//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Vinaya Pitaka - Bhikkhu Vibhaṅga  (Read 10487 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Nissaggiya Pācittiya 22
« Reply #75 on: 15 September 2022, 11:00:12 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 22. Aturan Latihan tentang Kurang dari Lima Perbaikan


Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di negeri Sakya di Vihara Pohon Banyan di Kapilavatthu. Pada saat itu seorang pengrajin tembikar telah mengundang para bhikkhu, dengan mengatakan, "Jika siapa pun di antara kalian membutuhkan mangkuk, aku akan menyediakannya." Tetapi para bhikkhu tidak mengenal cukup, dan mereka meminta banyak mangkuk. Mereka yang memiliki mangkuk kecil meminta yang besar, dan mereka yang memiliki mangkuk besar meminta yang kecil. Pengrajin tembikar itu begitu sibuk membuat mangkuk untuk para bhikkhu sehingga ia tidak dapat membuat benda-benda untuk dijual. Ia tidak dapat mencari nafkah, dan istri-istri dan anak-anaknya menderita. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya ini tidak mengenal cukup dan meminta banyak mangkuk? Pengrajin tembikar ini begitu sibuk membuat mangkuk untuk para bhikkhu sehingga ia tidak dapat membuat benda-benda untuk dijual. Ia tidak dapat mencari nafkah, dan istri-istri dan anak-anaknya menderita."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu itu tidak mengenal cukup dan meminta banyak mangkuk?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa ada para bhikkhu yang melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Bagaimana mungkin orang-orang dungu itu melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... Setelah menegur mereka, Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, seorang bhikkhu tidak boleh meminta mangkuk. Jika ia melakukannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Tidak lama kemudian mangkuk seorang bhikkhu tertentu rusak. Mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang meminta mangkuk dan takut melakukan kesalahan, ia tidak meminta mangkuk baru. Sebagai akibatnya, ia mengumpulkan dana makanan dengan tangannya. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya mengumpulkan dana makanan dengan tangan mereka, persis seperti para monastik agama lain?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu dan mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk meminta mangkuk baru jika mangkuk kalian hilang atau rusak."

Ketika mereka mendengar kelonggaran dari Sang Buddha itu, para bhikkhu dari kelompok enam meminta banyak mangkuk baru walaupun mangkuk lama mereka hanya mengalami kerusakan kecil atau hanya tergores. Sekali lagi pengrajin tembikar itu menjadi begitu sibuk membuat mangkuk untuk para bhikkhu sehingga ia tidak dapat membuat benda-benda untuk dijual. Ia tidak dapat mencari nafkah, dan istri-istri dan anak-anaknya menderita. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka seperti sebelumnya.

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam meminta banyak mangkuk walaupun mangkuk lama mereka hanya mengalami kerusakan kecil atau hanya tergores?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu menukar sebuah mangkuk yang kurang dari lima perbaikan dengan sebuah mangkuk baru, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Bhikkhu itu harus melepaskan mangkuk itu kepada pertemuan para bhikkhu. Kemudian ia harus diberikan mangkuk terakhir milik pertemuan itu: "Bhikkhu, mangkuk ini adalah milikmu. Pergunakanlah sampai rusak." Ini adalah prosedur yang benar.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Sebuah mangkuk yang kurang dari lima perbaikan:

mangkuk yang tanpa perbaikan, satu perbaikan, dua perbaikan, tiga perbaikan, atau empat perbaikan.

Sebuah mangkuk dengan perbaikan yang tidak termasuk:

mangkuk yang tidak memiliki retak sepanjang 3,5 cm.

Sebuah mangkuk dengan perbaikan yang termasuk:

mangkuk yang memiliki retak sepanjang 3,5 cm.

Mangkuk baru:

yang dimaksudkan adalah yang diminta.

Menukar:

Jika ia meminta, maka untuk usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan mangkuknya, maka mangkuk itu harus dilepaskan.

Mangkuk itu harus dilepaskan di tengah-tengah Sangha. Semua mangkuk yang telah ditetapkan harus dibawa. Seseorang tidak boleh menetapkan sebuah mangkuk yang murah, dengan berpikir, "Aku akan mendapatkan yang mahal."

Jika seseorang menetapkan sebuah mangkuk yang murah, dengan berpikir, "Aku akan mendapatkan yang mahal," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

"Dan, para bhikkhu, mangkuk itu harus dilepaskan seperti berikut ini. Setelah mendatangi Sangha, bhikkhu itu harus menata jubah atasnya di satu bahunya dan bersujud di kaki para bhikkhu senior. Kemudian ia harus berjongkok pada tumitnya, merangkapkan tangan, dan berkata:

'Para Mulia, mangkuk ini, yang kuperoleh dengan menukarnya dengan mangkuk yang memiliki kurang dari lima perbaikan, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.'"

Setelah melepaskannya, ia harus mengakui pelanggaran itu. Pengakuan itu harus diterima oleh seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu.

Seorang bhikkhu yang memiliki lima kualitas harus ditunjuk sebagai pembagi mangkuk: seorang yang tidak goyah oleh keinginan, kebencian, kebodohan, atau ketakutan, dan yang mengetahui apa yang telah dan belum dibagikan. "Dan, para bhikkhu, beginilah ia harus ditunjuk. Pertama-tama bhikkhu itu harus diminta, dan kemudian seorang bhikkhu yang kompeten dan mampu harus memberitahu Sangha:

'Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus menunjuk bhikkhu ini sebagai pembagi mangkuk. Ini adalah usul.

Mohon, Para Mulia, aku memohon Sangha untuk mendengarkan. Sangha menunjuk bhikkhu ini sebagai pembagi mangkuk. Bhikkhu mana pun yang menyetujui penunjukan bhikkhu ini sebagai pembagi mangkuk harus berdiam diri. Bhikkhu mana pun yang tidak menyetujui silakan berbicara.

Sangha telah menunjuk bhikkhu ini sebagai pembagi mangkuk. Sangha menyetujui dan karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian.'"

Bhikkhu yang ditunjuk harus memberikan mangkuk yang dilepaskan. Ia harus memberitahu bhikkhu paling senior, "Yang Mulia, apakah engkau menyukai mangkuk ini?" Jika bhikkhu paling senior itu mengambilnya, maka mangkuk lamanya harus ditawarkan kepada bhikkhu berikutnya.

Ia tidak boleh mengambil mangkuk itu karena simpati. Jika ia melakukan itu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Mangkuk tidak boleh ditawarkan kepada siapa pun yang tidak memiliki mangkuk. Dengan cara ini mangkuk ditawarkan bergiliran hingga bhikkhu paling junior dalam Sangha.

Kemudian ia harus diberikan mangkuk terakhir milik pertemuan itu: "Bhikkhu, mangkuk ini milikmu. Pergunakanlah sampai rusak":

Bhikkhu itu tidak boleh menyimpan mangkuk itu di tempat yang tidak selayaknya, menggunakannya dalam cara yang tidak selayaknya, atau memberikannya, dengan berpikir, "Bagaimanakah agar mangkuk ini hilang, hancur, atau rusak?" Jika ia menyimpan mangkuk itu di tempat yang tidak selayaknya, menggunakannya dalam cara yang tidak selayaknya, atau memberikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Ini adalah prosedur yang benar:

ini adalah metode yang benar.

Permutasi

Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk dengan satu perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk dengan dua perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk dengan tiga perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk dengan satu perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk dengan dua perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk dengan tiga perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan dua perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk dengan dua perbaikan dengan mangkuk dengan satu perbaikan ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan ... Jika ia menukar mangkuk dengan dua perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan tiga perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan ... dengan mangkuk dengan satu perbaikan ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan ... Jika ia menukar mangkuk dengan tiga perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan ... dengan mangkuk dengan satu perbaikan ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan ... Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk dengan satu perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan satu perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk dengan satu perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan dua perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk dengan dua perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan tiga perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk dengan tiga perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan satu perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk dengan mangkuk tanpa perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk dengan mangkuk dengan satu perbaikan ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan ... dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk dengan mangkuk tanpa perbaikan ... Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk dengan mangkuk dengan satu perbaikan ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan ... Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk dengan mangkuk dengan empat perbaikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan satu perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk dengan mangkuk tanpa perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan satu perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan dua perbaikan yang termasuk ... dengan mangkuk dengan tiga perbaikan yang termasuk ... Jika ia menukar mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk dengan mangkuk dengan empat perbaikan yang termasuk, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika mangkuknya hilang; jika mangkuknya rusak; jika itu dari kerabatnya; jika itu dari mereka yang memberikan undangan; jika itu adalah demi manfaat orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang kurang dari lima perbaikan, yang kedua, selesai.
« Last Edit: 16 September 2022, 09:24:21 AM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Nissaggiya Pācittiya 23
« Reply #76 on: 15 September 2022, 11:00:49 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 23. Aturan Latihan tentang Tonikum

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Pilindavaccha sedang membersihkan lereng di dekat Rājagaha, bermaksud untuk membangun tempat bernaung. Saat itu Raja Seniya Bimbisāra dari Magadha mendatangi Pilindavaccha, bersujud, duduk, dan berkata, "Yang Mulia, apakah yang sedang engkau bangun?"

"Aku sedang membersihkan lereng, Baginda. Aku hendak membangun tempat bernaung."

"Apakah engkau memerlukan pekerja vihara?"

"Sang Buddha belum memperbolehkan pekerja-pekerja vihara."

"Baiklah, Yang Mulia, sudilah menanyakan kepada Sang Buddha dan beritahukan kepadaku hasilnya."

"Baik, Baginda."

Kemudian Pilindavaccha memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakan Raja Bimbisāra dengan suatu ajaran, setelah itu sang raja bangkit dari duduknya, bersujud, dan mengelilingi Pilindavaccha dengan sisi kanan menghadapnya, dan pergi.

Segera setelah itu Pilindavaccha mengirim pesan kepada Sang Buddha: "Yang Mulia, Raja Seniya Bimbisāra dari Magadha ingin memberikan seorang pekerja vihara. Bagaimanakah aku harus menjawabnya?" Sang Buddha kemudian membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan pekerja-pekerja vihara."

Sekali lagi Raja Bimbisāra mendatangi Pilindavaccha, bersujud, duduk, dan berkata, "Yang Mulia, apakah Sang Buddha memperbolehkan para pekerja vihara?"

"Benar, Baginda."

"Baiklah, aku akan menyediakan seorang pekerja vihara untukmu."

Tetapi setelah mengucapkan janji ini, ia lupa, dan teringat kembali setelah lama berlalu. Kemudian ia berkata kepada pejabat yang bertanggung jawab atas segala urusan praktis: "Dengarkan, apakah pekerja vihara yang kujanjikan telah diberikan?"

"Belum, Baginda."

"Berapa lamakah berlalu sejak kita menjanjikan itu?"

Pejabat itu menghitung hari dan berkata, "Sudah lima ratus hari."

"Baiklah, berikan kepadanya lima ratus pekerja vihara."

"Baik."

Pejabat itu memberikan para pekerja vihara itu kepada Pilindavaccha dan membangun sebuah desa terpisah. Mereka menyebutnya "Desa Pekerja Vihara" dan "Desa Pilinda".

Dan Pilindavaccha mulai bergaul dengan keluarga-keluarga di desa itu.

Setelah mengenakan jubah pada suatu pagi, ia membawa mangkuk dan jubahnya dan memasuki Desa Pilinda untuk mengumpulkan dana makanan. Pada saat itu mereka sedang mengadakan perayaan di desa itu dan anak-anak mengenakan pakaian dengan perhiasan dan kalung bunga. Sewaktu Pilindavaccha sedang berjalan menerima dana makanan tanpa terputus, ia sampai di rumah seorang pekerja vihara tertentu, di mana ia duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Saat itu putri pemilik rumah itu melihat anak-anak lainnya berpakaian dengan berhiaskan perhiasan dan kalung bunga. Ia menangis dan mengatakan, "Berikan aku kalung bunga! Berikan aku perhiasan!" Pilindavaccha bertanya kepada ibunya mengapa gadis itu menangis. Ia memberitahunya, dan menambahkan, "Orang-orang miskin seperti kami tidak mampu membeli kalung bunga dan perhiasan." Pilindavaccha mengambil segenggam rumput dan berkata kepada sang ibu, "Ini, letakkan ini di atas kepala gadis itu." Ia melakukannya, dan rumput itu berubah menjadi kalung bunga emas. Bahkan di lingkungan kerajaan tidak ada yang seperti itu.

Orang-orang memberitahu Raja Bimbisāra, "Di rumah pekerja vihara itu terdapat sebuah kalung bunga emas yang indah. Bahkan di kerajaanmu, Baginda, tidak ada yang seperti itu. Jadi bagaimanakah orang-orang miskin itu dapat memperolehnya? Mereka pasti telah mencurinya." Raja Bimbisāra menangkap keluarga itu.

Sekali lagi Pilindavaccha mengenakan jubah pada suatu pagi, ia membawa mangkuk dan jubahnya, dan memasuki Desa Pilinda untuk mengumpulkan dana makanan. Sewaktu Pilindavaccha sedang berjalan menerima dana makanan tanpa terputus, ia sampai di rumah pekerja vihara itu. Kemudian ia bertanya kepada para tetangga apa yang telah terjadi dengan keluarga itu.

"Raja telah memenjarakan mereka, Yang Mulia, karena kalung bunga emas itu."

Kemudian Pilindavaccha mendatangi istana Raja Bimbisāra dan duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Raja Bimbisāra mendekati Pilindavaccha, bersujud, dan duduk. Pilindavaccha berkata, "Baginda, mengapa engkau memenjara keluarga pekerja vihara itu?"

"Yang Mulia, di rumah pekerja vihara itu terdapat sebuah kalung bunga emas yang indah. Bahkan di kerajaan ini tidak ada yang seperti itu. Jadi bagaimanakah orang-orang miskin itu dapat memperolehnya? Mereka pasti telah mencurinya."

Pilindavaccha kemudian memusatkan pikirannya untuk mengubah rumah panggung Raja Bimbisāra menjadi emas. Sebagai akibatnya, seluruh rumah itu menjadi emas. Ia berkata, "Baginda, bagaimanakah engkau mendapatkan begitu banyak emas?"

"Mengerti, Yang Mulia! Itu adalah kekuatan batinmu." Kemudian ia membebaskan keluarga itu.

Orang-orang berkata, "Mereka mengatakan Yang Mulia Pilindavaccha telah melakukan kesaktian, keajaiban kekuatan supernormal, untuk Raja dan istananya!" Karena gembira dan berkeyakinan pada Pilindavaccha, mereka membawakan untuknya lima tonikum: minyak samin, mentega, minyak, madu, dan sirup. Pilindavaccha memang biasa menerima kelima tonikum tersebut. Karena ia mendapatkan begitu banyak, maka ia memberikannya kepada para pengikutnya, yang menjadi memiliki tonikum berlimpah. Setelah mengisi tempayan-tempayan dan kendi-kendi dan menyimpannya, mereka mengisi saringan air dan tas dan menggantungnya di jendela. Tetapi tonikum-tonikum itu menetes, dan tempat-tempat kediaman itu menjadi penuh dengan tikus. Ketika orang-orang yang berjalan-jalan di sekitar tempat-tempat kediaman melihat ini, mereka mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Para monastik Sakya ini menimbun benda-benda di dalam, persis seperti Raja Seniya Bimbisāra dari Magadha."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu ini memilih hidup dengan begitu berlimpah?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu, "Benarkah, para bhikkhu, bahwa ada para bhikkhu yang hidup seperti ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Bagaimana mungkin orang-orang dungu itu hidup seperti ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Setelah diterima, tonikum-tonikum yang diperbolehkan untuk para bhikkhu yang sakit—yaitu, minyak samin, mentega, minyak, madu, dan sirup—harus dikonsumsi dari penyimpanan paling lama tujuh hari. Jika seseorang mengkonsumsinya lebih dari itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Tonikum-tonikum yang diperbolehkan untuk para bhikkhu yang sakit: Minyak samin:

minyak samin dari sapi, minyak samin dari kambing, minyak samin dari kerbau, atau minyak samin dari binatang apa pun yang dagingnya diperbolehkan.

Mentega:

mentega dari binatang yang sama.

Minyak:

minyak wijen, minyak biji-moster, minyak pohon-madu, minyak jarak, minyak dari lemak.

Madu:

madu dari lebah.

Sirup:

dari tebu.

Setelah diterima, tonikum-tonikum itu harus dikonsumsi dari penyimpanan paling lama tujuh hari:

tonikum-tonikum itu harus digunakan maksimum selama tujuh hari.

Jika seseorang mengkonsumsinya lebih dari itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan:

tonikum-tonikum itu harus dilepaskan pada fajar hari ke delapan.

Tonikum-tonikum itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, tonikum-tonikum itu harus dilepaskan seperti berikut: (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, tonikum-tonikum ini, yang telah kusimpan selama lebih dari tujuh hari, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan tonikum ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika lebih dari tujuh hari dan ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari tujuh hari, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari tujuh hari, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika tonikum-tonikum itu belum ditetapkan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tonikum-tonikum itu belum diberikan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tonikum-tonikum itu tidak hilang, tetapi ia menyadarinya sebagai hilang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tonikum-tonikum itu tidak hancur, tetapi ia menyadarinya sebagai hancur, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tonikum-tonikum itu tidak terbakar, tetapi ia menyadarinya sebagai terbakar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika tonikum-tonikum itu tidak dicuri, tetapi ia menyadarinya sebagai dicuri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Setelah tonikum-tonikum yang dilepaskan itu dikembalikan, tonikum-tonikum itu tidak boleh digunakan pada tubuh, juga tidak boleh dikonsumsi. Tonikum-tonikum ini boleh digunakan pada lampu atau sebagai pewarna hitam. Para bhikkhu lain boleh menggunakannya pada tubuh, tetapi mereka tidak boleh mengkonsumsinya.

Jika kurang dari tujuh hari, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari tujuh hari, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari tujuh hari dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika dalam tujuh hari telah ditetapkan, diberikan, hilang, hancur, terbakar, dicuri, atau diambil atas dasar kepercayaan; jika, tanpa menginginkannya, ia memberikannya kepada seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan kemudian ia mengambilnya kembali dan kemudian menggunakannya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang tonikum, yang ketiga, selesai.
« Last Edit: 16 September 2022, 09:24:50 AM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Nissaggiya Pācittiya 24
« Reply #77 on: 15 September 2022, 11:01:34 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 24. Aturan Latihan tentang Jubah Musim-Hujan

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Sang Buddha telah memperbolehkan jubah musim-hujan untuk para bhikkhu. Mengetahui hal ini, para bhikkhu dari kelompok enam terlebih dulu pergi mencari kain untuk jubah musim-hujan mereka. Dan setelah terlebih dulu menjahitnya, mereka memakainya. Kemudian, karena jubah musim-hujan mereka sudah usang, mereka mandi telanjang di tengah hujan.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam terlebih dulu mencari kain untuk jubah musim-hujan, terlebih dulu menjahitnya, dan kemudian memakainya, dan kemudian, karena jubah musim-hujan mereka sudah usang, mereka mandi telanjang di tengah hujan?"

Setelah menegur para bhikkhu dari kelompok enam dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ketika masih satu bulan lagi tersisa dari musim panas, seorang bhikkhu boleh pergi mencari kain untuk jubah musim-hujan. Ketika masih setengah bulan lagi tersisa, ia boleh menjahitnya dan memakainya. Jika ia mencari kain untuk jubah musim-hujan pada lebih dari satu bulan tersisa dari musim panas, atau jika ia menjahitnya dan kemudian memakainya ketika masih lebih dari setengah bulan tersisa, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Ketika masih satu bulan lagi tersisa dari musim panas, seorang bhikkhu boleh pergi mencari kain untuk jubah musim-hujan:

setelah mendatangi orang-orang itu yang sebelumnya juga telah memberikan kain untuk jubah musim-hujan, ia harus mengatakan, "Sekarang adalah waktunya untuk jubah musim-hujan," "Sekarang adalah musim jubah musim-hujan," "Orang-orang lain juga memberikan kain untuk jubah musim-hujan." Ia tidak boleh mengatakan, "Berikan aku kain untuk jubah musim-hujan," "Bawakan aku kain untuk jubah musim-hujan," "Tukarkan aku kain untuk jubah musim-hujan," "Belikan aku kain untuk jubah musim-hujan."

Ketika masih setengah bulan lagi tersisa, ia boleh menjahitnya dan memakainya:

setelah menjahitnya selama setengah bulan terakhir musim hujan, ia boleh memakainya.

Ketika lebih dari satu bulan tersisa dari musim panas:

jika ia pergi mencari kain untuk jubah musim-hujan pada lebih dari satu bulan tersisa dari musim panas, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Ketika masih lebih dari setengah bulan tersisa:

jika ia memakainya setelah menjahitnya ketika masih lebih dari setengah bulan tersisa dari musim panas, maka itu harus dilepaskan.

Jubah musim-hujan itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, jubah musim-hujan itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, kain untuk jubah musim-hujan ini, yang kucari pada lebih dari satu bulan tersisa dari musim panas atau yang kupakai setelah menjahitnya ketika masih lebih dari setengah bulan tersisa dari musim panas, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan kain untuk jubah musim-hujan ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika lebih dari satu bulan tersisa dari musim panas, dan ia menyadarinya sebagai lebih, dan ia pergi mencari kain untuk jubah musim-hujan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari satu bulan tersisa dari musim panas, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia pergi mencari kain untuk jubah musim-hujan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari satu bulan tersisa dari musim panas, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, dan ia pergi mencari kain untuk jubah musim-hujan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika lebih dari setengah bulan tersisa dari musim panas, dan ia menyadarinya sebagai lebih, dan ia memakai jubah musim-hujan setelah menjahitnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari setengah bulan tersisa dari musim panas, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memakai jubah musim-hujan setelah menjahitnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari satu bulan tersisa dari musim panas, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, dan ia memakai jubah musim-hujan setelah menjahitnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia memiliki jubah musim-hujan, tetapi ia mandi telanjang di tengah-tengah hujan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari satu bulan tersisa dari musim panas, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari satu bulan tersisa dari musim panas, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari satu bulan tersisa dari musim panas, dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Jika kurang dari setengah bulan tersisa dari musim panas, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari setengah bulan tersisa dari musim panas, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari setengah bulan tersisa dari musim panas, dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia pergi mencari kain untuk jubah musim-hujan ketika masih satu bulan tersisa dari musim panas; jika ia mengenakan jubah musim-hujan setelah menjahitnya ketika masih setengah bulan tersisa dari musim panas; jika ia pergi mencari kain untuk jubah musim-hujan ketika masih kurang dari satu bulan tersisa dari musim panas; jika ia mengenakan jubah musim-hujan setelah menjahitnya ketika masih kurang dari setengah bulan tersisa dari musim panas; jika, setelah mencari kain untuk jubah musim-hujan, ia menunda masa keberdiaman musim-hujan; jika, setelah mengenakan jubah musim-hujan, ia menunda masa keberdiaman musim-hujan (dalam kasus ini ia harus mencucinya dan menyimpannya dan kemudian menggunakannya pada waktu yang tepat); jika jubahnya dicuri; jika jubahnya hilang; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang jubah musim-hujan, yang keempat, selesai.
« Last Edit: 16 September 2022, 09:25:06 AM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Nissaggiya Pācittiya 25
« Reply #78 on: 15 September 2022, 11:02:05 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 25. Aturan Latihan tentang Mengambil Kembali Jubah

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Yang Mulia Upananda orang Sakya berkata kepada murid adiknya, "Ayo, mari kita mengembara ke seluruh negeri."

"Aku tidak bisa, Yang Mulia, jubahku sudah usang."

"Aku akan memberimu jubah." Dan ia memberikan jubah kepadanya.

Tidak lama kemudian bhikkhu itu mendengar bahwa Sang Buddha hendak mengembara ke seluruh negeri. Ia berpikir, "Sekarang lebih baik aku pergi mengembara ke seluruh negeri bersama Sang Buddha." Kemudian, ketika Upananda berkata, "Ayo kita pergi," ia menjawab, "Aku tidak pergi bersamamu, tetapi bersama Sang Buddha."

"Baiklah, jubah itu yang kuberikan kepadamu akan bersamaku," dan ia mengambil kembali jubah itu dalam kemarahan.

Bhikkhu itu memberitahukan apa yang terjadi kepada para bhikkhu lainnya. Dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda memberikan jubah dan kemudian mengambilnya kembali dalam kemarahan?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Upananda: "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu sendiri memberikan jubah kepada seorang bhikkhu, tetapi kemudian, dalam kemarahan, ia mengambil kembali atau menyuruh orang lain mengambil kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Kepada seorang bhikkhu:

kepada bhikkhu lainnya.

Sendiri:

ia sendiri yang memberikannya.

Jubah:

satu dari enam jenis kain-jubah, tetapi tidak lebih kecil dari apa yang dapat dialokasikan kepada orang lain.

Dalam kemarahan:

ketidakpuasan, memendam kebencian, permusuhan.

Mengambil kembali:

jika ia sendiri yang mengambil kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Menyuruh orang lain mengambil kembali:

jika ia menyuruh orang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia hanya menyuruh satu kali, maka bahkan jika orang itu mengambil kembali banyak, itu harus dilepaskan.

Kain-jubah itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, kain-jubah itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, kain-jubah ini, yang kuambil kembali setelah memberikannya kepada seorang bhikkhu, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan kain jubah ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika orang lain itu telah sepenuhnya ditahbiskan dan ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan setelah memberikan kain-jubah kepadanya, ia mengambilnya kembali dalam kemarahan atau menyuruh orang lain mengambil kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika orang lain itu telah sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan setelah memberikan kain-jubah kepadanya, ia mengambilnya kembali dalam kemarahan atau menyuruh orang lain mengambil kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika orang lain itu telah sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan setelah memberikan kain-jubah kepadanya, ia mengambilnya kembali dalam kemarahan atau menyuruh orang lain mengambil kembali, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika, setelah memberikan benda kebutuhan lain kepada mereka, ia mengambil kembali dalam kemarahan atau menyuruh orang lain mengambil kembali, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, setelah memberikan kain-jubah atau benda kebutuhan lainnya kepada seseorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, ia mengambil kembali dalam kemarahan atau menyuruh orang lain mengambil kembali, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika orang lain itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lain itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lain itu tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika orang lain itu yang mengembalikannya; jika ia mengambilnya atas dasar kepercayaan dari mereka; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang mengambil kembali jubah, yang kelima, selesai.
« Last Edit: 16 September 2022, 09:25:34 AM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Nissaggiya Pācittiya 26
« Reply #79 on: 15 September 2022, 11:02:32 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 26. Aturan Latihan tentang Meminta Benang

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, para bhikkhu dari kelompok enam sedang membuat jubah dan mereka meminta sejumlah besar benang. Tetapi ketika jubah mereka telah selesai, terdapat banyak benang tersisa. Mereka berkata, "Mari kita meminta lebih banyak lagi benang dan meminta penenun untuk menenunkan kain-jubah untuk kita." Namun bahkan ketika kain-jubah itu telah ditenun, masih banyak benang tersisa. Untuk kedua kalinya mereka meminta lebih banyak benang dan meminta penenun untuk menenunkan kain-jubah untuk mereka. Sekali lagi ada banyak benang tersisa. Untuk ketiga kalinya mereka meminta lebih banyak benang dan meminta penenun untuk menenunkan kain-jubah untuk mereka. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya meminta benang dan kemudian meminta penenun untuk menenunkan kain-jubah untuk mereka?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam meminta benang dan kemudian meminta penenun untuk menenunkan kain-jubah untuk mereka?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu, "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu sendiri meminta benang, dan kemudian meminta penenun untuk menenunkan kain-jubah untuknya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Sendiri:

ia sendiri yang meminta.

Benang:

ada enam jenis benang: linen, kapas, sutra, wol, rami kasar, dan kanvas.

Penenun:

Jika ia meminta penenun untuk menenunkannya, maka untuk setiap usaha terjadi pelanggaran perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan kain-jubah, maka itu harus dilepaskan.

Kain-jubah itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, kain-jubah itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, kain-jubah ini, yang kuminta para penenun untuk menenunkannya setelah meminta benang oleh diriku sendiri, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan kain-jubah ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika ia menyuruh orang lain untuk menenun, dan ia menyadarinya demikian, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain untuk menenun, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika ia menyuruh orang lain untuk menenun, tetapi ia tidak menyadarinya demikian, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia tidak menyuruh orang lain untuk menenun, tetapi ia menyadarinya sebagai telah menyuruh, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak menyuruh orang lain untuk menenun, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak menyuruh orang lain untuk menenun, dan ia tidak menyadarinya sebagai telah menyuruh, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika itu untuk menjahit sebuah jubah; jika itu untuk pengikat punggung-dan-lutut; jika itu untuk sabuk; jika itu untuk sabuk bahu; jika itu untuk tas mangkuk; jika itu untuk saringan air; jika itu dari kerabat; jika itu dari mereka yang telah menyampaikan undangan; jika itu demi manfaat orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang meminta benang, yang keenam, selesai.
« Last Edit: 16 September 2022, 09:25:55 AM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Nissaggiya Pācittiya 27
« Reply #80 on: 15 September 2022, 11:03:03 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 27. Aturan Latihan Panjang tentang Penenun

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, seorang laki-laki yang hendak pergi berkata kepada istrinya, "Timbanglah beberapa benang, bawa kepada para penenun, suruh mereka untuk menenunkan kain-jubah, dan simpan kain-jubah itu. Ketika aku pulang, aku akan memberikannya kepada Yang Mulia Upananda."

Seorang bhikkhu yang sedang mengumpulkan dana makanan mendengar ucapan laki-laki tersebut. Kemudian ia mendatangi Upananda orang Sakya dan berkata, "Upananda, engkau memiliki jasa besar. Di tempat itu aku mendengar seorang laki-laki, sewaktu ia hendak pergi, menyuruh istrinya untuk menenunkan kain-jubah untuk diberikan kepadamu ketika ia pulang."

"Ia adalah penyokongku." Dan si penenun juga adalah penyokong Upananda.

Kemudian Upananda mendatangi penenun itu dan berkata, "Kain-jubah yang sedang engkau tenun untukku ini, buatlah panjang dan lebar. Dan tenun dengan rapat, tenun dengan baik, regangkan dengan baik, garuk dengan baik, dan sisir dengan baik."

"Yang Mulia, mereka sudah menimbang benang itu dan menyerahkannya kepadaku, menyuruhku untuk menenun kain-jubah dengan itu. Aku tidak akan dapat membuatnya panjang, lebar, atau menenunnya dengan rapat. Tetapi aku dapat membuatnya ditenun dengan baik, diregangkan dengan baik, digaruk dengan baik, dan disisir dengan baik."

"Buat saja panjang, lebar, dan tenun dengan rapat. Akan ada cukup benang."

Kemudian, ketika semua benang telah habis terpakai, penenun itu mendatangi perempuan itu dan berkata, "Nyonya, aku membutuhkan lebih banyak benang."

"Tetapi bukankah aku telah mengatakan kepadamu untuk menenun kain-jubah itu dengan benang itu?"

"Benar. Tetapi Yang Mulia Upananda menyuruhku untuk membuatnya panjang, lebar, dan ditenun dengan rapat. Dan ia mengatakan akan ada cukup benang." Kemudian perempuan itu memberikan lagi benang sebanyak yang ia berikan pertama kali.

Ketika Upananda mendengar bahwa sang suami telah pulang dari perjalanannya, ia mengunjungi rumahnya dan duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Orang itu mendatanginya, bersujud, dan duduk. Kemudian ia berkata kepada isterinya, "Apakah kain-jubah itu telah ditenun?"

"Sudah."

"Bawalah ke sini. Aku akan memberikannya kepada Yang Mulia Upananda."

Kemudian ia mengambil kain-jubah itu, menyerahkannya kepada suaminya, dan memberitahukan kepadanya apa yang terjadi. Setelah memberikan kain-jubah itu kepada Upananda, ia mengeluhkan dan mengkritiknya, "Para monastik Sakya ini memiliki banyak keinginan; mereka tidak mengenal puas. Tidaklah mudah untuk memberikan kain-jubah kepada mereka. Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda mendatangi para penenun dan mengatakan kain-jubah bagaimana yang ia inginkan tanpa terlebih dulu diundang olehku?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda mendatangi para penenun dan mengatakan kain-jubah bagaimana yang ia inginkan tanpa terlebih dulu diundang?"

Setelah menegurnya dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Upananda: "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

"Apakah ia adalah kerabatmu?"

"Bukan, Yang Mulia."

"Orang dungu, orang-orang yang bukan kerabat tidak mengetahui apa yang selayaknya dan apa yang tidak selayaknya, apa yang baik dan buruk, dalam berurusan satu sama lain. Dan masih saja engkau melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang perumah tangga laki-laki atau perempuan menyuruh para penenun untuk menenunkan kain-jubah untuk seorang bhikkhu yang bukan kerabat dan, tanpa terlebih dulu diundang, bhikkhu tersebut mendatangi para penenun dan menyebutkan jenis kain-jubah yang ia inginkan, dengan mengatakan, 'Kain-jubah yang sedang engkau tenun untukku ini, buatlah panjang dan lebar; tenun dengan rapat, tenun dengan baik, regangkan dengan baik, garuk dengan baik, dan sisir dengan baik, dan mungkin aku bahkan akan memberimu suatu hadiah kecil.' Kemudian dengan mengatakan itu dan setelahnya memberi mereka hadiah kecil, bahkan sedikit makanan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Untuk seorang bhikkhu:

untuk manfaat seorang bhikkhu; menjadikan seorang bhikkhu sebagai objek pertimbangan, seseorang ingin memberikan kepadanya.

Bukan kerabat:

siapa pun yang bukan keturunan dari leluhur laki-laki hingga delapan generasi sebelumnya, apakah dari pihak ibu atau dari pihak ayah.

Perumah tangga laki-laki:

laki-laki mana pun yang hidup di rumah.

Perumah tangga perempuan:

perempuan mana pun yang hidup di rumah.

Para penenun:

mereka yang menenun.

Kain-jubah:

salah satu dari enam jenis kain-jubah, tetapi tidak lebih kecil daripada apa yang dapat dialokasikan untuk orang lain.

Ditenun:

disuruh menenun.

Jika bhikkhu tersebut:

bhikkhu yang untuknya kain-jubah itu ditenun.

Tanpa terlebih dulu diundang:

tanpa terlebih dulu dikatakan, "Yang Mulia, kain-jubah jenis apakah yang engkau butuhkan? Kain-jubah jenis apakah yang dapat kutenunkan untukmu?"

Mendatangi para penenun itu:

setelah mendatangi rumah mereka, setelah mendatangi di mana pun mereka berada.

Menyebutkan jenis kain-jubah yang ia inginkan:

"Kain-jubah yang sedang engkau tenun untukku ini, buatlah panjang dan lebar; tenun dengan rapat, tenun dengan baik, regangkan dengan baik, garuk dengan baik, dan sisir dengan baik; dan mungkin aku bahkan akan memberimu suatu hadiah kecil."

Kemudian dengan mengatakan itu dan setelahnya memberi mereka hadiah kecil, bahkan sedikit makanan:

bubur beras, makanan, makanan segar, sedikit bubuk mandi, pembersih gigi, seutas tali, dan bahkan jika ia membabarkan ajaran. Jika penenun itu membuatnya panjang atau lebar atau ditenun dengan rapat karena ucapan bhikkhu itu, maka untuk usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkan kain-jubah itu, maka itu harus dilepaskan. Kain-jubah itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, kain-jubah itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, kain-jubah ini, yang karenanya aku mendatangi para penenun dari perumah tangga yang bukan kerabat dan menyebutkan jenis kain-jubah yang kuinginkan tanpa terlebih dulu diundang, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan kain-jubah ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika perumah tangga itu bukan kerabat dan bhikkhu itu menyadarinya sebagai bukan kerabat dan, tanpa terlebih dulu diundang, ia mendatangi para penenun mereka dan menyebutkan jenis kain-jubah yang ia inginkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika perumah tangga itu bukan kerabat, tetapi bhikkhu itu tidak dapat memastikannya dan, tanpa terlebih dulu diundang, ia mendatangi para penenun mereka dan menyebutkan jenis kain-jubah yang ia inginkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika perumah tangga itu bukan kerabat, tetapi bhikkhu itu menyadarinya sebagai kerabat dan, tanpa terlebih dulu diundang, ia mendatangi para penenun mereka dan menyebutkan jenis kain-jubah yang ia inginkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika perumah tangga itu adalah kerabat, tetapi bhikkhu itu menyadarinya sebagai bukan kerabat, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika perumah tangga itu adalah kerabat, tetapi bhikkhu itu tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika perumah tangga itu adalah kerabat dan bhikkhu itu menyadarinya sebagai kerabat, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika itu adalah dari kerabat; jika itu dari mereka yang telah menyampaikan undangan; jika itu adalah demi manfaat orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika seseorang menginginkan kain-jubah tenun yang mahal, tetapi ia meminta ditenunkan kain-jubah yang murah; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan panjang tentang penenun, yang ketujuh, selesai.
« Last Edit: 16 September 2022, 09:26:14 AM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Nissaggiya Pācittiya 28
« Reply #81 on: 15 September 2022, 11:03:30 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 28. Aturan Latihan tentang Kain Khusus

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, seorang pejabat kerajaan yang hendak pergi, mengirim pesan kepada para bhikkhu, dengan mengatakan, "Datanglah, Para Mulia, aku hendak memberikan kain-jubah kepada mereka yang telah menyelesaikan masa keberdiaman musim-hujan."

Para bhikkhu berpikir, "Sang Buddha memperbolehkan jubah demikian hanya untuk mereka yang telah menyelesaikan masa keberdiaman musim-hujan," dan karena takut melakukan kesalahan, mereka tidak pergi. Pejabat kerajaan itu mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin mereka tidak datang setelah aku mengirim pesan? Aku hendak pergi bersama bala-tentara. Sulit diketahui apakah aku akan hidup atau mati."

Para bhikkhu mendengar keluhan pejabat kerajaan itu, dan mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, aku memperbolehkan kalian menerima kain-khusus, dan kemudian menyimpannya."

Ketika mereka mendengar hal ini, para bhikkhu menerima kain-khusus dan menyimpannya melewati musim-jubah, menyimpannya dalam buntelan-buntelan pada rak jubah dari bambu.

Sewaktu sedang berjalan-jalan di sekitar tempat-tempat kediaman, Yang Mulia Ānanda melihat kain-kain itu, dan ia bertanya kepada para bhikkhu, "Kain siapakah ini?"

"Ini adalah kain-khusus kami."

"Tetapi berapa lamakah kalian telah menyimpannya?"

Mereka memberitahunya. Ānanda mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu ini menerima kain-khusus dan kemudian menyimpannya melewati musim jubah?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, Ānanda memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa ada para bhikkhu yang melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Para bhikkhu, bagaimana mungkin orang-orang dungu itu dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ketika masih sepuluh hari tersisa sebelum memasuki bulan purnama Kattika yang mengakhiri masa keberdiaman musim-hujan pertama dan kain-khusus diberikan kepada seorang bhikkhu, ia boleh menerimanya jika ia menganggapnya mendesak. Ia boleh menyimpannya hingga akhir musim jubah. Jika ia menyimpannya melewati waktu itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Masih sepuluh hari tersisa:

upacara undangan adalah sepuluh hari mendatang.

Bulan purnama Kattika yang mengakhiri masa keberdiaman musim-hujan pertama:

yang dimaksudkan adalah bulan purnama Kattika dari upacara undangan.

Kain-khusus:

ketika seseorang ingin pergi bersama bala-tentara, ketika seseorang ingin pergi, ketika seseorang jatuh sakit, ketika seseorang hamil, ketika seseorang yang tanpa keyakinan memperoleh keyakinan, ketika seseorang yang tanpa kepercayaan memperoleh kepercayaan—jika orang itu mengirim pesan kepada para bhikkhu, dengan mengatakan, "Datanglah, Para Mulia, aku ingin memberikan jubah kepada mereka yang telah menyelesaikan masa keberdiaman musim hujan," ini disebut "kain-khusus".

Ia boleh menerimanya jika ia menganggapnya mendesak. Ia boleh menyimpannya hingga akhir musim jubah:

dengan menegakkan persepsi bahwa kain itu adalah kain-khusus, ia boleh menyimpannya.

Musim-jubah:

bagi seorang yang tidak berpartisipasi dalam upacara pembuatan jubah, ini adalah bulan terakhir musim hujan; bagi seorang yang berpartisipasi dalam upacara pembuatan jubah, ini adalah periode lima bulan.

Jika ia menyimpannya melewati waktu itu:

bagi seorang yang tidak berpartisipasi dalam upacara pembuatan jubah, jika ia menyimpannya melewati hari terakhir musim hujan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Bagi seorang yang berpartisipasi dalam upacara pembuatan jubah, jika ia menyimpannya melewati hari musim-jubah itu berakhir, maka kain itu harus dilepaskan.

Kain itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, kain itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, kain-khusus ini, yang telah kusimpan melewati musim jubah, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan kain ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika itu adalah kain-khusus dan ia menyadarinya sebagai kain-khusus, dan ia menyimpannya melewati musim jubah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu adalah kain-khusus, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menyimpannya melewati musim jubah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika itu adalah kain-khusus, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai kain-khusus, dan ia menyimpannya melewati musim jubah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika kain itu belum ditetapkan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah ditetapkan ... Jika kain itu belum dialokasikan untuk orang lain, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah dialokasikan untuk orang lain ... Jika kain itu belum diberikan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah diberikan ... Jika kain itu tidak hilang, tetapi ia menyadarinya sebagai hilang ... Jika kain itu tidak hancur, tetapi ia menyadarinya sebagai hancur ... Jika kain itu tidak terbakar, tetapi ia menyadarinya sebagai terbakar ... Jika kain itu tidak dicuri, tetapi ia menyadarinya sebagai dicuri, dan ia menyimpannya melewati musim jubah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menggunakan kain yang harus dilepaskan tanpa terlebih dulu melepaskannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan kain-khusus, tetapi ia menyadarinya sebagai kain-khusus, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan kain-khusus, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan kain-khusus dan ia tidak menyadarinya sebagai kain-khusus, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika dalam masa musim jubah, kain-khusus itu ditetapkan, dialokasikan untuk orang lain, diberikan, hilang, hancur, terbakar, dicuri, atau diambil atas dasar kepercayaan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang kain-khusus, yang kedelapan, selesai.
« Last Edit: 16 September 2022, 09:26:49 AM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Nissaggiya Pācittiya 29
« Reply #82 on: 15 September 2022, 11:03:58 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 29. Aturan Latihan tentang Apa yang Berbahaya

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu para bhikkhu yang telah menyelesaikan masa keberdiaman musim-hujan sedang menetap di tempat-tempat kediaman di dalam hutan belantara. Pencuri-pencuri yang aktif selama bulan Kattika menyerang para bhikkhu ini, dengan berpikir, "Mereka telah diberikan benda-benda."

Para bhikkhu memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, Aku memperbolehkan para bhikkhu yang menetap di tempat-tempat kediaman di dalam hutan belantara untuk menyimpan satu dari tiga jubah mereka di area berpenghuni."

Ketika mereka mendengar hal ini, para bhikkhu menyimpan satu dari tiga jubah mereka di area berpenghuni, terpisah dari mereka selama lebih dari enam hari. Jubah-jubah itu hilang, hancur, terbakar, dan digigit tikus. Sebagai akibatnya, para bhikkhu itu menjadi berjubah buruk. Para bhikkhu lain bertanya mengapa, dan mereka memberitahukan apa yang terjadi. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu itu menyimpan satu dari tiga jubah mereka di area berpenghuni dan kemudian terpisah dari mereka selama lebih dari enam hari?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa ada para bhikkhu yang melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Para bhikkhu, bagaimana mungkin orang-orang dungu itu dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Ada tempat-tempat kediaman di dalam hutan belantara yang dianggap riskan dan berbahaya. Setelah menjalankan bulan purnama Kattika yang mengakhiri musim hujan, seorang bhikkhu yang menetap di tempat-tempat kediaman demikian, jika ia menginginkan, boleh menyimpan satu dari tiga jubahnya di area berpenghuni selama ia memiliki alasan untuk berpisah dari jubah itu. Ia boleh berpisah dari jubah itu selama paling lama enam hari. Jika ia berpisah dari jubah itu lebih lama dari itu, kecuali jika para bhikkhu menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"
Definisi

Setelah menjalankan:

setelah menyelesaikan musim hujan.

Bulan purnama Kattika yang mengakhiri musim hujan:

yang dimaksudkan adalah bulan purnama keempat dari musim hujan di bulan Kattika.

Ada tempat-tempat kediaman di dalam hutan belantara:

tempat kediaman di dalam hutan belantara: sedikitnya 800 meter jauhnya dari area berpenghuni.

Riskan:

di dalam vihara, atau di lingkungan sekitar vihara, pencuri-pencuri telah terlihat berkemah, makan, berdiri, duduk, atau berbaring.

Berbahaya:

di dalam vihara, atau di lingkungan sekitar vihara, pencuri-pencuri telah terlihat melukai, merampok, atau memukul orang-orang.

Seorang bhikkhu yang menetap di tempat-tempat kediaman demikian:

seorang bhikkhu yang menetap di tempat kediaman seperti itu.

Jika ia menginginkan:

jika ia menghendakinya.

Satu dari tiga jubahnya:

jubah luar, jubah atas, atau sarung.

Boleh menyimpan di area berpenghuni:

boleh menyimpannya di mana pun di desa sumber dana makanannya.

Selama ia memiliki alasan untuk berpisah dari jubah itu:

jika ada alasan, jika ada sesuatu yang harus dilakukan.

Ia boleh berpisah dari jubah itu selama paling lama enam hari:

ia boleh berpisah maksimum selama enam hari.

Kecuali jika para bhikkhu menyetujui:

Jika para bhikkhu telah menyetujui.

Jika ia berpisah dari jubah itu lebih lama dari itu:

maka jubah itu harus dilepaskan pada fajar hari ketujuh.

Jubah itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, jubah itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, jubah ini, yang telah berpisah dariku selama lebih dari enam hari tanpa persetujuan para bhikkhu, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan jubah ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika lebih dari enam hari dan ia menyadarinya sebagai lebih, dan ia berpisah dari jubah itu, kecuali para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari enam hari, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia berpisah dari jubah itu, kecuali para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan. Jika lebih dari enam hari, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, dan ia berpisah dari jubah itu, kecuali para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika penetapan belum diberikan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah ... Jika jubah itu belum diberikan, tetapi ia menyadarinya sebagai sudah ... Jika jubah itu tidak hilang, tetapi ia menyadarinya sebagai hilang ... Jika jubah itu tidak hancur, tetapi ia menyadarinya sebagai hancur ... Jika jubah itu tidak terbakar, tetapi ia menyadarinya sebagai terbakar ... Jika jubah itu tidak dicuri, tetapi ia menyadarinya sebagai dicuri, dan ia berpisah dari jubah itu, kecuali para bhikkhu telah menyetujui, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika ia menggunakan jubah yang harus dilepaskan tanpa terlebih dulu melepaskannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari enam hari, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari enam hari, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari enam hari dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia berpisah dari jubah itu selama enam hari; jika ia berpisah dari jubah itu selama kurang dari enam hari; jika setelah berpisah dari jubah itu selama enam hari, ia bermalam di dalam wilayah desa itu dan kemudian pergi; jika dalam enam hari ia memberikan penetapan, atau jubah itu diberikan, hilang, hancur, terbakar, dicuri, atau diambil atas dasar kepercayaan; jika ia telah mendapat persetujuan dari para bhikkhu; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang apa yang berbahaya, yang kesembilan, selesai.
« Last Edit: 16 September 2022, 09:27:12 AM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Nissaggiya Pācittiya 30
« Reply #83 on: 15 September 2022, 11:04:31 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang Mangkuk

Nissaggiya Pācittiya 30. Aturan Latihan tentang Apa yang Diniatkan

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, suatu perkumpulan telah mempersiapkan dana makan beserta kain-jubah untuk Sangha, berniat untuk mempersembahkan kain-jubah setelah memberikan makanan.

Tetapi para bhikkhu dari kelompok enam mendatangi perkumpulan itu dan berkata, "Sudilah memberikan kain-jubah ini kepada kami."

"Para Mulia, kami tidak dapat melakukan itu. Kami telah mempersiapkan persembahan dana makan tahunan beserta dengan kain-jubah untuk Sangha."

"Sangha memiliki banyak penyumbang dan penyokong. Tetapi karena kami sedang menetap di sini, kami mengandalkan sokongan kalian. Siapakah yang akan memberikan kepada kami kalau bukan kalian? Jadi berikanlah kain-jubah ini kepada kami." Karena didesak oleh para bhikkhu dari kelompok enam, perkumpulan itu memberikan kain-jubah yang telah dipersiapkan itu kepada mereka dan mepersembahkan makanan kepada Sangha.

Para bhikkhu yang mengetahui bahwa suatu persembahan makanan beserta dengan kain-jubah telah dipersiapkan untuk Sangha, tetapi tidak tahu bahwa kain-jubah telah diberikan kepada para bhikkhu dari kelompok enam berkata, "Silakan persembahkan kain-jubah."

"Tidak ada lagi. Para bhikkhu dari kelompok enam telah mengalihkan kain-jubah yang telah kami persiapkan kepada mereka."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan, mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam mengalihkan kepada mereka sendiri benda-benda yang mereka tahu diniatkan untuk Sangha?"

Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu mengalihkan kepada dirinya sendiri, sokongan materi yang ia ketahui diniatkan untuk Sangha, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Ia ketahui:

ia mengetahui oleh dirinya sendiri atau orang lain memberitahunya atau si penyumbang memberitahunya.

Untuk Sangha:

diberikan kepada Sangha, dilepaskan kepada Sangha.

Sokongan materi:

kain-jubah, makanan, tempat kediaman, dan obat-obatan; bahkan sedikit bubuk mandi, pembersih gigi, atau seutas tali.

Diniatkan:

mereka telah mengatakan, "Kami akan memberikan," "Kami akan mempersiapkan." Jika ia mengalihkannya kepada dirinya, maka untuk usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. Ketika ia mendapatkannya, maka itu harus dilepaskan.

Sokongan materi itu harus dilepaskan kepada suatu sangha, suatu kelompok, atau individu. "Dan, para bhikkhu, sokongan materi itu harus dilepaskan seperti berikut. (Diuraikan seperti pada Pelepasan 1, dengan penyesuaian seperlunya.)

'Para Mulia, benda ini, yang kualihkan kepada diriku sendiri dengan mengetahui bahwa ini diniatkan untuk Sangha, akan dilepaskan. Aku melepaskannya kepada Sangha.' ... Sangha harus mengembalikan ... kalian harus mengembalikan ... 'Aku mengembalikan benda ini kepadamu.'"

Permutasi

Jika diniatkan untuk Sangha dan ia menyadarinya sebagai diniatkan untuk Sangha, dan ia mengalihkannya kepada dirinya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pelepasan dan pengakuan.

Jika diniatkan untuk Sangha, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mengalihkannya kepada dirinya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika diniatkan untuk Sangha, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai diniatkan untuk Sangha, dan ia mengalihkannya kepada dirinya sendiri, maka tidak ada pelanggaran.

Jika diniatkan untuk satu Sangha dan ia mengalihkannya kepada Sangha lain atau kepada sebuah altar, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika diniatkan untuk satu altar dan ia mengalihkannya kepada altar lain atau kepada satu Sangha atau individu, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika diniatkan untuk satu individu dan ia mengalihkannya kepada individu lain atau kepada satu sangha atau kepada sebuah altar, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika tidak diniatkan untuk Sangha, tetapi ia menyadarinya sebagai diniatkan untuk Sangha, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tidak diniatkan untuk Sangha, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika tidak diniatkan untuk Sangha dan ia tidak menyadarinya sebagai tidak diniatkan untuk Sangha, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ditanya, "Kemanakah kami dapat memberi?" ia berkata, "Berikanlah di mana pemberianmu akan menjadi perlengkapan;" "Berikanlah di mana pemberianmu akan menjadi perbaikan;" "Berikanlah di mana pemberianmu akan bertahan dalam waktu lama;" "Berikanlah di mana engkau merasa terinspirasi;" jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang apa yang diniatkan, yang kesepuluh, selesai.

SUB-BAB KETIGA TENTANG MANGKUK SELESAI

Berikut ini adalah rangkumannya:
"Dua tentang mangkuk, dan tonikum-tonikum,
Musim hujan, kelima tentang pemberian;
Diri sendiri, setelah menenun, khusus,
Riskan, dan bersama dengan Sangha."

"Para Mulia, tiga puluh aturan tentang pelepasan dan pengakuan telah dibacakan. Sehubungan dengan ini Aku bertanya kepada kalian, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Untuk kedua kalinya Aku bertanya, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Untuk ketiga kalinya Aku bertanya, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Kalian murni dalam hal ini dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian."

BAB TENTANG PELANGGARAN-PELANGGARAN YANG MENGHARUSKAN PELEPASAN SELESAI

TEKS KANONIS YANG DIMULAI DENGAN PELANGGARAN-PELANGGARAN YANG MENGHARUSKAN PENGUSIRAN SELESAI
« Last Edit: 16 September 2022, 09:27:38 AM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pācittiya 1
« Reply #84 on: 15 September 2022, 10:09:00 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Berbohong


Pācittiya 1. Aturan Latihan tentang Berbohong

Hormat kepada Sang Buddha, Yang Sempurna, Yang Tercerahkan Sempurna

Para Mulia, sembilan puluh dua aturan tentang penebusan ini akan dibacakan.

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika, Hatthaka orang Sakya telah dikalahkan dalam perdebatan. Sewaktu berbicara dengan kaum monastik agama lain, ia akan menyatakan hal-hal setelah membantahnya, dan ia akan membantah hal-hal setelah menyatakannya. Ia menghindari topik-topik, berbohong, dan mengucapkan janji palsu. Para monastik agama lain mengeluhkan dan mengkritiknya, "Ketika Hatthaka berbicara dengan kita, bagaimana mungkin ia menyatakan hal-hal setelah membantahnya, membantah hal-hal setelah menyatakannya, menghindari topik-topik, berbohong, dan mengucapkan janji palsu?"

Para bhikkhu mendengar keluhan para monastik agama lain itu. Kemudian mereka mendatangi Hatthaka dan berkata, "Benarkah, Hatthaka, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Para monastik agama lain harus dikalahkan, apa pun yang terjadi! Mereka tidak boleh dibiarkan menang."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Ketika Hatthaka berbicara dengan para monastik agama lain, bagaimana mungkin ia menyatakan hal-hal setelah membantahnya, membantah hal-hal setelah menyatakannya, menghindari topik-topik, berbohong, dan mengucapkan janji palsu?"

Setelah menegur Hatthaka dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai Hatthaka, "Benarkah, Hatthaka, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya... "Orang dungu, Bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu dengan penuh kesadaran berbohong, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengakuan'"

Definisi

Dengan penuh kesadaran berbohong:

Ucapan dari seseorang yang bertujuan untuk menipu—kata-katanya, gaya bicaranya, caranya mulai berbicara, gaya bahasanya, delapan jenis ucapan tidak mulia: ia mengatakan bahwa ia melihat apa yang tidak ia lihat; ia mengatakan bahwa ia mendengar apa yang tidak ia dengar; ia mengatakan bahwa ia mencerap apa yang tidak ia cerap; ia mengatakan apa yang ia alami secara batin apa yang tidak ia alami secara batin; ia mengatakan bahwa ia tidak melihat apa yang telah ia lihat; ia mengatakan bahwa ia tidak mendengar apa yang ia dengar; ia mengatakan bahwa ia tidak mencerap apa yang ia cerap; ia mengatakan bahwa ia tidak mengalami secara batin apa yang ia alami secara batin.

Permutasi

Definisi

Tidak melihat:

Tidak melihat dengan mata.

Tidak mendengar:

Tidak mendengar dengan telinga:

Tidak mencerap:

Tidak membaui dengan hidung, tidak mengecap dengan lidah, tidak menyentuh dengan badan.

Tidak mengalami secara batin:

Tidak mengalami secara batin dengan pikiran.

Melihat:

melihat dengan mata.

Mendengar:

Mendengar dengan telinga:

Mencerap:

Membaui dengan hidung, tidak mengecap dengan lidah, tidak menyentuh dengan badan.

Mengalami secara batin:

Mengalami secara batin dengan pikiran.

Pembabaran:

Secara dusta mengaku telah mengalami apa yang tidak ia alami: pintu indria tunggal

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia tahu bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia tahu bahwa ia sedang berbohong; setelah berbohong, ia tahu bahwa ia telah berbohong.

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika empat kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia tahu bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia tahu bahwa ia sedang berbohong; setelah berbohong, ia tahu bahwa ia telah berbohong; dalam menyatakan pandangannya secara keliru atas apa yang benar.

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika lima kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia tahu bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia tahu bahwa ia sedang berbohong; setelah berbohong, ia tahu bahwa ia telah berbohong; dalam menyatakan pandangannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan kepercayaannya secara keliru atas apa yang benar.

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika enam kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia tahu bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia tahu bahwa ia sedang berbohong; setelah berbohong, ia tahu bahwa ia telah berbohong; dalam menyatakan pandangannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan kepercayaannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan penerimaannya secara keliru atas apa yang benar.

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia tahu bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia tahu bahwa ia sedang berbohong; setelah berbohong, ia tahu bahwa ia telah berbohong; dalam menyatakan pandangannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan kepercayaannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan penerimaannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan perasaannya secara keliru atas apa yang benar.

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mendengar apa yang tidak ia dengar ... mengatakan bahwa ia telah mencerap ... mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami apa yang tidak secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia tahu bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia tahu bahwa ia sedang berbohong; setelah berbohong, ia tahu bahwa ia telah berbohong.

... ketika empat kondisi terpenuhi ... ketika lima kondisi terpenuhi ... ketika enam kondisi terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mengalami secara batin apa yang tidak ia alami secara batin, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia tahu bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia tahu bahwa ia sedang berbohong; setelah berbohong, ia tahu bahwa ia telah berbohong; dalam menyatakan pandangannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan kepercayaannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan penerimaannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan perasaannya secara keliru atas apa yang benar.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pācittiya 1
« Reply #85 on: 15 September 2022, 10:09:20 PM »
Secara dusta mengaku telah mengalami apa yang tidak ia alami: beberapa pintu indria

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat dan mendengar apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat dan mencerap apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat dan secara batin mengalami apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat dan mendengar dan mencerap apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat dan mendengar dan secara batin mengalami apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat dan mendengar dan mencerap dan secara batin mengalami apa yang tidak ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mendengar dan mencerap apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mendengar dan secara batin mengalami apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mendengar dan melihat apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mendengar dan mencerap dan secara batin mengalami apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mendengar dan mencerap dan melihat apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mendengar dan mencerap dan secara batin mengalami dan melihat apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mencerap dan secara batin mengalami apa yang tidak ia cerap, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mencerap dan melihat apa yang tidak ia cerap, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mencerap dan mendengar apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mencerap dan secara batin mengalami dan melihat apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mencerap dan secara batin mengalami dan mendengar apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mencerap dan secara batin mengalami dan melihat dan mendengar apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat apa yang tidak secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan mendengar apa yang tidak secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini secara batin ia alami ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan mencerap apa yang tidak secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat dan mendengar apa yang tidak secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat dan mencerap apa yang tidak secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat dan mendengar dan mencerap apa yang tidak ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

Secara dusta mengaku tidak mengalami apa yang ia alami

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia tidak melihat apa yang ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... mengatakan bahwa ia tidak mendengar apa yang ia dengar ... mengatakan bahwa ia tidak mencerap apa yang telah ia cerap ... mengatakan bahwa ia tidak secara batin mengalami apa yang secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

Secara dusta mengaku telah mengalami dengan satu indria apa yang ia alami dengan indria yang lain

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mendengar apa yang ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... mengatakan bahwa ia telah mencerap apa  yang ia lihat ... mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami apa yang ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia melihat dan mencerap apa yang ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... mengatakan bahwa ia telah mendengar dan secara batin mengalami apa yang ia lihat ... mengatakan bahwa ia telah mendengar dan mencerap dan secara batin mengalami apa yang ia lihat, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah mencerap apa yang ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami apa  yang ia dengar ... mengatakan bahwa ia telah melihat apa yang ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia mencerap dan secara batin mengalami apa yang ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... mengatakan bahwa ia telah mencerap dan melihat apa yang ia dengar ... mengatakan bahwa ia telah mencerap dan secara batin mengalami dan melihat apa yang ia dengar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami apa yang ia cerap, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... mengatakan bahwa ia telah melihat apa  yang ia cerap ... mengatakan bahwa ia telah mendengar apa yang ia cerap, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat apa yang ia cerap, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan mendengar apa yang ia cerap ... mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat dan mendengar apa yang ia cerap, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat apa yang secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... mengatakan bahwa ia telah mendengar apa  yang secara batin ia alami ... mengatakan bahwa ia telah mencerap apa yang secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... Jika ia berbohong dengan penuh kesadaran, mengatakan bahwa ia telah melihat dan mendengar apa yang secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ... mengatakan bahwa ia telah melihat dan mencerap apa yang secara batin ia alami ... mengatakan bahwa ia telah melihat dan mendengar dan mencerap apa yang ia secara batin ia alami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

Menyatakan pengakuan selagi ragu-ragu

Jika ia tidak dapat memastikan apa yang telah ia lihat, ragu-ragu terhadap apa yang telah ia lihat, tidak ingat pada apa yang telah ia lihat, bingung terhadap apa yang telah ia lihat ... Jika ia tidak dapat memastikan apa yang telah ia dengar, ragu-ragu terhadap apa yang telah ia dengar, tidak ingat pada apa yang telah ia dengar, bingung terhadap apa yang telah ia dengar ... Jika ia tidak dapat memastikan apa telah yang ia cerap, ragu-ragu terhadap apa yang telah ia cerap, tidak ingat pada apa yang telah ia cerap, bingung terhadap apa yang telah ia cerap ... Jika ia tidak dapat memastikan apa yang secara batin telah ia alami, ragu-ragu terhadap apa yang secara batin telah ia alami, tidak ingat pada apa yang secara batin telah ia alami, bingung terhadap apa yang secara batin telah ia alami, tetapi ia dengan penuh kesadaran berbohong, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat ... bingung terhadap apa yang secara batin telah ia alami, tetapi ia dengan penuh kesadaran berbohong, mengatakan bahwa ia secara batin telah mengalami dan mendengar ... bingung terhadap apa yang secara batin telah ia alami, tetapi ia dengan penuh kesadaran berbohong, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan mencerap ... bingung terhadap apa yang telah secara batin ia alami, tetapi ia dengan penuh kesadaran berbohong, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat dan mendengar ... bingung terhadap apa yang secara batin telah ia alami, tetapi ia dengan penuh kesadaran berbohong, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat dan mencerap ... bingung terhadap apa yang telah secara batin ia alami, tetapi ia dengan penuh kesadaran berbohong, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat dan mendengar dan mencerap, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tiga kondisi ini terpenuhi ...

... jika empat kondisi terpenuhi ... jika lima kondisi terpenuhi ... jika enam kondisi terpenuhi ... bingung terhadap apa yang telah secara batin ia alami, tetapi ia dengan penuh kesadaran berbohong, mengatakan bahwa ia telah secara batin mengalami dan melihat dan mendengar dan mencerap, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia tahu bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia tahu bahwa ia sedang berbohong; setelah berbohong, ia tahu bahwa ia telah berbohong; dalam menyatakan pandangannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan kepercayaannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan penerimaannya secara keliru atas apa yang benar; dalam menyatakan perasaannya secara keliru atas apa yang benar.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia berbicara terlalu cepat; Jika ia keliru mengucapkan;

(Berbicara terlalu cepat berarti:

Berbicara dengan cepat.

Keliru mengucapkan berarti:

Bermaksud mengatakan satu hal, tetapi ia mengucapkan hal lainnya.)

Jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang berbohong, yang pertama, selesai

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pācittiya 2
« Reply #86 on: 15 September 2022, 10:14:21 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Berbohong

Pācittiya 2. Aturan Latihan tentang Ucapan Kasar

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam sedang berdebat dan berkata kasar kepada para bhikkhu yang baik. Mereka mencela dan menghina para bhikkhu baik itu sehubungan dengan kasta, nama, keluarga, pekerjaan, profesi, penyakit, tanda-tanda fisik, kekotoran-kekotoran, dan pelanggaran-pelanggaran, dan dengan memanggil mereka dengan sebutan-sebutan. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam berdebat dan berkata kasar kepada para bhikkhu baik? Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam mencela dan menghina mereka sehubungan dengan hal-hal ini"

Setelah menegur mereka dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu, "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka... "Orang-orang dungu, Bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." Dan setelah menegur mereka ... Beliau membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

Jataka

"Suatu ketika, para bhikkhu, terdapat seorang brahmana di Takkasilā yang memiliki seekor sapi jantan bernama Nandivisāla. Suatu hari sapi jantan tersebut berkata kepada brahmana itu, 'Pergilah, brahmana, dan bertaruhlah seribu keping uang dengan pedagang kaya bahwa sapi jantanmu akan menarik seratus kereta yang diikat menjadi satu.' Dan sang brahmana melakukan hal itu. Kemudian, setelah mengikat seratus kereta menjadi satu dan memasangkan Nandivisāla pada rangkaian itu, ia berkata, "Pergilah, engkau penipu! tariklah, engkau pembohong!'tetapi Nandivisāla tidak bergerak.

Kemudian brahmana itu menjadi tertekan karena ia telah kehilangan seribu keping uang. Nandivisāla berkata kepadanya, "Mengapa engkau begitu tertekan?'

'Karena aku kehilangan seribu keping uang gara-gara engkau.'

'Tetapi mengapakah engkau mempermalukan aku dengan menyebutku penipu walaupun aku bukan penipu? Sekarang pergilah, brahmana, dan lakukan taruhan yang sama dengan pedagang itu, tetapi naikkan taruhannya menjadi dua ribu keping uang. Hanya jangan mempermalukan aku dengan menyebutku penipu.' Sekali lagi sang brahmana melakukan hal itu. Kemudian, setelah mengikat seratus kereta menjadi satu dan memasangkan Nandivisāla pada rangkaian itu, ia berkata, 'Pergilah sapi yang baik! Tariklah, sapi yang baik!' dan Nandivisāla menarik seratus kereta itu.

'Seseorang seharusnya mengucapkan apa yang menyenangkan,
Jangan pernah mengucapkan apa yang tidak menyenangkan.
Karena dengan ucapan yang menyenangkan,
Beban berat dapat ditarik,
Dan ia memperoleh kekayaan;
Dan ia bersenang dengan itu.'

Bahkan pada masa itu, para bhikkhu, mencela dan menghina adalah tidak menyenangkan bagiku. Bagaimana mungkin mencela dan menghina menjadi menyenangkan sekarang? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:
Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu berbicara kasar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan"

Definisi

Berbicara kasar:

Ia berbicara kasar dalam sepuluh cara: sehubungan dengan kasta, sehubungan dengan nama, sehubungan dengan keluarga, sehubungan dengan pekerjaan, sehubungan dengan profesi, sehubungan dengan penyakit, sehubungan dengan tanda-tanda fisik, sehubungan dengan kekotoran-kekotoran, sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran, dan dengan pemanggilan dengan sebutan.

Permutasi

Definisi

Kasta:

Ada dua jenis kasta: kasta rendah dan kasta tinggi.

Kasta rendah:

Kasta buangan, pengrajin bambu, pemburu, pembuat kereta, pembuang sampah—ini disebut "kasta rendah".

Kasta tinggi:

Kaum bangsawan dan brahmana—ini disebut "kasta tinggi".

Nama:

Ada dua jenis nama: nama rendah dan nama tinggi.

Nama rendah:

Avakaṇṇaka, Javakaṇṇaka, Dhaniṭṭhaka, Saviṭṭhaka, Kulavaḍḍhaka, atau nama-nama, di negeri mana pun, yang direndahkan, diremehkan, dicemooh, diperlakukan dengan hina, diabaikan—ini disebut "nama rendah".

Nama tinggi:

Nama-nama yang berhubungan dengan Sang Buddha, berhubungan dengan Ajaran, atau berhubungan dengan Sangha, atau nama-nama, di negeri apa pun, yang dipandang tinggi, dipuja, dihormati, dihargai, disembah—ini disebut "nama tinggi".

Keluarga:

Ada dua jenis keluarga: keluarga rendah dan keluarga tinggi.

Keluarga rendah:

Keluarga Kosiya, keluarga Bhāradvāja, atau keluarga-keluarga, di negeri mana pun, yang direndahkan, diremehkan, dicemooh, diperlakukan dengan hina, diabaikan—ini disebut "keluarga rendah."

Keluarga tinggi:

Keluarga Gotama, keluarga Moggallāna, keluarga Kaccāna, keluarga Vāsiṭṭha, atau keluarga-keluarga, di negeri mana pun, yang dipandang tinggi, dipuja, dihormati, dihargai, disembah—ini disebut "keluarga tinggi".

Pekerjaan:

Ada dua jenis pekerjaan: pekerjaan rendah dan pekerjaan tinggi.

Pekerjaan rendah:

Tukang kayu, pembuang sampah, atau pekerjaan-pekerjaan, di negeri manapun, yang direndahkan, diremehkan, dicemooh, diperlakukan dengan hina, diabaikan—ini disebut "pekerjaan rendah".

Pekerjaan tinggi:

Pertanian, perdagangan, memelihara ternak, atau pekerjaan-pekerjaan, di negeri manapun, yang dipandang tinggi, dipuja, dihormati, dihargai, disembah—ini disebut "pekerjaan-pekerjaan tinggi."

Profesi:

Ada dua jenis profesi: profesi rendah dan profesi tinggi.

Profesi rendah:

pengrajin buluh, tembikar, menenun, pengrajin kulit, penata rambut, atau profesi-profesi, di negeri manapun, yang direndahkan, diremehkan, dicemooh, diperlakukan dengan hina, diabaikan—ini disebut "profesi rendah".

Profesi tinggi:

Akuntansi, juru hitung, menulis, atau profesi-profesi, di negeri manapun, yang dipandang tinggi, dipuja, dihormati, dihargai, disembah—ini disebut "profesi tinggi."

Penyakit:

Semuanya adalah rendah, tetapi ada penyakit-penyakit diabetes yang tinggi.

Tanda-tanda fisik:

Ada dua jenis tanda-tanda fisik: tanda-tanda fisik rendah dan tanda-tanda fisik tinggi.

Tanda-tanda fisik rendah:

Terlalu tinggi, terlalu pendek, terlalu gelap, terlalu cerah—ini disebut "tanda-tanda fisik rendah".

Tanda-tanda fisik tinggi:

Tidak terlalu tinggi, tidak terlalu pendek, tidak terlalu gelap, tidak terlalu cerah—ini disebut "tanda-tanda fisik tinggi".

Kekotoran-kekotoran:

Semuanya adalah rendah.

Pelanggaran-pelanggaran:

Semuanya adalah rendah, tetapi ada pencapaian memasuki-arus yang adalah tinggi.

Pemanggilan dengan sebutan:

Ada dua jenis pemanggilan dengan sebutan: pemanggilan dengan sebutan yang rendah dan pemanggilan dengan sebutan yang tinggi.

Pemanggilan dengan sebutan yang tinggi:

"Engkau adalah unta," "Engkau adalah kambing," "Engkau adalah sapi," Engkau adalah keledai," "Engkau adalah binatang," "Engkau menuju neraka;" "Engkau tidak akan pergi ke alam tujuan yang baik," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang buruk," atau menambahkan akhiran pada nama seseorang, atau menyapa seseorang dengan kata-kata alat kelamin laki-laki atau perempuan—ini disebut "pemanggilan dengan sebutan yang rendah."

Pemanggilan dengan sebutan yang rendah:

"Engkau bijaksana," "Engkau kompeten," "Engkau cerdas," "Engkau terpelajar," "Engkau adalah pembabar Ajaran," "Engkau akan pergi ke alam tujuan yang baik," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik,"—ini disebut "pemanggilan dengan sebutan yang tinggi."

Pembabaran

Ucapan kasar sehubungan dengan kasta

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang kasta buangan, seorang pengrajin bambu, seorang pemburu, seorang pembuat kereta, seorang pembuang sampah—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang kasta buangan, "Engkau adalah seorang pengrajin bambu, "Engkau adalah seorang pemburu," "Engkau adalah seorang pembuat kereta." "Engkau adalah seorang pembuang sampah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang bangsawan, seorang brahmana—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang kasta buangan, "Engkau adalah seorang pengrajin bambu, "Engkau adalah seorang pemburu," "Engkau adalah seorang pembuat kereta." "Engkau adalah seorang pembuang sampah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah— seorang kasta buangan, seorang pengrajin bambu, seorang pembuat kereta, seorang pembuang sampah—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang bangsawan, "Engkau adalah seorang brahmana," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang bangsawan, seorang brahmana —dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang bangsawan, "Engkau adalah seorang brahmana," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ucapan kasar sehubungan dengan nama

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang Avakaṇṇaka, seorang Javakaṇṇaka, seorang Dhaniṭṭhaka, seorang Saviṭṭhaka, seorang Kulavaḍḍhaka—dengan mengatakan, "Engkau adalah Avakaṇṇaka," "Engkau adalah Javakaṇṇaka," "Engkau adalah seorang Dhaniṭṭhaka," "Engkau adalah seorang Saviṭṭhaka," Engkau adalah seorang Kulavaḍḍhaka," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang Buddharakkhita, seorang Dhammarakkhita, seorang Sangharakkhita—dengan mengatakan, "Engkau adalah Avakaṇṇaka," "Engkau adalah Javakaṇṇaka," "Engkau adalah seorang Dhaniṭṭhaka, "Engkau adalah seorang Saviṭṭhaka," Engkau adalah seorang Kulavaḍḍhaka," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah—seorang Avakaṇṇaka, seorang Javakaṇṇaka, seorang Dhaniṭṭhaka, seorang Saviṭṭhaka, seorang Kulavaḍḍhaka—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang Buddharakkhita," "Engkau adalah seorang Dhammarakkhita," "Engkau adalah seorang Sangharakkhita," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang Buddharakkhita, seorang Dhammarakkhita, seorang Sangharakkhita—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang Buddharakkhita," "Engkau adalah seorang Dhammarakkhita," "Engkau adalah seorang Sangharakkhita," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ucapan kasar sehubungan dengan keluarga

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang dari keluarga Kosiya, seorang dari keluarga Bhāradvāja—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang Kosiya," "Engkau adalah seorang Bhāradvāja," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang dari keluarga Gotama, seorang dari keluarga Moggallāna, seorang dari keluarga Kaccāna, seorang dari keluarga Vāsiṭṭha—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang Kosiya," "Engkau adalah seorang Bhāradvāja," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah—seorang dari keluarga Kosiya, seorang dari keluarga Bhāradvāja—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang Gotama," "Engkau adalah seorang Moggallāna," "Engkau adalah seorang Kaccāna," "Engkau adalah seorang Vāsiṭṭha," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang dari keluarga Gotama, seorang dari keluarga Moggallāna, seorang dari keluarga Kaccāna, seorang dari keluarga Vāsiṭṭha—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang Gotama," "Engkau adalah seorang Moggallāna," "Engkau adalah seorang Kaccāna," "Engkau adalah seorang Vāsiṭṭha," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pācittiya 2
« Reply #87 on: 15 September 2022, 10:15:13 PM »
Ucapan kasar sehubungan dengan pekerjaan

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang tukang kayu, seorang pembuang sampah—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang tukang kayu," "Engkau adalah seorang pembuang sampah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang petani, seorang pedagang, seorang peternak—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang tukang kayu," "Engkau adalah seorang pembuang sampah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah—seorang tukang kayu, seorang pembuang sampah—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang petani," "Engkau adalah seorang pedagang," "Engkau adalah seorang peternak," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang petani, seorang pedagang, seorang peternak—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang petani," "Engkau adalah seorang pedagang," "Engkau adalah seorang peternak," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ucapan kasar sehubungan dengan Profesi

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang pengrajin buluh, seorang pengrajin tembikar, seorang penenun, seorang pengrajin kulit, seorang tukang cukur—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang pengrajin buluh," "Engkau adalah seorang pengrajin tembikar," "Engkau adalah seorang penenun," "Engkau adalah seorang pengrajin kulit," "Engkau adalah seorang tukang cukur," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang juru hitung, seorang akuntan, seorang juru tulis—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang pengrajin buluh," "Engkau adalah seorang pengrajin tembikar," "Engkau adalah seorang penenun," "Engkau adalah seorang pengrajin kulit," "Engkau adalah seorang tukang cukur," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah—seorang pengrajin buluh, seorang pengrajin tembikar, seorang penenun, seorang pengrajin kulit, seorang tukang cukur—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang juru hitung," "Engkau adalah seorang akuntan," "Engkau adalah seorang juru tulis," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang juru hitung, seorang akuntan, seorang juru tulis—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang juru hitung," "Engkau adalah seorang akuntan," "Engkau adalah seorang juru tulis," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ucapan kasar sehubungan dengan Penyakit

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang penderita kusta, seorang penderita abses, seorang penderita kusta ringan, seorang penderita TBC, seorang penderita epilepsi—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang penderita kusta," "Engkau adalah seorang penderita abses," "Engkau menderita kusta ringan," "Engkau menderita TBC, engkau adalah seorang penderita epilepsi," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang penderita diabetes—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang penderita kusta," "Engkau adalah seorang penderita abses," "Engkau menderita kusta ringan," "Engkau menderita TBC, engkau adalah seorang penderita epilepsi," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah—seorang penderita kusta, seorang penderita abses, seorang penderita kusta ringan, seorang penderita TBC, seorang penderita epilepsi—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang penderita diabetes," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi— seorang penderita diabetes—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang penderita diabetes," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ucapan kasar sehubungan dengan tanda-tanda fisik

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang yang terlalu tinggi, seorang yang terlalu pendek, seorang yang terlalu gelap, seorang yang terlalu cerah—dengan mengatakan, "Engkau terlalu tinggi," "Engkau terlalu pendek, engkau terlalu gelap," "Engkau terlalu cerah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang yang tidak terlalu tinggi, seorang yang tidak terlalu pendek, seorang yang tidak terlalu gelap, seorang yang tidak terlalu cerah—dengan mengatakan, "Engkau terlalu tinggi," "Engkau terlalu pendek, engkau terlalu gelap," "Engkau terlalu cerah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah—seorang yang terlalu tinggi, seorang yang terlalu pendek, seorang yang terlalu gelap, seorang yang terlalu cerah—dengan mengatakan, "Engkau tidak terlalu tinggi," "Engkau tidak terlalu pendek," "Engkau tidak terlalu gelap," "Engkau tidak terlalu cerah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang yang tidak terlalu tinggi, seorang yang tidak terlalu pendek, seorang yang tidak terlalu gelap, seorang yang tidak terlalu cerah—dengan mengatakan"Engkau tidak terlalu tinggi," "Engkau tidak terlalu pendek," "Engkau tidak terlalu gelap," "Engkau tidak terlalu cerah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ucapan kasar sehubungan dengan kekotoran-kekotoran

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang yang penuh nafsu keinginan, seorang yang penuh kebencian, seorang yang penuh kebodohan—dengan mengatakan, "Engkau dipenuhi nafsu keinginan," "Engkau dipenuhi kebencian," "Engkau dipenuhi kebodohan," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang tanpa nafsu keinginan, seorang yang tanpa kebencian, seorang yang tanpa kebodohan—dengan mengatakan, "Engkau dipenuhi nafsu keinginan," "Engkau dipenuhi kebencian," "Engkau dipenuhi kebodohan," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah—seorang yang penuh nafsu keinginan, seorang yang penuh kebencian, seorang yang penuh kebodohan—dengan mengatakan "Engkau tanpa nafsu keinginan," "Engkau tanpa kebencian," "Engkau tanpa kebodohan," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi— seorang tanpa nafsu keinginan, seorang yang tanpa kebencian, seorang yang tanpa kebodohan—dengan mengatakan, "Engkau tanpa nafsu keinginan," "Engkau tanpa kebencian," "Engkau tanpa kebodohan," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ucapan kasar sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang yang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, seorang yang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, seorang yang telah melakukan pelanggaran serius, seorang yang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan, seorang yang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengakuan, seorang yang telah melakukan pelanggaran perbuatan salah, seorang yang telah melakukan pelanggaran ucapan salah—dengan mengatakan, "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran," Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan," "Engkau telah melakukan pelanggaran serius," "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan," "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengakuan," "Engkau telah melakukan pelanggaran perbuatan salah," "Engkau telah melakukan pelanggaran ucapan salah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang pemasuk-arus—dengan mengatakan, "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran," Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan," "Engkau telah melakukan pelanggaran serius," "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan," "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengakuan," "Engkau telah melakukan pelanggaran perbuatan salah," "Engkau telah melakukan pelanggaran ucapan salah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah—seorang yang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, seorang yang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, seorang yang telah melakukan pelanggaran serius, seorang yang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan, seorang yang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengakuan, seorang yang telah melakukan pelanggaran perbuatan salah, seorang yang telah melakukan pelanggaran ucapan salah—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang pemasuk-arus," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang pemasuk-arus—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang pemasuk-arus," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pācittiya 2
« Reply #88 on: 15 September 2022, 10:15:40 PM »
Ucapan kasar menghina

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—unta, kambing, sapi, keledai, binatang, seorang yang mengarah ke neraka—dengan mengatakan, "Engkau adalah unta," "Engkau adalah kambing," "Engkau adalah sapi," "Engkau adalah keledai," "Engkau adalah binatang," "Engkau mengarah menuju neraka," "Engkau tidak akan pergi menuju alam tujuan yang baik," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang buruk." maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang yang bijaksana, seorang yang kompeten, seorang yang cerdas, seorang yang terpelajar, seorang yang adalah pembabar Ajaran—dengan mengatakan, "Engkau adalah unta," "Engkau adalah kambing," "Engkau adalah sapi," "Engkau adalah keledai," "Engkau adalah binatang," "Engkau mengarah menuju neraka," "Engkau tidak akan pergi menuju alam tujuan yang baik," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang buruk," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah— unta, kambing, sapi, keledai, binatang, seorang yang mengarah ke neraka—dengan mengatakan, "Engkau bijaksana," 'Engkau kompeten," "Engkau cerdas," "Engkau terpelajar," "Engkau adalah seorang pembabar Ajaran," "Engkau tidak akan pergi ke alam tujuan yang buruk," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang yang bijaksana, seorang yang kompeten, seorang yang cerdas, seorang yang terpelajar, seorang yang adalah pembabar Ajaran—dengan mengatakan, "Engkau bijaksana," "Engkau kompeten," "Engkau cerdas," "Engkau terpelajar," "Engkau adalah seorang pembabar Ajaran," "Engkau tidak akan pergi ke alam tujuan yang buruk," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ucapan kasar tidak langsung

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan ini, "Ada kasta buangan di sini, "Ada pengrajin bambu di sini," "Ada pemburu di sini," "Ada pembuat kereta di sini," "Ada pembuang sampah di sini," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan ini, "Ada bangsawan di sini," "Ada brahmana di sini," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan ini, "Ada Avakaṇṇaka di sini," "Ada Javakaṇṇaka di sini," "Ada Dhaniṭṭhanaka di sini," "Ada Saviṭṭhaka di sini," "Ada Kulavaḍḍhaka di sini" ... ... mengatakan, "Ada Buddharakkhita di sini," "Ada Dhammarakkhita di sini," "Ada Sangharakkhita di sini" ... ... mengatakan, "Ada Kosiya di sini," "Ada Bhāradvāja di sini," ... ... mengatakan, "Ada Gotama di sini," "Ada Moggallāna di sini," "Ada Kaccāna di sini," "Ada Vāsiṭṭha di sini" ... ... mengatakan, "Ada tukang kayu di sini," "ada pembuang sampah di sini," ... ... mengatakan," Ada petani di sini," "Ada pedagang di sini," "Ada peternak di sini" ... ... mengatakan, "Ada pengrajin buluh di sini," "Ada pengrajin tembikar di sini," "Ada penenun di sini," "Ada pengrajin kulit di sini," "Ada tukang cukur di sini" ... ... mengatakan, "Ada juru hitung di sini," "Ada akuntan di sini," "Ada juru tulis di sini" ... ... mengatakan, "Ada penderita kusta di sini," "Ada penderita abses di sini," "Ada penderita kusta ringan di sini," "Ada penderita TBC di sini," "Ada penderita epilepsi di sini" ... ... mengatakan, "Ada penderita diabetes di sini," ... ... mengatakan, "ada orang yang terlalu tinggi di sini," "Ada orang yang terlalu pendek di sini," "Ada orang yang terlalu gelap di sini," "Ada orang yang terlalu cerah di sini" ... ... mengatakan, "ada orang yang tidak terlalu tinggi di sini," "Ada orang tidak yang terlalu pendek di sini," "Ada orang yang tidak terlalu gelap di sini," "Ada orang yang tidak terlalu cerah di sini" ... ... mengatakan, "Ada orang yang dipenuhi keinginan indria di sini," "Ada orang yang dipenuhi kebencian di sini," "Ada orang yang dipenuhi kebodohan di sini" ... ... mengatakan, "Ada orang yang tanpa keinginan indria di sini," "Ada orang yang tanpa kebencian di sini," "Ada orang yang tanpa kebodohan di sini" ... ... mengatakan, "Ada orang yang telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran di sini ... dan seterusnya ... Ada orang yang telah melakukan pelanggaran ucapan salah di sini" ... ... mengatakan, "Ada pemasuk-arus di sini" ... ... mengatakan, "Ada unta di sini," "Ada kambing di sini," "Ada sapi di sini," "Ada keledai si sini," "Ada binatang di sini," 'Ada orang yang mengarah menuju neraka di sini," "Ada orang yang tidak akan pergi menuju alam tujuan yang baik di sini," "Ada orang yang hanya dapat menantikan alam tujuan yang buruk di sini," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan ini, "Ada orang bijaksana di sini," Ada orang kompeten di sini," "Ada orang cerdas di sini," "Ada orang terpelajar di sini," "Ada pembabar Ajaran di sini," "Ada orang yang tidak akan pergi menuju alam tujuan yang buruk di sini," "Ada orang yang hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik di sini," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan ini, "Mungkin orang ini adalah kasta buangan," "Mungkin orang ini adalah pengrajin bambu," "Mungkin orang ini adalah pemburu," "Mungkin orang ini adalah pembuat kereta," "Mungkin orang ini adalah pembuang sampah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. ...
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan ini, "Mungkin orang ini adalah seorang bijaksana," "Mungkin orang ini adalah seorang yang kompeten," "Mungkin orang ini adalah seorang cerdas," "Mungkin orang ini adalah seorang terpelajar," "Mungkin orang ini adalah pembabar Ajaran," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan ini, "Kami bukan kasta buangan," "Kami bukan pengrajin bambu," "Kami bukan pemburu," "Kami bukan pembuat kereta," "Kami bukan pembuang sampah" ... "Kami bukan orang bijaksana," "Kami bukan orang kompeten," "Kami bukan orang cerdas," "Kami bukan orang terpelajar," "Kami bukan pembabar Ajaran," "Kami tidak pergi menuju alam tujuan yang buruk," "Kami hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Ucapan kasar kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah ... mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi ... mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah ... mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang  yang bijaksana, seorang yang kompeten, seorang yang cerdas, seorang yang terpelajar, seorang yang adalah pembabar Ajaran—dengan mengatakan, "Engkau bijaksana," "Engkau kompeten," "Engkau cerdas," "Engkau terpelajar," "Engkau adalah seorang pembabar Ajaran," "Engkau tidak akan pergi ke alam tujuan yang buruk," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, dengan mengatakan, "Ada kasta buangan di sini," "Ada pengrajin bambu di sini," "Ada pemburu di sini," "Ada pembuat kereta di sini," "Ada pembuang sampah di sini," "Ada orang bijaksana di sini," "Ada orang kompeten di sini," "Ada orang cerdas di sini," "Ada orang terpelajar di sini," "Ada pembabar Ajaran di sini," "Ada orang yang tidak akan pergi menuju alam tujuan yang buruk di sini," Ada orang yang hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik di sini," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, dengan mengatakan, "Mungkin orang ini adalah kasta buangan," "Mungkin orang ini adalah pengrajin bambu," "Mungkin orang ini adalah pemburu," "Mungkin orang ini adalah pembuat kereta," Mungkin orang ini adalah pembuang sampah," ... ... "Mungkin orang ini adalah seorang bijaksana," "Mungkin orang ini adalah seorang yang kompeten," "Mungkin orang ini adalah seorang cerdas," "Mungkin orang ini adalah seorang terpelajar," "Mungkin orang ini adalah pembabar Ajaran," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, ingin mencela, ingin menghina, ingin mempermalukan orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, dengan mengatakan, "Kami bukan kasta buangan," "Kami bukan pengrajin bambu," "Kami bukan pemburu," "Kami bukan pembuat kereta," "Kami bukan pembuang sampah" ... ... "Kami bukan orang bijaksana," "Kami bukan orang kompeten," "Kami bukan orang cerdas," "Kami bukan orang terpelajar," "Kami bukan pembabar Ajaran," "Kami tidak pergi menuju alam tujuan yang buruk," "Kami hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak berniat mengucapkan kata-kata kasar, ucapan langsung

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah—seorang kasta buangan, seorang pengrajin bambu, seorang pemburu, seorang pembuat kereta, seorang pembuang sampah—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang kasta buangan," "Engkau adalah seorang pengrajin bambu," "Engkau adalah seorang pemburu," "Engkau adalah seorang pembuat kereta," "Engkau adalah seorang pembuang sampah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi—seorang bangsawan, seorang brahmana—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang kasta buangan," "Engkau adalah seorang pengrajin bambu," "Engkau adalah seorang pemburu," "Engkau adalah seorang pembuat kereta," "Engkau adalah seorang pembuang sampah," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah—seorang kasta buangan, seorang pengrajin bambu, seorang pemburu, seorang pembuat kereta, seorang pembuang sampah—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang bangsawan," "Engkau adalah seorang brahmana," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang bangsawan, seorang brahmana—dengan mengatakan, "Engkau adalah seorang bangsawan," "Engkau adalah seorang brahmana," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah ... mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi ... mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah ... mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang yang bijaksana, seorang yang kompeten, seorang yang cerdas, seorang yang terpelajar, seorang pembabar Ajaran—dengan mengatakan, "Engkau bijaksana," "Engkau kompeten," "Engkau cerdas," "Engkau terpelajar," "Engkau adalah seorang pembabar Ajaran," "Engkau tidak akan pergi ke alam tujuan yang buruk," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.

Tidak berniat mengucapkan kata-kata kasar, ucapan tidak langsung

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan ini, "Ada kasta buangan di sini, "Ada pengrajin bambu di sini," "Ada pemburu di sini," "Ada pembuat kereta di sini," "Ada pembuang sampah di sini," ... ... "Ada orang bijaksana di sini," "Ada orang kompeten di sini," "Ada orang cerdas di sini," "Ada orang terpelajar di sini," "Ada pembabar Ajaran di sini," "Ada orang yang tidak akan pergi menuju alam tujuan yang buruk di sini," "Ada orang yang hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik di sini," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan ini, "Mungkin orang ini adalah kasta buangan," "Mungkin orang ini adalah pengrajin bambu," "Mungkin orang ini adalah pemburu," "Mungkin orang ini adalah pembuat kereta," Mungkin orang ini adalah pembuang sampah," ... ... "Mungkin orang ini adalah seorang bijaksana," "Mungkin orang ini adalah seorang yang kompeten," "Mungkin orang ini adalah seorang cerdas," "Mungkin orang ini adalah seorang terpelajar," "Mungkin orang ini adalah pembabar Ajaran," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan ini, "Kami bukan kasta buangan," "Kami bukan pengrajin bambu," "Kami bukan pemburu," "Kami bukan pembuat kereta," "Kami bukan pembuang sampah" ... ... "Kami bukan orang bijaksana," "Kami bukan orang kompeten," "Kami bukan orang cerdas," "Kami bukan orang terpelajar," "Kami bukan pembabar Ajaran," "Kami tidak pergi menuju alam tujuan yang buruk," "Kami hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.

Tidak berniat mengucapkan kata-kata kasar kepada seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang rendah ... mengatakan apa yang rendah kepada seorang yang tinggi ... mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang rendah ... mengatakan apa yang tinggi kepada seorang yang tinggi—seorang yang bijaksana, seorang yang kompeten, seorang yang cerdas, seorang yang terpelajar, seorang pembabar Ajaran—dengan mengatakan "Engkau bijaksana," "Engkau kompeten," "Engkau cerdas," "Engkau terpelajar," "Engkau adalah seorang pembabar Ajaran," "Engkau tidak akan pergi ke alam tujuan yang buruk," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan ini, "Ada kasta buangan di sini, "Ada pengrajin bambu di sini," "Ada pemburu di sini," "Ada pembuat kereta di sini," "Ada pembuang sampah di sini," ... ... "Ada orang bijaksana di sini," "Ada orang kompeten di sini," "Ada orang cerdas di sini," "Ada orang terpelajar di sini," "Ada pembabar Ajaran di sini," "Ada orang yang tidak akan pergi menuju alam tujuan yang buruk di sini," "Ada orang yang hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik di sini," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan ini, "Mungkin orang ini adalah kasta buangan," "Mungkin orang ini adalah pengrajin bambu," "Mungkin orang ini adalah pemburu," "Mungkin orang ini adalah pembuat kereta," Mungkin orang ini adalah pembuang sampah," ... ... "Mungkin orang ini adalah seorang bijaksana," "Mungkin orang ini adalah seorang yang kompeten," "Mungkin orang ini adalah seorang cerdas," "Mungkin orang ini adalah seorang terpelajar," "Mungkin orang ini adalah pembabar Ajaran," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.
Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, tidak ingin mencela, tidak ingin menghina, tidak ingin mempermalukan orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi hanya bercanda, mengatakan ini, "Kami bukan kasta buangan," "Kami bukan pengrajin bambu," "Kami bukan pemburu," "Kami bukan pembuat kereta," "Kami bukan pembuang sampah" ... ... "Kami bukan orang bijaksana," "Kami bukan orang kompeten," "Kami bukan orang cerdas," "Kami bukan orang terpelajar," "Kami bukan pembabar Ajaran," "Kami tidak pergi menuju alam tujuan yang buruk," "Kami hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran ucapan salah.

[b[Tidak ada pelanggaran[/b]

Tidak ada pelanggaran: Jika ia bertujuan pada sesuatu yang bermanfaat; Jika ia bertujuan untuk menyampaikan suatu ajaran; jika ia bertujuan untuk memberikan instruksi; jika ia gila; jika ia kehilangan akal sehat; jika ia dikuasai kesakitan; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang ucapan kasar, yang kedua, selesai

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pācittiya 3
« Reply #89 on: 15 September 2022, 10:16:30 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Berbohong

Pācittiya 3. Aturan Latihan tentang Penyampaian Berita Jahat

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, para bhikkhu dari kelompok enam terlibat dalam penyampaian berita jahat antara bhikkhu-bhikkhu yang berselisih. Setelah mendengar sesuatu dari satu pihak mereka mengadukannya kepada pihak lainnya, dan sebaliknya, untuk menciptakan perpecahan di antara mereka. Dengan cara ini mereka memulai pertengkaran baru dan memperburuk pertengkaran yang sudah ada.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam terlibat dalam penyampaian berita jahat antara bhikkhu-bhikkhu yang berselisih? Bagaimana mungkin mereka mengadukan ke satu pihak apa yang telah mereka dengar dari pihak lain, dan sebaliknya, untuk menciptakan perpecahan di antara mereka. Dengan cara ini mereka memulai pertengkaran baru dan memperburuk pertengkaran yang sudah ada?"

Setelah menegur mereka dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu itu, "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka... "Orang-orang dungu, Bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." Dan setelah menegur mereka ... Beliau membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu terlibat dalam penyampaian berita jahat antara bhikkhu-bhikkhu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Penyampaian berita jahat:

Ada penyampaian berita jahat dalam dua cara: bagi seorang yang ingin agar dirinya disukai dan bagi seorang yang bertujuan perpecahan. Seseorang terlibat dalam penyampaian berita jahat dalam sepuluh cara: sehubungan dengan kasta, sehubungan dengan nama, sehubungan dengan keluarga, sehubungan dengan pekerjaan, sehubungan dengan profesi, sehubungan dengan penyakit, sehubungan dengan tanda-tanda fisik, sehubungan dengan kekotoran-kekotoran, sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran, dan dengan pemanggilan dengan sebutan.

Permutasi

Permutasi bagian 1

Definisi

Kasta:

Ada dua jenis kasta: kasta rendah dan kasta tinggi.

Kasta rendah:

Kasta buangan, pengrajin bambu, pemburu, pembuat kereta, pembuang sampah—ini disebut "kasta rendah".

Kasta tinggi:

Kaum bangsawan dan brahmana—ini disebut "kasta tinggi". (Diuraikan seperti pada aturan sebelumnya.)

Pemanggil dengan sebutan:

Ada dua jenis pemanggilan dengan sebutan: pemanggilan dengan sebutan yang rendah dan pemanggilan dengan sebutan yang tinggi.

Pemanggilan dengan sebutan yang tinggi:

"Engkau adalah unta," "Engkau adalah kambing," "Engkau adalah sapi," Engkau adalah keledai," "Engkau adalah binatang," "Engkau menuju neraka;" "Engkau tidak akan pergi ke alam tujuan yang baik," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang buruk," atau menambahkan akhiran pada nama seseorang, atau memyapa seseorang dengan kata-kata alat kelamin laki-laki atau perempuan—ini disebut "pemanggilan dengan sebutan yang rendah."

Pemanggilan dengan sebutan yang rendah:

"Engkau bijaksana," "Engkau kompeten, "Engkau cerdas," "Engkau terpelajar," "Engkau adalah pembabar Ajaran," "Engkau akan pergi ke alam tujuan yang baik," "Engkau hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik,"—ini disebut "pemanggilan dengan sebutan yang tinggi."

Pembabaran

Ucapan kasar langsung

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang kasta buangan,' 'Ia adalah seorang pengrajin bambu,' ' Ia adalah seorang pemburu,' 'Ia adalah seorang pembuat kereta,' 'Ia  adalah seorang pembuang sampah,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang bangsawan,' 'Ia adalah seorang brahmana,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang Avakaṇṇaka,' 'Ia adalah seorang Javakaṇṇaka,'  'Ia adalah seorang Dhaniṭṭhaka,' 'Ia adalah seorang Saviṭṭhaka,' 'Ia adalah seorang Kulavaḍḍhaka,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang Buddharakkhita,' 'Ia adalah seorang Dhammarakkhita,' 'Ia adalah seorang Sangharakkhita,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang Kosiya,' 'Ia adalah seorang Bhāradvāja,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang Gotama,' 'Ia adalah seorang Moggallāna,' 'Ia adalah seorang Kaccāna,' 'Ia adalah seorang Vāsiṭṭha,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang tukang kayu,' 'Ia adalah seorang pembuang sampah,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang petani,' 'Ia adalah seorang pedagang,' 'Ia adalah seorang peternak,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang pengrajin buluh,' 'Ia adalah seorang pengrajin tembikar,' 'Ia adalah seorang penenun,' 'Ia adalah seorang pengrajin kulit,' 'Ia adalah seorang penata rambut,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang juru hitung,' 'Ia adalah seorang akuntan,' 'Ia adalah seorang juru tulis," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang penderita kusta,' Ia adalah seorang penderita abses,' 'Ia adalah seorang penderita kusta ringan,' 'Ia adalah seorang penderita TBC,' 'Ia adalah seorang penderita epilepsi,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang penderita diabetes,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia terlalu tinggi,' 'Ia terlalu pendek,' 'Ia terlalu gelap,' 'Ia terlalu cerah,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia tidak terlalu tinggi,' 'Ia tidak terlalu pendek,' 'Ia tidak terlalu gelap,' 'Ia tidak terlalu cerah,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia dipenuhi keinginan indria,' 'Ia dipenuhi kebencian,' 'Ia dipenuhi kebodohan,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia tidak memiliki keinginan indria,' 'Ia Ia tidak memiliki kebencian,' 'Ia Ia tidak memiliki kebodohan,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran,' 'Ia telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan,' 'Ia telah melakukan pelanggaran serius,' 'Ia telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan,' 'Ia telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengakuan,' 'Ia telah melakukan pelanggaran perbuatan salah,' 'Ia telah melakukan pelanggaran ucapan salah.'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah seorang pemasuk-arus,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia adalah unta,' 'Ia adalah kambing,' 'Ia adalah sapi,' 'Ia adalah keledai,' 'Ia adalah binatang,' 'Ia mengarah menuju neraka,' 'Ia tidak pergi menuju alam tujuan yang baik,' 'Ia hanya dapat menantikan alam tujuan yang buruk,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan ini tentang engkau, 'Ia bijaksana,' 'Ia kompeten,' 'Ia cerdas,' 'Ia terpelajar,' 'Ia adalah seorang pembabar Ajaran,' 'Ia tidak akan pergi menuju alam tujuan yang buruk,' 'Ia hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ucapan kasar tidak langsung

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan,
 'Ada kasta buangan di sini,' 'Ada pengrajin bambu di sini,' 'Ada pemburu di sini,' 'Ada pembuat kereta di sini,' 'Ada pembuang sampah di sini,' dan ia tidak membicarakan orang lain, ia membicarakan engkau,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan,
 'Ada bangsawan di sini,' 'Ada brahmana di sini,' dan ia tidak membicarakan orang lain, ia membicarakan engkau,'" maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. ...

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan,
 'Ada orang bijaksana di sini,' 'Ada orang kompeten di sini,' 'Ada orang cerdas di sini,' 'Ada orang terpelajar di sini,' 'Ada pembabar Ajaran di sini,' 'Ada orang yang tidak akan pergi menuju alam tujuan yang buruk di sini,' 'Ada orang yang hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik di sini.' dan ia tidak membicarakan orang lain, ia membicarakan engkau," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan,
 'Mungkin orang ini adalah kasta buangan,' 'Mungkin orang ini adalah pengrajin bambu,' 'Mungkin orang ini adalah pemburu,' 'Mungkin orang ini adalah pembuat kereta,' 'Mungkin orang ini adalah pembuang sampah,' dan ia tidak membicarakan orang lain, ia membicarakan engkau," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan,
 'Mungkin orang ini adalah seorang bijaksana,' 'Mungkin orang ini adalah seorang kompeten,' 'Mungkin orang ini adalah seorang cerdas,' Mungkin orang ini adalah seorang terpelajar,' 'Mungkin orang ini adalah seorang pembabar Ajaran,' dan ia tidak membicarakan orang lain, ia membicarakan engkau," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan, 'kami bukan pengrajin bambu,' 'Kami bukan pemburu,' 'Kami bukan pembuat kereta,' 'Kami bukan pembuang sampah,' dan ia tidak membicarakan orang lain, ia membicarakan engkau," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. ...

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, "Orang itu mengatakan, 'kami bukan orang bijaksana,' 'Kami bukan orang kompeten,' 'Kami bukan orang cerdas,' 'Kami bukan orang terpelajar,' 'Kami bukan pembabar Ajaran.' 'Kami tidak pergi menuju alam tujuan yang buruk,' 'Kami hanya dapat menantikan alam tujuan yang baik.' dan ia tidak membicarakan orang lain, ia membicarakan engkau," maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Permutasi bagian 2

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang sepenuhnya ditahbiskan, maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika seseorang yang telah sepenuhnya ditahbiskan, setelah mendengar dari orang lain yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, terlibat dalam penyampaian berita jahat dengan mengatakan kepada orang lain lagi yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka untuk setiap kalimat itu, ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia tidak ingin membuat dirinya disukai dan ia tidak bertujuan pada perpecahan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang penyampaian berita jahat, yang ketiga, selesai