//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Candi Borobudur ^_^  (Read 31172 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #30 on: 06 September 2008, 11:23:18 AM »
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #31 on: 06 September 2008, 11:55:55 PM »
Ada yang punya gambar arsitektural atau data-data arsitektural Borobudur?
Mau buat model 3d Borobudur yang sederhana saja nih, tapi gak punya data-datanya

gambar2 tentang Borobudur, bisa diliat disini

Silaken : http://www..org/showthread.php?t=51637

Semoga bermanfaat .....  :)

  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #32 on: 07 September 2008, 07:36:06 AM »
ttg candi Borobudur ini, Guru ku pernah bilang begini :

para arsitek mengagumi keindahan struktur bangunan dan desainnya;
para seniman mengagumi keindahan mahakarya seni yang terpahat di dinding candi;
para pujangga mengagumi keindahan alam di sekitarnya;
para rohaniwan mengagumi kerendahan hati, dan sifat2 baik masyarakat nusantara di masa lampau;

setiap orang dari berbagai bidang ilmu, dapat memperoleh manfaat yang sesuai bagi mereka. :)
 _/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #33 on: 17 September 2008, 06:17:35 PM »
Kejujuran Raja Sutasoma

Pada suatu waktu, sang Bodhisattva dilahirkan sebagai Raja Maha Sutasoma. Pada waktu itu hiduplah pula seorang raja bernama Purusadha, yang di usir ke hutan karena gemar makan daging manusia. Kemudian ia berdiam di bawah sebuah pohon Banyan, menangkap dan memakan orang–orang lewat yang tersesat.

Pada suatu hari Raja Purusadha ingin melaksanakan sumpahan ketika sebuah duti mengganggu kakinya; dimana ia bersumpah akan mengorbankan seratus orang prajurit kepada dewanya. Dewa itu sendiri menyesalkan niat Purusadha, maka untuk mengindarkan pengorbanan manusia sebanyak itu, Purusadha diperintahkan untuk mengorbankan Raja Sutasoma saja.

Kebetulan Raja Sutasoma yang menuju ke sebuah danau akan mandi, berjumpa dengan seorang brahmana yang bermaksud untuk membacakan syair-syairnya untuk raja. Maha Sutasoma mempersilakan brahmana tersebut menunggu di istana san akan mendengarkan syair-syairnya setelah selesai mandi. Sewaktu selesai mandi, keluarlah raja Purusadha dari semak-semak dan membawa lari raja Sutasoma. Raja tidak gentar dan tetap tenang, hanya menyesal tidak dapat menempati janjinya untuk mendengarkan syair-syair sang brahmana. Hal ini dinyatakannya kepada Purusadha, yang kemudian melepaskan sang Raja dengan perjanjian akan kembali lagi apabila janji kepada brahama itu telah ditepati.

Raja Sutasoma kembali ke Istana, mendengarkan syair-syair sang brahmana, dan memberikanya hadiah. Meskipun telah ditahan tahan oleh seluruh anggota istana, Raja yang tetap hatinya itu menuju hutan menemui Purusadha kembali. Purusadha sedang menyiapkan api, heran melihat Raja Sutasoma datang kembali. Katanya, "Gila kau, saya lepasklan kau dengan tidak mengharapkan kau kembali lagi. Sekarang kau kembali, mengertilah bahwa kau akan ku bunuh juga. Mengapa kembali?" Sang Raja menjawab: "Hai Purusadha, menurut pendirianmu aku berbuat gila, tetapi aku tetap memenuhi janjiku. Aku berjanji akan kembali dan di sinihlah aku kembali. Aku lebih menghargai janjiku daripada hidupku, kau boleh mengorbankan aku". Purusadha yang dalam batinnya sesungguhnya tidak jahat, sangat terharu mendengar jawaban Sutasoma yang mempunyai ketetapan hati itu dan ingin mendengarkan ajaran ajaran utama. Segera ia duduk pada kaki Sutasoma dan asyik mendengarkan petuah-petuah yang berharga. Seketika ia berubah menjadi orang baik kembali, ia mengurungkan pergorbanannya kemudian mendapatkan kembali kerajaanya yang semula dan memerintah dengan bijaksana.

Sabda Sang Bodhisattva*) "Sesudah mendapatkan penerangan, untuk memenuhi janjiKu, Aku mengorbankan nyawaKu dan menyelamatkan seratus satu orang prajurit raja. Itulah kesempurnaanKu dalam menepati janji".

*) Sang Bodhisattva sebagai Raja Maha Sutasoma kemudian dikenal sebagai Buddha Gotama. Cerita di atas digambarkan di dalam Candi Borobudur dalam relief pada serambi pertama dinding luar deret atas dari pintu gerbang Selatan ke jurusan Barat pada relief nomor 23,24,25 dan 26.

(Kiriman: Dra Harumwati K, Tangerang. Dikutip dari Buku Mutiara Dhamma, atas izin Ir. Lindawati T)
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #34 on: 17 September 2008, 06:18:19 PM »
"Setelah membayar hutangku kepada brahmana itu aku akan kembali lagi, membawa kegembiraan pada matamu dan membayar hutangku padamu. Jangan menganggap bahwa hal ini merupakan muslihat untuk melarikan diri darimu, Oh Raja. Orang sepertiku tak mempunyai rasa takut. Aku menganut jalan yang berbeda dari yang sebagian besar orang tempuh."

Ucapan Bodhisattva menjengkelkan Purusadha yang menganggapnya sekedar berbasa-basi. Hingga akhirnya ia berpikir, "Jelas sekali ia membualkan kejujuran dan kebenarannya. Baiklah bila demikian, aku akan melihat kecintaannya terhadap kebenaran dan kebajikan!"

Kepada Bodhisattva ia lalu berkata: "Baiklah kalau begitu pergilah. Kita lihat kejujuranmu yang teguh dalam perbuatan, kita lihat bagaimana engkau menepati janjimu. Kita lihat kekuatan kebenaranmu. Setelah melakukan apa yang kau inginkan kepada brahmana, kembalilah segera! Sementara aku akan menyiapkan tungku pembakaranmu."
Sutasoma Jataka
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #35 on: 17 September 2008, 09:10:54 PM »


Yori Antar, arsitek muda Indonesia yang sangat terkenal itu, pernah berkata dalam bukunya "Tibet di Otak":

"Setelah melihat Swayambunath dan Boudhanath, kami jadi teringat candi Borobudur; dan semakin bangga akan milik bangsa sendiri itu. saya mengamini pendapat rekan saya, jay. tanpa mengecilkan keunikan pagoda di nepal, candi Angkor Wat di kamboja, maupun Shwedagon paya di Yangoon, Myanmar, Borobudur merupakan candi Buddha terindah di dunia, yang merupakan karya anak bangsa yang sangat jenius, yang menerobos ruang dan waktu. kehadirannya telah menjadi sumber inspirasi yang tiada habisnya. Borobudur memiliki tiga pelataran yang semuanya berisi pustaka perjalanan hidup Siddharta Gautama hingga mencapai pencerahan. Bagi saya yang telah empat kali mengunjungi Borobudur, tetap saja ada hal-hal baru yang saya dapatkan, seakan tidak pernah akan ada cukup waktu untuk emmahami keseluruhan arti dan makna yang dikandungnya"

"Karena Bororbudurlah kita dikenal dunia, karena Borobudur jugalah dunia memandang kita dengan penuh kagum dan hormat."


(Yori Antar - Tibet Di Otak)

Pada tahun 1989, Yori Antar bersama kawan-kawannya membentuk kelompok Arsitek Muda Indonesia. Universitas Ciputra di Surabaya juga didesain oleh beliau. Yori Antar telah menghasilkan puluhan karya desain arsitektur.

Yori Antar dan FORUM ARSITEK MUDA INDONESIA juga pernah mengajak seluruh calon arsitek, arsitek, dan siapa saja untuk menolak dengan tegas rencana pembangunan fasilitas komersial (Jagat Jawa) pada kawasan sakral Candi Borobudur tersebut.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #36 on: 17 September 2008, 09:55:19 PM »
nice post Bro!
Ditunggu cerita lainnya yang ada dalam relief Borobudur!
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #37 on: 17 September 2008, 10:29:07 PM »
nice post Bro!
Ditunggu cerita lainnya yang ada dalam relief Borobudur!

sebetulnya ada cukup banyak bro edward.
hanya kendala-nya di bahasa..
teksnya dlm bahasa inggris, dan saya kurang bagus dalam hal translatenya..  ;D
kalo ada yg berminat utk mentranslate teks2nya,
silahkan pm saya..
terima kasih :)
 _/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #38 on: 17 September 2008, 10:34:13 PM »
Borobudur

Siapa pendiri candi Borobudur belum diketahui secara pasti. Namun berdasarkan data prasasti, Candi Borobudur dibangun oleh Smaratungga yang memerintah pada masa dinasti Syailendra (Abad VIII Masehi).

Prasasti yang memuat tentang pendirian Candi Borobudur yaitu:

· Prasasti Karang Tengah 824 Masehi, berbahasa Sanskerta dan Jawa Kuna yang dikeluarkan oleh Smaratungga. Dalam prasasti tersebut terdapat kata bhumisambharabudhara.

· Prasasti Shri Kahulunan 842 Masehi, dikeluarkan oleh Permaisuri raja Pikatan yaitu Pramodawardhani. Shri Kahulunan (Pramodawardhani) mentahbiskan tanah miliknya menjadi desa perdikan untuk bangunan suci “Kamulan Bhumisambhara”.

· Pembandingan tulisan atau goresan yang terdapat pada panel relief Karmawibangga dengan prasasti lain yang sudah pasti pertanggalannya, sehingga didapatkan jawaban bahwa Candi Borobudur didirikan pada sekitar abad VIII Masehi. Pada masa tersebut berkuasa raja-raja dari Wangsa Sailendra yang menganut agama Buddha Mahayana.

Sampai sekarang belum ada suatu keterangan yang jelas mengenai berapa lama Candi Borobudur berfungsi sebagai tempat pemujaan sampai akhirnya ditemukan rusak tidak terpelihara. Pada umumnya candi-candi di Indonesia dianggap tidak berfungsi ketika rakyat sudah memeluk agama Islam pada abad XV Masehi. Namun kemungkinan Candi Borobudur sudah tidak terpelihara lagi sejak abad X Masehi ketika pusat pemerintahan Mataram Kuno berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.

Ketika ditemukan tahun 1812, Candi Borobudur sudah mengalami kerusakan yang sangat parah. Bangunannya sudah tertutup oleh pohon-pohon serta semak belukar. Saat itu yang kelihatan hanyalah sebuah gundukan tanah yang tertutup oleh daun-daun serta tampak adanya susunan batu yang tersembul dari celah-celah dedaunan.

Tahun 1814 usaha pembersihan candi Borobudur mulai dilakukan atas perintah Sir Thomas Stamford Raffles untuk menampakkan kembali. Kemudian kegiatan pembersihan ini dilanjutkan oleh Cornelius yang mengerahkan tidak kurang dari 200 orang penduduk selama hampir 2 bulan untuk menebangi pohon-pohon dan semak-semak. Reruntuhan batu-batu yang memenuhi lorong-lorong disingkirkan dan dikumpulkan di sekitar kaki candi.

Dalam tahun 1834 Residen Kedu menyuruh membersihkan seluruh bangunannya. Semua batu-batu lepas yang berserakan di sekeliling kaki candi disingkirkan dan bagian atas yang penuh dengan stupa-stupa juga dibersihkan.

Pada tahun 1907 - 1911 Theodore van Erp melakukan restorasi terhadap Candi Borobudur. Restorasi dilakukan terhadap pagar langkan, dinding lorong pertama, saluran-saluran air di lereng bukit, tangga-tangga bagian bawah, gapura-gapura pintu, relung-relung, dan stupa-stupa. Setelah 62 tahun pemugaran yang dilakukan van Erp, kondisi candi mengalami kerusakan yang cukup parah. Pada tahun 1973 sampai tahun 1983, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan UNESCO melakukan restorasi besar-besaran terhadap Candi Borobudur, dengan harapan Candi Borobudur dapat bertahan selama 1000 tahun.

Sumber : http://www.indowyn.org/index.php?option=com_content&view=article&id=8:borobudur&catid=6:indonesian&Itemid=16
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #39 on: 17 September 2008, 10:49:28 PM »
Kalau dalam Tradisi Chinese, ada kisah Chang E, kelinci bulannya dan Jendral Tian Feng, dalam Buddhadharma, kisah Jataka, juga ada cerita tentang kelinci di bulan. :)

Sasa Jataka

Kisah ini dituangkan dalam bentuk relief pada candi Borobudur, serambi pertama dinding bagian luar, deretan atas gambar ke-23, 24, 25 dari gerbang Timur ke jurusan Selatan.

Pada suatu peristiwa, Sang Bodhisattva dilahirkan sebagai seekor kelinci. Ia berkawan dengan seekor kera, seekor serigala, dan seekor berang-berang. Mereka hidup berbahagia dalam sebuah hutan; selalu bersama, pergi kian kemari untuk mencari makan. Di antara keempat sekawan itu, kelincilah yang paling pandai.

Sepuluh hari sekali mereka berkumpul pada tempat yang telah ditentukan untuk membicarakan suatu hal. Kelinci menjadi juru nasehat yang selalu menganjurkan agar mereka berbuat baik, membantu sesama makhluk atau memberi sedekah dan berbuat kebajikan pada hari-hari suci.

Pada suatu malam, menjelang bulan purnama, berkatalah sang kelinci, “kawan-kawan, besok adalah bulan purnama, marilah kita bersama-sama merenungkan Sang Ajaran.” (Yang dimaksud adalah Ajaran Atha Sila, yang biasanya direnungkan pada hari Uposattha, setiap tanggal 15 bulan lunar di mana pada malam harinya bulan berbentuk bulat penuh). Jika ada seseorang yang datang meminta sesuatu dari kita, harus kita berikan apa yang kita miliki. Dana yang dikerjakan dengan Sila adalah sangat berjasa."

Kera, serigala, dan berang-berang menyatakan persetujuan penuh dan masing-masing berkemas untuk keesokan malamnya. Berang-berang mendapat beberapa ekor ikan pada dasar sungai yang kering. Serigala menyediakan air susu asam, sedangkan kera mendapatkan mangga manis.

Pada malam purnama keesokan harinya, mereka berkumpul lagi dan dengan khidmat bersama-sama merenungkan Sang Ajaran. Kelinci yang tidak membawa persediaan makanan, berpikir dengan ikhlas akan menyerahkan dagingnya sendiri apabila diminta untuk dimakan.

Jika di atas bumi ini ada seseorang yang sangat tulus hatinya, maka singgasana Sang Sakka Mahadewa seketika menjadi panas. Pada malam itu pula, tahta Sang Sakka seolah-olah terbakar disebabkan oleh kesucian kelinci yang dengan ikhlas bersedia mengorbankan raganya sendiri. Sang Sakka mengarahkan penglihatan gaibnya di atas bumi dan segera menemukan jawabannya.

Untuk menguji ketulusan hati si kelinci, maka Sang Sakka menjelma sebagai seorang Bhramana yang datang meminta-minta. Mula-mula didatangilah berang-berang yagn bertanya, “Brahmana yang berbudi, apa ada gerangan Tuan datang kemari?".

“Oh, kawan yang baik, jika ada sesuatu yang dapat kami makan, kami akan ikut pula merenungkan Ajaran seperti Tuan.” Berang-berang senang sekali mendengarkan hal itu dan seketika itu pula menawarkan ikan-ikannya. Tetapi Sang Sakka menolak dengan halus dan berterima kasih dengan alasan bahwa hari masih siang.

Demikianlah pula berturut-turut ia mengucapkan terima kasih dan menolak pemberian air susu dari serigala dan buah mangga yang manis dari kera. Akhirnya didatangilah si kelinci dan kembali Sakka meminta sesuatu untuk dimakan. Si kelinci sangat besar hatinya, karena kesempatan yang ditunggu-tunggu telah datang.

Maka ujarnya dengan riang, “Oh, Brahmana yang berbudi, adalah baik hati Tuan yang sudi menerima makanan dari kami dan sudi pula merenungkan Ajaran-ajaran bersama kami. Akan kami sajikan apa yang belum pernah kami berikan. Silahkan mengumpulkan kayu kabar dan membuat api; kami akan melompat ke dalamnya dan mempersembahkan hidup kami kepada Tuan. Jika daging kami telah masak, silahkan mengambil dan memakannya agar Tuan dapat pula merenungkan Ajaran.”

Seperti yang telah diminta, dengan kekuatan gaibnya Sang Sakka mengumpulkan kayu bakar dan membuat api. Kemudian Ia memanggil si Kelinci. Kelinci lekas-lekas memandikan diri; menggetarkan badannya tiga kali agar kutu-kutu pada kulitnya tidak turut terbakar dan tanpa ragu lagi, ia melompat ke dalam api yang menyala-nyala. Betapa besar pengorbanan itu. Betapa gembiranya ia menyerahkan nyawanya sendiri. meskipun ia hanya seekor binatang saja, dalam pengorbanan itu masih pula diutamakan keselamatan kutu-kutu yang selama hidup mengisap darahnya sendiri. Tetapi ajaib! Kelinci yang terjun ke dalam api tersebut, tidak terbakar; bahkan ujung-ujung bulunya pun tidak terbakar. Sang Sakka menangkap kelinci yang gagah itu dalam tangannya dan melindungi nyawanya.

Untuk menghargai jasa tulus dan ikhlas itu, dan untuk menyiarkan hal itu kepada seluruh umat, maka Sang Sakka memahat gambar kelinci pada bulan yang memutari bumi hingga saat ini masih dapat kita lihat.

(Dikutip dari Majalah Buddhis Indonesia Edisi 80)
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #40 on: 17 September 2008, 10:51:02 PM »
"Inilah cara untuk menunjukkan kepadamu kehendak baikku. Kini terpenuhilah harapanku dan nikmatilah dagingku. Engkau harus tahu, wahai brahmana mulia, bahwa aku telah larut dalam keinginan untuk memberi. Kepadamu aku telah menemukan tamu yang tepat, hatiku tak menganggap adanya cara lain. Kesempatan untuk berdana seperti ini sungguh tak mudah didapat. Jangan biarkan pemberianku sia-sia; itu tergantung padamu."

Setelah memberikan penghormatan dan penghargaan kepada tamu tersebut,
kelinci melemparkan diri ke dalam api,
seperti orang miskin yang tiba-tiba menemukan gundukan harta,
 atau seperti angsa menyelam ke dalam kolam yang tertutup teratai.
Sasa Jataka
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #41 on: 17 September 2008, 10:53:12 PM »
Wah,kalo translate, aye mah nyerah deh....secara Inggris pas2an, dan kaga teliti juga...
mungkin bisa langsung copas aj versi inggrisnya, klo sekedar baca sih, gw masih bisa lha...

Kalo memank benar Borobudur dibangun abas 8, gw sangat kagum membayangkan, dengan kondisi jaman dulu di mana suatu komunitas manusia tidak terlalu banyak, terdapat bangunan tinggi menjulang diantara hutan2....Wah, keren abis....

Ow iya, gw sedikir lupa, pas gempa jogja kemarin, borobudur ada kerusakan ga yah?
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #42 on: 17 September 2008, 11:04:51 PM »
Wah,kalo translate, aye mah nyerah deh....secara Inggris pas2an, dan kaga teliti juga...
mungkin bisa langsung copas aj versi inggrisnya, klo sekedar baca sih, gw masih bisa lha...

Kalo memank benar Borobudur dibangun abas 8, gw sangat kagum membayangkan, dengan kondisi jaman dulu di mana suatu komunitas manusia tidak terlalu banyak, terdapat bangunan tinggi menjulang diantara hutan2....Wah, keren abis....

Ow iya, gw sedikir lupa, pas gempa jogja kemarin, borobudur ada kerusakan ga yah?

ya, ada banyak sih kisah2 Jataka & Avadana yg terpahat di kaki candi. :)
saya masih mengusahakan utk dpt translate indonesianya, bro Edward.
kalo bro edward mau baca versi inggrisnya, ke link ini aja :
www.borobudur.tv
di link itu kisah2nya cukup lengkap, bersama gambar2 reliefnya.

waktu saya di candi Borobudur pertama kali, kata tour guidenya, batu-batu untuk pembangunan candi itu adalah batu kali. sedangkan di dekat candi, ga ada sungai loh.. katanya sungai yang paling dekat jaraknya beberapa puluh km dr lokasi candi. kalo saya bayangin waktu abad ke 8 M, butuh berapa orang tuh yg angkut batunya satu2 ke lokasi.  ;D
dan lagi, menurut saya, ukiran-ukiran reliefnya dipahat dengan sangat indah.
saya juga suka sekali dengan wajah patung Buddha di candi Borobudur, yang menurut saya sangat khas indonesia. :)

waktu kejadian gempa yogya kemarin, kebetulan saya baru tiba malamnya di jogja, lalu pagi2 jam 6 disambut gempa. :))
setahu saya, candi Borobudur tidak ada masalah, karena letaknya di jawa tengah, sedang gempanya di laut selatan.


By :Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #43 on: 17 September 2008, 11:17:03 PM »


Yori Antar, arsitek muda Indonesia yang sangat terkenal itu, pernah berkata dalam bukunya "Tibet di Otak":

"Setelah melihat Swayambunath dan Boudhanath, kami jadi teringat candi Borobudur; dan semakin bangga akan milik bangsa sendiri itu. saya mengamini pendapat rekan saya, jay. tanpa mengecilkan keunikan pagoda di nepal, candi Angkor Wat di kamboja, maupun Shwedagon paya di Yangoon, Myanmar, Borobudur merupakan candi Buddha terindah di dunia, yang merupakan karya anak bangsa yang sangat jenius, yang menerobos ruang dan waktu. kehadirannya telah menjadi sumber inspirasi yang tiada habisnya. Borobudur memiliki tiga pelataran yang semuanya berisi pustaka perjalanan hidup Siddharta Gautama hingga mencapai pencerahan. Bagi saya yang telah empat kali mengunjungi Borobudur, tetap saja ada hal-hal baru yang saya dapatkan, seakan tidak pernah akan ada cukup waktu untuk emmahami keseluruhan arti dan makna yang dikandungnya"

"Karena Bororbudurlah kita dikenal dunia, karena Borobudur jugalah dunia memandang kita dengan penuh kagum dan hormat."


(Yori Antar - Tibet Di Otak)

Pada tahun 1989, Yori Antar bersama kawan-kawannya membentuk kelompok Arsitek Muda Indonesia. Universitas Ciputra di Surabaya juga didesain oleh beliau. Yori Antar telah menghasilkan puluhan karya desain arsitektur.

Yori Antar dan FORUM ARSITEK MUDA INDONESIA juga pernah mengajak seluruh calon arsitek, arsitek, dan siapa saja untuk menolak dengan tegas rencana pembangunan fasilitas komersial (Jagat Jawa) pada kawasan sakral Candi Borobudur tersebut.

 _/\_
The Siddha Wanderer


ketika masih mahasiswa, saya pernah dengar tentang rencana pembangunan Jagat Jawa itu, but ditentang abis2an oleh masyarakat sekitar dan pemerhati candi borobudur. ga tau gmn selesainya.. but sepertinya rencana itu dibatalkan oleh pemda setempat.
thx atas infonya bro Gandalf. :)


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Candi Borobudur ^_^
« Reply #44 on: 17 September 2008, 11:44:59 PM »
KULMASHAPINDI JATAKA
KELAHIRANNYA SEBAGAI PEMBERI SEDIKIT BUBUR

Pemberian apa pun yang keluar dari ketulusan hati, dan diberikan kepada penerima yang pantas, akan mengakibatkan pahala yang besar. Tiada pemberian yang seperti ini, betapapun kecilnya, yang tidak mendatangkan kebajikan.

Pada suatu ketika, saat Sang Buddha masih sebagai Bodhisattva, beliau hidup sebagai seorang raja agung di Koshala. Bersemangat, bijak, mulia, berkuasa; kesemua itu serta berbagai kemuliaan raja lainnya, telah membuatnya berada dalam keagungan. Namun demikian kekuatan kemuliaannya yang melampaui semua yang lain adalah bakatnya dalam mengumpulkan kekayaan. Diperkaya oleh kecakapannya yang demikian, kemuliaannya yang lain juga bersinar terang, bagai cahaya agung bulan yang membubung di musim gugur.

Keberuntungan mengikutinya ke mana pun seperti seorang kekasih, menjauhi musuh-musuhnya dan memperlakukan para punggawanya dengan kasih sayang. Meskipun rasa keadilannya mencegahnya melakukan kejahatan terhadap makhluk hidup, nasib baiknya seolah-olah para musuh tak berkembang meski ia tidak berusaha menindas mereka.

Ketika itu secara kebetulan pada suatu hari sang raja teringat kembali pada kehidupannya yang lampau, di mana kejadian tersebut sangat mengejutkannya. Akibat ingatan tersebut raja kemudian meningkatkan kegiatan amal dananya yang ditujukan kepada para sramana serta brahmana, orang-orang miskin, cacat dan yang tanpa penolong. Mengingat bahwa pemberian merupakan dasar dan sebab bagi kebahagiaan. Meningkat dari yang sebelumnya, ia berusaha untuk melaksanakan perilaku yang baik; jauh melampaui yang pernah dijalaninya, yang hanya ditekankan pada hari-hari suci saja.

Berusaha memberi suri teladan pada rakyatnya mengenai kekuatan perbuatan baik, setiap hari raja membuat pernyataan yang sama baik di dalam balai pertemuannya maupun di dalam istananya. Demikianlah ucapan yang keluar dari lubuk hatinya dengan penuh perasaan:

"Berikan hormat pada Sang Buddha, tak soal betapapun kecil tampaknya itu, akan membawa pahala yang tak terlukiskan. Ini pernah didengar sebelumnya, tapi sekarang usahakan agar meningkat. Lihatlah di sekelilingmu, dan ketahuilah kekayaan yang diakibatkan oleh sedikit bubur, tanpa garam, kasar dan kering!

Bala tentaraku yang kuat dengan kereta-keretanya yang mengagumkan, kuda-kudanya yang tangguh dan gajah-gajahnya yang ganas dengan belalainya yang biru gelap; kekayaanku yang tak terhingga; keberuntungan; berkuasa di atas bumi; istriku yang terpuji, lihatlah pahala kebajikan, semuanya berasal dari sedikit bubur!"

Bahkan meskipun raja terus-menerus mengucapkan kata-kata tersebut setiap hari, tak seorang pun, termasuk para menterinya, para brahmana sepuh yang terhormat, dan juga penduduk kota – tak seorang pun yang berusaha untuk menanyakan maksudnya, meski semua diliputi oleh kebingungan.

Tak terkecuali permaisurinya sendiri yang juga bingung terhadap apa yang terus-menerus diucapkan oleh sang raja. Merasa bebas untuk bertanya kepada suaminya, suatu hari, pada saat berlangsung suatu pertemuan yang lengkap, ia melihat kesempatan untuk bertanya:

"Suamiku, sekarang sepanjang waktu, siang dan malam, engkau terus-menerus mengulang-ulang kata-kata tentang sedikit bubur. Engkau mengucapkannya dengan penuh perasaan hingga membuat kami dipenuhi perasaan bingung. Kata-kata Paduka pasti tidak menunjuk pada suatu rahasia, karena diucapkan dengan cara yang begitu terbuka; apa yang dimaksud pastilah sesuatu agar diketahui oleh umum. Jika kami diijinkan untuk mendengar, kami mohon dengan segala kerendahan hati apa makna dari yang Paduka ucapkan kepada kami?"

Raja sambil memandang istrinya, wajahnya berseri dalam kasih sayang. Sambil tersenyum ia berkata:

"Engkau bukanlah satu-satunya yang bingung terhadap maksud, sebab dan latar belakang ucapanku. Seluruh pejabat, ratu dan seluruh penduduk kota semua diliputi keheranan dan kebingungan. Untuk itu dengarkanlah kata-kataku:

Bagaimana aku tidak mengetahuinya, sebagaimana biasa seperti jika seseorang bangun dari tidur lelapnya, ingatan akan salah satu kehidupan masa lampau tiba-tiba muncul pada diriku. Aku hidup sebagai seorang pelayan di kota ini. Aku menyenangkan dan pantas untuk dipercaya, tetapi terpaksa menghadapi kehidupan yang mengecewakan, bekerja pada orang yang terhormat hanya karena hartanya. Seluruhnya tanah, menjengkelkan dan merana. Setiap hari aku berjuang untuk menghidupi keluargaku, selalu cemas kalau-kalau tak sanggup menghidupi mereka.

Lalu pada suatu siang aku berjumpa dengan empat orang sramana yang sedang berpindapatra. Mereka tampak terkendali, mereka memancarkan aura keagungan seorang pertapa. Hatiku terpana pada mereka, seolah aku siswanya; aku bersujud kepada mereka dan memintanya agar datang ke rumahku.

Aku mempersembahkan apa yang kunamakan sedikit bubur. Dan dari tunas yang kecil itu tumbuhlah pohon keagungan ini yang begitu lebatnya hingga membuat mahkota permata raja lain seakan-akan seperti debu di kakiku.

Itulah yang kupikirkan saat aku mengucapkan kata-kata itu, permaisuriku, dan Itulah alasannya mengapa aku merasa senang dalam melakukan kebajikan dan bergaul dengan para praktisi Dharma."

Wajah sang ratu berseri takjub bercampur bahagia. Rasa hormat kepada raja terpancar dari matanya, ia berkata:

"Kini aku. mengerti, Raja Agung, mengapa Paduka begitu gigih dalam melakukan kebajikan, karena dirimu sendiri telah menjadi saksi dari pahala perbuatan baik. Oleh sebab itu, Engkau berusaha melindungi rakyatmu bagaikan seorang ayah, bahkan dengan penuh kesadaran berusaha menjauhi perbuatan jahat dan berusaha mencapai segala sifat-sifat yang mendatangkan kebajikan.

Kini Engkau bersinar dengan keagungan tak terperikan diperindah oleh kemurahan hati, hingga bahkan para raja pesaingmu menunggu perintahmu, hendak memberikan penghormatannya. Semoga Paduka memerintah di bumi dengan keadilan untuk selama-lamanya, dari tempat ini hingga di mana angin menyapu batas samudra."

Sang raja menjawab: "Karena aku telah melihat tanda-tanda yang menyenangkan itu, aku akan senantiasa berusaha menunjukkan jalan keselamatan. Bagaimana aku tak akan bebas, permaisuriku, setelah mengalami sendiri pahala kemurahan hati? Sekarang, setelah mendengar kisah tentang pahala kemurahan hati ini, di mana pun manusia akan menyukai perbuatan memberi."

Raja, memandang penuh kasih sayang kepada ratunya, mengetahui bahwa ia telah mulai diliputi oleh keagungan seperti seorang dewi.
"Engkau bersinar di antara para pengiringmu bagaikan bulan sabit cemerlang di antara bintang-bintang. Kebajikan apakah yang telah Engkau lakukan yang menyebabkan aura sedemikian rupa?"

Ratu menjawab: "Demikian pula diri kami, suamiku, juga ingat akan beberapa hal dari kehidupan yang lampau, samar seperti sesuatu yang teringat ketika aku masih kecil. Aku adalah seorang budak yang pada suatu hari setelah memberikan sepiring dana makanan kepada seorang pertapa suci, jatuh tertidur. Dan kejadian itu seolah seperti aku bangun di sini.

Dari perbuatan baik memberi tersebut aku ingin menjadikanmu sebagai suami serta pelindungku, berbagi hidup bersamamu. Kata-kata yang sama yang telah kau ucapkan – Tak ada kebajikan kecil bilamana diberikan kepada mereka yang telah bebas dari ‘klesha' – itu adalah kata-kata yang diucapkan oleh pertapa tersebut."

Seluruh yang hadir dalam pertemuan diliputi oleh rasa takjub; setelah menyaksikan pahala kebajikan yang begitu mengagumkan, mereka sangat menghargai kegiatan berdana. Melihat hal ini, raja berkata kepada mereka semua:

"Setelah melihat betapa luar biasanya pahala kebajikan seseorang, betapapun kecilnya, bagaimana bisa ada orang yang tidak tekun dalam melaksanakan perbuatan kemurahan hati dan sila? Pastilah orang seperti itu dikuasai oleh kegelapan ketidaktahuan, malas berdana meskipun kekayaannya cukup untuk melakukannya, tidak patut untuk dipedulikan sekejap pun.

Kekayaan, serta semua hal yang lain, tentulah pada akhirnya harus ditinggalkan, setelah itu sama sekali tak berguna lagi. Namun dengan mendanakannya dengan cara yang benar, berbagai keuntungan akan diperoleh.

Sebenarnya, terdapat berbagai macam kebajikan – kebahagiaan, reputasi yang baik dan seterusnya – itu seluruhnya timbul berkat dana. Siapakah yang kemudian mengerti akan hal ini, memilih cara hidup mementingkan diri sendiri?

Dana adalah harta terbesar. Tak ada pencuri yang dapat mencurinya, tak ada api yang dapat menghancurkannya, tak ada air yang dapat menghanyutkannya, tak ada raja yang dapat merampasnya.

Dana membersihkan pikiran dari sikap mementingkan diri sendiri serta keserakahan, menghentikan kemelaratan sepanjang hidup kita. Itulah sahabat terbaik dan terdekat kita, yang tiada henti memberi kesenangan dan kenyamanan.

Dana akan mendatangkan apa pun yang engkau inginkan: kekayaan atau kekuasaan, keindahan fisik, atau istana surgawi. Siapakah yang tidak mau melakukan dana?

Dana disebut kekayaan yang benar, inti dari kekuatan, jalan menuju keagungan. Bahkan meskipun baju usang yang diberikan dengan didasari oleh pikiran ikhlas akan mendatangkan berkah yang luar biasa."

Semua yang hadir dalam pertemuan mendengarkan ceramah sang raja dengan penuh hormat, sehingga sejak saat itu setiap orang semakin bergairah untuk melakukan kegiatan berdana.

Dari kisah ini orang dapat melihat bagaimana setiap pemberian yang di lakukan dengan hati yang tulus, pemberian kepada yang pantas untuk menerima, membawa pahala yang besar; pemberian seperti itu tak ada yang dapat disebut kecil. Karena itu, jika seseorang memberi dengan hati yang penuh keyakinan pada Sangha, kumpulan para makhluk suci, yang merupakan sahabat terbaik, yang menunjukkan jalan kebajikan, seseorang akan dapat memperoleh kemuliaan utama; atau bahkan kedudukan sangat tinggi. Berkah yang bahkan lebih besar dari hal itu juga akan muncul.

Sumber : http://groups.yahoo.com/group/Taman_Budicipta/message/2269
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]