. Ekabiji-Sotapanna : Sotapanna yang akan dilahirkan hanya sekali lagi, setelah itu akan menjadi Arahat dan Parinibbana.

Sebab-sebab Sotapanna terbagi menjadi tiga macam...yaitu :
1.  Sattakhattu-Parama-Sotapanna : Dalam kehidupan yang lampau Beliau melaksanakan Paramita yang "Kurang Tekun", maka itu bila menjadi Sotapanna, menjadi  Sattakhattu-Parama-Sotapanna.

2. Kolankola-Sotapanna : Dalam kehidupan yang lampau beliau melaksanakan Paramita yang "Setengah Tekun", maka itu bila menjadi Sotapanna, menjadi Kolankola-Sotapanna.

3. Ekabiji-Sotapanna : Dalam kehidupan yang lampau beliau melaksanakan Paramita dengan "Tekun", maka itu bisa menjadi Sotapanna,menjadi Ekabiji-Sotapanna.

N.B :
~Alam Kamasugati-Bhumi 7 :
1. Manussa Bhumi
2. Catummaharjika Bhumi
3. Tivatimsa Bhumi
4. Yama Bhumi
5. Tusita Bhumi
6. Nimmanarati Bhumi
7. Paranimmita Vasavatti Bhumi

~Alam Brahma-Bhumi 20 : Rupa Bhumi 16 & Arupa Bhumi 4

~ Alam Kamasugati Bhumi 7 +  Alam Brahma Bhumi 20  = Alam Sugati Bhumi 27 (27 Alam Kehidupan yang menyenangkan).

Sumber : Dhamma Sakacca (Berbincang Dhamma) - Panjika

_/\_ :lotus:





]
So nice,but back to my question,"Yes or no?Jika sotapanna bisa balik kembali menjadi umat awam?">>>Jika bisa say yes,jika tidak bisa say no...And beserta sumbernya...
Karena saya lihat dari semua tulisan Bu lily tidak ada 1pun kata yg berhubungan dengan pertanyaan yang saya tanyakan....(Tapi cukup bagus sekedar menjadi bacaan tambahan :) )

Salam,
Riky
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: dilbert on 18 July 2008, 10:59:09 PM
Menurut hemat saya, tingkat-tingkat ariya tidak ada hubungannya sama sekali dengan menjadi bhikkhu atau tidak. Tingkat ariya adalah keadaan batin. Sedangkan kebhikkhuan adalah sekadar status lahiriah, sedangkan secara batiniah cuma menyangkut sila yang berbeda dari non-bhikkhu, tidak ada kaitannya dengan tingkat ariya.

Salam,
Hudoyo

setuju... kalau tidak darimana jalur pacceka buddha ?? bhikkhu bhikkhuni dikenal ketika adanya sammasambuddha di suatu dunia. Jikalau tidak ada, maka jalur pacceka buddha yang dijalani.
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: hudoyo on 19 July 2008, 08:02:41 AM
tapi for sake of communication, masih tetap ada bicara menggunakan kata aku, pencapaian arahat, dll kan pak?

Di dalam komunikasi, yang penting adalah asumsi dasar atau mindset dari mana kita bicara. Di dalam konteks Buddhisme, sering orang bilang "pencapaian arahat", "pencapaian nibbana", dsb ... ini mengasumsikan suatu mindset tertentu. Saya sendiri tidak begitu suka menggunakan ungkapan "pencapaian arahat atau nibbana"; alih-alih saya lebih suka menggunakan ungkapan "kepadaman total" ... ini mengasumsikan suatu mindset yang lain sekali. ... Lalu karena mindset yang mendasari kedua pernyataan itu berbeda, maka dampaknya pada sikap, perilaku, latihan (kalau ada) dsb juga bisa sangat berbeda. ... Inilah yang belakangan saya sadari membedakan MMD dengan teknik vipassana a la Mahasi Sayadaw misalnya.

PS: Saya ingin menambahkan pada posting saya yang lalu. Di situ saya cuma bicara tentang "latihan" seorang ariya non-arahat (sekha). Ini kurang relevan dengan pertanyaan Anda: "kalau ariya tidak dalam keadaan vipassana bagaimana pak?" ... Menurut teorinya, sih, seorang Sotapanna itu tidak berkurang lobha, dosa, moha-nya. Bedanya dengan puthujjana cuma kesadarannya cukup kuat sehingga dia tidak pernah melanggar sila lagi. Tapi di lain pihak, dia masih punya keinginan, ketidaksenangan dsb, sama dengan puthujjana. Seorang Sotapanna masih bisa berhubungan seksual dalam rumah tangga, misalnya. Itu kalau dia tidak sedang dalam vipassana.

Salam,
hudoyo
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: hudoyo on 19 July 2008, 08:12:08 AM
setuju... kalau tidak darimana jalur pacceka buddha ?? bhikkhu bhikkhuni dikenal ketika adanya sammasambuddha di suatu dunia. Jikalau tidak ada, maka jalur pacceka buddha yang dijalani.

Ini penting. Sering kali umat Buddhis bilang, selama masih ada Buddha-dhamma (yang rumusannya kita kenal sekarang), tidak mungkin ada Buddha baru atau Pacceka-buddha baru. Ini dikemukakan lengkap dengan rujukan sutta-nya.

Saya tidak setuju dengan pendapat ini. Ada-tidaknya rumusan Buddha-dhamma (Empat Kebenaran Mulia, Jalan Mulia Berfaktor Delapan) pada suatu zaman sama sekali tidak menutup kemungkinan bagi seseorang untuk menemukan sendiri KEBENARAN di luar Buddha-dhamma yang ada ... dalam terminologi Buddhis, tidak menutup kemungkinan timbulnya Buddha-Buddha atau Pacceka-buddha baru yang menemukan kembali KEBENARAN dan merumuskannya dengan mindset masing-masing.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: pendekar kuning on 13 August 2008, 02:41:36 AM
 :outoftopic:
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: pendekar kuning on 13 August 2008, 02:51:51 AM
Bagi pemasuk arus = dianya sendiri yang ngak mau keluar dari arus. jadi bagai mana dia bisa keluar lagi kalau yang bersangkutan tidak mau ( baca ciri ciri sotapanna (contoh:silanya bagus) dan juga 7 harta seorang sotapanna) seperti seorang yang mempunyai harta mulia tidak akan melepaskannya.
Jadi kalau saudara Reky udah jadi Sotapanna juga ngak bakal mikirin keluar dari arus. karena sudah melihat bahaya di samsara ini. Di benak kamu cuma mikirin gimana bisa lolos dari alam samsara ini
Title: Re: [ASK]Sotapanna
Post by: fabian c on 28 August 2008, 04:54:16 PM
Perumpamaan mengenai pencapaian arus.

Teman-teman sekalian saya rasa masih banyak diantara kita merasakan akibat kurang akuratnya penerjemahan, sehingga menganggap ada sesuatu yang dihancurkan, pada pencapaian kesucian, sebenarnya perkataan dihancurkan memang bisa menjadi misleading (salah duga). Pengertian anatta adalah demikian, pada seorang puthujana atta tidak ada (anatta), pada seorang Ariya Puggala atta juga tidak ada (anatta)..... lantas apa yang dialami oleh seorang Ariya puggala pada pencapaian sotapanna dengan lenyapnya sakkaya ditthi?

Pada seorang puthujana (orang awam), mereka seringkali menganggap ada atta, dan dalam kegiatan sehari-hari sering terseret oleh pancakhandanya sendiri, masuk dan terlibat dengan pancakhandanya sendiri, sehingga mereka menganggap pancakhandanya itulah atta.

Setelah mencapai tingkat kesucian Sotapanna, ia melihat pancakhandanya hanya merupakan sekumpulan proses sebab akibat, yang saling bergantungan. IMengapa ia bisa melihat hal itu? karena ia tidak terlibat dalam proses itu.

Ini adalah bagaikan perumpamaan seseorang yang naik mobil. Bila ia berada di dalam mobil maka ia tak dapat menganalisa bagaimana bentuk bannya, apakah knalpotnya bocor atau tidak? dsbnya. Ia hanya bisa melihat hal itu jika ia telah keluar dari mobil tersebut.

demikian juga dengan kita, pancakhandha adalah seperti mobil.

Bagaimana dengan proses mencapai pencerahan? Saya pernah membaca sebuah buku mengenai meditator terkenal yang diulas oleh muridnya, yang mengatakan bahwa waktu gurunya mencapai tingkat kesucian Arahat, ia menghancurkan kekotoran disini, kekotoran disana dsbnya.

Saya rasa pernyataan ini bertentangan dengan Dhammacakkapavattana sutta, yang mengatakan bawa muncullah Nana, muncullah vijja, muncullah panna. Tidak ada satu katapun di dalam Dhammacakkapavattana sutta yang mengatakan bahwa Beliau mgnhancurkan ini, menghancurkan itu dsbnya.

Beliau mengatakan bahwa, setelah bermeditasi dengan menghindari hal-hal ekstrem mengikuti jalan ariya berunsur delapan maka kemudian beliau menyelami empat kebenaran Ariya. pada setiap kebenaran Ariya Beliau mengatakan muncullah penglihatan (cakkhu), muncullah pengetahuan (vijja), muncullah pandangan terang (nana), muncullah kebijaksanaan (panna) dan muncullah cahaya (aloko).

dengan munculnya kebijaksanaan/pengatahuan/pandangan terang, maka belenggu batin (samyojana) lenyap dengan sendirinya. Perumpamaannya adalah demikian:

Ada seseorang dari Sumatra mendengar mengenai Kebun Raya Bogor, ia mendengan bahwa di kebun raya Bogor ada berbagai tanaman besar, pohon-pohon langka, istana indah taman yang apik dan bersih, dengan sungai kecil mengalir membawa air sebening kristal yang berkilauan bagai intan yang diasah dengan rapi memantulkan sinarnya di pagi hari, membelah kebunraya menjadi dua bagian, di kebun raya ia juga mendengar berbagai hal-hal yang indah.

Oleh karena tertarik dengan cerita itu maka ia segera merencanakan untuk pergi kesana bersama anak isterinya. Setelah mendapatkan hari yang sesuai maka ia mengeluarkan mobilnya, dan berangkat bersama keluarganya. ia melewati Lampung, lalu menyeberang melalui pelabuhan Bakahuni hingga tiba di Merak.

Lalu ia melanjutkan perjalanannya melalui tol merak hingga sampai di jagorawi, kemudian setelah sampai di Bogor, maka ia kemudian masuk ke dalam kebun raya bogor. apakah yang terjadi di kebun raya Bogor?

sekarang kita mulai menilai kisah sederhana ini adalah perumpamaan dalam mencapai kesucian, dengan kebun raya Bogor sebagai perumpamaan tujuan akhir Nibbana.

Pada waktu tokoh dalam ceritera ini berada di Sumatera (umpamanya Palembang), maka ia mendengar tetapi masih sangat awam mengenai kebun raya Bogor (Nibbana). kemudian di dorong oleh rasa ingin tahu yang bisa di umpamakan bagai Samvega. maka ia memulai perjalanan ke Bogor yang diumpamakan perjalanan spiritual melatih Vipassana Bhavana.

Ia memulai dengan melintasi jalan berlubang Sumatera dan juga melewati daerah rawan yang dulu dikuasai oleh para begal di Lampung (daerah bukit Kemuning). ini diumpamakan bagai perjalan meditasi Vipassana yang memiliki jebakan dan rintangan seperti 10 kekotoran Vipassana atau kebandelan batin kita sendiri yang cendrung tidak mau menerima petunjuk dari guru pembimbing.

Setelah sampai di Merak, maka ia telah menginjak pulau Jawa, dan ia memulai perjalanan yang sebenarnya, yang cenderung lebih mulus. walaupun masih memerlukan petunjuk dari pembimbing, tetapi tidak terlalu sulit dibandingkan dengan perjalanan di Sumatera. Ini diumpamakan dengan seseorang yang telah melewati kekotoran Vipassana dan memasuki Udayabaya nana. yang dianggap merupakan basis pencapaian pandangan terang yang sesungguhnya.

Pada akhirnya ia sampai juga di Bogor, ia hanya memerlukan sadikit petunjuk, karena ia telah sangat dekat pada tujuan. Ini diumpamakan seperti meditator yang telah sampai pada tingkat Sankharupekkha nana.
Kemudian setelah berputar-putar sedikit maka ia akan sampai pada tujuan, ini juga tergantung paraminya.

Pada waktu ia  memasuki gerbang kebun raya, maka orang tadi.. katakanlah umpamanya namanya si Amir, tak akan lagi mengubah pendiriannya dan ia pasti akan masuk ke kebun raya karena jalan mobilnya cuma muat satu mobil. Ini diumpamakan seperti meditator yang telah masuk pada Gotrabhu nana yang sudah dianggap setengah Ariya, tak ada jalan mundur bila sudah pada Gerbang masuk, ia pasti akan kedalam.

Setelah berada di dalam maka ia melihat sendiri apa yang didengarnya, mengenai pohon pohon tinggi yang rimbun, pohon langka, istana (tetapi agak berbeda sedikit dengan penuturan orang ternyata yang dilihat si Amir istananya memang ada, tetapi tidak di dalam kompleks kebun raya.

Pengalaman melihat sendiri keadaan kebun raya adalah sepertri cakkhu yang muncul, pengalaman mengetahui bahwa kebun raya ternyata mnyenangkan, sejuk, tenang dsbnya adalah vijja, timbul  pengertian bahwa ada tempat yang menyenangkan di Bogor, lebih menyenangkan dari pada Palembang ini adalah panna. Setelah melihat sendiri ketenangan, kesejukan dlsbnya yang ada di kebun raya adalah pengetahuan (panna) yang melenyapkan hambatan-hambatan batin yang ada sebelumnya (keraguan dsbnya)

Setelah masuk dan melihat sendiri keadaan kebun raya, maka Amir telah melihat sendiri apa adanya, yang berkenaan dengan kebun raya, keraguannya terhadap kebun raya lenyap...(ini seperti vichikiccha yang telah lenyap dengan sendirinya) dan ia mengalami sendiri bahwa perjalanan itu harus melewati selat sunda, ia mengalami sendiri bahwa untuk mencapai Bogor harus melalui jalan berliku tetapi akan mencapai dan kita tak dapat menitipkan pengalaman ini untuk orang lain, kita harus mengalaminya sendiri (ini bagai silabata paramasa yang juga lenyap dengan sendirinya bersamaan dengan pencapaian nibbana)

Jadi lenyapnya belenggu batin pada seorang Sotapanna terjadi secara simultan pada pencapaian nibbana.
Tak ada yang dihancurkan, tetapi pandangan salah lenyap dengan sendirinya setelah vijja dll, muncul.

Bila si Amir tinggal di Bogor adalah seperti perumpamaan seperti mahluk yang memiliki kecerdasan batin yang luar biasa...


sukhi hotu...