//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: GAY/LESBIAN apakah wajar ?  (Read 37761 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: GAY/LESBIAN apakah wajar ?
« Reply #45 on: 15 October 2009, 03:28:57 AM »
Quote
Yg jelas sih Sang Buddha melarang kaum trans utk menjadi anggota Sangha dlm Vinaya.

Apalagi saya memang penrah baca bahwa secara psikologis, bahwa orang homo yang trans ataupun banci mengidap suatu gangguan kejiwaan karena dia tidak puas dengan jenis kelaminnya yang sekarang. Namun tentu, tidak semua kaum homoseksual seperti ini dan tidak semuanya terganggu jiwanya.

Orientasi homoseks (psikologis) adalah wajar, namun tindakan seksual homoseks itulah (jasmaniah) yang menyimpang dan dapat menyebabkan berbagai permasalahan baik itu dari segi kesehatan ataupun dari segi sosial ataupun dari segi karma (dapat terlahir jadi pandaka).

Quote
Atau kasus kehidupan sebelumnya dari Bhante Ananda yg pernah terlahir sbg Pandaka di salah 1 kehidupan sebelumnya sbg 1 dari sekian akibat krn berzinah? Yg ini saya belum mendapat referensinya, krn hanya mendengar dr sebuah dhammatalk oleh seorang Bhante.

Ananda memang pernah terlahir menjadi seorang pertapa homoseksual yang saling jatuh cinta dengan seorang Raja Naga, lihat Manikantha Jataka.

Quote
Saya menghargai kebebasan semua orang. Terserah dia mau menjadi seorang homoseks, teroris, psikopat, dsb. Tapi saya harap mereka memutuskan untuk menjadi seperti itu dengan pemahaman yang matang. Dan saya hanya berusaha menyajikan informasi dari sudut pandang saya, agar kiranya mereka tahu semua konsekuensinya.

Supaya Anda tidak meraba-raba dan menyangka saya berbelit-belit, maka saya jelaskan maksud saya dalam satu kalimat:

"Saya menghargai kaum homoseks, tapi saya harap mereka paham dengan apa yang mereka lakukan."

Setuju. Bahkan Dalai Lama dan Master Shengyan pun memiliki pendapat yang mirip dengan anda soal kaum homoseksual.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: GAY/LESBIAN apakah wajar ?
« Reply #46 on: 16 October 2009, 02:03:51 PM »
Bro GandalftheElder, Bro Bond, Bro Andri, Bro Upasaka, dan Sis Pannadevi,

Dalam diskusi ini, saya menangkap seolah-olah orientasi seksual disamakan dengan Pandaka. Namun kalau kita menilik arti kata sebenarnya dari "pandaka" yang berarti "laki-laki yang tidak memiliki buah pelir" maka secara harafiah yang dimaksudkan dalam sutra-sutra adalah kasim atau kaum kebirian. Dalam hal ini, di India, kasim atau kaum kebirian adalah laki-laki yang dengan sengaja mengangkat kelaminnya untuk menjadi pandaka. Di India modern pun, kaum kebirian dikenal dengan nama "Hijrah." Hijrah bukan sekadar persoalan transformasi jenis kelamin seperti konsep "transeksual" di Barat. Hijrah sebenarnya sangat berbeda dengan waria. Hijrah atau kasim (atau Pandaka) mengangkat alat kelaminnya, sedangkan banyak waria sama sekali tidak dan transeksual melakukan operasi ganti kelamin (bukan sekadar menghilangkan kelaminnya). Di India, Hijrah juga dikenal memiliki kekuatan atau kesaktian dan memperoleh penghidupannya dengan berkeliling dari rumah ke rumah untuk memberikan berkat karena dipercaya berkat yang diberikan oleh Hijrah lebih manjur daripada berkat dari dewa  :)) )

Nah, kalau kita kembali ke Pandaka, maka tidak lain yang dimaksud sebenarnya adalah kaum kebirian ini, bukan homoseksual ataupn waria. Kedua yang terakhir ini, sebenarnya adalah konsep yang lahir karena pengaruh budaya Barat. Pandaka sendiri tidak langsung sinonim artinya dengan homoseksual dan waria, namun meliputi deskripsi rentang perilaku dan kondisi fisik yang luas. Kelima jenis Pandaka tersebut adalah:

(1) asittakapandaka: orang yang memperoleh kepuasan dari mengoral kelamin orang lain dan dari menelan air maninya, atau siapa hanya menjadi secara seksual terpuasukan setelah menelan air mani orang lain.

(2) ussuyapandaka: voyeurisme, seseorang yang memperoleh kepuasan seksual dari menonton laki2 dan wanita saling berhubungan seks.

(3) opakkamikapandaka:Kasim (Eunuch), orang-orang yang orang seksual dikastrasi. Yang lain tidak sama dengan empat jenis dari pandaka Orang-orang ini mencapai kondisi mereka setelah kelahiran dan tidak terlahir sebagai pandaka. Dalam hal ini, Laksamana Ceng Ho yang banyak dipuja oleh orang Tionghoa sebenarnya termasuk dalam golongan ini.

(4) pakkhapandaka: Orang-orang yang menjadi secara seksual tergugah di paralel dengan tahap dari bulan.  

(5) napumsakapandaka (juga kadang kala dipanggil sekedar napumsaka): Seseorang dengan alat kelaminnya tidak bisa ditentukan dengan jelas, apakah laki-laki atau perempuan, mempunyai hanya satu saluran kandung kemih. Berbeda dengan yang nomer 3, napumsaka terlahirkan dengan alat kelamin yang tidak jelas atau tidak ada. Beberapa orang menafsirkan hal ini sama dengan homoseks yang dikatakan kebanci-bancian, namun yang diartikan di sini sebenarnya jelas, yang tidak jelas adalah alat kelaminnya. Dalam dunia kedokteran kita mengenal Interseks, yaitu orang dilahirkan dengan kelamin ganda atau hermaprhodite. Jadi jelas yang dimaksud sebagai napumsaka adalah interseks atau hermaprhodite, bukan homoseks karena pada dasarnya secara genital atau fungsi reproduksi seksual tidak ada gangguan sama sekali pada apa yang kita sebut sebagai homoseks.

Nah, dari kelima jenis pandaka di atas, sama sekali tidak disinggung tentang "percintaan antara sesama jenis" melainkan hanyalah deskripsi mengenai perilaku tertentu (misalnya oral seks & voyeurisme) dan orang dengan kondisi genital tertentu (kasim dan interseks) serta orang yang terakhir adalah orang yang memiliki siklus seksual yang aneh dan tidak lazim karena muncul dan hilang mengikuti bulan. Dalam hal ini, sebagian darinya bisa berlaku juga untuk heteroseksual.

Lebih lanjut lagi, jika kita periksa ke Vinaya Pitaka, kita akan menemukan pada bagian Sangghadisesa, "Ketika itu seorang bhikkhu bermaksud untuk membuat (mani) keluar, berkata kepada seorang samanera, "Mari, Awuso, Samanera, peganglah alat kelamin saya ." Ia memegang alat kelaminnya dan asucinya pun keluar. Muncul penyesalan pada dirinya ... "Bhikkhu anda telah melakukan pelanggaran sangghadisesa." (Vinaya Pitaka, Buku 1, hal. 275)  Kutipan ini menunjukkan bahwa memegang alat kelamin pada sesama bhikkhu hingga air mani keluar menyebabkan bhikkhu tersebut akan dibawa ke persidangan sangha dan diberi hukuman, namun dalam hal ini tidak berarti harus lepas jubah (ciimw), karena tidak dianggap sebagai dukkata. Hanya bhikkhu yang secara diam-diam menyentuh alat kelamin samaneran pada saat ia sedang  tertidur dianggap sebagai dukkata.

Dalam hal ini, kita lihat bahwa aksi menyentuh kelamin sesama jenis hingga air mani keluar tidak dimasukkan ke dalam kriteria Pandaka, padahal dalam perspektif masa kini perilaku tersebut akan dikategorikan sebagai homoseksual. Hukuman berat hanya akan diberikan pada yang menyerang secara gelap di malam-malam yang sebenarnya identik dengan pelecehan seksual dan pemerkosaan (cmiiw, soalnya saya kurang paham benar bedanya sangghadisesa dan dukkata).

Jadi, jika kita di sini konsep "pandaka" tidak sama dengan homoseks dan pada kenyataannya tidak semua perilaku yang kita anggap homoseksual pada masa kini dianggap sebagai pandaka. Dengan kata lain, yang dilarang dalam sila ketiga Buddhis adalah perilaku tertentu seperti oral seks dan voyeurisme yang dapat dianggap sebagai perilaku seks yang salah.

Kelima sila Buddhis jangan dilihat sebagai seperangkat aturan baku yang sifatnya kaku dan ketat definisinya. Sebaliknya. sila-sila Buddhis diadakan untuk membantu umat Buddhis untuk mengulangi lobha, moha dan dosa di dalam dirinya. Perilaku seks yang salah dan mengambil barang yang bukan miliknya harus dikaitkan kembali dengan lobha, meminum minuman memabukan dan berbohong harus dilihat sebagai moha, sedangkan membunuh adalah dosa. Maka ketika kita membahas perilaku seks yang salah, sebenarnya singkatnya adalah semua perilaku seks yang dilandaskan pada lobha yang kuat adalah salah, tidak peduli apakah orang itu orientasi seksualnya homoseks atau heteroseks. Bahkan untuk yang menjalankan kehidupan suci sangat jelas sekali kalau seks itu sendiri adalah bentuk lobha. Pancasila Buddhis dalam hal ini adalah soal mengikis habis lobha, moha dan dosa, bukan soal menentukan secara definitif dan teknis mana perilaku yang melanggar mana yang tidak sebagaimana dilakukan dalam syariah agama I.

Mengenai apakah perilaku homoseks adalah menyimpang atau tidak, telah jelas kukatakan bahwa dalam ilmu psikologi dan psikiater menurut standar WHO, APA hingga Depkes RI semuanya telah sepakat untuk mencabutnya dari kriteria gangguan jiwa. Jika kemudian ada yang melihat seseorang menjadi homoseks akibat kamma buruk di masa lampau, saya setuju akan hal ini. Namun, kondisi yang merupakan kamma buruk dari masa lampau tidak harus dijadikan aib atau menyimpang. Misalnya, perempuan dan orang yang terlahir cacat pun dalam Buddhisme dianggap sebagai hasil kamma buruk di masa lampau, namun tidak berarti mereka harus dianggap menyimpang, dikucilkan serta diasingkan semata-mata karena kondisi yang dibawanya sejak lahir.  Selain itu cukup aneh, jika seseorang menyandang kondisi yang dibawanya sejak lahir, kemudian harus dianggap melanggar pancasila semata-mata karena kondisi yang dibawa sejak lahir tersebut???
 
Inilah yang menjadi perdebatan antara saya dan bro upasaka, apakah homoseksual adalah bawaan atau pilihan. Dalam hal ini, secara ilmiah telah banyak dibuktikan bahwa homoseks adalah hasil dari bawaan. Lihat artikel ini: http://en.wikipedia.org/wiki/Biology_and_sexual_orientation. Jika seseorang menjadi homoseks karena bawaan sejak  lahir sungguh aneh seseorang dikucil dan dianggap melanggar sila hanya karena ia menjadi homoseks?

Mengenai apakah seorang homoseks bisa mencapai tingkat kesucian atau tidak. Jika menurut Abhidhamma, maka orang yang dianggap dapat mencapai jhana adalah Tihetuka Puggala (yaitu orang yang terlahir dengan moha, lobha dan dosa yang tipis), sedangkan Dvihetuka Puggala dan Ahetuka Puggala dianggap tidak mungkin mencapai jhana. Namun, pembagian ini sama sekali tidak terkait dengan jenis kelamin ataupun komposisi hormon atau kromosom di tubuh seseorang. Dalam hal ini, saya sebenarnya sangat meragukan jika ada yang mengatakan bahwa seseorang tidak bisa mencapai tingkat kesucian semata-mata hanya karena kondisi fisik yang dibawanya sejak lahir. Dalam Mahayana, saya juga mengenal bahwa semua makhluk hidup memiliki "Bodhicitta" atau hakikat Kebuddhaan dalam dirinya dan memiliki potensi yang sama untuk mencapai Kebuddhaan, maka jika pertanyaan apakah seorang homoseks bisa mencapai Kebuddhaan atau tidak? Maka jawabanku berdasarkan pandangan ini.

Terimakasih atas diskusinya. Saya juga akan mengakhiri diskusi ini sampai sini saja. Untuk teman-teman gay, lesbian dan waria Buddhis yang kebetulan mengikuti diskusi ini mohon jangan berkecil hati dikarenakan pandangan sebagian anggota forum ini. Saya tetap menyampaikan bahwa semua makhluk memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai Kebuddhaan atau tingkat kesucian manapun, jangan putus asa untuk terus berlatih! Seorang laki-laki heteroseks pun, yang dikatakan lahir karena hasil kamma baik di masa lampau, jika tidak berlatih dan tenggelam dalam lobha, moha dan dosa tetap tidak ada gunanya! Okey selamat berjuang dan semoga semua makhluk mencapai pantai seberang!  
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: GAY/LESBIAN apakah wajar ?
« Reply #47 on: 16 October 2009, 08:49:05 PM »
Bawaan atau pilihan sih saya ngga bahas deh.. Tapi kalau berhubungan dg kesucian..
Baik heteroseks atau homoseks, sama saja, sama2 tdk akan merealisasi kesucian selagi masih memiliki hawa nafsu yg kuat dlm diri. Saat kesucian terealisasi, jelas jenis orientasi seks bagaimanapun tidak akan relevan lagi, tepatnya sudah tidak memiliki orientasi seksual lagi.
appamadena sampadetha

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: GAY/LESBIAN apakah wajar ?
« Reply #48 on: 17 October 2009, 09:31:32 AM »
^
^
Setuju bos
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: GAY/LESBIAN apakah wajar ?
« Reply #49 on: 17 October 2009, 09:58:33 AM »
_/\_  _/\_  _/\_

Apakah menurut anda GAY/LESBIAN itu wajar ?


ketika cinta tidak lagi memandang jenis kelamin,

cinta itu menjadi terlarang....  (kutipan dari "lelaki terindah" by Andrei Aksana)

jd ingat lagu VIRGIN - Cinta terlarang (Aw... Aw..)
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: GAY/LESBIAN apakah wajar ?
« Reply #50 on: 17 October 2009, 10:17:56 AM »
 _/\_

Luar biasa Applause  buat Bro Xuvieeee

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: GAY/LESBIAN apakah wajar ?
« Reply #51 on: 17 October 2009, 04:01:06 PM »
Yg jelas sih Sang Buddha melarang kaum trans utk menjadi anggota Sangha dlm Vinaya.

_/\_ Samaneri Pannadevi
Kasus yg lain? Pernah ada koq di Indonesia, wanita yg bermalam di makam mantan Presiden I RI, Soekarno dan kemudian mengalami perubahan kelamin menjadi pria. Sempat masuk ke TV, ditayangkan di acara Kick Andy di Metro TV.
Bbrp link soal itu:
yahoogroups.com/msg33397.html]http://www.mail-archive.com/proletar [at] yahoogroups.com/msg33397.html

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=174980

http://www.kabarinews.com/printFriendly.cfm?articleID=31592

Atau kasus kehidupan sebelumnya dari Bhante Ananda yg pernah terlahir sbg Pandaka di salah 1 kehidupan sebelumnya sbg 1 dari sekian akibat krn berzinah? Yg ini saya belum mendapat referensinya, krn hanya mendengar dr sebuah dhammatalk oleh seorang Bhante.

_/\_

Salam sejahtera selalu Bro Xuvie,
Thanks atas link nya, sy udah buka, hanya yang no.2 saja bisa saya buka sedang link yang pertama ama ketiga tidak bisa saya buka, entah kenapa... :)

Jadi yg sy baca baru ttg atlit Indonesia (untung pemerintah memberi bantuan kepadanya, sehingga agak terbantu, baguslah, thanks utk pemerintah)

Ttg YM.Ananda, thanks infonya, nah jadi nambah lagi sekarang referensi saya, walau YM.Ananda tidak bisa menjadi arahat pada saat itu, lain cerita ttg "kisah Soreyya" yg mampu menembus Arahat dlm kehidupan saat itu juga, tp ga apa2, masih mending ada tambahan referensi, drpd tidak samasekali...sekali lagi thanks ya Bro Xuvie atas bantuannya...+GRP  ;D

may all beings be happy

mettacittena,

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: GAY/LESBIAN apakah wajar ?
« Reply #52 on: 17 October 2009, 04:10:40 PM »
Ananda memang pernah terlahir menjadi seorang pertapa homoseksual yang saling jatuh cinta dengan seorang Raja Naga, lihat Manikantha Jataka.




Salam sejahtera selalu Bro Gandalf,
Thanks juga untuk tambahan info anda yang melengkapi info dari Bro Xuvie...saya banyak dibantu dari forum ini...semoga DC tambah sukses...besok2 minta bantuan lagi ya... ;D

may all beings be happy

mettacittena,
« Last Edit: 17 October 2009, 04:13:35 PM by pannadevi »

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: GAY/LESBIAN apakah wajar ?
« Reply #53 on: 17 October 2009, 04:15:18 PM »
yahhh...buat quote nya keliru, udah dibetulin masih juga salah, masak postingan sy di dlm quote, tolong deh mod yang baik...itu posting sy dikeluarin dr quote gmn ya? maklum gaptek...hehehe...thanks.

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: GAY/LESBIAN apakah wajar ?
« Reply #54 on: 17 October 2009, 05:21:56 PM »
Bawaan atau pilihan sih saya ngga bahas deh.. Tapi kalau berhubungan dg kesucian..
Baik heteroseks atau homoseks, sama saja, sama2 tdk akan merealisasi kesucian selagi masih memiliki hawa nafsu yg kuat dlm diri. Saat kesucian terealisasi, jelas jenis orientasi seks bagaimanapun tidak akan relevan lagi, tepatnya sudah tidak memiliki orientasi seksual lagi.

salam Bro Xuvie,
yang saya beri warna blue, untuk menekankan permasalahan yg ingin sy sharing disini.

saya tidak menanggapi tentang hetero/homo yg melakukan pelanggaran, tp yg saya tanggapi pencapaian tingkat kesucian yg seperti anda maksud diatas (maaf jika kurang berkenan),bhw menurut anda saat tingkat kesucian terealisasi mk sdh mjd asexual, sedangkan dari kuliah saya mendapatkan spt ini syarat utk menembus kesucian tingkat pertama Sotapanna menurut Dighanikaya di Mahalisutta: “Mahali bhikkhu tinnam samyojanānam parikkhayā Sotāpanno hoti avinipāta dhammo niyato sambodhi-parāyano” (DN.6)   juga  sutta dlm Majjhimanikaya di Alagaddupamasutta also mention : “Yesam  bhikkhunam tīṇi saṃyojanāni pahīnāni sabbe te Sotāpannā avinipātadhammā niyatā sambodhiparāyanā” (MN 22 ; I 140 - 42), jelas2 disebutkan hanya mematahkan 3 belenggu dasar utk mjd Sotapanna (Sakkāyaditthi, vicikicchā dan sīlabbatta-parāmāsa).


Sedangkan utk Sakadagami, mematahkan lagi 3 akar akusala : rāga, dosa, mohā disebutkan dalam Dighanikaya di Mahalisutta :  "……mahāli, bhikkhū tīṇṇaṃ saṃyojanāni parikkhayā rāgadosamohānaṃ tanuttā sakadāgāmi hoti sakideva imaṃ lokaṃ āgantvādukkhassantaṃ karoti….." (DN.6), atau sutta dlm Majjhimanikaya di Alagaddupamasutta : "……yesaṃ bhikkhūnaṃ tīṇi saṃyojanāni pahīnāni, rāgadosamohā tanubhūtā, sabbe te sakadāgāmino, sakideva imaṃ lokaṃ āgantvā dukkhassantaṃ karissanti……" (MN 22; 352 – 55), dimana Sakadagami hny sekali lagi saja terlahir kembali di alam dunia manusia atau dialam deva setelah itu mencapai Arahat. Kisah Wanita Uttara yang hampir dibunuh Sirima krn cemburu, beliau Sakadagami tetapi tetap menjalani kehidupan berumahtangga.

Barulah Anagami yang dalam hal ini menjalani kehidupan selibat (umat perumahtangga bisa mencapai Anagami contohnya seperti Ratu samavati) nah ini syarat mutlak yaitu meninggalkan kehidupan seksuil. Anagami mematahkan 5 belenggu dasar  (oraṃbhāgiya saṃyojana),disebutkan dlm Majjhimanikaya di Alagaddupamasutta :”…..yesaṃ bhikkhūnaṃ pañcorambhāgiyāni saṃyojanāni pahīnāni, sabbe te opapātikā tattha parinibbāyino anāvattidhammā tasmā lokā….” (MN 22; 352 – 55).  atau dlm  Dighanikaya di Mahalisutta : “…..mahāli, bhikkhu orambhāgiyānaṃ saṃyojanānaṃ parikkhayā opapātiko hoti tattha parinibbāyī anāvattidhammo tasmā lokā. (DN.6).  

Arahat dlm Majjhimanikaya di Alagaddupama sutta maupun dlm Dighanikaya di Mahalisutta, :”…..ye te bhikkhū arahanto khīnāsavā vusitavanto katakaranīyā ohitabhārā anuppattasadatthā parikkhī nabhavasaññojanā sammadaññā vimuttā, vattaṃ tesaṃ natthi paññāpanāya”. (MN 22; 352 – 55)
“…..mahāli, bhikkhu āsavānaṃ khayā anāsavaṃ cetovimuttiṃ paññāvimuttiṃ dittheva dhamme sayaṃ abhiññā sacchikatvā upasampajja viharati...” (DN.6)

ini saya sekedar sharing, saya sendiri masih BELAJAR bahkan saya mendapat banyak hal dari DC, semoga sharing saya ini ada manfaat.

jadi mulai Anagami ke Arahat saja yang telah murni aseksuil, umat perumahtangga yang mencapai Anagami telah meninggalkan kehidupan seksuil mereka. Sehingga Raja Pasenadi (Kosala) membebaskan ratunya untuk melayani beliau, tetapi beliau amat menaruh hormat dg Ratu Samavati dan sering berdiskusi ttg dhamma dg beliau, oleh karena hal ini pula lah yang menjadikan magandiya cemburu dan membunuh ratu beserta 500 dayangnya dg membakar istana beliau.

sekali lagi ini hanya sharing, jangan merasa saya mengkritik, itu tidak, sy membutuhkan belajar lagi lebih mendalam.

may all beings be happy

mettacittena,
« Last Edit: 17 October 2009, 05:26:44 PM by pannadevi »

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: GAY/LESBIAN apakah wajar ?
« Reply #55 on: 17 October 2009, 05:46:07 PM »
Thanks samaneri utk GRPnya.. _/\_

Utk link 1 memang tidak bisa, sedang link 2 dan 3 bisa koq. Semua link itu masih bercerita ttg 1 org yg sama, Sukarnah. Link 1 cukup lengkap ceritanya, permasalahannya kenapa tdk bisa dibuka adl karena (a keong) scr otomatis diubah menjadi [at]. coba copy-paste linknya dng mengubah [at] kembali menjadi (a keong).

Yup, thanks utk tambahannya. Sebelumnya saya juga berniat menulis ttg hanya anagami dan arahat yg secara sempurna mematahkan belenggu 'nafsu'. Dg demikian ada kemungkinan bahwa para homoseks pun dpt mencapai setidaknya tingkat kesucian sakadagami. Tapi saya tdk melanjutkan krn bbrp alasan, pertama, ini hanya kesimpulan saya berdasar rasio yg ada. Kenyataannya, kebenaran terkadang tidak berjalan sesuai logika rasio dan memang tidak ada bukti eksplisit dlm sutta mengenai kaum homoseks yg mencapai tingkat kesucian sejauh yg saya ketahui (cmiiw). Ke-2, saya pikir tidak ada salahnya utk tdk terlalu spesifik menjelaskan demikian. Karena ada pepatah 'do not feed the troll'. Dgn memberitahukan demikian, dikhawatirkan (syukur2 kalo tidak :P) akan ada pembenaran lagi lebih lanjut oleh oknum berkepentingan. Karena pertimbangan ini, saya hanya menulis kesucian saja secara general. Saya, mencoba belajar dr pengalaman, melihat bahwa meski sebuah kebenaran adlh faktual, benar adanya, tetapi pengungkapannya harus sesuai tempat dan waktu, juga manfaat dr kebenaran tsb.

Maafkan atas kekurangan saya, cmiiw.

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: GAY/LESBIAN apakah wajar ?
« Reply #56 on: 17 October 2009, 07:57:03 PM »
di vinaya & komentarnya setahu saya biasanya diceritakan pelanggar pertama. dan biasanya dilakukan oleh chabbagiyya, grup enam bhikkhu, yang masing-masing memimpin 500 orang, termasuk bhikkhuni. salah satunya adalah memasturbasi samanera, yang bisa dibilang merupakan perbuatan homoseksual. setahu saya grup enam ini di dalam komentar dicatat tidak mencapai perkembangan batin yang berarti
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: GAY/LESBIAN apakah wajar ?
« Reply #57 on: 17 October 2009, 08:23:53 PM »
di vinaya & komentarnya setahu saya biasanya diceritakan pelanggar pertama. dan biasanya dilakukan oleh chabbagiyya, grup enam bhikkhu, yang masing-masing memimpin 500 orang, termasuk bhikkhuni. salah satunya adalah memasturbasi samanera, yang bisa dibilang merupakan perbuatan homoseksual. setahu saya grup enam ini di dalam komentar dicatat tidak mencapai perkembangan batin yang berarti
Biasanya? Apakah itu berarti mereka senantiasa mengulang perbuatan tsb?
appamadena sampadetha

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: GAY/LESBIAN apakah wajar ?
« Reply #58 on: 17 October 2009, 08:32:46 PM »
gak sih, cuma sebagian besar vinaya disusun karena kegiatan ekstrakurikuler mereka :)
biasanya pelanggaran pertama
tapi dari grup enam itu, 2 bhikkhu lumayan bersih.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: GAY/LESBIAN apakah wajar ?
« Reply #59 on: 17 October 2009, 08:37:54 PM »
 _/\_

btw chabbagiyya tidak dikeluarkan dari Sangha kan sering melakukan??? soalnya ada pake kata biasanya  :))

 _/\_