Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia
Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi => Theravada => Topic started by: bond on 05 April 2008, 10:00:19 AM
-
Ada 9 hal yg secara alamiah tak mampu dilakukan oleh seorang arahat: menyimpan kepemilikan, secara sengaja membunuh bentuk kehidupan apapun,mencuri, melakukan hubungan seksual, mengatakan kebohongan yg disengaja, dan bertindak tidak pantas karena nafsu,karena niat buruk, karena delusi,atau karena rasa takut (Angutara Nikaya IX,7).
Sebagai contoh,karena nafsu indrawi telah sepenuhnya teratasi,tak ada lagi percikan api yg tersisa untuk memantik nafsu seks. Semua Arahanta "betul-betul impoten"
Lebih Jauh, para Arahanta telah membasmi, sekali untuk selamanya, tiga jenis kesombongan(mana): "aku lebih buruk"; dan "aku setara". Di dalam
ajaran Buddha, bahkan perendahan diri seperti "aku payah" dipandang sebagai kesombongan dalam bentuk kebalikannya. Para Arahanta, sudah menjadi bawaanya, tidak mampu lagi mempersepsi dalam kerangka "aku"(Samyuta Nikaya 22,89). Mereka memandang tubuh dan pikiran sebagai proses impersonal. Bagi mereka, tidaklah beralasan membandingkan sebuah proses dengan proses lainnya seperti halnya membandingkan nilai sepotong kayu dengan sebutir mangga.
Berkaitan dengan 3 bentuk kesombongan, hanya pada pencerahan penuhlah semua perbandingan pribadi padam.
Kontroversi2 lama dan merepotkan, seperti apakah seorang Arahat lebih tinggi daripada Bodhisatva ataukah sebaliknya, semuanya lenyap. Seorang Arahat menjalani hidup kebenaran, yg tanpa inti diri, melampui ukuran2 semacam itu. Elitisme bukanlah bagian dari pencerahan penuh. Demikianlah kita dapat mengharapkan kerendahan hati sejati dari seorang Arahat, seperti yg ditunjukan oleh kisah berikut.
Bhikkhu Sariputta adalah seorang Arahat terkemuka, diakui semua orang sebagai luar biasa bijaksana. Suatu pagi beliau pergi utk menerima dana makanan dgn mengenakan jubah yg tidak rapi. Seorang samanera cilik memergoki hal itu dan secara terbuka mengingatkan bhikkhu agung tersebut. Alih-alih menanggapi dengan sesuatu seperti "Emangnya kamu siapa, anak kecil, berani2nya menegur aku!" dengan tenang Bhikkhu Sariputta memeriksa untuk melihat apakah beliau memang tidak mengenakan jubah dengan rapi. Melihat bahwa ternyata benar adanya, Bhikkhu Sariputa pergi ke balik semak, merapikan jubahnya lantas muncul kembali untuk berterima kasih kepada samanera cilik itu, memuji hormat anak itu sebagai "guru saya" Itulah kerendahan hati nan anggun, sebuah ciri seorang Arahat (Th-a 2,116)
Sumber buku: Mindfulness, Bliss, And Beyond
Penulis : Ajahn Brahm
_/\_
-
Sorry OOT
aku masih bingung...
siapa yg tercerahkan jika Vinnana selalu timbul dan tenggelam?
sorry nanya ulang lage..T_T tapi bener2 belum penembusan Dhamma..sampe tahap itu..jadi gk bisa ngerti2... ^:)^
-
^ga ada...
perbedaannya adalah setelah tercerahkan, vinnana yg bersekutu dg lobha, dosa, dan moha sama sekali tidak pernah muncul lagi.
biasanya vinnana yg bersekutu dg lobha, dosa & moha adalah vinnana yg dapat menghasilkan vipaka, singkatnya produktif.
jadi setelah pencapaian arahat tidak ada lagi produksi kamma.
-
Semua Arahanta "betul-betul impoten"
Arahanta tidak dimonopoli oleh cowok2 kan? ;D
-
[at] atas
kykne ndak, kalo sammasambuddha seh iyah cuma cowo
[at] tesla
ok dh ngerti...tp bukankah vinnana itu anicca? Kalo anicca bukankah dos,lob,moh msh bs muncul?
-
vinnana tetap anicca dalam artian muncul dan hilang. (sebelum parinibbana)
kalau dalam abhidhamma, kombinasi vinnana (citta) bersama dengan contaminant nya (cetasika) semuanya ada 121 macam. tapi tidak berarti anicca itu dapat menghantarkan ke semua macam jenis lho...
namanya saja objek berkondisi. maka vinnana yg muncul selalu bergantung pada kondisi yg sesuai.
misalnya. Ada 12 macam akusala citta (bukan cuma 12 ini sebenarnya...) yg tidak muncul lagi setelah kondisi pencapaian arahat. dan sebaliknya ada 1 macam citta, hasituppada-citta (hanya salah satu contoh juga) yg hanya ada pada arahat & buddha. yaitu kesadaran pada saat arahat & buddha tersenyum. bersekutu dg piti dan upekkha. sedangkan sebelum arahat, senyuman itu adalah akusala citta, bersekutu dg lobha...
-
Hmm...i see ;D thx biarpun gk gt ngerti 100% kira2 nangkep 70%
-
100% nya pas nanti udah arahat ya sol :)
-
vinnana adalah kesadaran, yang tetap muncul walau seseorang sudah menjadi arahat, demikian juga rekanannya seperti sanna, sankhara dan vedana
namun demikian, yang terjadi pada waktu seorang sudah menjadi arahat, adalah kesadaran fungsional (maha kiriya) dimana sudah tidak ada lagi kusala dan akusala, sehingga tidak akan menyebabkan vipaka lagi.
Karena sudah tidak membuat vipaka baru, maka sudah tidak ada lagi kelahiran yang berikutnya.
semoga bisa lebih dimengerti yah
-
Lebih Jauh, para Arahanta telah membasmi, sekali untuk selamanya, tiga jenis kesombongan(mana): "aku lebih buruk"; dan "aku setara". Di dalam
ajaran Buddha, bahkan perendahan diri seperti "aku payah" dipandang sebagai kesombongan dalam bentuk kebalikannya. Para Arahanta, sudah menjadi bawaanya, tidak mampu lagi mempersepsi dalam kerangka "aku"(Samyuta Nikaya 22,89). Mereka memandang tubuh dan pikiran sebagai proses impersonal. Bagi mereka, tidaklah beralasan membandingkan sebuah proses dengan proses lainnya seperti halnya membandingkan nilai sepotong kayu dengan sebutir mangga.
Berkaitan dengan 3 bentuk kesombongan, hanya pada pencerahan penuhlah semua perbandingan pribadi padam.
Kontroversi2 lama dan merepotkan, seperti apakah seorang Arahat lebih tinggi daripada Bodhisatva ataukah sebaliknya, semuanya lenyap. Seorang Arahat menjalani hidup kebenaran, yg tanpa inti diri, melampui ukuran2 semacam itu. Elitisme bukanlah bagian dari pencerahan penuh.
betul sekali bro tesla....... mana adalah kekotoran batin yang sangat halus dimana seorang anagami sekalipun masih belum terbebas darinya.......
sedemikian halusnya sampai seorang awam masih sering sekali mengalami "mana" ini......
kebetulan akusala cetasika ini baru saja di kelas abhidhamma tgl 29 Maret 2008
-
Karena sudah tidak membuat vipaka baru, maka sudah tidak ada lagi kelahiran yang berikutnya.
kalau dari pemahaman saya, sebenarnya walau sudah tidak membuat vipaka baru, timbunan kamma lama sebenarnya masih ada sangat banyak (tak terbatas katanya...). jadi masih ada 1 faktor lagi, yaitu para arahat memutuskan utk tidak menjadi/terlahir lagi shg timbunan2 kammanya tidak punya kesempatan berbuah dan akhirnya masa produktifnya pun berakhir.
-
Lebih Jauh, para Arahanta telah membasmi, sekali untuk selamanya, tiga jenis kesombongan(mana): "aku lebih buruk"; dan "aku setara". Di dalam
ajaran Buddha, bahkan perendahan diri seperti "aku payah" dipandang sebagai kesombongan dalam bentuk kebalikannya. Para Arahanta, sudah menjadi bawaanya, tidak mampu lagi mempersepsi dalam kerangka "aku"(Samyuta Nikaya 22,89). Mereka memandang tubuh dan pikiran sebagai proses impersonal. Bagi mereka, tidaklah beralasan membandingkan sebuah proses dengan proses lainnya seperti halnya membandingkan nilai sepotong kayu dengan sebutir mangga.
Berkaitan dengan 3 bentuk kesombongan, hanya pada pencerahan penuhlah semua perbandingan pribadi padam.
Kontroversi2 lama dan merepotkan, seperti apakah seorang Arahat lebih tinggi daripada Bodhisatva ataukah sebaliknya, semuanya lenyap. Seorang Arahat menjalani hidup kebenaran, yg tanpa inti diri, melampui ukuran2 semacam itu. Elitisme bukanlah bagian dari pencerahan penuh.
betul sekali bro tesla....... mana adalah kekotoran batin yang sangat halus dimana seorang anagami sekalipun masih belum terbebas darinya.......
sedemikian halusnya sampai seorang awam masih sering sekali mengalami "mana" ini......
kebetulan akusala cetasika ini baru saja di kelas abhidhamma tgl 29 Maret 2008
itu mr. bond :)
kebetulan sekali beberapa hari yg lalu saya chat dg ce Lily soal "mana" ini... begitu gampang sekali timbul... apalagi dalam bentuk perbandingan antara saya dg orang lain ataupun antara orang lain dg orang lain juga...
-
Karena sudah tidak membuat vipaka baru, maka sudah tidak ada lagi kelahiran yang berikutnya.
Maksudnya kamma baru kan?
Sang Buddha sesudah mencapai nibbana, masih mendapat hasil (vipaka) koq.
Kelahiran kembali itu bukan karena masih ada vipaka, tetapi karena tidak ada kondisi yg mendukung, maka vipaka tidak bisa berbuah lagi.
-
[at] benz : sekedar memperjelas bahwa yang dimaksud adalah kamma yang berpotensi untuk membuat vipaka baru.....
arahat tetap melakukan kamma baru, hanya saja dilandasi oleh kiriya alias fungsional....
semoga bisa dimengerti yah.......
[at] tesla : itu yg saya ma ci lily omong2 wkt kelas abhidhamma.... sampe diminta utk share ke kelas karena keasikan omong... :-[
-
wah bahasa kite mesti di synch dulu nih mbah markos.
Kamma -> adalah kehendak (cetana) yg diperbuat
kamma -> pasti berbuah
kamma yg dilandasi kiriya dan tidak berbuah itu, imo jgn pake istilah kamma/cetana kali yah. di abhidhamma pake istilah apa nih mbah ?
-
dear benz
dalam setiap tindakan/kamma itu pasti ada cetana.... dalam tiap kesadaran, juga ada cetana
nah cetana itu, selain kusala dan akusala, juga ada kiriya atau fungsional
misal arahat makan... ini semata hanyalah karena perutnya lapar, bukan karena lapar "lobha"
cuma masalahnya, kiriya atau maha kiriya itu, selama ini kurang populer aja... cmiiw......
semoga bisa dimengerti yah...... ;)
-
hmmm afaik sih kamma <> kiriya.
Kamma itu adalah cetana. Kalau bukan cetana tapi kiriya, bukan kamma lagi.
kamma sama kiriya itu satu level. Jadi arahant tidak ada kamma lagi, melainkan kiriya.
???
-
Kalo yang aye tangkep, cetana Arahat masih ada, tapi gak ldm gak al ad am, cuma kiriya
-
[at] karuna : tul banget
[at] benz : yang ga ada di arahat tuh kusala dan akusala, bro..... itu ada di level citta yang mendasarinya..... yang ada di arahat adalah maha kiriya dan maha vipaka citta
sedangkan kamma, ada di level action/tindakan (kamma khan artinya tindakan)
nah cetana itu sendiri, yang benz bilang sebagai sebab kamma/tindakan, di manusia biasa, kebanyakan dilandasi oleh kusala dan akusala...... walau sesekali bisa terjadi kiriya juga
semoga bisa dimengerti tentang perbedaanya yah.... ;)
-
arahat tetap melakukan kamma baru, hanya saja dilandasi oleh kiriya alias fungsional....
menurut saya arahat emang dalam setiap kesadarannya tetap ada kehendak (cetana)...
tapi yg kata Buddha "cetana inilah yg kusebut kamma" sebenarnya bukan dalam artian cetana = kamma...
kamma adalah yg menghasilkan akibat di kemudian waktu... dengan kata lain kamma adalah cetana yg dilekati oleh faktor2 kusala ataupun akusala.
jadi kalau menurut saya arahat sudah tidak memproduksi kamma lagi...
-
dear tesla
sebenarnya di awal, saya sudah sebutkan bahwa arahat melakukan kamma/tindakan yang sudah tidak membuat vipaka baru.......
namun ada bantahan mengenai kamma yang disebabkan oleh kilesa.... dsb...dsb... yang anda bisa baca sendiri runtutannya diatas
saya sih berpegang pada :
Empat Klasifikasi karma ituadalah: Karma Hitam yang berakibat Hitam; Karma Putih yang berakibat Putih; Karma Hitam dan Putih yang berakibat Hitam dan Putih; dan Karma Bukan Hitam maupun Bukan Putih yang berakibat Bukan Hitam maupun Bukan Putih.(AnguttaraNikaya, Catukkanipata232-238)
pada yang saya bold itu, penjelasannya adalah:
Di sini, Karma Bukan Hitam Maupun Bukan Putih berarti perbuatan yang tak dapat dinyatakan sebagai baik atau burukpun keduanya, sesuatu yang netral. Suatu perbuatan yang natural, seperti berjalan, duduk, tidur dsb.
semoga bisa dimengerti yah........
-
hmmm utk kamma bukan hitam dan putih, sepertinya ada salah tangkap nih om markos.
12. "What is neither-dark-nor-bright kamma with neither-dark-nor-bright ripening that leads to the exhaustion of kamma? As to these (three kinds of kamma), any volition in abandoning the kind of kamma that is dark with dark ripening, any volition in abandoning the kind of kamma that is bright with bright ripening, and any volition in abandoning the kind of kamma that is dark-and bright with dark-and-bright ripening: this is called neither-dark-nor-bright kamma with neither-dark-nor-bright ripening.
"And what is kamma that is neither dark nor bright with neither dark nor bright result, leading to the ending of kamma? Right view, right resolve, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, right concentration. This is called kamma that is neither dark nor bright with neither dark nor bright result, leading to the ending of kamma.
Jadi "Kamma bukan gelap ataupun terang" itu bukan merujuk pada kegiatan seperti berjalan, duduk dkk, akan tetapi seperti yg tertulis pada potongan sutta diatas.
Kembali pada tentang arahant dan Kamma
"Monks, I will teach you new & old kamma, the cessation of kamma, and the path of practice leading to the cessation of kamma. Listen and pay close attention. I will speak.
"Now what, monks, is old kamma? The eye is to be seen as old kamma, fabricated & willed, capable of being felt. The ear... The nose... The tongue... The body... The intellect is to be seen as old kamma, fabricated & willed, capable of being felt. This is called old kamma.
"And what is new kamma? Whatever kamma one does now with the body, with speech, or with the intellect: This is called new kamma.
"And what is the cessation of kamma? Whoever touches the release that comes from the cessation of bodily kamma, verbal kamma, & mental kamma: This is called the cessation of kamma.
"And what is the path of practice leading to the cessation of kamma? Just this noble eightfold path: right view, right resolve, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, right concentration. This is called the path of practice leading to the cessation of kamma.
"So, monks, I have taught you new & old kamma, the cessation of kamma, and the path of practice leading to the cessation of kamma. Whatever a teacher should do — seeking the welfare of his disciples, out of sympathy for them — that have I done for you. Over there are the roots of trees; over there, empty dwellings. Practice jhana, monks. Don't be heedless. Don't later fall into regret. This is our message to you."
Jadi sang Buddha memberikan cara untuk menghentikan Kamma, orang yg telah menghentikan kamma disebut arahant. Caranya lewat jalan mulia berunsur 8.
-
dear benz,
udah konsul juga ama mentor nih.... hasilnya adalah yang disebut dengan kamma adalah 3 yang pertama, namun yang keempat tidak disebut dengan kamma, hanya disebut perbuatan saja
Perbuatan digolongkan ke dalam empat jenis, yaitu:
Perbuatan yang termasuk sebagai kamma hitam
Perbuatan yang termasuk sebagai kamma putih
Perbuatan yang termasuk campuran kamma hitam dan kamma putih, maksudnya adalah pubba cetana, munca cetana dan aparacetana-nya berbeda
Perbuatan yang netral yang tidak termasuk sebagai kamma hitam maupun kamma putih; yang ini yang dilakukan oleh Arahat dan Buddha.
anumodana atas pencerahannya, bro benz _/\_
-
thanks juga, awalnya saya ragu2x juga. Jadinya belajar bersama deh. _/\_
-
Bro Medho...ragu2nya yg di bawah ini bukan? ;D
Vicikiccha cetasika : keraguan, skeptis, faktor batin yg menimbulkan
keraguan. Sebagai satu dari rintangan batin (nivarana), vicikiccha bukan
berarti ragu terhadap Buddha, Dhamma, Sangha dan seterusnya, tetapi
merupakan sikap batin yg tidak mampu untuk memutuskan.
^:)^ ^:)^ ^:)^
_/\_ :lotus:
-
yah kira2x samalah ragu2xnya seperti sang buddha akan mengajarkan dhamma yang halus ini, sampai perlu diminta 3x oleh brahmasahampati...... *katanya* :hammer:
-
untung ga ada istilah "kualat" di buddhism ^-^
-
pake gledek juga ;D
-
kudunya benz berkunjung ke batu malin kundang di padang nih... :whistle:
kontek bro willi gih........ :P
-
wah, sambil makan "christine hakim", mantep ;D
-
Ngomong-ngomong soal keragu-raguan, ada 2 keragu-raguan, vicikiccha dan kankha
vicikiccha adalah keragu-raguan skeptis yang harus diwaspadai
vicikiccha adalah salah satu dari 5 kekotoran batin, dan salah satu belenggu yang hilang pada saat pencapaian sottapana
vicikiccha sebagai belenggu adalah keragu-raguan terhadap Buddha, Dhamma, Sangha, latihan, hal-hal di masa lalu dan masa akan datang, kondisi-kondisi (Dhs.1004; cf. A.X.71) vicikiccha di sini juga berarti apakah suatu hal itu baik atau tidak, sebaiknya dilatih atau tidak, bernilai tinggi atau rendah, dsb
menurut Vis.M. XIV, 177, vicikiccha adalah kurang keinginan untuk berpikir, punya sifat bergelombang (wavering), dan manifestasinya adalah tidak bisa mengambil keputusan dan bersifat mendua, penyebabnya adalah perhatian tidak benar terhadap hal-hal yang menjadi keragu-raguan
asosiasinya adalah satu dari 2 kelas kesadaran tidak baik yang berakar pada delusi (Tab. I, No. 32)
hanya vicikiccha yang harus diwaspadai karena secara karma tidak baik, karena hal itu melumpuhkan pemikiran dan menghambat perkembangan batin seseorang
http://www.palikanon.com/english/wtb/u_v/vicikicchaa.htm (http://www.palikanon.com/english/wtb/u_v/vicikicchaa.htm)
keragu-raguan yang beralasan, kritis tidak masalah bagi perkembangan batin
kankha bisa jadi adalah keragu-raguan intelektual, kritis, keragu-raguan psikologis atau etis
16 keragu-raguan kankha dijabarkan di Sutta (M. 2) adalah sebagai berikut :
"Have I been in the past? Or, have I not been in the past? What have I been in the past? How have I been in the past? From what state into what state did I change in the past? - Shall I be in the future? Or, shall I not be in the future? What shall I be in the future? How shall I be in the future? From what state into what state shall I change in the future? - Am I? Or, am I not? What am I? How am I? Whence has this being come? Whither will it go?"
http://www.palikanon.com/english/wtb/g_m/kankhaa.htm (http://www.palikanon.com/english/wtb/g_m/kankhaa.htm)
-
wah jadi dibahas, padahal udah ngeles :P
IMO, vicikiccha bukan seperti keragu2xan biasa, tetapi keragu-raguan atas sang jalan yg ditunjukkan oleh sang Buddha. Keragu2xan ini bukan hanya sekadar percaya tetapi sudah melihat inilah Sang Jalan sehingga hilang keragu2xan. Bukan keragu2xan atas apa yang diingat atau sejenisnya.
Ragu2x seperti tadi si bambang pakai baju warna apa yah, jenis kamma ada 3 atau 4 yah, bukan yg dimaksud vicikiccha.
-
Sori mungki OOT ^:)^
Tp gw mau nanya ni...
"vinnana adalah kesadaran, yang tetap muncul walau seseorang sudah menjadi arahat, demikian juga rekanannya seperti sanna, sankhara dan vedana"
Jd begitu avijja adalah apa???
Avijja bknkah kesadaran???Maaf jk gw slh...
Mohon diksh petunjuk...
^:)^
_/\_
-
setahu saya,
avijja adalah delusi
yg menyebabkan seorang/seekor mahkluk tidak dapat melihat kebenaran (4 kebenaran mulia, tilakhana, kamma, dll...).
-
setahu saya,
avijja adalah delusi
yg menyebabkan seorang/seekor mahkluk tidak dapat melihat kebenaran (4 kebenaran mulia, tilakhana, kamma, dll...).
Bukankah dlm patticca samupadda 12 urutan mata rantai:
Avijja paccaya sankara: Dgn adanya kesadaran,maka timbullah bentuk2 karma??
APa pendapat anda mengenai hal ini??
_/\_
-
Bukankah dlm patticca samupadda 12 urutan mata rantai:
Avijja paccaya sankara: Dgn adanya kesadaran,maka timbullah bentuk2 karma??
APa pendapat anda mengenai hal ini??
_/\_
yah begitulah...
karena ada avijja, delusi yg mengakibatkan seseorang menganggap bahwa hidup ini sukkha, adanya inti diri yg kekal, tidak ada akibat dari perbuatan,
terkondisikianlah sankhara, perbuatan yg berkehendak. seperti yg diketahui, kehendak (cetana) `inilah` yg disebut sebagai kamma. jadi sankhara ini disebut juga pembentukan kamma :)
-
Jd apakah delusi dan kesadaran itu sendiri beda????
seperti balik ke awal pertanyaan saya,"vinnana adalah kesadaran, yang tetap muncul walau seseorang sudah menjadi arahat, demikian juga rekanannya seperti sanna, sankhara dan vedana"
Jd secara spesifik vinnana dan avijja itu beda atau tidak??alasannya??
_/\_ Mohon penjelasannya...
-
vinnana dan avijja berbeda...
vinnana, adalah kesadaran, yg mengalami objek,
sedangkan avijja adalah kegelapan bathin.
lebih lanjutnya avijja ini adalah essensi dari moha (kebodohan) yg merupakan 'akar' dari segala penderitaan. salah satu bagian dari sankhara-skandha (50 faktor mental selain vedana dan sanna).
pada arahat dan Buddha, yg pasti tidak muncul adalah faktor mental yg 'akusala', lobha, dosa, moha, beserta semua turunannya...
semua panca skandha tidak muncul lagi hanya setelah parinibbana.
-
Jd apakah delusi dan kesadaran itu sendiri beda????
seperti balik ke awal pertanyaan saya,"vinnana adalah kesadaran, yang tetap muncul walau seseorang sudah menjadi arahat, demikian juga rekanannya seperti sanna, sankhara dan vedana"
Jd secara spesifik vinnana dan avijja itu beda atau tidak??alasannya??
_/\_ Mohon penjelasannya...
Vinnana = Kesadaran/citta
Sanna, sankhara, vedana = bentuk2 (faktor2) batin.
Coba klik link :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,422.0.html
Tolong perhatikan tabel cetasika (faktor2 batin) tsb.. ^:)^
Coba liat faktor2 batin Netral 13...yg umum/terdapat di semua jenis citta ada 7 :
1. Kontak (phassa)
2. Perasaan (Vedana)
3. Pencerapan (Sanna)
4. Kehendak (Cetana)
5. Konsentrasi (Ekaggata)
6. Perhatian (Manasikara)
7. Vitalitas hidup (Jivitindriya)
Avijja = Moha = Kebodohan batin/kegelapan batin...termasuk salah satu faktor batin buruk/tak bermanfaat (akusala cetasika) kelompok Moha.
Kalo faktor2 batin netral bersekutu dengan akusala cetasika maka akan menjadi akusala cetasika.
_/\_ :lotus:
-
_/\_ sekelompok massa berdebat soal rasa jeruk,satu berkata jeruk ini masam,jeruk ini manis,jeruk ini bentuknya bulat,jeruknya ini bentuknya lonjong,jeruk ini harus dikupas dari atas kemudian kebawah,jeruk ini harus langsugn dibelah dua...........jeruk ini....jeruk ini....dan jeruk ini....tapi kenapa tidak ada yang mau memakan jeruknya dan berkata ini rasa jeruk ini?
-
Mo nanya, sankhara padanan katanya yg tepat dalam bahasa Indonesianya apa ya?
dan bisa kasi contoh bentuk2 sankhara?
_/\_
-
Mo nanya, sankhara padanan katanya yg tepat dalam bahasa Indonesianya apa ya?
dan bisa kasi contoh bentuk2 sankhara?
_/\_
Dalam Pancakhanda :
Sankhara = Bentuk-bentuk (faktor2) Pikiran/Batin
Jika di hubungkan dengan Abhdihamma maka :
Sankhara = Cetasika (faktor2 batin) yang terdiri atas lima puluh macam (tidak termasuk vedana cetasika dan sanna cetasika). Bentuk2 nya bisa di lihat di tabel cetasika ( link... http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,422.0.html )
_/\_ :lotus:
-
oo baru tau nih sankhara=cetasika . Thanks mami, emang pakar Abhidhamma _/\_
-
oo baru tau nih sankhara=cetasika . Thanks mami, emang pakar Abhidhamma _/\_
seperti kata mami,
sankhara bagian dari cetasika. (bukan = )
cetasika kan ada 52 macam.
dikurangin sanna dan vedana, tinggal 50 macam.
50 macam inilah sankhara.
selain disebut sebagai bentukan mental, sankhara ini juga disebut sebagai pembentuk kamma. (dilihat dari segi pancaskandha, pabrik kamma ini yah ada di sankhara)
_/\_
-
[...]
pada arahat dan Buddha, yg pasti tidak muncul adalah faktor mental yg 'akusala', lobha, dosa, moha, beserta semua turunannya...
Apakah dalam batin Buddha & para arahat muncul "faktor mental" yang kusala ?? ... ;D
Salam,
Hudoyo
-
oo baru tau nih sankhara=cetasika . Thanks mami, emang pakar Abhidhamma _/\_
Dalam Tilakhana :
Sankhara : Perwujudan / perpaduan unsur2
Sabbe Sankhara Anicca
Sabbe Sankhara Dukkha
Itu berhubungan dengan makhluk hidup dan bukan makhluk hidup.
Contoh (bukan makhluk hidup) :
Pulpen : isinya (tinta) adalah anicca....dukkha (tidak memuaskan) bagi yg memakai
Dalam Paticcasamuppada :
Sankhara : Bentuk Karma
_/\_ :lotus:
-
[...]
pada arahat dan Buddha, yg pasti tidak muncul adalah faktor mental yg 'akusala', lobha, dosa, moha, beserta semua turunannya...
Apakah dalam batin Buddha & para arahat muncul "faktor mental" yang kusala ?? ... ;D
Salam,
Hudoyo
Pak Hudoyo...
Pada Arahat dan Buddha, bisa muncul faktor mental kusala maupun netral.
Ada 13 jenis faktor mental netral dan 25 jenis faktor mental kusala. Bisa di lihat di table cetasika http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,422.0.html
_/\_ :lotus:
-
PENGELOLAAN DHAMMA OLEH ARAHATTA
ARAHATTA mampu memusnahkan secara total (Samuccheda Pahana) yg di bawah ini :
AKUSALA KAMMAPATTHA 10 (10 SALURAN TUK BERBUAT TAK BERMANFAAT)
1. Panatipata (Membunuh)
2. Adinnadana (Mencuri)
3. Kamesumicchacara (Berbuat Asusila)
4. Musavada (Berdusta)
5. Micchaditthi (Pandangan Salah)
6. Pisunavaca (Bicara Fitnah)
7. Pharusavaca (Kata kasar)
8. Byapada (Itikat Jahat)
9. Samphappalapa (Gosip)
10. Abhijjha (Hasrat Rendah, ketamakan)
LOKA DHAMMA 8 (8 KONDISI DUNIA)
1. Alabha (Rugi)
2. Ayasa (Tidak Masyur)
3. Ninda (cela)
4. Dukkha (Penderitaan)
5. Labha (Untung)
6. Yasa (Kemasyuran)
7. Pasamsa (Pujian)
8. Sukha (kebahagiaan)
MACCHARIYA 5 (5 JENIS KEKIKIRAN)
1. Dhammamacchariya (Kekikiran terhadap kebenaran/pengetahuan/ajaran/Dhamma)
2. Vannamacchariya (Kekikiran terhadap kemasyuran/keterkenalan)
3. Labhamacchariya (Kekikiran terhadap keuntungan/rejeki)
4. Kulamacchariya (Kekikiran terhadap keluarga)
5. Avasamacchariya (Kekikiran terhadap tempat tinggal)
NIVARANA 6/7 (RINTANGAN BATIN)
1. Kukkucca (Kekhawatiran)
2. Vicikiccha (Keragu-raguan)
3. Kamaraga (Hawa nafsu, nafsu indera)
4. Byapada (Itikat Jahat)
5. Thina-Middha (Malas-Lamban)
6. Uddhaca (Kegelisahan)
7. Avijja (Kegelapan batin )
SANYOJANA 10 (10 BELENGGU)
1. Ditthi (Pandangan)
2. Vicikiccha (Keragu-raguan)
3. Silabataparamasa (Kepercayaan bahwa dengan upacara saja bisa mencapai kesucian)
4. Kamaraga (Hawa Nafsu, Nafsu Indera)
5. Patigha (Kebencian, kemarahan)
6. Ruparaga (Nafsu untuk bertubuh dengan materi/nafsu untuk lahir di alam bermateri)
7. Aruparaga (Nafsu untuk menjadi bertubuh tanpa materi/nafsu untuk lahir di alam tanpa materi)
8. Mana (kesombongan)
9. Uddhacca (Kegelisahan)
10. Avijja (Kegelapan batin)
KILESA 10 (10 KEKOTORAN BATIN)
1. Ditthi (pandangan)
2. Vicikiccha (Keragu-raguan)
3. Dosa (Kebencian)
4. Ahirika (tidak malu akan kejahatan)
5. Anottappa (tidak takut akibat perbuatan jahat)
6. Thina (Kemalasan)
7. Uddhacca (Kegelisahan)
8. Mana (kesombongan)
9. Moha (kebodohan batin, kegelapan batin)
10. Lobha (Keserakahan)
MICCHATTA DHAMMA 10 (10 KEKELIRUAN)
1. Miccha-ditthi (Pengertian keliru)
2. Miccha-Vaca (Ucapan salah)
3. Miccha-Kammanta (Perbuatan jasmani salah)
4. Miccha-Avijja (Penghidupan salah)
5. Miccha-Sankhappa (Pikiran salah)
6. Miccha-Vayama (Daya upaya salah)
7. Miccha-Sati (Perhatian salah)
8. Miccha-Samadhi (Konsentrasi salah)
9. Miccha-Nana (Pengetahuan salah)
10. Miccha-Vimutti (Pembebasan salah)
VIPALLASA DHAMMA 12 (12 KESEMUAN)
1. Nicca-Sanna (Persepsi/pencerapan tentang segalanya kekal)
2. Nicca-Citta (Pemikiran tentang segalanya kekal)
3. NicchaDitthi (Pandangan/paham tentang segalanya kekal)
4. Atthasanna (Persepsi/pencerapan tentang sesuatu mengandung inti kekal/atta)
5. Attacitta (Pemikiran tentang sesuatu mengandung inti kekal/atta)
6. Atthaditthi (Pandangan/paham tentang sesuatu mengandung inti kekal/atta)
7. Sukhaditthi (Pandangan bahwa segala sesuatu itu menggembirakan)
8. Subhaditth (Pandangan bahwa segala sesuatu itu indah) i
9. Subhasanna (Persepsi/pencerapan bahwa segala sesuatu itu indah)
10. Subhacitta (Pemikiran bahwa segala sesuatu itu indah)
11. Sukhasanna (Persepsi/pecerapan bahwa segala sesuatu itu menggembirakan)
12. Sukhacitta (Pemikiran bahwa segala sesuatu itu menggembirakan)
AKUSALA DHAMMA 12 (12 DHAMMA TAK BERMANFAAT)
1. Ditthigatasampayutta 4 (4 jenis Citta yg bersekutu dengan pandangan keliru)
2. Ditthigatavippayutta 4 (4 jenis Citta yang tidak bersekutu dengan pandangan keliru)
3. Dosamulacitta 2 (2 jenis Citta yang dipimpin oleh kebencian)
4. Vicikiccha-sampayutta 1 (1 jenis Citta yang dipimpin oleh keraguan-raguan)
5. Uddhaccasampayutta 1 (1 jenis Citta yang dipimpin oleh kegelisahan)
_/\_ :lotus:
-
Jadi penggunaan kata sankhara tergantung kondisinya ya? misal dalam konteks tilakhana, paticasamupada dan abhidhamma CMIIW.
_/\_
-
[...]
pada arahat dan Buddha, yg pasti tidak muncul adalah faktor mental yg 'akusala', lobha, dosa, moha, beserta semua turunannya...
Apakah dalam batin Buddha & para arahat muncul "faktor mental" yang kusala ?? ... ;D
Salam,
Hudoyo
menurut (spekulasi) saya,
iya,
yg muncul adalah sobhana cetasika (faktor mental yg indah?)
- kenapa faktor mental yg indah ya? bukan yg bermanfaat?
- kenapa 'metta' tidak ada dalam daftar faktor mental yah?
- kenapa alobha, bukan dana? (jelas tidak serakah belum tentu murah hati seperti translate-an skr...)
- kenapa adosa, bukan metta (jelas tidak ada kebencian/penolakan belum tentu 'cinta' seperti translate-an skr...)
???
-
Iya ko2 tesla...
Maaf kan saya setulus2nya ^:)^
Gw td br liat buku...
Rupanya avijja=kebodohan(ketdktahuan)
Sedangkan vannana adalah kesadaran
;D
Sorry banget ya...
_/\_ Terima kasih jg atas jawab2nya...
-
gpp kok, ini kan tempat diskusi ;D
senang bisa membantu _/\_
-
Iya ko2 tesla...
Maaf kan saya setulus2nya ^:)^
Gw td br liat buku...
Rupanya avijja=kebodohan(ketdktahuan)
Sedangkan vannana adalah kesadaran
;D
Sorry banget ya...
_/\_ Terima kasih jg atas jawab2nya...
Bro Riky...
Sori...mau koreksi dikit...
Yg benar Vinnana... bukan vannana...
_/\_ :lotus:
-
Ops....
Thanks ci2 lily...
Hehe,vinnana..Sep thanks ya da diperhatiin posting gw..
Thanks jg ma ko2 tesla...
_/\_
-
Ada 9 hal yg secara alamiah tak mampu dilakukan oleh seorang arahat: menyimpan kepemilikan, secara sengaja membunuh bentuk kehidupan apapun,mencuri, melakukan hubungan seksual, mengatakan kebohongan yg disengaja, dan bertindak tidak pantas karena nafsu,karena niat buruk, karena delusi,atau karena rasa takut (Angutara Nikaya IX,7).
Sebagai contoh,karena nafsu indrawi telah sepenuhnya teratasi,tak ada lagi percikan api yg tersisa untuk memantik nafsu seks. Semua Arahanta "betul-betul impoten"
Lebih Jauh, para Arahanta telah membasmi, sekali untuk selamanya, tiga jenis kesombongan(mana): "aku lebih buruk"; dan "aku setara". Di dalam
ajaran Buddha, bahkan perendahan diri seperti "aku payah" dipandang sebagai kesombongan dalam bentuk kebalikannya. Para Arahanta, sudah menjadi bawaanya, tidak mampu lagi mempersepsi dalam kerangka "aku"(Samyuta Nikaya 22,89). Mereka memandang tubuh dan pikiran sebagai proses impersonal. Bagi mereka, tidaklah beralasan membandingkan sebuah proses dengan proses lainnya seperti halnya membandingkan nilai sepotong kayu dengan sebutir mangga.
Berkaitan dengan 3 bentuk kesombongan, hanya pada pencerahan penuhlah semua perbandingan pribadi padam.
Kontroversi2 lama dan merepotkan, seperti apakah seorang Arahat lebih tinggi daripada Bodhisatva ataukah sebaliknya, semuanya lenyap. Seorang Arahat menjalani hidup kebenaran, yg tanpa inti diri, melampui ukuran2 semacam itu. Elitisme bukanlah bagian dari pencerahan penuh. Demikianlah kita dapat mengharapkan kerendahan hati sejati dari seorang Arahat, seperti yg ditunjukan oleh kisah berikut.
Bhikkhu Sariputta adalah seorang Arahat terkemuka, diakui semua orang sebagai luar biasa bijaksana. Suatu pagi beliau pergi utk menerima dana makanan dgn mengenakan jubah yg tidak rapi. Seorang samanera cilik memergoki hal itu dan secara terbuka mengingatkan bhikkhu agung tersebut. Alih-alih menanggapi dengan sesuatu seperti "Emangnya kamu siapa, anak kecil, berani2nya menegur aku!" dengan tenang Bhikkhu Sariputta memeriksa untuk melihat apakah beliau memang tidak mengenakan jubah dengan rapi. Melihat bahwa ternyata benar adanya, Bhikkhu Sariputa pergi ke balik semak, merapikan jubahnya lantas muncul kembali untuk berterima kasih kepada samanera cilik itu, memuji hormat anak itu sebagai "guru saya" Itulah kerendahan hati nan anggun, sebuah ciri seorang Arahat (Th-a 2,116)
Sumber buku: Mindfulness, Bliss, And Beyond
Penulis : Ajahn Brahm
_/\_
saya sedang mengira -ira apa manfaat 'org2' spt itu bagi dunia!
ada masukan utk hal ini?
ika.
-
Ada 9 hal yg secara alamiah tak mampu dilakukan oleh seorang arahat: menyimpan kepemilikan, secara sengaja membunuh bentuk kehidupan apapun,mencuri, melakukan hubungan seksual, mengatakan kebohongan yg disengaja, dan bertindak tidak pantas karena nafsu,karena niat buruk, karena delusi,atau karena rasa takut (Angutara Nikaya IX,7).
Sebagai contoh,karena nafsu indrawi telah sepenuhnya teratasi,tak ada lagi percikan api yg tersisa untuk memantik nafsu seks. Semua Arahanta "betul-betul impoten"
Lebih Jauh, para Arahanta telah membasmi, sekali untuk selamanya, tiga jenis kesombongan(mana): "aku lebih buruk"; dan "aku setara". Di dalam
ajaran Buddha, bahkan perendahan diri seperti "aku payah" dipandang sebagai kesombongan dalam bentuk kebalikannya. Para Arahanta, sudah menjadi bawaanya, tidak mampu lagi mempersepsi dalam kerangka "aku"(Samyuta Nikaya 22,89). Mereka memandang tubuh dan pikiran sebagai proses impersonal. Bagi mereka, tidaklah beralasan membandingkan sebuah proses dengan proses lainnya seperti halnya membandingkan nilai sepotong kayu dengan sebutir mangga.
Berkaitan dengan 3 bentuk kesombongan, hanya pada pencerahan penuhlah semua perbandingan pribadi padam.
Kontroversi2 lama dan merepotkan, seperti apakah seorang Arahat lebih tinggi daripada Bodhisatva ataukah sebaliknya, semuanya lenyap. Seorang Arahat menjalani hidup kebenaran, yg tanpa inti diri, melampui ukuran2 semacam itu. Elitisme bukanlah bagian dari pencerahan penuh. Demikianlah kita dapat mengharapkan kerendahan hati sejati dari seorang Arahat, seperti yg ditunjukan oleh kisah berikut.
Bhikkhu Sariputta adalah seorang Arahat terkemuka, diakui semua orang sebagai luar biasa bijaksana. Suatu pagi beliau pergi utk menerima dana makanan dgn mengenakan jubah yg tidak rapi. Seorang samanera cilik memergoki hal itu dan secara terbuka mengingatkan bhikkhu agung tersebut. Alih-alih menanggapi dengan sesuatu seperti "Emangnya kamu siapa, anak kecil, berani2nya menegur aku!" dengan tenang Bhikkhu Sariputta memeriksa untuk melihat apakah beliau memang tidak mengenakan jubah dengan rapi. Melihat bahwa ternyata benar adanya, Bhikkhu Sariputa pergi ke balik semak, merapikan jubahnya lantas muncul kembali untuk berterima kasih kepada samanera cilik itu, memuji hormat anak itu sebagai "guru saya" Itulah kerendahan hati nan anggun, sebuah ciri seorang Arahat (Th-a 2,116)
Sumber buku: Mindfulness, Bliss, And Beyond
Penulis : Ajahn Brahm
_/\_
Lebih Jauh, para Arahanta telah membasmi, sekali untuk selamanya, tiga jenis kesombongan(mana): "aku lebih buruk"; dan "aku setara". Di dalam
Apakah seorang Arahanta masih "peduli" terhadap cara pemakaian bajunya?
Dengan begitu apakah seorang Arahanta masih tercelakan?
Salam hangat,
Riky
-
Ada 9 hal yg secara alamiah tak mampu dilakukan oleh seorang arahat: menyimpan kepemilikan, secara sengaja membunuh bentuk kehidupan apapun,mencuri, melakukan hubungan seksual, mengatakan kebohongan yg disengaja, dan bertindak tidak pantas karena nafsu,karena niat buruk, karena delusi,atau karena rasa takut (Angutara Nikaya IX,7).
Sebagai contoh,karena nafsu indrawi telah sepenuhnya teratasi,tak ada lagi percikan api yg tersisa untuk memantik nafsu seks. Semua Arahanta "betul-betul impoten"
Lebih Jauh, para Arahanta telah membasmi, sekali untuk selamanya, tiga jenis kesombongan(mana): "aku lebih buruk"; dan "aku setara". Di dalam
ajaran Buddha, bahkan perendahan diri seperti "aku payah" dipandang sebagai kesombongan dalam bentuk kebalikannya. Para Arahanta, sudah menjadi bawaanya, tidak mampu lagi mempersepsi dalam kerangka "aku"(Samyuta Nikaya 22,89). Mereka memandang tubuh dan pikiran sebagai proses impersonal. Bagi mereka, tidaklah beralasan membandingkan sebuah proses dengan proses lainnya seperti halnya membandingkan nilai sepotong kayu dengan sebutir mangga.
Berkaitan dengan 3 bentuk kesombongan, hanya pada pencerahan penuhlah semua perbandingan pribadi padam.
Kontroversi2 lama dan merepotkan, seperti apakah seorang Arahat lebih tinggi daripada Bodhisatva ataukah sebaliknya, semuanya lenyap. Seorang Arahat menjalani hidup kebenaran, yg tanpa inti diri, melampui ukuran2 semacam itu. Elitisme bukanlah bagian dari pencerahan penuh. Demikianlah kita dapat mengharapkan kerendahan hati sejati dari seorang Arahat, seperti yg ditunjukan oleh kisah berikut.
Bhikkhu Sariputta adalah seorang Arahat terkemuka, diakui semua orang sebagai luar biasa bijaksana. Suatu pagi beliau pergi utk menerima dana makanan dgn mengenakan jubah yg tidak rapi. Seorang samanera cilik memergoki hal itu dan secara terbuka mengingatkan bhikkhu agung tersebut. Alih-alih menanggapi dengan sesuatu seperti "Emangnya kamu siapa, anak kecil, berani2nya menegur aku!" dengan tenang Bhikkhu Sariputta memeriksa untuk melihat apakah beliau memang tidak mengenakan jubah dengan rapi. Melihat bahwa ternyata benar adanya, Bhikkhu Sariputa pergi ke balik semak, merapikan jubahnya lantas muncul kembali untuk berterima kasih kepada samanera cilik itu, memuji hormat anak itu sebagai "guru saya" Itulah kerendahan hati nan anggun, sebuah ciri seorang Arahat (Th-a 2,116)
Sumber buku: Mindfulness, Bliss, And Beyond
Penulis : Ajahn Brahm
_/\_
saya sedang mengira -ira apa manfaat 'org2' spt itu bagi dunia!
ada masukan utk hal ini?
ika.
Ika yang baik,saya melihat manusia sebagai berikut :
1.Manusia yang berguna bagi dirinya sendiri tetapi merugikan orang lain...
2.Manusia yang berguna bagi dirinya sendiri dan menguntungkan orang lain..
3.Manusia yang berguna bagi dirinya sendiri..
Dan saya melihat type manusia yang ke 3 dalam pandangan saya,tidak mengganggu dunia,daripada type manusia yang 1...Menurut pendapat anda?
Salam hangat,
Riky
-
pertanyaan bro ika,
saya sedang mengira -ira apa manfaat 'org2' spt itu bagi dunia!
ada masukan utk hal ini?
Mamfaatnya banyak bro Ika,
Bro Ika belum punya parami untuk bertemu dengan seorang ARAHAT, jadi ndak tahu.
Kalau Bro Ika suatu hari paraminya udah cukup, kemudian dapat bertemu seorang Arahat baru merasain mamfaatnya.
_/\_
-
pertanyaan bro ika,
saya sedang mengira -ira apa manfaat 'org2' spt itu bagi dunia!
ada masukan utk hal ini?
Mamfaatnya banyak bro Ika,
Bro Ika belum punya parami untuk bertemu dengan seorang ARAHAT, jadi ndak tahu.
Kalau Bro Ika suatu hari paraminya udah cukup, kemudian dapat bertemu seorang Arahat baru merasain mamfaatnya.
_/\_
yah.. boleh juga lah..
nga usah merasakan arahat deh..
kita kan juga bisa menjadi arahat..
rasakanlah pikiran dan hati sendiri..
jangan merasakan yang punya orang lain..
sekalipun arahat...
:P
_/\_