Untuk direnungkan: Apakah mungkin untuk melarang semua orang (kalau tidak salah, populasi manusia di bumi saat ini ada sekitar 6 miliar, CMIIW) untuk percaya atau mewajibkan untuk percaya?[/i][/color]
Jadi, apakah ketidakmungkinan melarang semua orang adalah dasar kita untuk mempersilahkan orang lain untuk percaya atau tidak percaya?
Apakah harus hal itu dibuktikan dengan melihat dengan mata sendiri?
Untuk direnungkan: Apakah ada cara lain untuk membuktikan tanpa melihat dengan mata sendiri? Jika ada, bagaimana caranya?
Pembuktian argumentatif, mungkin??
Let’s see...
pendapat saya:
Jika yang dikatakan oleh suhu Medho dan Sdr. Morph serta analogi matematika dari Sdr. Lex sendiri adalah benar, maka adalah suatu kemustahilan untuk melihat Buddha Sakyamuni dan pergi denganNya ke sebuah kafe untuk minum kopi. Mengapa ?
Pertama. Karena Proses telah terhenti, proses pembentukan ”diri” sudah berhenti. Dengan berhentinya proses pembentukan ”diri” maka terhentilah penjelmaan, perwujudan. Dengan demikian tidak ada diri, wujud, penjelmaan dari Buddha Sakyamuni dalam bentuk apapun. Lalu bagaimana seseorang bisa melihat ketidakberwujudan, yang tidak menjelma?
Kedua, karena segala fenomena, suatu bentuk pekerjaan, secangkir kopi, sebuah kafe adalah milik samsara. Jika Buddha Sakyamuni berada di kafe, makan dan minum, maka Ia masih berada dalam himpunan samsara, masih ada dalam dunia dualitas. Dan ini bertentangan dengan pernyataan Tathagata (Arahat) terbebas dari samsara.
Karena inilah maka adalah suatu kemustahilan untuk melihat Buddha Sakyamuni dan pergi denganNya ke sebuah kafe untuk minum kopi.
Demikian argumen saya. (cmiiw)