//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: VINAYA PITAKA 5 (PTS), CULLAVAGGA  (Read 54057 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
VINAYA PITAKA 5 (PTS), CULLAVAGGA
« on: 06 March 2012, 06:17:29 PM »
Berikut ini adalah terjemahan Vinaya Pitaka V, Cullavagga, bersumber dari Pali Text Society.

diterjemahkan apa adanya, termasuk gaya bahasa yg kaku khas PTS.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: VINAYA PITAKA 5 (PTS), CULLAVAGGA (BAB I)
« Reply #1 on: 06 March 2012, 06:20:35 PM »
CULLAVAGGA
Tindakan Resmi


Terpujilah Sang Bhagavā, Yang Sempurna, Yang Tercerahkan Sempurna

Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī di hutan Jeta di Vihara Anāthapindika. Pada saat itu para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka  dan yang adalah pembuat pertikaian, pembuat pertengkaran, pembuat perdebatan, pembuat perselisihan, pembuat pertanyaan resmi kepada Saṅgha,  setelah mendekati para bhikkhu yang juga adalah pembuat pertikaian … pembuat pertanyaan resmi kepada Saṅgha, berkata kepada mereka sebagai berikut: “Tidakkah kalian, Yang Mulia, membiarkan orang ini mengalahkan  kalian; berdebat keras dan lama, karena kalian lebih bijaksana dan lebih berpengalaman dan mendengar lebih banyak dan lebih cerdas daripada dia, jangan takut padanya, dan kami akan memihak kalian.” Karena ini, bukan saja memunculkan pertikaian yang belum ada sebelumnya, tetapi juga pertikaian yang telah ada menjadi meningkat dan membesar. ||1||

Para bhikkhu lain merendahkan, mengkritik, menyebarkan dengan mengatakan: “Bagaimana mungkin para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka dan yang adalah pembuat pertikaian, pembuat pertengkaran, pembuat perdebatan, pembuat perselisihan, pembuat pertanyaan resmi kepada Saṅgha, setelah mendekati para bhikkhu yang juga adalah pembuat pertikaian … pembuat pertanyaan resmi kepada Saṅgha, berkata kepada mereka sebagai berikut: ‘Tidakkah kalian … dan kami akan memihak kalian.’ Karena ini … tetapi juga pertikaian yang telah ada menjadi meningkat dan membesar.” Kemudian para bhikkhu ini mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Kemudian Sang Bhagavā pada kesempatan ini, sehubungan dengan hal ini, setelah mengumpulkan para bhikkhu, bertanya kepada para bhikkhu: “Benarkah, dikatakan, para bhikkhu, bahwa para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka [1] dan yang adalah pembuat pertikaian … setelah mendekati para bhikkhu yang juga adalah pembuat pertikaian … berkata kepada mereka sebagai berikut: ‘Tidakkah kalian … dan kami akan memihak kalian’? Dan karena ini … tetapi juga pertikaian yang telah ada menjadi meningkat dan membesar?”

“Benar, Bhagavā.” Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā, menegur mereka dengan mengatakan:

“Tidaklah sewajarnya, para bhikkhu, tidaklah sepantasnya bagi orang-orang dungu ini, tidaklah tepat, tidaklah selayaknya seorang petapa, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin, para bhikkhu, orang-orang dungu ini yang adalah pebuat pertikaian … pembuat pertanyaan resmi kepada Saṅgha, berkata: ‘Tidakkah kalian … dan kami akan memihak kalian.’? Dan karena ini … tetapi juga pertikaian yang telah ada menjadi meningkat dan membesar. Itu bukanlah, para bhikkhu, untuk menyenangkan mereka yang tidak senang juga bukan untuk meningkatkan jumlah dari mereka yang senang, tetapi, para bhikkhu, itu membuat mereka yang senang serta tidak senang menjadi tidak senang, dan ini menyebabkan keraguan dalam beberapa orang.” ||2||

Kemudian Sang Bhagavā, setelah menegur para bhikkhu ini, setelah dalam berbagai cara mencela sulitnya menyokong dan memelihara diri sendiri, mencela keinginan yang banyak, mencela kurangnya kepuasan, mencela kemelekatan (pada rintangan), mencela kelambanan; setelah dalam berbagai cara memuji mudahnya menyokong dan memelihara diri sendiri, memuji keinginan yang sedikit, memuji kepuasan, memuji penghapusan (kejahatan), memuji kehati-hatian, memuji keramahan, memuji pengurangan (rintangan), memuji pengerahan usaha,  setelah membabarkan khotbah mengenai apa yang selayaknya, mengenai apa yang sepantasnya untuk mereka, berkata kepada para bhikkhu:

“Baiklah sekarang, para bhikkhu, Saṅgha harus memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman  terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka. ||3||

“Dan beginilah, para bhikkhu, hal itu dilakukan; pertama, para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka harus dikecam; setelah mengecam mereka, mereka harus diminta untuk mengingat; setelah ingat, mereka harus dituduh melakukan pelanggaran; setelah menuduh mereka atas suat pelanggaran, Saṅgha harus diberitahu oleh seorang bhikkhu yang berpengalaman dan berkompeten, dengan mengatakan: ‘Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka ini yang adalah pembuat pertikaian … pembuat pertanyaan resmi kepada Saṅgha, setelah mendekati para bhikkhu yang juga adalah pembuat pertikaian … pembuat pertanyaan resmi kepada Saṅgha, berkata kepada mereka sebagai berikut: “Tidakkah kalian … dan kami akan memihak kalian.” Karena ini, bukan saja memunculkan pertikaian yang belum ada sebelumnya, tetapi juga pertikaian yang telah ada menjadi meningkat dan membesar.  Jika baik menurut Saṅgha, maka Saṅgha harus memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka. Ini adalah usul. Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka ini yang adalah pembuat pertikaian … menjadi meningkat dan membesar. Saṅgha memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka. Jika tindakan (resmi) pengecaman terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka sesuai keinginan Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Dan untuk kedua kalinya, saya menyampaikan persoalan ini … Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini: Yang Mulia, mohon Sangha mendengarkan saya. Para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka ini yang adalah pembuat pertikaian … ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Tindakan (resmi) pengecaman terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka dilakukan oleh Saṅgha. Ini sesuai keinginan Sangha, karena itu Sangha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||4||1|| [2]

“Para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi tidak sah dan tidak sah secara disiplin dan merupakan yang sulit diselesaikan: (yaitu) jika dilakukan tanpa kehadiran,  jika dilakukan ketika tidak ada interogasi, jika dilakukan tanpa pernyataan.  Para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi tidak sah dan tidak sah secara disiplin dan merupakan yang sulit diselesaikan. Dan, para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas lainnya ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi … dan merupakan yang sulit diselesaikan: (yaitu) jika dilakukan ketika tidak ada pelanggaran, jika dilakukan atas suatu pelanggaran yang tidak memerlukan adanya pengakuan,  jika dilakukan atas suatu pelanggaran yang telah diakui. Para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi tidak sah dan tidak sah secara disiplin dan merupakan yang sulit diselesaikan. Dan, para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas lainnya ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi … dan merupakan yang sulit diselesaikan: (yaitu) jika dilakukan tanpa terlebih dulu menegurnya, jika dilakukan tanpa terlebih dulu membuatnya mengingat, jika dilakukan tanpa terlebih dulu menuduhnya atas suatu pelanggaran. Para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi tidak sah dan tidak sah secara disiplin dan merupakan yang sulit diselesaikan. Dan, para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas lainnya ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi … dan merupakan yang sulit diselesaikan: (yaitu) jika dilakukan tanpa kehadiran, jika dilakukan tidak menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang tidak lengkap. Para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi tidak sah dan tidak sah secara disiplin dan merupakan yang sulit diselesaikan. Dan, para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas lainnya ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi … dan merupakan yang sulit diselesaikan: (yaitu) jika dilakukan ketika tidak ada  interogasi, jika dilakukan tidak menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang tidak lengkap. Para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi tidak sah dan tidak sah secara disiplin dan merupakan yang sulit diselesaikan. Dan, para bhikkhu, jika terdapat tiga kualitas lainnya ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi … dan merupakan yang sulit diselesaikan: (yaitu) jika dilakukan tanpa pernyataan, jika dilakukan tidak menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang tidak lengkap … jika dilakukan ketika tidak ada pelanggaran, jika dilakukan tidak menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang tidak lengkap … jika dilakukan atas pelanggaran yang tidak memerlukan adanya pengakuan, jika dilakukan tidak menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang tidak lengkap …jika dilakukan atas pelanggaran yang telah diakui, jika dilakukan tidak menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang tidak lengkap … jika dilakukan tanpa terlebih dulu menegurnya, jika dilakukan tidak menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang tidak lengkap … jika dilakukan tanpa terlebih dulu membuatnya mengingat, jika dilakukan tidak menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang tidak lengkap … jika dilakukan tanpa terlebih dulu menuduhnya telah melakukan pelanggaran, jika dilakukan tidak menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang tidak lengkap. Jika, para bhikkhu, suatu tindakan (resmi) pengecaman memiliki tiga kualitas ini maka suatu tindakan (formal) pengecaman menjadi tidak sah dan tidak sah secara disiplin dan merupakan yang sulit diselesaikan. ||1||

Demikianlah dua belas kasus tindakan (resmi) yang tidak sah. ||2||

“Para bhikkhu, jika memiliki tiga kualitas maka suatu tindakan (resmi) pengecaman menjadi suatu tindakan (resmi) yang sah dan suatu tindakan (resmi) yang sah secara disiplin dan merupakan yang mudah diselesaikan: (yaitu) jika dilakukan dengan kehadiran, jika dilakukan ketika ada interogasi, jika dilakukan dengan pernyataan. Para bhikkhu, jika memiliki tiga kualitas ini … mudah diselesaikan. Dan, para bhikkhu, jika memiliki tiga kualiats lainnya ini … mudah diselesaikan: (yaitu) jika dilakukan ketika ada pelanggaran, jika dilakukan ketika ada pelanggaran yang menuntut adanya pengakuan, [3] jika dilakukan ketika ada pelanggaran yang belum diakui … jika dilakukan setelah menegurnya, jika dilakukan setelah membuatnya mengingat, jika dilakukan setelah menuduhnya atas suatu pelanggaran … jika dilakukan dengan kehadiran, jika dilakukan menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang lengkap … jika dilakukan ketika ada interogasi, jika dilakukan menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang lengkap … jika dilakuken dengan pernyataan, jika dilakukan menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang lengkap … jika dilakukan ketika ada pelanggaran, jika dilakukan menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang lengkap … jika dilakukan ketika ada pelanggaran yang menuntut adanya pengakuan, jika dilakukan menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang lengkap … jika dilakukan ketika ada pelanggaran yang belum diakui, jika dilakukan menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang lengkap … jika dilakukan setelah menegurnya, jika dilakukan menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang lengkap … jika dilakukan setelah membuatnya mengingat, jika dilakukan menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang lengkap … jika dilakukan setelah menuduhnya atas suatu pelanggaran, jika dilakukan menuruti aturan, jika dilakukan oleh kelompok yang lengkap. Jika, para bhikkhu, suatu tindakan (resmi) pengecaman memiliki tiga kualitas ini maka suatu tindakan (resmi) pengecaman menjadi suatu tindakan (resmi) yang sah dan suatu tindakan (resmi) yang sah secara disiplin dan merupakan yang mudah diselesaikan. ||1||

Demikianlah dua belas kasus tindakan (resmi) yang tidak sah. ||3||

“Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas, maka Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadapnya: jika ia adalah seorang pembuat pertikaian, seorang pembuat pertengkaran, seorang pembuat perselisihan, seorang pembuat perdebatan, seorang pembuat pertanyaan resmi kepada Saṅgha; jika ia dungu, tidak berpengalaman, banyak melakukan pelanggaran, tidak meninggalkannya ; jika ia menetap bersama dengan para perumah tangga dalam pergaulan yang tidak selayaknya dengan para perumah tangga.  Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas ini, maka Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadapnya. Dan, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas lainnya, maka Saṅgha … terhadapnya: jika, sehubungan dengan kebiasaan bermoral, ia jatuh dari kebiasaan bermoral ; jika, sehubungan dengan kebiasaan baik, ia jatuh dari kebiasaan baik; jika, sehubungan dengan pandangan (benar), ia jatuh dari pandangan (benar). Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki … terhadapnya. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas lainnya, maka Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadapnya: jika ia mencela Yang Tercerahkan, jika ia mencela dhamma, jika ia mencela Saṅgha. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas, maka Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadapnya. ||1||

Para bhikkhu jika Saṅgha menghendaki, Saṅgha boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadap tiga (jenis) bhikkhu: terhadap seorang pembuat pertikaian … seorang pembuat pertanyaan resmi kepada Saṅgha; terhadap seorang dungu, tidak berpengalaman, banyak melakukan pelanggaran, tidak meninggalkannya; terhadap seorang menetap bersama dengan para perumah tangga dalam pergaulan yang tidak selayaknya dengan para perumah tangga. Para bhikkhu jika Saṅgha menghendaki, Saṅgha boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadap tiga (jenis) bhikkhu ini. Dan, para bhikkhu, jika Saṅgha menghendaki, Saṅgha boleh melakukan … terhadap tiga (jenis) bhikkhu lainnya: terhadap seorang yang, sehubungan dengan kebiasaan bermoral, ia jatuh dari kebiasaan bermoral; terhadap seorang yang, sehubungan dengan kebiasaan baik, ia jatuh dari kebiasaan baik; terhadap seorang yang, sehubungan dengan pandangan (benar), ia jatuh dari pandangan (benar). Para bhikkhu, jika Saṅgha menghendaki … terhadap tiga (jenis) bhikkhu ini. Dan, para bhikkhu, jika Saṅgha menghendaki, Saṅgha boleh melakukan … terhadap tiga (jenis) bhikkhu lainnya: [4] terhadap seorang yang mencela Yang Tercerahkan, terhadap seorang yang mencela dhamma, terhadap seorang yang mencela Saṅgha. Para bhikkhu jika Saṅgha menghendaki, Saṅgha boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadap tiga (jenis) bhikkhu ini. ||2||

Demikianlah enam kasus jika menghendaki. ||4||

“Para bhikkhu, ketika suatu tindakan (resmi) pengecaman telah dilakukan terhadap seorang bhikkhu, ia harus berperilaku selayaknya. Ini adalah perilaku  selayaknya dalam kasus ini : ia tidak boleh menahbiskan, ia tidak boleh memberikan bimbingan,  samaṇera tidak boleh melayaninya,  penunjukan dirinya untuk menasihati bhikkhunã  tidak boleh diterima, dan bahkan jika ia ditunjuk, para bhikkhunã tidak boleh dinasihati (olehnya), ia tidak boleh melakukan pelanggaran (yang sama) yang karenanya suatu tindakan (resmi) pengecaman dilakukan oleh Saṅgha terhadapnya, juga tidak melakukan pelanggaran lain yang serupa, juga tidak melakukan pelanggaran yang lebih berat, ia tidak boleh mengkritik suatu tindakan (resmi),  ia tidak boleh mengkritik mereka yang memberlakukan tindakan (resmi), ia tidak boleh menangguhkan pelaksanaan Uposatha seorang bhikkhu biasa,  ia tidak boleh menangguhkan Undangannya,  ia tidak boleh menurunkan perintah,  ia tidak boleh meminta izin untuk pergi, ia tidak boleh menetapkan kekuasaan,  ia tidak boleh menegur,  ia tidak boleh mengingatkan, ia tidak boleh bertengkar  dengan para bhikkhu.” ||1||

Demikianlah Delapan belas Pelaksanaan sehubungan dengan tindakan (resmi) pengecaman. ||5||

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: VINAYA PITAKA 5 (PTS), CULLAVAGGA (BAB I)
« Reply #2 on: 06 March 2012, 06:25:55 PM »
Kemudian Saṅgha memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka. Para bhikkhu ini, ketika tindakan (resmi) pengecaman telah dilakukan terhadap mereka oleh Saṅgha, berperiaku selayaknya, menjadi lebih baik, memperbaiki sikap mereka, dan setelah menghadap para bhikkhu, mereka berkata: “Kami, Yang Mulia, yang telah menerima tindakan (resmi) pengecaman yang dilakukan oleh Saṅgha, telah berperilaku selayaknya, kami menjadi lebih baik, kami memperbaiki sikap kami. Sekarang, peraturan apakah yang harus kami ikuti?” mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata: “Baiklah, para bhikkhu, Saṅgha harus mencabut tindakan (resmi) pengecaman terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka. ||1||

“Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas maka suatu tindakan (resmi) pengecaman tidak boleh dicabut: jika ia menahbiskan, jika ia memberikan bimbingan, jika seorang samaṇera melayaninya, jika ia menerima penunjukan untuk menasihati para bhikkhunã, jika ia menasihati para bhikkhunã walaupun ditunjuk. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas ini maka suatu tindakan (resmi) pengecaman tidak boleh dicabut. Dan, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas lainnya maka suatu tindakan (resmi) pengecaman tidak boleh dicabut: jika ia melakukan pelanggaran (yang sama) yang karenanya suatu tindakan (resmi) pengecaman dilakukan terhadapnya oleh Saṅgha, atau pelanggaran lain yang serupa, atau pelanggaran yang lebih berat, jika ia mengkritik tindakan (resmi), jika ia mengkritik mereka yang memberlakukan tindakan (resmi). Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas ini maka suatu tindakan (resmi) pengecaman tidak boleh dicabut.

“Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki delapan kualitas ini maka suatu tindakan (resmi) pengecaman tidak boleh dicabut: jika ia menangguhkan pelaksanaan Uposatha seorang bhikkhu biasa, jika ia menangguhkan Undangannya, jika ia menurunkan perintah, jika ia menetapkan kekuasaan, jika ia meminta izin untuk pergi, jika ia menegur, jika ia mengingatkan, jika ia bertengkar dengan para bhikkhu.” ||2||

Demikianlah Delapan belas kasus di mana (suatu Tindakan Resmi Pengecaman) tidak boleh dicabut ||6||

“Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas maka suatu tindakan (resmi) pengecaman boleh dicabut: jika ia tidak menahbiskan, jika ia tidak memberikan bimbingan, jika seorang samaṇera tidak melayaninya, jika ia tidak menerima penunjukan untuk menasihati para bhikkhunã, jika ia tidak menasihati para bhikkhunã walaupun ditunjuk. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki … boleh dicabut. Dan, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas lainnya maka suatu tindakan (resmi) pengecaman boleh dicabut: jika ia tidak melakukan pelanggaran (yang sama) yang karenanya suatu tindakan (resmi) pengecaman dilakukan terhadapnya oleh Saṅgha, juga tidak melakukan pelanggaran lain yang serupa, juga tidak melakukan pelanggaran yang lebih berat, jika ia tidak mengkritik tindakan (resmi), jika ia tidak mengkritik mereka yang memberlakukan tindakan (resmi). Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu … boleh dicabut.

“Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki delapan kualitas ini maka suatu tindakan (resmi) pengecaman boleh dicabut: jika ia tidak menangguhkan pelaksanaan Uposatha seorang bhikkhu biasa, jika ia tidak menangguhkan Undangannya, jika ia tidak menurunkan perintah, jika ia tidak menetapkan kekuasaan, jika ia tidak meminta izin untuk pergi, jika ia tidak menegur, jika ia tidak mengingatkan, jika ia tidak bertengkar dengan para bhikkhu. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki delapan kualitas ini maka suatu tindakan (resmi) pengecaman  boleh dicabut.” ||1||

Demikianlah Delapan belas kasus di mana (suatu Tindakan Resmi Pengecaman) boleh dicabut ||7||

“Dan baginilah, para bhikkhu, pencabutan itu dilakukan: para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka, setelah menghadap Saṅgha, setelah (masing-masing) merapikan jubahnya di salah satu bahunya, setelah bersujud di kaki para bhikkhu senior, setelah duduk bersila, setelah merangkapkan tangannya, harus berkata: ‘Suatu tindakan (resmi) pengecaman, Yang Mulia, telah dilakukan terhadap kami oleh Saṅgha; tetapi kami telah berperilaku selayaknya, kami menjadi lebih baik, kami memperbaiki sikap kami; dan kami memohon pencabutan tindakan (resmi) pengecaman’. Dan untuk ke dua kalinya permohonan diajukan… dan untuk ke tiga kalinya permohonan diajukan … Saṅgha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan mengatakan: ||1||

“Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Para bhikkhu ini, pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka, yang kepada mereka suatu tindakan (resmi) pengecaman telah dilakukan oleh Saṅgha, telah berperilaku selayaknya, mereka menjadi lebih baik, mereka memperbaiki sikap mereka, [6] dan mereka memohon pencabutan tindakan (resmi) pengecaman. Jika baik menurut Saṅgha, maka Saṅgha harus mencabut tindakan (resmi) pengecaman terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka. Ini adalah usul. Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Para bhikkhu ini, pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka, yang kepada mereka suatu tindakan (resmi) pengecaman telah dilakukan oleh Saṅgha, telah berperilaku selayaknya, mereka menjadi lebih baik, mereka memperbaiki sikap mereka, dan mereka memohon pencabutan tindakan (resmi) pengecaman. Saṅgha mencabut tindakan (resmi) pengecaman terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka. Jika pencabutan tindakan (resmi) pengecaman terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka ini sesuai dengan keinginan Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Dan untuk kedua kalinya, saya menyampaikan persoalan ini … Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini … silahkan berbicara. Tindakan (resmi) pengecaman dicabut oleh Saṅgha terhadap para bhikkhu pengikut Paṇḍuka dan Lohitaka. Ini sesuai keinginan Sangha, karena itu Sangha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||2||8||

Demikianlah Tindakan (Resmi) Pertama : Pengecaman

Pada saat itu Yang Mulia Seyyasaka  adalah seorang dungu, tidak berpengalaman, banyak melakukan pelanggaran, tidak meninggalkannya; ia menetap bersama para perumah tangga dalam pergaulan yang tidak selayaknya dengan para perumah tangga.  Sedemikian sehingga para bhikkhu bosan  memberinya masa percobaan, mengembalikannya ke awal, menjatuhkan mānatta, merehabilitasinya.  Para bhikkhu lain merendahkan, mengkritik, menyebarkan dengan mengatakan: “Bagaimana mungkin Yang Mulia Seyyasaka, dungu, tidak berpengalaman … merehabilitasinya?” kemudian para bhikkhu ini mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Kemudian Sang Bhagavā, pada kesempatan ini, sehubungan dengan hal ini, setelah mengumpulkan para bhikkhu, bertanya kepada para bhikkhu: “Benarkah, dikatakan, para bhikkhu, bahwa, Seyyasaka, dungu, tidak berpengalaman … merehabilitasinya?”

“Benar, Bhagavā.” Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā, menegur mereka dengan mengatakan:

“Tidaklah sewajarnya, para bhikkhu, tidaklah sepantasnya bagi orang dungu ini, tidaklah tepat, tidaklah selayaknya seorang petapa, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Karena, bagaimana mungkin, para bhikkhu, orang dungu ini, dungu, tidak berpengalaman … merehabilitasinya? Itu bukanlah, para bhikkhu, untuk menyenangkan mereka yang tidak senang, juga bukan untuk meningkatkan jumlah dari mereka yang senang …” Dan setelah menegur mereka, setelah membabarkan khotbah, Beliau berkata kepada para bhikkhu: [7]

“Baiklah, para bhikkhu, Saṅgha harus memberlakukan tindakan (resmi) pembimbingan  kepada Bhikkhu Seyyasaka, dengan mengatakan: ‘Engkau harus hidup dengan bergantung’ . ||2||

“Dan beginilah, para bhikkhu, hal ini dilakukan: Pertama, Bhikkhu Seyyasaka harus ditegur; setelah menegurnya, ia harus diingatkan; setelah mebuatnya mengingat, ia harus dituduh atas suatu pelanggaran; setelah menuduhnya atas suatu pelanggaran, Saṅgha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan mengatakan: “Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Bhikkhu Seyyasaka ini, dungu, tidak berpengalaman … merehabilitasinya. Jika baik menurut Saṅgha, maka Saṅgha harus memberlakukan tindakan (resmi) pembimbingan kepada Bhikkhu Seyyasaka, dengan mengatakan: ‘Engkau harus hidup dengan bergantung’. Ini adalah usul. mohon Saṅgha mendengarkan saya. Bhikkhu Seyyasaka ini, dungu, tidak berpengalaman … merehabilitasinya. Saṅgha memberlakukan tindakan (resmi) pembimbingan kepada Bhikkhu Seyyasaka, dengan mengatakan: ‘Engkau harus hidup dengan bergantung’. Jika tindakan (resmi) pembimbingan, dengan mengatakan: ‘Engkau harus hidup dengan bergantung’, kepada Bhikkhu Seyyasaka sesuai dengan keinginan Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Dan untuk kedua kalinya, saya menyampaikan persoalan ini … Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini … ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Tindakan (resmi) pembimbingan dengan mengatakan: ‘Engkau harus hidup dengan bergantung’, dilakukan oleh Saṅgha kepada Bhikkhu Seyyasaka. Ini sesuai keinginan Sangha, karena itu Sangha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||2||9||

“jika seorang bhikkhu, para bhikkhu, memiliki tiga kualitas … ( = Bab 2-5. dengan menggantikan tindakan (resmi) pengecaman, dengan memberlakukan tindakan (resmi) pengecaman dengan tindakan (resmi) pembimbingan, dengan memberlakukan tindakan (resmi) pembimbingan) … ia tidak boleh bertengkar dengan para bhikkhu.” ||1||

Demikianlah Delapan belas Pelaksanaan sehubungan dengan tindakan (resmi) Pembimbingan. ||10||

Kemudian Saṅgha memberlakukan tindakan (resmi) pembimbingan kepada Bhikkhu Seyyasaka, dengan mengatakan: “Engkau harus hidup dengan bergantung.” Setelah tindakan (resmi) pembimbingan telah dilakukan oleh Saṅgha, ia, memilih, bergaul dengan, mengunjungi teman-teman yang baik (dalam perbuatan), meminta mereka membacakan, menanyai mereka, menjadi seorang yang banyak mendengar,  seorang yang kepadanya tradisi diturunkan; seorang ahli dhamma, seorang ahli disiplin, seorang yang ahli dalam pengelompokan; berpengalaman, bijaksana, rendah hati, takut melakukan pelanggaran, berkeinginan untuk berlatih; ia berperilaku selayaknya, menjadi lebih baik, dan memperbaiki sikapnya; dan, setelah menghadap para bhikkhu, ia berkata: “Saya, Yang Mulia, yang telah menerima tindakan (resmi) pembimbingan yang dilakukan oleh Saṅgha, telah berperilaku baik, aku menjadi lebih baik, dan telah memperbaiki sikapku. Peraturan apakah yang harus kuikuti?” mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, Saṅgha harus mencabut tindakan (resmi) pembimbingan dari Bhikkhu Seyyasaka. ||1||

“Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas [8] … (=1. 6.2 – 7 dengan menggantikan tindakan (resmi) pengecaman menjadi tindakan (resmi) pembimbingan) … boleh dicabut. ||2||

Demikianlah Delapan belas kasus di mana (suatu Tindakan Resmi Pembimbingan) boleh dicabut ||8||

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: VINAYA PITAKA 5 (PTS), CULLAVAGGA (BAB I)
« Reply #3 on: 06 March 2012, 06:26:54 PM »

“Dan baginilah, para bhikkhu, pencabutan itu dilakukan: Para bhikkhu, Bhikkhu Seyyasaka, setelah menghadap Saṅgha, setelah merapikan jubahnya di salah satu bahunya, setelah bersujud di kaki para bhikkhu senior, setelah duduk bersila, setelah merangkapkan tangannya, harus berkata: ‘Saya, Yang Mulia, yang telah menerima tindakan (resmi) pembimbingan yang dilakukan oleh Saṅgha, telah berperilaku baik, aku menjadi lebih baik, dan telah memperbaiki sikapku; saya memohon pencabutan tindakan (resmi) pembimbingan. Dan untuk ke dua kalinya permohonan diajukan… dan untuk ke tiga kalinya permohonan diajukan ||1||

“Saṅgha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan mengatakan: “Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Bhikkhu Seyyasaka ini, yang kepadanya suatu tindakan (resmi) pembimbingan telah dilakukan oleh Saṅgha, telah berperilaku selayaknya, telah menjadi lebih baik, telah memperbaiki sikapnya, ia memohon pencabutan tindakan (resmi) pembimbingan. Jika baik menurut Saṅgha, maka Saṅgha harus mencabut tindakan (resmi) pembimbingan terhadap bhikkhu Seyyasaka. Ini adalah usul. Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Bhikkhu Seyyasaka ini, yang kepadanya suatu tindakan (resmi) pembimbingan telah dilakukan oleh Saṅgha, telah berperilaku selayaknya, telah menjadi lebih baik, telah memperbaiki sikapnya, ia memohon pencabutan tindakan (resmi) pembimbingan. Jika pencabutan tindakan (resmi) pembimbingan terhadap bhikkhu Seyyasaka ini sesuai dengan keinginan Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Dan untuk kedua kalinya, saya menyampaikan persoalan ini … Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini … Tindakan (resmi) pembimbingan dicabut oleh Saṅgha dari Bhikkhu Seyyasaka. Ini sesuai keinginan Sangha, karena itu Sangha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||2||12||

Demikianlah Tindakan (Resmi) Ke dua : Pembimbingan

Pada saat itu  para bhikkhu yang tidak bermoral dan tidak takut melakukan pelanggaran yang adalah para pengikut Assajã dan Punabbasu sedang menetap di Kiṭāgiri. Mereka terlibat dalam kebiasaan buruk berikut ini: mereka menanam atau menyuruh menanam pohon bunga-bungaan; mereka menyiraminya; mereka memetiknya; mereka merangkainya menjadi (kalung bunga); mereka membuat kalung bunga dengan tangkai di satu sisinya; mereka membuat kalung bunga dengan tangkai di kedua sisinya; mereka membuat rumpun bunga ber tangkai bunga; mereka membuat rangkaian bunga; mereka membuat kalung bunga untuk dikenakan mengelilingi kening; mereka membuat anting-anting; [9] mereka membuat hiasan dada. (Para bhikkhu) ini membawa atau mengirimkan kalung bunga dengan tangkai di satu sisinya kepada istri-istri dari keluarga terhormat, kepada puteri-puteri dari keluarga terhormat, kepada gadis-gadis dari keluarga terhormat, kepada menantu-menantu perempuan dari keluarga terhormat, kepada budak-budak perempuan dari keluarga terhormat. Mereka membawa atau mengirimkan rumpun bunga bertangkai; mereka membawa atau mengirimkan rangkaian bunga … kalung bunga yang dikenakan mengelilingi kening … anting-anting … hiasan dada. Para bhikkhu ini makan dari satu piring yang sama dengan istri-istri dari keluarga terhormat, dengan puteri-puteri dari keluarga terhormat, dengan gadis-gadis dari keluarga terhormat, dengan menantu-menantu perempuan dari keluarga terhormat, dengan budak-budak perempuan dari keluarga terhormat; dan mereka minum dari cangkir yang sama; mereka duduk di matras yang sama; mereka duduk di dipan yang sama; mereka saling berbagi satu matras dan selimut yang sama. Dan mereka makan di waktu yang salah; dan mereka meminum minuman keras; dan mereka mengenakan kalung bunga dan menggunakan pengharum dan kosmetik; mereka menari dan bernyanyi dan memainkan alat musik, dan mereka berolah raga. Mereka menari ketika perempuan menari; mereka bernyanyi ketika perempuan menari; mereka bermain musik ketika perempuan menari; mereka berolah raga ketika perempuan menari; mereka menari ketika perempuan bernyanyi … mereka menari ketika perempuan bermain musik … mereka menari ketika perempuan berolah raga … mereka berolah raga ketika perempuan berolah raga. ||1||

Mereka bermain catur untuk berjudi; mereka bermain dengan membayangkan papan catur di udara; mereka memainkan permainan dengan menginjak gambar bagan; mereka bermain dengan biji-bijian … dadu …memukul sepotong kayu … sikat tangan … dengan bola … meniup melalui mainan pipa daun … dengan bajak mainan … berjungkir balik … kincir angin mainan … mainan mengkur daun … kereta mainan … busur mainan … mereka bermain menebak huruf … mainan membaca pikiran … permainan meniru orang cacat … mereka berlatih ilmu pengetahuan gajah … ilmu pengetahuan kuda … ilmu pengetahuan kereta … memanah … berpedang … kemudian mereka berlari di depan gajah … kuda … kereta ; mereka berlari mundur, mereka berlari maju, dan mereka bersiul dan mereka menjentikkan jari dan mereka bergulat dan mereka bertinju; dan setelah menghamparkan jubah luar sebagai panggung, mereka berkata kepada gadis penari: “Menarilah di sini, saudari.” Dan mereka bersorak, dan mereka terlibat dalam bermacam kebiasaan buruk. ||2||

Pada saat itu seorang bhikkhu, setelah melewatkan musim hujan di atara penduduk Kāsã, sewaktu pergi ke Sāvatthã untuk menemui Sang Bhagavā, tiba di Kiṭāgiri. Kemudian bhikkhu ini, merapikan jubahnya di pagi hari dan membawa mangkuk dan jubahnya memasuki Kiṭāgiri untuk menerima dana makanan. Ia terlihat menyenangkan ketika datang atau pergi, ketika ia melihat ke depan atau melihat ke belakang, ketika ia menarik atau merentangkan (tangannya), matanya menatap ke bawah, ia memiliki penampilan yang menyenangkan. Orang-orang, setelah melihat bhikkhu ini, berkata sebagai berikut: [10]

“Siapakah ini yang seperti orang bodoh dari orang-orang bodoh, seperti seorang dungu dari orang-orang dungu, seperti orang yang sangat sombong? Siapakah yang akan mendatanginya dan memberinya dana makanan? Guru-guru kami, para pengikut Assaji dan Punabbasu sopan, ramah, menyenangkan dalam berbicara, selalu tersenyum dan berkata: “Mari, engkau disambut’. Mereka tidak sombong, mereka mudah didekati, mereka yang akan berbicara duluan. Karena itu dana makanan harus diberikan kepada mereka.”

Seorang umat awam melihat bhikkhu itu berjalan menerima dana makanan di Kiṭāgiri; melihat bhikkhu itu, ia mendatanginya, dan setelah mendatanginya dan menyapanya, ia berkata: “Yang Mulia, apakah dana makanan telah diperoleh?”

“Belum, Tuan, dana makanan belum diperoleh.”

“Marilah, Yang Mulia, kita ke rumah (ku).” ||3||

Kemudian umat awam itu, setelah mengajak bhikkhu itu ke rumahnya dan memberinya makan, berkata:

“Kemanakah, Yang Mulia, hendak pergi?”

“Aku akan pergi ke Sāvatthã, untuk menemui Sang Bhagavā.”

“Kalau begitu, Yang Mulia, atas namaku bersujudlah di kaki Sang Bhagavā dengan kepalamu dan katakan: “Bhagavā, penduduk Kaṭāgiri telah rusak. Di Kaṭāgiri menetap para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu yang tidak takut melakukan pelanggaran, bejad. Mereka terlibat dalam berbagai kebiasaan buruk … mereka terlibat dalam bermacam kebiasaan buruk. Bhagavā, orang-orang yang sebelumnya memiliki keyakinan dan kepercayaan sekarang tidak lagi memiliki keyakinan dan kepercayaan. Mereka yang sebelumnya menjadi sumber persembahan bagi Saṅgha sekarang memotongnya; mereka mengabaikan para bhikkhu yang berperilaku baik, dan para bhikkhu bejad diterima. Baik sekali, Bhagavā, jika Sang Bhagavā mengutus para bhikkhu ke Kiṭāgiri, sehingga permasalahan di Kiṭāgiri ini dapat diselesaikan.”

“Baiklah, Tuan.” Dan bhikkhu itu setelah menjawab si umat awam bangkit dari duduknya dan pergi ke Sāvatthã. Perlahan ia mendekati Sāvatthã, Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika dan Sang Bhagavā; setelah medekat dan menyapa Sang Bhagavā, ia duduk pada jarak yang selayaknya. Adalah kebiasaan Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā untuk saling bertukar sapa dengan para bhikkhu yang baru datang. Maka Sang Bhagavā berkata kepada bhikkhu itu:

“Kuharap, bhikkhu, segalanya berjalan dengan baik bagimu, Kuharap engkau terus memperoleh kemajuan. Kuharap engkau menyelesaikan perjalananmu dengan sedikit kelelahan. Dan dari manakah engkau datang, bhikkhu?”

“Segalanya berjalan dengan baik, Bhagavā, aku memperoleh kemajuan, Bhagavā, dan Aku, Bhagavā, menyelesaikan perjalananmu dengan sedikit kelelahan. Sekarang, aku, setelah melewatkan musim hujan di antara penduduk Kāsã, dan sewaktu menuju ke Sāvatthã untuk menemui Bhagavā, tiba di Kiṭāgiri. Kemudian aku, Bhagavā, merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubahku, memasuki Kiṭāgiri untuk menerima dana makanan. Kemudian, Bhagavā, seorang umat awam melihatku ketika aku bejalan menerima dana makanan, [11] dan ketika melihatku, ia mendekat, dan setelah mendekat, ia menyapaku dan berkata: “Yang Mulia, apakah dana makanan telah diperoleh?” “Belum, Tuan, dana makanan belum diperoleh”, aku berkata. “Marilah, Yang Mulia, kita ke rumah (ku),” ia berkata. Kemudian, Bhagavā,  umat awam itu, setelah mengajakkuitu ke rumahnya dan memberiku makan, berkata:

“Kemanakah, Yang Mulia, hendak pergi?”

“Aku akan pergi ke Sāvatthã, untuk menemui Sang Bhagavā.”

“Kalau begitu, Yang Mulia, … dapat diselesaikan’. Oleh karena itu, Bhagavā, aku datang.” ||5||

Kemudian Sang Bhagavā pada kesempatan ini sehubungan dengan hal ini, setelah mengumpulkan para bhikkhu, berkata:

“Para bhikkhu, benarkah, dikatakan, bahwa para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu, yang menetap di Kiṭāgiri, tidak takut melakukan pelanggaran dan bejad dan melibatkan diri dalam kebiasaan buruk berikut ini: mereka menanam pohon bunga-bungaan … terlibat dalam bermacam kebiasaan buruk … dan orang-orang … dan para bhikkhu bejad diterima?”

“Benar, bhagavā.”

Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā, menegur mereka dengan berkata:

“Bagaimana mungkin, para bhikkhu, orang-orang dungu ini terlibat dalam kebiasaan-kebiasaan buruk seperti ini? bagaimana mungkin mereka menanam bunga, dan menyiraminya, dan memetiknya, dan bagaimana mungkin mereka membuatnya menjadi kalung bunga … ? Bagaimana mungkin mereka membawa atau mengirimkan …? Bagaimana mungkin mereka makan … minum … duduk … berdiri … makan … minum … berlari … menari … bernyanyi … dan bermain musik dan berolah raga … bermain … mereka berlatih … berlari … berlari dengan menghadap …? Bagaimana mungkin mereka bersiul dan menjentikkan jari dan bergulat dan bertinju, dan setelah menghamparkan jubah luar sebagai panggung, mereka berkata kepada gadis penari: “Menarilah di sini, saudari.” Dan mereka bersorak, dan mereka terlibat dalam bermacam kebiasaan buruk? Itu bukanlah, para bhikkhu, untuk menyenangkan mereka yang tidak senang …”, dan setelah menegur mereka dan membabarkan khotbah, Beliau berkata kepada Sāriputta dan Moggallāna:

“Pergilah, Sāriputta dan Moggallāna, dan setelah sampai di Kiṭāgiri, lakukanlah tindakan (resmi) pengusiran  dari Kiṭāgiri terhadap para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu; ini adalah mereka yang berbagi kamarmu.”

“Bagaimanakah, Bhagavā, kami memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran terhadap para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu? Para bhikkhu itu kejam dan kasar.”

“Baiklah, Sāriputta dan Moggallāna, pergilah bersama dengan banyak bhikkhu.”

“Baik, Bhagavā.” Sāriputta dan Moggallāna menjawab ||6||

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: VINAYA PITAKA 5 (PTS), CULLAVAGGA (BAB I)
« Reply #4 on: 06 March 2012, 06:28:00 PM »
“Dan beginilah, para bhikkhu, hal itu dilakukan. Pertama, para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu [12] harus ditegur; setelah ditegur mereka harus diingatkan; setelah diingatkan mereka harus dituduh telah melakukan suatu pelanggaran, setelah menuduh mereka atas suatu pelanggaran, Saṅgha harus diberitahu oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan berkata: “Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu ini menjatuhkan reputasi para keluarga dan berperilaku buruk; perilaku buruk mereka terlihat dan terdengar dan keluarga terhormat yang rusak karena mereka juga terlihat dan terdengar. Jika baik menurut Saṅgha, maka Saṅgha harus melakukan tindkan (resmi) pengusiran dari Kiṭāgiri terhadap para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu yang karenanya para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu tidak boleh menetap di Kiṭāgiri. Ini adalah usul. Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Para bhikkhu … terlihat dan juga terdengar. Saṅgha memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran dari Kiṭāgiri terhadap para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu yang karenanya para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu tidak boleh menetap di Kiṭāgiri. Jika tindakan (resmi) pengusiran dari Kiṭāgiri terhadap para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu yang karenanya para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu tidak boleh menetap di Kiṭāgiri ini sesuai dengan keinginan Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri, mereka yang tidak menginginkan, silahkan berbicara. Dan untuk ke dua kalinya saya menyampaikan hal ini … Dan untuk ke tiga kalinya saya menyampaikan hal ini. tindakan (resmi) pengusiran dari Kiṭāgiri terhadap para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu yang karenanya para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu tidak boleh menetap di Kiṭāgiri dilakukan oleh Saṅgha. Ini sesuai keinginan Saṅgha, oleh karena itu Saṅgha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.’ ||7||13||

“Para bhikkhu, jika memiliki tiga kualitas maka suatu tindakan (resmi) pengusiran menjadi tidak sah, tidak sah secara disiplin dan merupakan sesuatu yang sulit diselesaikan …  terhadap seorang yang mencela Saṅgha. Para bhikkhu, jika Saṅgha menghendaki, Saṅgha boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran tehadap tiga (jenis) bhikkhu ini.

“Dan, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas lainnya maka Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran terhadpnya: jika ia memiliki perbuatan yang sembrono,  jika ia memiliki ucapan yang sembrono, jika ia memiliki perbuatan dan ucapan yang sembrono. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas ini maka Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran terhadapnya. Dan, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas lainnya … terhadapnya: jika ia memiliki kebiasaan perbuatan buruk, jika ia memiliki kebiasaan ucapan buruk, jika ia memiliki kebiasaan perbuatan dan ucapan buruk. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu … tindakan (resmi) pengusiran terhadapnya. Jika ia memiliki sifat mencelakai melalui perbuatan, jika ia memiliki sifat mencelakai melalui ucapan, jika ia memiliki sifat mencelakai melalui perbuatan dan ucapan. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu … tindakan (resmi) pengusiran terhadapnya. Dan, Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas lainnya maka Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran terhadapnya: jika ia memiliki penghidupan salah melalui perbuatan, jika ia memiliki penghidupan salah melalui ucapan, jika ia memiliki penghidupan salah melalui perbuatan dan ucapan. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas ini maka Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran terhadapnya. ||1|| [13]

“Para bhikkhu, Jika Saṅgha menghendaki, maka Saṅgha boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran terhadap tiga (jenis) bhikkhu: terhadap seorang yang adalah pembuat pertikaian … (seperti pada I.4.2) … terhadap seorang yang mencela Saṅgha. Para bhikkhu, Jika Saṅgha menghendaki, maka Saṅgha boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran terhadap tiga (jenis) bhikkhu ini. Dan, para bhikkhu, Jika Saṅgha menghendaki, maka Saṅgha boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran terhadap tiga (jenis) bhikkhu: jika ia memiliki perbuatan yang sembrono, jika ia memiliki ucapan yang sembrono, jika ia memiliki perbuatan dan ucapan yang sembrono … terhadap seorang yang memiliki penghidupan salah melalui perbuatan dan ucapan. Para bhikkhu, Jika Saṅgha menghendaki, maka Saṅgha boleh memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran terhadap tiga (jenis) bhikkhu ini. ||2||14||

“Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang menerima tindakan (resmi) pengusiran harus berperilaku selayaknya. Ini adalah perilaku selayaknya dalam kasus ini … (seperti pada CV. I.5) … ia tidak boleh bertengkar dengan para bhikkhu.” ||1||

Demikianlah Delapan belas Pelaksanaan sehubungan dengan tindakan (resmi) Pengusiran. ||15||

Kemudian Sāriputta dan Moggallāna memimpin Saṅgha, setelah tiba di Kiṭāgiri,  memberlakukan tindakan (resmi) pengusiran dari Kiṭāgiri terhadap para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu, yang karenanya para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu tidak boleh menetap di Kiṭāgiri. Ketika tindakan (resmi) pengusiran telah dilakukan oleh Saṅgha, mereka masih tidak berperilaku selayaknya, mereka tidak menjadi lebih baik, mereka tidak memperbaiki sikap mereka, mereka tidak meminta maaf kepada para bhikkhu, mereka menghina para bhikkhu, mereka mencela para bhikkhu, mereka bersikap buruk dengan mengikuti cara yang salah melalui keinginan, dengan mengikuti cara yang salah melalui kebencian, dengan mengikuti cara yang salah melalui kebodohan, dengan mengikuti cara yang salah melalui ketakutan; dan mereka pergi begitu saja dan mereka meninggalkan Saṅgha. Para bhikkhu lain merendahkan, mengkritik, menyebarkan dengan mengatakan: “Bagaimana mungkin para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu ini, yang kepada mereka tindakan (resmi) pengusiran dilakukan oleh Saṅgha, tidak berperilaku selayaknya, tidak menjadi lebih baik, tidak memperbaiki sikap mereka? Mengapa mereka tidak meminta maaf kepada para bhikkhu? Mengapa mereka menghina dan mencela para bhikkhu? Mengapa mereka mengikuti cara yang salah melalui keinginan … kebencian … kebodohan … ketakutan, pergi dan meninggalkan Saṅgha?” kemudian para bhikkhu ini mengadukan hal itu kepada Sang Bhagavā. Kemudian Sang Bhagavā pada kesempatan ini, sehubungan dengan hal ini, setelah mengumpulkan para bhikkhu, berkata:

“Benarkah, dikatakan, para bhikkhu, bahwa para bhikkhu pengikut Assaji dan Punabbasu, yang terhadapnya suatu tindakan (resmi) pengusiran telah dilakukan oleh Saṅgha, tidak berperilaku selayaknya, tidak menjadi lebih baik … dan meninggalkan Saṅgha?”

“Benar, Bhagavā.”

“Bagaimana mungkin, para bhikkhu, orang-orang dungu ini, yang terhadapnya suatu tindakan (resmi) pengusiran telah dilakukan oleh Saṅgha, tidak berperilaku selayaknya … dan meninggalkan Saṅgha? Itu bukanlah, para bhikkhu, untuk menyenangkan mereka yang tidak senang …” Dan setelah menegur mereka, setelah membabarkan khotbah, Beliau berkata kepada para bhikkhu:

“Baiklah, para bhikkhu, Saṅgha jangan mencabut tindakan (resmi) pengusiran terhadap mereka. ||1||

“Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas [14] tindakan (resmi) pengusiran terhadapnya tidak boleh dicabut: jika ia menahbiskan … (seperti pada 1.6.2-7) … jika ia tidak bertengkar dengan para bhikkhu. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki delapan kualitas ini maka tindakan (resmi) pengusiran tidak boleh dicabut. ||16||

Demikianlah Delapan belas kasus di mana suatu Tindakan (Resmi) Pengusiran boleh dicabut ||16||

“Dan baginilah, para bhikkhu, pencabutan itu dilakukan: Para bhikkhu, para bhikkhu yang kepadanya suatu tindakan (resmi) pengusiran telah dilakukan, setelah menghadap Saṅgha, setelah merapikan jubahnya di salah satu bahunya, setelah bersujud di kaki para bhikkhu senior, setelah duduk bersila, setelah merangkapkan tangannya, harus berkata: ‘Tindakan (resmi) pengusiran, Yang Mulia, telah diberlakukan terhadapku oleh Saṅgha, tetapi aku telah berperilaku selayaknya, aku menjadi lebih baik, aku telah memperbaiki sikapku; saya memohon pencabutan tindakan (resmi) pengusiran’. Dan untuk ke dua kalinya permohonan diajukan, dan untuk ke tiga kalinya permohonan diajukan.

“Saṅgha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan mengatakan: ||1||

“Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Bhikkhu ini, yang kepadanya suatu tindakan (resmi) pengusiran telah diberlakukan oleh Saṅgha, telah berperilaku selayaknya, telah menjadi lebih baik, telah memperbaiki sikapnya, dan ia memohon pencabutan tindakan (resmi) pembimbingan. Jika baik menurut Saṅgha, maka Saṅgha harus mencabut tindakan (resmi) pengusiran terhadap bhikkhu ini. Ini adalah usul. Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Bhikkhu ini … dan ia memohon pencabutan tindakan (resmi) pembimbingan. Saṅgha mencabut tindakan (resmi) pengusiran terhadap bhikkhu ini. Jika pencabutan tindakan (resmi) pengusiran terhadap bhikkhu ini sesuai dengan keinginan Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Dan untuk kedua kalinya, saya menyampaikan persoalan ini … Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini … Ini sesuai keinginan Sangha, karena itu Sangha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||2||17||

Demikianlah Tindakan (Resmi) Ke tiga : Pengusiran

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: VINAYA PITAKA 5 (PTS), CULLAVAGGA (BAB I)
« Reply #5 on: 06 March 2012, 06:28:28 PM »
Pada saat itu Yang Mulia Sudhamma  adalah seorang penghuni Macchikāsaṇḍa  milik perumah tangga Citta,  seorang pengawas bangunan, seorang penasihat.  Kapan saja perumah tangga Citta ingin mengundang Saṅgha atau sekelompok atau seseorang,  ia tidak mengundang tanpa meminta izin dari Yang Mulia Sudhamma. Pada saat itu beberapa bhikkhu senior – Yang Mulia Sāriputta dan Yang Mulia Moggallāna yang agung dan Yang Mulia Kaccāna yang agung dan Yang Mulia [15] Koṭṭhita yang agung dan Yang Mulia Kappina yang agung dan Yang Mulia Cunda yang agung dan Yang Mulia Anuruddha dan Yang Mulia Revata dan Yang Mulia Upāli dan Yang Mulia Ānanda dan Yang Mulia Rāhula  - melakukan perjalanan di Kāsi dan tiba di Macchikāsaṇḍa. perumah tangga Citta mendengar bahwa para bhikkhu senior ini telah tiba di Macchikāsaṇḍa. kemudian perumah tangga Citta menemui para bhikkhu senior ini; setelah bertemu, setelah menyapa para bhikkhu senior ini, ia duduk pada jarak yang selayaknya. Ketika perumah tangga Citta sedang duduk pada jarak yang selayaknya, Yang Mulia Sāriputta menyenangkan, menggembirakan, membangkitkan semangatnya dengan khotbah dhamma. Kemudian perumah tangga Citta, senang … terbangkitkan semangatnya oleh khotbah dhamma dari Yang Mulia Sāriputta, berkata kepada para bhikkhu senior: “Yang Mulia, sudilah para Mulia menerima persembahan makan dariku besok.” Para bhikkhu  senior menerimanya dengan berdiam diri. ||1||

Kemudian perumah tangga Citta, setelah memahami penerimaan para bhikkhu senior, bangkit dari duduknya, setelah berpamitan dengan para bhikkhu senior, dengan mereka di sisi kanannya, ia mendatangi Yang Mulia Sudhamma, setelah datang, setelah menyapa Yang Mulia Sudhamma, ia berdiri pada jarak yang selayaknya. Sambil berdiri pada jarak yang selayaknya, perumah tangga Citta berkata kepada Yang Mulia Sudhamma:

“Yang Mulia, sudilah Guru Sudhamma menerima persembahan makan dariku besok bersama dengan para bhikkhu senior.”

Kemudian Yang Mulia Sudhamma berpikir: “Sebelumnya ketika perumah tangga Citta ingin mengundang Saṅgha atau sekelompok atau seseorang, ia tidak mengundang tanpa meminta izin dariku; tetapi sekarang ia mengundang para bhikkhu senior tanpa meminta izin dariku. Perumah tangga Citta telah rusak, ia tidak menghargaiku, melepaskan diri dariku”, dan ia berkata kepada perumah tangga Citta: “Tidak, perumah tangga, aku tidak menerima.” Dan untuk ke dua kalinya … Dan untuk ke tiga kalinya perumah tangga Citta berkata kepada Yang Mulia Sudhamma: “Yang Mulia, sudilah Guru Sudhamma menerima persembahan makan dariku besok bersama dengan para bhikkhu senior.”

“Tidak, perumah tangga, aku tidak menerima.”

Kemudian perumah tangga Citta berpikir: “Apa yang dapat dilakukan Guru Sudhamma kepadaku dengan menerima atau tidak menerima?” setelah berpamitan dengan Yang Mulia Sudhamma, ia pergi dengan Yang Mulia Sudhamma di sisi kanannya. ||2||

Kemudian, menjelang malam berlalu, perumah tangga Citta mempersiapkan makanan-makanan mewah, keras dan lunak untuk para bhikkhu senior. Kemudian Yang Mulia Sudhamma, berpikir: “Bagaimana jika aku melihat apa yang telah dipersiapkan mewakili perumah tangga Citta untuk para bhikkhu senior?” [16] Setelah merapikan jubah, membawa mangkuk dan jubahnya, ia mendatangi tempat kediaman perumah tangga Citta; setelah datang, ia duduk pada tempat yang telah disediakan. Kemudian perumah tangga Citta menemui Yang Mulia Sudhamma; setelah menyapa Yang Mulia Sudhamma, ia duduk pada jarak yang selayaknya. Yang Mulia Sudhamma berkata kepada perumah tangga Citta selagi ia duduk pada jarak yang selayaknya:

“Sungguh berlimpah, perumah tangga, makanan keras dan lunak yang engkau persiapkan, tetapi satu hal yang tidak ada di sini, yaitu, kue wijen.”

“Walaupun, Yang Mulia, begitu banyak harta berharga ditemukan dalam kata-kata Yang Tercerahkan, namun hanya ini yang diucapkan oleh Guru Sudhamma, yaitu kue wijen. Sebelumnya, Yang Mulia, beberapa pedagang dari Deccan  pergi ke wilayah timur  untuk berdagang dan dari sana mereka membeli seekor ayam. Kemudian, Yang Mulia, ayam itu kawin dengan seekor gagak dan melahirkan seekor anak ayam. Dan ketika, Yang Mulia, anak ayam itu ingin menyuarakan kaokan gagak, ia menyuarakan kotekan ayam, ketika ia ingin menyuarakan kotekan ayam, ia menyuarakan kaokan gagak. Demikian pula, Yang Mulia, walaupun begitu banyak harta berharga ditemukan dalam kata-kata Yang Tercerahkan, namun hanya ini yang diucapkan oleh Guru Sudhamma, yaitu kue wijen.”

“Engkau, perumah tangga, menghinaku, engkau, perumah tangga, mencercaku ; ini kediamanmu, perumah tangga, aku akan pergi dari sini.”

“Yang Mulia, aku tidak menghina dan mencercamu Guru Sudhamma; Yang Mulia, mohon Guru Sudhamma tetap di Macchikāsaṇḍa, Hutan Mangga yang menyenangkan ; aku akan berusaha memenuhi kebutuhan jubah, makanan, tempat tinggal dan obat-obatan bagi yang sakit.” Dan untuk ke dua kalinya … Dan untuk ke tiga kalinya Yang Mulia Sudhamma berkata kepada perumah tangga Citta: “Engkau, perumah tangga, menghinaku … aku akan pergi dari sini.”

“Kemanakah, Yang Mulia, Guru Sudhamma akan pergi?”

“Aku, perumah tangga, akan pergi ke Sāvatthã menemui Sang Bhagavā.”

“Baiklah, Yang Mulia, beritahukan kepada Sang Bhagavā segala apa yang engkau katakan dan apa yang kukatakan. Tetapi hal ini, Yang Mulia, tidak akan mengejutkan: bahwa Guru Sudhamma akan kembali ke sini ke Macchikāsaṇḍa.” ||4||

Kemudian Yang Mulia Sudhamma, setelah merapikan tempat tinggalnya, membawa mangkuk dan jubahnya, pergi menuju Sāvatthã. Akhirnya ia tiba di Sāvatthã, Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika, Sang Bhagavā; setelah mendekat, setelah menyapa Sang Bhagavā, ia duduk pada jarak yang selayaknya. Sambil duduk pada jarak yang semestinya, Yang Mulia Sudhamma [17] memberitahukan kepada Sang Bhagavā segala yang telah ia katakan dan segala yang dikatakan oleh perumah tangga Citta. Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā menegurnya:

“Tidaklah sesuai, orang dungu, tidaklah selayaknya, tidaklah sepantasnya, bukan layaknya seorang petapa, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin engkau, orang dungu, mencemooh  perumah tangga Citta, yang memiliki keyakinan dan kepercayaan, yang adalah seorang dermawan, seorang pekerja, seorang penyokong Saṅgha, dengan hal rendah, dan mengejeknya dengan hal rendah? Itu bukanlah, orang dungu, untuk menyenangkan mereka yang tidak senang …” Dan setelah menegurnya, setelah membabarkan khotbah, Beliau berkata kepada para bhikkhu:

“Baiklah, para bhikkhu, Saṅgha harus memnerlakukan tindakan (resmi) pendamaian  untuk Bhikkhu Sudhamma, dengan mengatakan: ‘Perumah tangga Citta harus diminta untuk memaafkan engkau.’ ||5||

“Dan beginilah, para bhikkhu hal itu dilakukan: Pertama, Bhikkhu Sudhamma harus ditegur, setelah menegurnya, ia harus diingatkan, setelah megingatkannya, ia harus dituduh telah melakukan suatu pelanggaran, setelah menuduhnya melakukan pelanggaran, Saṅgha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan mengatakan: ‘Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Bhikkhu Sudhamma ini telah mencemooh perumah tangga Citta yang memiliki keyakinan dan kepercayaan, yang adalah seorang dermawan, seorang pekerja, seorang penyokong Saṅgha, dengan hal rendah, dan mengejeknya dengan hal rendah. Jika baik menurut Saṅgha, maka Saṅgha harus memberlakukan tindakan (resmi) pendamaian kepada Bhikkhu Sudhamma, dengan mengatakan: “Perumah tangga Citta harus diminta untuk memaafkan engkau.” Ini adalah usul.Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Bhikkhu Sudhamma ini telah mencemooh perumah tangga Citta … mengejeknya dengan hal rendah. Saṅgha memberlakukan tindakan (resmi) pendamaian kepada Bhikkhu Sudhamma, dengan mengatakan: “Perumah tangga Citta harus diminta untuk memaafkan engkau.” Jika tindakan (resmi) pendamaian kepada Bhikkhu Sudhamma, dengan mengatakan: “Perumah tangga Citta harus diminta untuk memaafkan engkau.” Ini sesuai dengan keinginan Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Dan untuk ke dua kalinya saya menyampaikan hal ini … Dan untuk ke tiga kalinya saya menyampaikan hal ini … silahkan berbicara. Tindakan (resmi) pendamaian kepada Bhikkhu Sudhamma, dengan mengatakan: “Perumah tangga Citta harus diminta untuk memaafkan engkau.” Diberlakukan oleh Saṅgha. Ini sesuai keinginan Saṅgha, oleh karena itu Saṅgha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini. ||6||18||

“Para bhikkhu, jika memiliki tiga kualitas, maka suatu tindakan (resmi) pendamaian … (=1.2,3) … dan mudah diselesaikan. ||1||19||

“Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas, Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) pendamaian kepadanya : jika ia berusaha agar perumah tangga tidak menerima (perolehan); jika ia berusaha agar perumah tangga tidak memperoleh keuntungan; jika ia berusaha agar perumah tangga tidak memperoleh tempat tinggal; jika ia mencela dan menghina perumah tangga; [18] jika ia menyebabkan perpecahan di antara para perumah tangga. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas ini … tindakan (resmi) pendamaian kepadanya. Dan, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas lainnya, Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) pendamaian kepadanya: jika ia mencela Yang Tercerahkan di depan perumah tangga; Jika ia mencela dhamma di depan perumah tangga; Jika ia mencela Saṅgha di depan perumah tangga; jika ia mencemooh perumah tangga dengan hal rendah, jika ia mengejeknya dengan hal rendah, jika ia tidak memenuhi, menurut aturan, persetujuannya (yang diberikan) kepada perumah tangga.  Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu … tindakan (resmi) pendamaian kepadanya. Dan, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas lainnya, Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) kepada lima (jenis) bhikkhu ini: untuk ia yang berusaha agar perumah tangga tidak menerima (perolehan); untuk ia yang berusaha agar perumah tangga tidak memperoleh keuntungan; untuk ia yang berusaha agar perumah tangga tidak memperoleh tempat tinggal; untuk ia yang mencela dan menghina perumah tangga; untuk ia yang menyebabkan perpecahan di antara para perumah tangga. Para bhikkhu, Saṅgha … utuk lima (jenis) bhikkhu ini. Dan, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas lainnya, Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) kepada lima (jenis) bhikkhu lainnya: untuk ia yang mencela Yang Tercerahkan di depan perumah tangga … dhamma di depan perumah tangga … Saṅgha di depan perumah tangga; untuk ia yang mencemooh perumah tangga dengan hal rendah, mengejeknya dengan hal rendah, untuk ia yang, tidak memenuhi, menurut aturan, persetujuannya (yang diberikan) kepada perumah tangga. Para bhikkhu, Saṅgha, jika menghendaki, boleh memberlakukan tindakan (resmi) pendamaian kepada lima (jenis) bhikkhu ini. ||1||
 
Demikianlah empat kali lima kasus jika menghendaki. ||20||

“Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang kepadanya suatu tindakan (resmi) pendamaian diberlakukan harus berperilaku selayaknya … ( = 1.5, dengan menggantikan pengecaman menjadi pendamaian) … ia tidak boleh bertengkar dengan para bhikkhu.” ||1||

Demikianlah Delapan belas Pelaksanaan sehubungan dengan tindakan (resmi) Pendamaian. ||21||

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: VINAYA PITAKA 5 (PTS), CULLAVAGGA (BAB I)
« Reply #6 on: 06 March 2012, 06:29:19 PM »
Kemudian Saṅgha memberlakukan tindakan (resmi) pendamaian kepada Bhikkhu Sudhamma, dengan mengatakan: “Perumah tangga Citta harus diminta untuk memaafkan engkau.” Ia, setelah pergi ke Macchikāsaṇḍa ketika tindakan (resmi) pendamaian tealh diberlakukan oleh Saṅgha, menjadi malu, tidak mampu meminta maaf kepada perumah tangga Citta, dan ia kembali ke Sāvatthã. Para bhikkhu berkata: “Sudahkah engkau meminta maaf kepada perumah tangga Citta?”

“Sekarang, aku, Yang mulia, setelah pergi ke Macchikāsaṇḍa, menjadi malu, tidak mampu meminta maaf kepada perumah tangga Citta.” Mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. ||1||

Ia berkata: “Baiklah, para bhikkhu, biarlah Saṅgha memberikan seorang utusan pendamping bagi Bhikkhu Sudhamma untuk meminta maaf kepada perumah tangga Citta. Dan beginilah, para bhikkhu, hal itu diberikan: Pertama, seorang bhikkhu harus diminta; setelah memintanya, Saṅgha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berpengalaman dan berkompeten, dengan mengatakan: ‘Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya, Saṅgha boleh memberikan utusan pendamping bagi Bhikkhu Sudhamma untuk meminta maaf kepada perumah tangga Citta. Ini adalah usul. Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Saṅgha [19] memberikan seorang bhikkhu sebagai utusan pendamping bagi Bhikkhu Sudhamma untuk meminta maaf kepada perumah tangga Citta. Jika pemberian seorang bhikkhu sebagai utusan pendamping bagi Bhikkhu Sudhamma untuk meminta maaf kepada perumah tangga Citta sesuai dengan keinginan Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Seorang bhikkhu diberikan oleh Saṅgha sebagai utusan pendamping bagi Bhikkhu Sudhamma untuk meminta maaf kepada perumah tangga Citta. Ini sesuai keinginan Saṅgha; oleh karena itu Saṅgha berdia diri. Demikianlah saya memahami hal ini. ||2||

“Para bhikkhu, ketika Bhikkhu Sudhamma, bersama dengan utusan pendamping, tiba di Macchikāsaṇḍa, perumah tangga Citta harus diminta untuk memaafkannya (Sudhamma dengan mengatakan), “Maafkan saya, perumah tangga, aku berdamai denganmu’. Jika, ketika ia mengatakan itu, ia memaafkannya, maka itu bagus; jika ia tidak memaafkan, si utusan pendamping harus berkata: ‘Maafkanlah dia, perumah tangga, ia berdamai denganmu.’ Jika, ketika ia mengatakan itu, ia memaafkannya, maka itu bagus; jika ia tidak memaafkan, si utusan pendamping harus berkata: ‘Maafkanlah dia, perumah tangga, ia berdamai denganmu.’ Jika … itu bagus; jika ia tidak memaafkan, si utusan pendamping harus berkata: ‘Maafkanlah bhikkhu ini, perumah tangga, (aku mohon) atas nama Saṅgha’. Jika … itu bagus; jika ia tidak memaafkan, si utusan pendamping, tanpa menyuruh Bhikkhu Sudhamma pergi dari penglihatan  perumah tangga Citta, tanpa menyuruhnya pergi melampaui jarak pendengaran, setelah menyuruhnya merapikan jubahnya di salah satu bahunya, setelah menyuruhnya duduk berlutut, setelah memberi hormat dengan merangkapkan tangan,  harus mengakui pelanggarannya.” ||3||22||

Kemudian Bhikkhu Sudhamma, bersama dengan utusan pendamping, setelah tiba di Macchikāsaṇḍa, memohon kepada perumah tangga Citta agar memaafkannya. Ia berperilaku selayaknya, ia menjadi lebih baik, ia memperbaiki sikapnya, dan setelah mendatangi para bhikkhu, ia berkata: “Saya, Yang Mulia, yang telah menerima pemberlakukan tindakan (resmi) pendamaian dari Saṅgha, telah berperilaku selayaknya, telah menjadi lebih baik, telah memperbaiki sikapku. Sekarang, aturan apakah yang harus kuikuti?” Mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, Saṅgha harus mencabut tindakan (resmi) pendamaian kepada Bhikkhu Sudhamma. ||1||

“Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas, maka tindakan (resmi) pendamaian tidak boleh dicabut … ( = Bab. 6. 2 – 7) … tidak bertengkar dengan para bhikkhu. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki delapan kualitas ini maka tindakan (resmi) pendamaian boleh dicabut. ||2||

Demikianlah Delapan belas kasus di mana suatu Tindakan (Resmi) Pendamaian boleh dicabut ||23||

“Dan beginilah, para bhikkhu, pencabutan itu: Para bhikkhu, Bhikkhu Sudhamma, setelah menghadap Saṅgha … (baca Bab. 12) …’ … Demikianlah saya memahami hal ini.’ ||1||24||

Demikianlah Tindakan (Resmi) Ke empat : Pendamaian

Pada suatu ketika Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā sedang berdiam di Kosambi di Vihara Ghosita. Pada saat itu Yang Mulia Channa  setelah melakukan suatu pelanggaran, tidak mau melihat pelanggaran itu.  Para bhikkhu lain merendahkan, mengkritik, menyebarkan dengan mengatakan: “Bagaimana mungkin Yang Mulia Channa, setelah melakukan suatu pelanggaran, tidak mau melihat pelanggaran itu?” Kemudian para bhikkhu ini mengadukan hal itu kepada Sang Bhagavā. Kemudian Sang Bhagavā pada kesempatan itu, sehubungan dengan hal itu, setelah mengumpulkan para bhikkhu, bertanya kepada para bhikkhu:

“Benarkah, sikatakan, para bhikkhu, bahwa Bhikkhu Channa … tidak mau melihat pelanggaran itu?”

“Benar, Bhagavā.” Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā menegurnya dengan berkata:

“Bagaimana mungkin, para bhikkhu, orang dungu ini, setelah melakukan pelanggaran, tidak mau melihat pelanggaran itu? itu bukanlah, para bhikkhu, untuk menyenangkan mereka yang tidak senang …” Dan setelah menegur mereka, setelah membabarkan khotbah, Beliau berkata kepada para bhikkhu:

“Baiklah, para bhikkhu, Saṅgha harus memberlakukan tindakan (resmi) penangguhan  kepada Bhikkhu Channa karena tidak melihat pelanggarannya, (dan) ia tidak boleh makan bersama Saṅgha.  ||1||

“Dan beginilah, hal itu dilakukan. Pertama, Bhikkhu Channa harus ditegur, setelah ditegur, ia harus diingatkan, setelah diingatkan, ia harus dituduh telah melakukan suatu pelanggaran; setelah menuduhnya atas suatu pelanggaran, Saṅgha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman dengan mengatakan: ‘Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Bhikkhu Channa ini, setelah melakukan pelanggaran, tidak mau melihat pelanggarannya. Jika baik menurut Saṅgha, maka Saṅgha harus memberlakukan tindakan (resmi) penangguhan kepada Bhikkhu Channa karena tidak melihat pelanggarannya (dan ia) tidak boleh makan bersama Saṅgha. Ini adalah usul. Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Bhikkhu Channa ini, setelah melakukan pelanggaran, tidak mau melihat pelanggarannya. Saṅgha memberlakukan tindakan (resmi) penangguhan kepada Bhikkhu Channa karena tidak melihat pelanggarannya (dan ia) tidak boleh makan bersama Saṅgha. Jika tindakan (resmi) penangguhan kepada Bhikkhu Channa karena tidak melihat pelanggarannya (dan) tidak boleh makan bersama Saṅgha ini sesuai keinginan Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri, ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Dan untuk ke dua kalinya saya menyampaikan persoalan ini … dan untuk ke tiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini: Yang Mulia … [21] silahkan berbicara. Tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melihat pelanggarannya (dan) tidak makan bersama Saṅgha, diberlakukan oleh Saṅgha kepada Bhikkhu Channa. Ini sesuai keinginan Saṅgha; oleh karena itu Saṅgha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.’ Dan, para bhikkhu, umumkan dari satu tempat tinggal ke tempat tinggal lainnya: ‘Tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melihat pelanggarannya (dan) tidak makan bersama Saṅgha telah diberlakukan terhadap Bhikkhu Channa.’ ||2||25||

“Para bhikkhu, jika tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melihat pelanggarannya memiliki tiga kualitas maka itu menjadi tindakan (resmi) yang tidak menuruti aturan … (baca Bab 2-4) … Para bhikkhu, jika Saṅgha menghendaki, maka Saṅgha boleh memberlakukan tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melihat pelanggaran kepada tiga (jenis) bhikkhu.” ||1||

Demikianlah enam kasus Jika Menghendaki sehubungan dengan Tindakan (resmi) Penangguhan karena tidak melihat pelanggaran. ||26||

“Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang kepadanya suatu tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melihat pelanggarannya diberlakukan harus berperilaku selayaknya. Berikut ini adalah perilaku selayaknya dalam kasus ini : ia tidak boleh menahbiskan, ia tidak boleh memberikan bimbingan, samaṇera tidak boleh melayaninya, penunjukan untuk menasihati bhikkhunã tidak boleh ia terima, bahkan jika ia ditunjuk untuk menasihati bhikkhunã, ia tidak boleh menasihati bhikkhunã, ia tidak boleh melakukan pelanggaran yang sama yang karenanya suatu tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melihat pelanggaran dberlakukan kepadanya oleh Saṅgha, atau pelanggaran sejenis, atau pelanggaran yang lebih berat, ia tidak boleh mengkritik tindakan (resmi), ia tidak boleh mengkritik mereka yang memberlakukan tindakan (resmi), ia tidak boleh menerima sapaan dari bhikkhu biasa, berdiri di depannya, memberikan hormat dengan merangkapkan tangan, melakukan tugas-tugas selayaknya, mengambilkan tempat duduk, membawakan tempat tidur, air untuk (mencuci) kaki, bangku injakan kaki, bangku untuk meletakkan kaki, menerima mangkuk dan jubah, memijat punggung, ia tidak boleh memfitnah bhikkhu lain dengan tuduhan jatuh dari kebiasaan bermoral, ia tidak boleh memfitnahnya dengan tuduhan jatuh dari kebiasaan baik, ia tidak boleh memfitnahnya dengan tuduhan jatuh dari pandangan (benar), ia tidak boleh memfitnahnya dengan tuduhan jatuh dari penghidupan benar, ia tidak boleh menyebabkan perpecahan di antara para bhikkhu, ia tidak boleh mengenakan simbol-simbol perumah tangga, ia tidak boleh mengenakan simbol-simbol anggota sekte lain, ia harus mengikuti para bhikkhu, ia harus berlatih dalam pelatihan untuk para bhikkhu, ia tidak boleh menetap  di bawah satu atap dengan bhikkhu biasa, ia tidak boleh menetap dalam apa yang bukan tempat tinggal  di bawah satu atap dengan bhikkhu biasa, setelah melihat seorang bhikkhu biasa ia harus bangkit dari duduknya, ia tidak boleh mencela seorang bhikkhu biasa apakah di dalam maupun di luar,  ia tidak boleh menangguhkan pelaksanaan Uposatha seorang bhikkhu biasa,  ia tidak boleh menangguhkan Undangannya, ia tidak boleh menurunkan perintah, [22] ia tidak boleh menetapkan kekuasaan, ia tidak boleh meminta izin untuk pergi, ia tidak boleh menegur, ia tidak boleh mengingatkan, ia tidak boleh bertengkar dengan para bhikkhu.” ||1||

Demikianlah Empat puluh tiga Pelaksanaan sehubungan dengan tindakan (resmi) Penangguhan karena Tidak Melihat Pelanggaran. ||27||

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: VINAYA PITAKA 5 (PTS), CULLAVAGGA (BAB I)
« Reply #7 on: 06 March 2012, 06:30:14 PM »
Kemudian Saṅgha memberlakukan tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melihat pelanggaran kepada Bhikkhu Channa (dan) tidak boleh makan bersama Saṅgha. Ia, ketika tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melihat pelanggaran telah diberlakukan kepadanya oleh Saṅgha, mendatangi dari satu tempat tinggal ke tempat tinggal lainnya; para bhikkhu tidak menyapanya, juga tidak berdiri di hadapannya, juga tidak memberi hormat dengan merangkapkan tangan, juga tidak melakukan tugas-tugas selayaknya, tidak menghormat, menghargai, menyembahnya.  Ia, karena tidak dihormati, dihargai atau disembah oleh para bhikkhu ini, pergi dari tempat tinggal itu menuju tempat tinggal lainnya; di sana juga para bhikkhu tidak menyapanya … Ia kemudian pergi dari tempat tinggal itu menuju tempat tinggal lainnya; di sana juga para bhikkhu tidak menyapanya … Ia, karena tidak dihormati, kembli ke Kosambi. Ia berperilaku selayaknya, ia menjadi lebih baikm, ia memperbaiki sikapnya; setelah mendatangi para bhikkhu, ia berkata: “Aku, Yang Mulia, yang telah menerima tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melihat pelanggaran yang diberlakukan oleh Saṅgha, telah berperilaku selayaknya, aku telah menjadi lebih baik, aku telah memperbaiki sikapku. Aturan apakah yang harus kuikuti?” mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, Saṅgha harus mencabut tindakan (resmi) karena tidak melihat pelanggaran kepada Bhikkhu Channa. ||1||

“Jika, para bhikkhu, seorang bhikkhu memiliki lima kualitas, maka suatu tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melihat pelanggaran tidak boleh dicabut: jika ia menahbiskan, jika ia memberikan bimbingan, jika samaṇera melayaninya, jika ia menerima penunjukan untuk menasihati bhikkhunã, jika walaupun ditunjuk ia tetap menasihati bhikkhunã. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas ini … tidak boleh dicabut. Dan pra bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas lainnya, maka … tidak boleh dicabut: jika ia melakukan pelanggaran yang sama yang karenanya suatu tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melihat pelanggaran dberlakukan kepadanya oleh Saṅgha, atau pelanggaran sejenis, atau pelanggaran yang lebih berat, ia tidak boleh mengkritik tindakan (resmi), ia tidak boleh mengkritik mereka yang memberlakukan tindakan (resmi). Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas ini … tidak boleh dicabut. Dan para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas lainnya, maka … tidak boleh dicabut: jika ia menerima sapaan dari seorang bhikkhu biasa, berdiri di hadapannya, memberi hormat dengan merangkapkan tangan, melakukan tugas-tugas selayaknya, membawakan tempat duduk. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu … tidak boleh dicabut. Dan para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas lainnya, maka … tidak boleh dicabut: [23] jika ia menerima seorang bhikkhu biasa yang mengambilkan tempat tidur, air untuk (mencuci) kaki, bangku injakan kaki, bangku untuk meletakkan kaki, menerima mangkuk dan jubah, memijat punggung. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas ini, maka suatu tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melihat pelanggaran tidak boleh dicabut.

“Dan, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas lainnya, maka … tidak boleh dicabut: jika ia memfitnah seorang bhikkhu biasa dengan tuduhan telah jatuh dari kebiasaan bermoral, jika ia memfitnah seorang bhikkhu biasa dengan tuduhan telah jatuh dari kebiasaan baik, jika ia memfitnah seorang bhikkhu biasa dengan tuduhan telah jatuh dari pandangan (benar), jika ia memfitnah seorang bhikkhu biasa dengan tuduhan telah jatuh dari penghidupan benar, jika ia menyebabkan perpecahan di antara para bhikkhu. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu … tidak boleh dicabut. Dan, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas lainnya, maka … tidak boleh dicabut: jika ia mengenakan simbol-simbol perumah tangga, jika ia mengenakan simbol-simbol anggota sekte lain, jika ia mengikuti anggota sekte lain, jika ia tidak mengikuti para bhikkhu, jika ia tidak berlatih dalam pelatihan untuk para bhikkhu. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu … tidak boleh dicabut. Dan, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas lainnya, maka … tidak boleh dicabut: jika, dalam suatu tempat tinggal, ia menetap di bawah satu atap dengan bhikkhu biasa, jika di dalam apa yang bukan tempat tinggal, ia menetap di bawah satu atap dengan bhikkhu biasa, jika di dalam suatu tempat tinggal ataupun bukan tempat tinggal, ia menetap di bawah satu atap dengan bhikkhu biasa, jika, setelah melihat seorang bhikkhu, ia tidak bangkit dari duduknya, jika ia mencela bhikkhu biasa baik di dalam maupun di luar. Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu … tidak boleh dicabut. Dan, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki delapan kualitas, maka … tidak boleh dicabut: jika ia menangguhkan pelaksanaan Uposatha seorang bhikkhu biasa, jika ia menangguhkan Undangannya, jika ia menurunkan perintah, jika ia menetapkan kekuasaan, jika ia meminta izin untuk pergi, jika ia menegur, jika ia mengingatkan, jika ia bertengkar dengan para bhikkhu. Para bhikkhu, seorang bhikkhu memiliki delapan kualitas ini, maka suatu tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melihat pelanggaran tidak boleh dicabut. ||2||

Demikianlah Empat puluh tiga Pelaksanaan (di mana suatu tindakan (resmi) Penangguhan karena Tidak Melihat Pelanggaran tidak boleh dicabut. ||28||

“Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas, maka suatu tindakan (resmi) penaangguhan karena tidak melihat pelanggaran boleh dicabut: jika ia tidak menahbiskan … (bab ini berlawanan dengan 28.2) … jika ia tidak bertengkar dengan para bhikkhu. Para bhikkhu, seorang bhikkhu memiliki delapan kualitas ini, maka suatu tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melihat pelanggaran boleh dicabut. ||1||

Demikianlah Empat puluh tiga Pelaksanaan (di mana suatu tindakan (resmi) Penangguhan karena Tidak Melihat Pelanggaran boleh dicabut. ||29||

“Dan beginilah, para bhikkhu, tindakan (resmi) itu dicabut: Bhikkhu Channa setelah mendatangi para bhikkhu … (baca Bab 12 dengan menggantikan tindakan (resmi) pengecaman menjadi tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melihat pelanggarannya)… ‘ … Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||1||30||

Demikianlah Tindakan (Resmi) Ke lima : Penangguhan karena tidak melihat pelanggaran. [24]

Pada saat itu Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā sedang berdiam di Kosambi di Vihara Ghosita. Pada saat itu Yang Mulia Channa, setelah melakukan pelanggaran, tidak mau memperbaiki pelanggarannya.  … ( = Bab. 25-30. dengan menggantikan melihat menjadi memperbaiki; dengan menggantikan tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melihat pelanggarannya menjadi tindakan (resmi) penangguhan karena tidak memperbaiki) … ‘ … Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||31||

Demikianlah Tindakan (Resmi) Ke enam : Penangguhan karena tidak memperbaiki pelanggaran.

Pada suatu ketika Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthã di Hutan Jeta di Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu suatu pandangan salah telah muncul pada seorang bhikkhu bernama Ariṭṭha yang sebelumnya adalah seorang pelatih-nasar, seperti berikut :

“Sejauh yang kupahami dari dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagavā, adalah dalam mengikuti hal-hal yang disebut rintangan oleh Sang Bhagavā, sebenarnya tidak ada rintangan sama sekali.”

Beberapa bhikkhu mendengar: “Suatu pandangan salah telah muncul pada bhikkhu bernama Ariṭṭha yang sebelumnya adalah seorang pelatih-nasar, seperti berikut: “Sejauh yang kupahami … tidak ada rintangan sama sekali.”

Kemudian para bhikkhu ini mendatangi Bhikkhu Ariṭṭha yang sebelumnya adalah seorang pelatih-nasar, dan setelah bertemu, mereka berkata kepada Bhikkhu Ariṭṭha sebelumnya adalah seorang pelatih-nasar:

“Benarkah, dikatakan, Yang Mulia Ariṭṭha, bahwa suatu pandangan salah telah muncul dalam dirimu, seperti ini: “Sejauh yang kupahami … tidak ada rintangan sama sekali.”

“Tidak diragukan, Yang Mulia, seperti yang kupahami dari dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagavā, adalah dalam mengikuti hal-hal yang disebut rintangan oleh Sang Bhagavā, sebenarnya tidak ada rintangan sama sekali.” ||1||

“Jangan berkata seperti itu, Yang Mulia Ariṭṭha, jangan salah menafsirkan Sang Bhagavā; kesalahan dalam menafsirkan Sang Bhagavā tidaklah pantas, dan Sang Bhagavā tentu saja tidak berkata seperti itu. Yang Mulia Ariṭṭha hal-hal yang merupakan rintangan disebut rintangan oleh Sang Bhagavā, dan dalam mengikuti hal-hal ini sesungguhnya benar-benar ada rintangan. Kenikmatan-kenikmatan indria dinyatakan oleh Sang Bhagavā sebagai (hal-hal) yang menghasilkan sedikit kepuasan, lebih banyak kesakitan, lebih banyak kesengsaraan, yang mana lebih banyak bahaya. Kenikmatan-kenikmatan indria dinyatakan oleh Sang Bhagavā sebagai tulang-belulang, lebih banyak kesakitan, lebih banyak kesengsaraan, yang mana lebih banyak bahaya. Kenikmatan-kenikmatan indria dinyatakan oleh Sang Bhagavā sebagai segumpal daging … sebagai setitik api dalam rumput kering … sebagai celah arang menyala … sebagai mimpi … sebagai sesuatu yang dipinjam … sebagai buah-buahan dari sebatang pohon [25] … sebagai rumah jagal … sebagai tombak … Kenikmatan-kenikmatan indria dinyatakan oleh Sang Bhagavā sebagai kepala ular, lebih banyak kesakitan, lebih banyak kesengsaraan, yang mana lebih banyak bahaya.”

Namun Bhikkhu Ariṭṭha yang sebelumnya adalah seorang pelatih-nasar, ketika dinasihati demikian oleh para bhikkhu ini, mengungkapkan pandangan salahnya seperti sebelumnya, tetap bersikeras menggenggamnya, terikat padanya: “Tidak diragukan, Yang Mulia, seperti yang kupahami dari dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagavā, adalah dalam mengikuti hal-hal yang disebut rintangan oleh Sang Bhagavā, sebenarnya tidak ada rintangan sama sekali.” ||2||

Dan karena para bhikkhu itu tidak mampu menasihati Bhikkhu Ariṭṭha yang sebelumnya adalah seorang pelatih-nasar dari pandangan salah itu, maka para bhikkhu ini menghadap Sang Bhagavā; dan setelah menghadap, mereka mengadukan hal ini kepada Sang Bhagavā. Kemudian Sang Bhagavā pada kesempatan ini, sehubungan dengan hal ini, telah mengumpulkan para bhikkhu, bertanya kepada Bhikkhu Ariṭṭha yang sebelumnya adalah seorang pelatih-nasar:

“Benarkah, dikatakan, bahwa padamu, Ariṭṭha, suatu pandangan salah ini muncul: ‘Sejauh yang kupahami dari dhamma … tidak ada rintangan sama sekali.’

“Tidak diragukan, Bhagavā, sejauh yang kupahami dari dhamma … tidak ada rintangan sama sekali.”

“Dari siapakah engkau, orang dungu, memahami bahwa dhamma diajarkan demikian olehKu? Bukankah, orang dungu, hal-hal yang merupakan rintangan disebut rintangan olehKu dan dalam mengikuti hal-hal ini sesungguhnya benar-benar ada rintangan. Kenikmatan-kenikmatan indria dinyatakan olehKu sebagai (hal-hal) yang menghasilkan sedikit kepuasan, lebih banyak kesakitan, lebih banyak kesengsaraan, yang mana lebih banyak bahaya … Kenikmatan-kenikmatan indria dinyatakan olehKu sebagai kepala ular, lebih banyak kesakitan, lebih banyak kesengsaraan, yang mana lebih banyak bahaya. Tetapi engkau, orang dungu, bukan hanya salah menafsirkanku karena pandangan salahmu sendiri, tetapi engkau juga melukai dirimu, dan memunculkan banyak keburukan yang dalam waktu yang lama akan memberimu, orang dungu, kesengsaraan dan kesakitan. Itu bukanlah, orang dungu, untuk menyenangkan mereka yang tidak senang …” Dan setelah menegurnya, setelah membabarkan khotbah, Beliau berkata kepada para bhikkhu:

“Baiklah, para bhikkhu, Saṅgha harus memberlakukan tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melepaskan pandangan salah  kepada Bhikkhu Ariṭṭha yang sebelumnya adalah seorang pelatih-nasar, (dan) tidak boleh makan bersama Saṅgha. ||3||

“Dan beginilah, para bhikkhu, tindakan ini dilakukan: Pertama, Bhikkhu Ariṭṭha harus ditegur, setelah ditegur, ia harus diingatkan, setelah diingatkan, ia harus dituduh telah melakukan suatu pelanggaran; setelah menuduhnya atas suatu pelanggaran, Saṅgha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman dengan mengatakan: ‘Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Suatu pandangan salah telah muncul dalam diri Bhikkhu Ariṭṭha yang sebelumnya adalah seorang pelatih-nasar seperi ini: sejauh yang kupahami dari dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagavā… tidak ada rintangan sama sekali. Ia tidak melepaskan pandangan ini. Jika baik menurut Saṅgha, maka Saṅgha harus memberlakukan tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melepakan pandangan salah kepada Bhikkhu Ariṭṭha yang sebelumnya adalah seorang pelatih-nasar (dan ia) tidak boleh makan bersama Saṅgha. Ini adalah usul. Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Suatu pandangan salah … ia tidak melepaskan pandangan salahnya. Saṅgha memberlakukan tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melepaskan pandangan salah kepada Bhikkhu Ariṭṭha yang sebelumnya adalah seorang pelatih-nasar (dan ia) tidak boleh makan bersama Saṅgha. Jika tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melepaskan pandangan salah kepada Bhikkhu Ariṭṭha yang sebelumnya adalah seorang pelatih-nasar (dan) tidak boleh makan bersama Saṅgha ini sesuai keinginan Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri, ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Dan untuk ke dua kalinya saya menyampaikan persoalan ini … dan untuk ke tiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini: Yang Mulia … silahkan berbicara. Ini sesuai keinginan Saṅgha; oleh karena itu Saṅgha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.’ Dan, para bhikkhu, umumkan dari satu tempat tinggal ke tempat tinggal lainnya: ‘Tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melepaskan pandangan salah telah diberlakukan kepada Bhikkhu Ariṭṭha yang sebelumnya adalah seorang pelatih-nasar (dan) tidak makan bersama Saṅgha.’ ||4||32||

“Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki tiga kualitas … ( = 1.2.5 dengan menggantikan tindakan (resmi) pengecaman menjadi tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melepaskan pandangan salah) … jika ia tidak bertengkar dengan para bhikkhu.”

Demikianlah Delapan belas Pelaksanaan sehubungan dengan tindakan (resmi) Penangguhan karena tidak melepaskan pandangan salah. ||33||

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: VINAYA PITAKA 5 (PTS), CULLAVAGGA (BAB I)
« Reply #8 on: 06 March 2012, 06:30:52 PM »
Kemudian Saṅgha memberlakukan tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melepaskan pandangan salah kepada Bhikkhu Ariṭṭha yang sebelumnya adalah seorang pelatih-nasar, (dan) tidak makan bersama Saṅgha. Ia, ketika tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melepaskan pandangan salah telah diberlakukan kepadanya oleh Saṅgha, meninggalkan Saṅgha. Para bhikkhu lain merendahkan, mengkritik, menyebarkan dengan mengatakan: “Bagaimana mungkin Bhikkhu Ariṭṭha yang sebelumnya adalah seorang pelatih-nasar, meninggalkan Saṅgha ketika suatu tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melepaskan pandangan salah diberlakukan kepadanya oleh Saṅgha?” Kemudian para bhikkhu ini mengadukan hal itu kepada Sang Bhagavā. Kemudian Sang Bhagavā pada kesempatan ini, sehubungan dengan hal ini, setelah mengumpulkan para bhikkhu, bertanya kepada para bhikkhu:

“Benarkah, dikatakan, para bhikkhu, bahwa Bhikkhu Ariṭṭha yang sebelumnya adalah seorang pelatih-nasar meninggalkan Saṅgha ketika suatu tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melepaskan pandangan salah diberlakukan kepadanya oleh Saṅgha?” [27]

“Benar, Bhagavā.” Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā menegur mereka dengan mengatakan:

“Bagaimana mungkin, para bhikkhu, orang dungu ini meninggalkan Saṅgha ketika suatu tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melepaskan pandangan salah diberlakukan kepadanya oleh Saṅgha? Itu bukanlah, para bhikkhu, untuk menyenangkan mereka yang tidak senang …” Dan setelah menegur mereka, setelah membabarkan khotbah, Beliau berkata kepada para bhikkhu:

“Baiklah, para bhikkhu, Saṅgha harus mencabut  tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melepaskan pandangan salah. ||1||

“Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu memiliki lima kualitas … ( = 1. 6. 2-7) … maka tindakan resmi penangguhan karena tidak melepaskan pandangan salah boleh dicabut. ||2||

Demikianlah Delapan belas Pelaksanaan (di mana suatu tindakan (resmi) Penangguhan karena Tidak melepaskan pandangan salah boleh dicabut. ||34||

“Dan beginilah, para bhikkhu, pencabutan itu. para bhikkhu, bhikkhu yang kepadanya suatu tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melepaskan pandangan salah telah diberlakukan, setelah mendatangi Saṅgha … ( baca 1. 12 dengan menggantikan tindakan (resmi) pengecaman menjadi tindakan (resmi) penangguhan karena tidak melepaskan pandangan salah, dan menggantikan Seyyasaka menjadi  seorang bhikkhu tertentu) … ’ … Demikianlah saya memahami hal ini’.” ||1||35||

Demikianlah Tindakan (Resmi) Ke tujuh : Penangguhan karena tidak melepaskan pandangan salah.

Demikianlah bagian pertama: Tentang Tindakan (Resmi)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: VINAYA PITAKA 5 (PTS), CULLAVAGGA (BAB II)
« Reply #9 on: 06 March 2012, 06:32:16 PM »
CULLAVAGGA II
Masa Percobaan



Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī di hutan Jeta di Vihara Anāthapindika. Pada saat itu beberapa bhikkhu yang berada dalam masa percobaan  menyetujui perbuatan bhikkhu-bhikkhu biasa untuk menyapa mereka, berdiri di depan mereka, memberi hormat dengan merangkapkan tangan, melakukan kewajiban-kewajiban selayaknya, mengambilkan tempat duduk, mengambilkan tempat tidur, air (untuk mencuci) kaki, bangku, pijakan kaki, menerima mangkuk dan jubah, memijat punggung mereka. Para bhikkhu lainnya mencela, mengkritik, menyebarkan dengan mengatakan: “Bagaimana mungkin para bhikkhu ini yang sedang dalam masa percobaan menyetujui perbuatan bhikkhu-bhikkhu biasa untuk menyapa mereka … memijat punggung mereka?” Kemudian para bhikkhu ini mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Kemudian Sang Bhagavā pada kesempatan ini, sehubungan dengan persoalan ini, setelah mengumpulkan para bhikkhu, menanyai para bhikkhu:

“Benarkah, seperti dikatakan, para bhikkhu, bahwa para bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan menyetujui perbuatan bhikkhu-bhikkhu biasa untuk menyapa mereka … memijat punggung mereka?”

“Benar, Bhagavā.” Sang Bhagavā menegur mereka dengam berkata:

“Bagaimana mungkin, para bhikkhu, para bhikkhu ini yang sedang dalam masa percobaan menyetujui perbuatan bhikkhu-bhikkhu biasa … memijat punggung mereka? Itu bukanlah, para bhikkhu, untuk menyenangkan mereka yang tidak senang …” dan setelah mencela mereka, setelah membabarkan khotbah yang besesuaian. Beliau berkata kepada para bhikkhu:

“Seorang bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan, para bhikkhu, seharusnya tidak menyetujui perbuatan para bhikkhu biasa menyapa mereka … memijat punggung mereka. Siapapun yang menyetujui (satu dari perbuatan-perbuatan ini) adalah pelanggaran perbuatan salah. Aku mengijinkan, para bhikkhu, saling  menyapa, berdiri … memijat punggung antara sesama bhikkhu yang berada dalam masa percobaan menurut senioritas. Aku megijinkan, para bhikkhu, lima hal bagi para bhikkhu yang berada dalam masa percobaan, menurut senioritasnya: pelaksanaan, undangan, jubah hujan, pemberian (kepada Sangha ), nasi. ||1||

“Baiklah, para bhikkhu, sekarang Aku akan menetapkan peraturan berperilaku  bagi para bhikkhu yang berada dalam masa percobaan, agar para bhikkhu yang berada dalam masa percobaan [31] dapat berperilaku dengan benar.  Ini adalah perilaku benar  dalam kasus ini : Ia tidak boleh menahbiskan, ia tidak boleh memberikan nasehat, seorang samaṇera tidak boleh melayaninya, ia tidak boleh menyetujui permintaan untuk menasehati bhikkhunī, bahkan jika ia menyetujuinya, ia tidak boleh menasehati bhikkhunī, ia tidak boleh melakukan pelanggaran yang sama dengan yang menyebabkan ia menerima masa percobaan, juga tidak boleh melakukan pelanggaran serupa, juga tidak boleh yang lebih berat, ia tidak boleh, ia tidak boleh mengajukan pertanyaan dalam suatu sidang (formal), ia tidak boleh mengajukan pertanyaan bersama mereka yang mengadakan sidang (resmi), ia tidak boleh menghentikan pelaksanaan peraturan seorang bhikkhu biasa, ia tidak boleh menghalangi undangannya, ia tidak boleh memberikan perintah, tidak boleh bersikap berkuasa, ia tidak boleh meminta ijin untuk pergi, ia tidak boleh memarahi, ia tidak boleh mengingatkan, ia tidak boleh bertengkar dengan bhikkhu lainnya. Juga tidak boleh, para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang berada dalam masa percobaan, berjalan di depan seorang bhikkhu biasa, juga tidak boleh duduk di depannya.  Apapun tempat duduk terakhir, tempat tidur terakhir, tempat tinggal  terakhir dari Sangha – itu harus diberikan kepadanya dan ia harus menerimanya. Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan tidak boleh mendekati anggota keluarga dari bhikkhu biasa  apakah sebagai samanera yang berjalan di depannya atau sebagai samanera yang berjalan di belakangnya. Ia tidak boleh menjalankan latihan-hutan, ia tidak boleh menjalankan latihan penerimaan makanan,  ia tidak boleh, karena alasan ini membawa pulang makanan  yang diterima:  dengan beranggapan, ‘Jangan sampai mereka tahu tentang aku.’  Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan harus mengumumkan  kedatangannya, ia harus mengumumkannya kepada (bhikkhu lain) yang datang, ia harus mengumumkannya pada upacara Uposatha, ia harus mengumumkannya pada suatu undangan, jika ia sakit maka ia juga harus mengumumkannya melalui seorang utusan.  ||2||

Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan tidak boleh pergi dari suatu tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke tempat tinggal dimana tidak ada bhikkhu, kecuali bersama dengan seorang bhikkhu biasa, jika tidak dalam keadaan bahaya.  Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan tidak boleh pergi dari suatu tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana tidak ada bhikkhu, kecuali bersama dengan seorang bhikkhu biasa, jika tidak dalam keadaan bahaya. Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan tidak boleh pergi dari suatu tempat dimana terdapat bhikkhu ke suatu tempat tinggal atau suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana tidak ada bhikkhu, kecuali bersama dengan seorang bhikkhu biasa, jika tidak dalam keadaan bahaya. Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan tidak boleh pergi dari suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke suatu tempat tinggal dimana tidak ada bhikkhu … ke suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana tidak ada bhikkhu … ke suatu tempat tinggal atau suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana tidak ada bhikkhu, kecuali bersama dengan seorang bhikkhu biasa, jika tidak dalam keadaan bahaya. Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan tidak boleh pergi dari suatu tempat tinggal atau dari suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke suatu tempat tinggal dimana tidak ada bhikkhu … ke suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana tidak ada bhikkhu … ke suatu tempat tinggal atau suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana tidak ada bhikkhu, kecuali bersama dengan seorang bhikkhu biasa, jika tidak dalam keadaan bahaya.

Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan tidak boleh pergi dari suatu tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu jika para bhikkhu di sana adalah berasal dari kelompok lain, kecuali bersama dengan seorang bhikkhu biasa, [32] jika tidak dalam keadaan bahaya. Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan tidak boleh pergi dari suatu tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana tidak terdapat bhikkhu … tidak boleh pergi dari suatu tempat tinggal atau suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke suatu tempat tinggal atau suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu jika para bhikkhu di sana adalah berasal dari kelompok lain, kecuali bersama dengan seorang bhikkhu biasa, jika  tidak dalam keadaan bahaya.


“Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan boleh pergi dari suatu tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke suatu tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu jika bhikkhu disana berasal dari kelompok yang sama dan jika ia mengetahui, ‘aku akan tiba di sana pada hari ini juga.’  Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan boleh pergi dari suatu tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu …  boleh pergi dari suatu tempat tinggal atau dari suatu tempat yang bukan tempat tinggal ke suatu tempat tinggal atau suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu jika para bhikkhu disana berasal dari kelompok yang sama dan jika ia mengetahui, ‘aku akan tiba di sana pada hari ini juga.’  ||3||

“Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan tidak boleh menetap di suatu tempat tinggal  di bawah satu atap dengan bhikkhu biasa, ia tidak boleh menetap di suatu tempat yang bukan tempat tinggal  di bawah satu atap dengan bhikkhu biasa (bersamanya), ia tidak boleh menetap di suatu tempat yang bukan tempat tinggal di bawah satu atap dengan bhikkhu biasa (bersamanya), ia tidak boleh menetap di suatu tempat tinggal atau suatu tempat yang bukan tempat tinggal di bawah satu atap dengan bhikkhu biasa (bersamanya).  Melihat seorang bhikkhu biasa, ia harus bangkit dari duduknya. Ia harus mempersembahkan tempat duduknya kepada bhikkhu biasa tersebut. seorang bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan tidak boleh duduk di tempat duduk yang sama dengan seorang bhikkhu biasa, ia tidak boleh duduk lebih tinggi jika bhikkhu biasa tersebut duduk di tempat yang lebih rendah,  ia tidak boleh duduk di tempat duduk jika bhikkhu biasa tersebut duduk di atas tanah, ia tidak boleh berjalan bolak-balik di tempat jalan bolak-balik  yang sama, ia tidak boleh berjalan bolak-balik di tempat jalan bolak-balik yang lebih tinggi jika seorang bhikkhu biasa sedang berjalan bolak-balik di tempat jalan bolak-balik yang lebih rendah, ia tidak boleh berjalan bolak-balik di tempat jalan bolak-balik jika seorang bhikkhu biasa sedang berjalan bolak-balik di atas tanah biasa.    

“Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan tidak boleh menetap di bawah satu atap dengan seorang bhikkhu senior yang sedang dalam masa percobaan … dengan seorang bhikkhu yang layak dikembalikan ke awal … dengan seorang bhikkhu yang layak menerima mānatta (disiplin) … dengan seorang bhikkhu yang sedang menjalankan mānatta (disiplin) … dengan seorang bhikkhu yang layak memperoleh rehabilitasi, ia tidak boleh menetap di suatu tempat yang bukan tempat tinggal di bawah satu atap (bersamanya) … ia tidak boleh berjalan bolak-balik di tempat jalan bolak-balik jika bhikkhu itu sedang berjalan bolak-balik di atas tanah biasa.

Jika, para bhikkhu, seorang dalam masa percobaan sebagai (anggota) keempat  memberikan masa percobaan, mengembalikan ke awal, memberikan mānatta (disiplin). Jika, sebagai (anggota) ke dua puluh ia merehabilitasi, itu bukanlah sidang pelanggaran dan tidak perlu dilaksanakan.”  ||4||

Demikianlah sembilan puluh empat pelaksanaan bagi seorang yang sedang dalam masa percobaan. ||1||

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: VINAYA PITAKA 5 (PTS), CULLAVAGGA (BAB II)
« Reply #10 on: 06 March 2012, 06:32:52 PM »
Kemudian Yang Mulia Upāli mendatangi Sang Bhagavā; setelah mendekat, setelah menyapa Sang Bhagavā, ia duduk dalam jarak yang selayaknya. Ketika ia duduk dalam jarak yang selayaknya, Yang Mulia Upāli berkata kepada Sang Bahgavā: “Sekarang, Bhagavā, berapa (jenis)kah rintangan  bagi seorang bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan?”

“Ada tiga (jenis) rintangan, Upāli, bagi seorang bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan: [33] menetap dengan ; menetap jauh dari, terpisah dari; tidak mengumumkan . Ini Upāli, adalah tiga (jenis) rintangan bagi seorang bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan.” ||1|| 2||

Pada saat itu sekelompok besar para bhikkhu berkumpul di Sāvatthi; para bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan tidak sanggup menjalani  masa percobaannya. Mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Aku mengijinkan kalian, para bhikkhu, untuk menunda  masa percobaan. Dan beginilah, para bhikkhu, cara menundanya: bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan, setelah mendatangi seorang bhikkhu, setelah merapikan jubahnya, setelah duduk bersimpuh, setelah menyapa dengan merangkapkan tangan, berkata sebagai berikut: ‘Saya menunda masa percobaan’ – masa percobaan ditunda; ‘Aku menunda pelaksanaan masa percobaan’,  - masa percobaan ditunda.”  ||1||

Pada saat itu para bhikkhu pergi dari Sāvatthī ke berbagai tempat ; para bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan tidak sanggup menjalani masa percobaannya. Mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Aku mengijinkan kalian, para bhikkhu, untuk menjalani  masa percobaan. Dan beginilah, para bhikkhu, cara menjalaninya: bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan, setelah mendatangi seorang bhikkhu, … setelah menyapa dengan merangkapkan tangan, berkata sebagai berikut: ‘Saya akan menjalani masa percobaan’ – masa percobaan akan dijalani; ‘Saya akan menjalani pelaksanaan masa percobaan’ – masa percobaan akan dijalani.” ||2||3||

Demikianlah pelaksanaan bagi seorang yang sedang dalam masa percobaan.

Pada saat itu para bhikkhu yang layak dikembalikan ke awal  menyetujui perbuatan para bhikkhu biasa yang menyapa mereka … (=II.1.I, 2. bukannya para bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan baca  para bhikkhu yang layak dikembalikan ke awal) … ‘Jangan sampai mereka tahu tentangku.’ Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang layak dikembalikan ke awal tidak boleh pergi dari suatu tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu, kecuali bersama seorang (bhikkhu) biasa, jika tidak dalam keadaan bahaya … dari suatu tempat tinggal atau dari suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke suatu tempat tinggal atau suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu, kecuali bersama seorang (bhikkhu) biasa, jika tidak dalam keadaan bahaya. Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang layak dikembalikan ke awal boleh pergi dari suatu tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu, … dari suatu tempat tinggal atau dari suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke suatu tempat tinggal atau suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu, jika para bhikkhu di sana berasal dari kelompok yang sama dan jika ia mengetahui, ‘Aku akan tiba di sana pada hari ini juga.’

“Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang layak dikembalikan ke awal tidak boleh menetap di suatu tempat tinggal di bawah satu atap dengan bhikkhu biasa … (= CV. II.1.4) … ia tidak boleh berjalan bolak-balik di tempat jalan bolak-balik jika bhikkhu itu sedang berjalan bolak-balik di atas tanah biasa. [34]

“Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang layak dikembalikan ke awal tidak boleh menetap di suatu tempat tinggal di bawah satu atap dengan bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan … dengan seorang bhikkhu senior  … dengan seorang bhikkhu yang layak menerima mānatta (disiplin) … dengan seorang bhikkhu yang sedang menjalankan mānatta (disiplin) … dengan seorang bhikkhu yang layak menerima rehabilitasi … ia tidak boleh berjalan bolak-balik di tempat jalan bolak-balik jika bhikkhu itu sedang berjalan bolak-balik di atas tanah biasa.

Jika, para bhikkhu, seorang yang layak dikembalikan ke awal sebagai (anggota) keempat memberikan masa percobaan, mengembalikan ke awal, memberikan mānatta (disiplin). Jika, sebagai (anggota) ke dua puluh ia merehabilitasi, itu bukanlah sidang pelanggaran dan tidak perlu dilaksanakan.”  ||1||4||

Pada saat itu para bhikkhu yang layak menerima mānatta (disiplin)  menyetujui perbuatan para bhikkhu biasa yang menyapa mereka … (=II.1.I, 2.) “ … ‘Jangan sampai mereka tahu tentangku’. Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang layak menerima mānatta (disiplin) tidak boleh pergi dari suatu tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke tempat tinggal dimana tidak terdapat bhikkhu, kecuali bersama seorang (bhikkhu) biasa, jika tidak dalam keadaan bahaya … (=1.3.4) … ia tidak boleh berjalan bolak-balik di tempat jalan bolak-balik jika bhikkhu itu sedang berjalan bolak-balik di atas tanah biasa. Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang layak menerima mānatta (disiplin) tidak boleh menetap di suatu tempat tinggal di bawah satu atap dengan bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan … dengan seorang bhikkhu yang layak dikembalikan ke awal … dengan seorang bhikkhu senior yang layak menerima mānatta (disiplin) … dengan seorang bhikkhu yang sedang menjalankan mānatta (disiplin) … dengan seorang bhikkhu yang layak menerima rehabilitasi … dan tidak perlu dilaksanakan.” ||1||5||

Pada saat itu para bhikkhu yang sedang menjalani mānatta (disiplin) menyetujui perbuatan para bhikkhu biasa yang menyapa mereka … (=II.1.I, 2. bukannya para bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan baca  para bhikkhu yang menjalani mānatta (disiplin))” … ‘Jangan sampai mereka tahu tentangku’. Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang menjalani mānatta (disiplin) harus megumumkannya ketika ia datang, ia harus mengumumkannya kepada (bhikkhu lain yang) datang, ia harus mengumumkannya pada upacara Uposattha, ia harus mengumumkannya pada suatu undangan, ia harus mengumumkannya setiap hari,  jika ia sakit maka ia harus mengumumkannya melalui seorang utusan.

Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang menjalani mānatta (disiplin) tidak boleh pergi dari suatu tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke tempat tinggal dimana tidak terdapat bhikkhu, kecuali bersama kelompoknya,  jika tidak dalam keadaan bahaya … tidak boleh pergi dari suatu tempat tinggal atau suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke tempat tinggal atau suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana tidak terdapat bhikkhu, kecuali bersama kelompoknya, jika tidak dalam keadaan bahaya … tidak boleh pergi dari suatu tempat tinggal atau suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu [35] ke tempat tinggal atau suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu, jika para bhikkhu di sana berasal dari kelompok yang berbeda, kecuali bersama kelompoknya, jika tidak dalam keadaan bahaya. Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang menjalani mānatta (disiplin) boleh pergi dari suatu tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu, dari suatu tempat tinggal atau suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke tempat tinggal atau suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu, jika para bhikkhu di sana berasal dari kelompok yang sama dan jika ia mengetahui, ‘Aku akan tiba di sana pada hari ini juga.’

“Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang menjalani mānatta (disiplin) tidak boleh menetap di suatu tempat tinggal di bawah satu atap dengan bhikkhu biasa … (=II.1.4) … ia tidak boleh berjalan bolak-balik di tempat jalan bolak-balik jika bhikkhu itu sedang berjalan bolak-balik di atas tanah biasa. Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang sedang menjalani mānatta (disiplin) tidak boleh menetap di suatu tempat tinggal di bawah satu atap dengan bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan … dengan bhikkhu yang layak dikembalikan ke awal … dengan bhikkhu yang layak menerima mānatta (disiplin) … dengan bhikkhu senior yang sedang menjalani mānatta (disiplin) … dengan bhikkhu yang layak menerima rehabilitasi … dan tidak perlu dilaksanakan.” ||1||6||

Kemudian Yang Mulia Upāli mendatangi Sang Bhagavā; setelah mendekat, setelah menyapa Sang Bhagavā, ia duduk dalam jarak yang selayaknya. Ketika ia duduk dalam jarak yang selayaknya, Yang Mulia Upāli berkata kepada Sang Bahgavā: “Sekarang, Bhagavā, berapa (jenis)kah rintangan bagi seorang bhikkhu yang sedang menjalani mānatta (disiplin)?”

“Ada empat (jenis) rintangan, Upāli, bagi seorang bhikkhu yang sedang menjalani mānatta (disiplin): menetap dengan; menetap jauh dari, terpisah dari; tidak mengumumkan; bepergian bersama kurang dari sekelompok bhikkhu.  Ini, Upāli, adalah empat (jenis) rintangan bagi seorang bhikkhu yang sedang menjalani mānatta (disiplin).” ||1||7||

Pada saat itu sekelompok besar bhikkhu berkumpul di Sāvatthī; para bhikkhu yang sedang menjalani mānatta (dsiplin) tidak mampu melaksanakan mānatta (disipln) … (baca II.3.1.2) … mānatta (disiplin) dijalankan.” ||1||8||

Pada saat itu para bhikkhu yang layak menerima rehabilitasi menyetujui perbuatan para bhikkhu biasa yang menyapa mereka … (=II.1.I, 2) “ … ” ‘Jangan sampai mereka tahu tentangku.’ Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang layak menerima rehabilitasi tidak boleh pergi dari suatu tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke tempat tinggal dimana tidak terdapat bhikkhu, kecuali bersama seorang (bhikkhu) biasa, jika tidak dalam keadaan bahaya. Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang layak menerima Rehabilitasi boleh pergi dari suatu tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke [36] suatu tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu … boleh pergi dari suatu tempat tinggal atau dari suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu ke suatu tempat tinggal atau suatu tempat yang bukan tempat tinggal dimana terdapat bhikkhu, jika para bhikkhu di sana berasal dari kelompok yang sama dan jika ia mengetahui, ‘Aku akan tiba di sana pada hari ini juga.’ Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang layak menerima rehabilitasi tidak boleh menetap di suatu tempat tinggal di bawah satu atap dengan bhikkhu biasa … ia tidak boleh berjalan bolak-balik di tempat jalan bolak-balik jika bhikkhu itu sedang berjalan bolak-balik di atas tanah biasa. Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang layak menerima rehabilitasi tidak boleh menetap di suatu tempat tinggal di bawah satu atap dengan bhikkhu yang sedang dalam masa percobaan … dengan seorang bhikkhu yang layak dikembalikan ke awal … dengan seorang bhikkhu yang layak menerima mānatta (disiplin) … dengan seorang bhikkhu yang sedang menjalankan mānatta (disiplin) … dengan seorang bhikkhu senior yang layak menerima rehabilitasi … dan tidak perlu dilaksanakan.”  ||1||9||

Demikianlah bagian kedua: Tentang masa percobaan.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: VINAYA PITAKA 5 (PTS), CULLAVAGGA (BAB III)
« Reply #11 on: 06 March 2012, 06:34:09 PM »
CULLAVAGGA III
Akumulasi (Pelanggaran)



Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī di hutan Jeta di Vihara Anāthapindika. Pada saat itu Yang Mulia Udāyin  melakukan satu pelanggaran: dengan sengaja mengeluarkan mani,  tanpa menyembunyikannya. Ia mengumumkan kepada para bhikkhu: “Saya, Yang Mulia, telah melakukan pelanggaran … tidak disembunyikan. Sekarang peraturan apakah yang harus saya jalankan?” Mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, biarlah Sangha menjatuhkan mānatta (disiplin) selama enam malam  pada Bhikkhu Udāyin untuk satu pelanggaran … yang tidak disembunyikan. ||1||

“Dan demikianlah, para bhikkhu, penjatuhan itu diberikan: Para bhikkhu, Bhikkhu Udāyin, setelah menghadap Sangha, setelah merapikan jubahnya, setelah memberi hormat dengan menyentuh kaki para bhikkhu senior, setelah duduk bersimpuh, setelah menyapa dengan merangkapkan tangan, harus mengucapkan sebagai berikut: ‘Yang Mulia, saya telah melakukan satu pelanggaran … tidak disembunyikan. Karena itu saya, memohon mānatta (disiplin) dari Sangha selama enam hari sehubungan dengan satu pelanggaran itu … tidak disembunyikan. Saya, Yang Mulia, telah melakukan pelanggaran … tidak disembunyikan. Dan untuk kedua kalinya, saya memohon mānatta (disiplin) dari Sangha … tidak disembunyikan. Saya, Yang Mulia, telah melakukan pelanggaran … tidak disembunyikan. Dan untuk ketiga kalinya saya memohon mānatta (disiplin) dari Sangha selama enam hari sehubungan dengan satu pelanggaran itu: dengan sengaja mengeluarkan mani, tidak disembunyikan. ||2||

Seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman harus memberitahukan kepada Sangha, dengan berkata: ‘Yang Mulia, mohon Sangha mendengarkan saya. Bhikkhu Udāyin telah melakukan satu pelanggaran … tidak disembunyikan. Ia memohon mānatta (disiplin) dari Sangha selama enam malam sehubungan dengan satu pelanggaran itu … tidak disembunyikan. Jika baik menurut Sangha, biarlah Sangha menjatuhkan mānatta (disiplin) selama enam malam pada Bhikkhu Udāyin sehubungan dengan satu pelanggaran itu … tidak disembunyikan. [38] ini adalah usul. Yang Mulia, mohon Sangha mendengarkan saya. Bhikkhu Udāyin telah melakukan satu pelanggaran … tidak disembunyikan. Ia memohon mānatta (disiplin) dari Sangha … tidak disembunyikan. Jika baik menurut Sangha, biarlah Sangha menjatuhkan mānatta (disiplin) selama enam malam pada Bhikkhu Udāyin sehubungan dengan satu pelanggaran itu … tidak disembunyikan. Sangha menjatuhkan mānatta (disiplin) selama enam malam kepada Bhikkhu Udāyin sehubungan dengan satu pelanggaran itu … tidak disembunyikan. Jika penjatuhan mānatta (disiplin) selama enam malam kepada Bhikkhu Udāyin sehubungan dengan satu pelanggaran itu … tidak disembunyikan, sesuai dengan keinginan Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Dan untuk kedua kalinya, saya menyampaikan persoalan ini … Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini: Yang Mulia, mohon Sangha mendengarkan saya. Bhikkhu Udāyin … silahkan berbicara. Mānatta (disiplin) sedang dijatuhkan oleh Sangha kepada Bhikkhu Udāyin atas satu pelanggaran ini: dengan sengaja mengeluarkan mani, tidak disembunyikan. Ini sesuai keinginan Sangha, karena itu Sangha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||3||1||

Ia, setelah melakukan mānatta (disiplin), mengumumkan kepada para bhikkhu: “Saya, Yang Mulia, telah melakukan satu pelanggaran: dengan sengaja mengeluarkan mani, tidak disembunyikan; maka saya memohon mānatta dari Sangha selama enam malam sehubungan dengan satu pelanggaran itu … tidak disembunyikan; demikianlah Sangha menjatuhkan mānatta (disiplin) selama enam malam terhadap saya sehubungan dengan satu pelanggaran itu. Sekarang saya telah menjalankan mānatta (disiplin) itu. Sekarang apakah yang harus saya lakukan selanjutnya?” mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus merehabilitasi Bhikkhu Udāyin. ||1||

“Dan seperti inilah, para bhikkhu, rehabilitasi itu dilakukan: Bhikkhu Udāyin, setelah menghadap Sangha, setelah merapikan jubahnya, setelah memberi hormat dengan menyentuh kaki para bhikkhu senior, setelah duduk bersimpuh, setelah menyapa dengan merangkapkan tangan, harus mengucapkan sebagai berikut: ‘Yang Mulia, saya telah melakukan satu pelanggaran … tidak disembunyikan; karena itu saya, memohon mānatta (disiplin) dari Sangha selama enam hari sehubungan dengan satu pelanggaran itu … tidak disembunyikan; demikianlah Sangha menjatuhkan mānatta (disiplin) selama enam malam terhadap saya sehubungan dengan satu pelanggaran itu … tidak disembunyikan. Sekarang saya, Yang Mulia, telah menjalankan mānatta (disiplin), memohon rehabilitasi dari Sangha. Saya, Yang Mulia, telah melakukan satu pelanggaran … maka, saya, setelah menjalankan mānatta (disiplin), untuk kedua kalinya memohon rehabilitasi dari Sangha. Saya, Yang Mulia, telah melakukan satu pelanggaran … maka, saya, setelah menjalankan mānatta (disiplin), untuk ketiga kalinya memohon rehabilitasi dari Sangha.’ ||2||

Seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman harus memberitahukan kepada Sangha, dengan berkata: [39] ‘Yang Mulia, mohon Sangha mendengarkan saya. Bhikkhu Udāyin telah melakukan satu pelanggaran: dengan sengaja mengeluarkan mani, tidak disembunyikan; maka ia memohon mānatta (disiplin) dari Sangha selama enam malam sehubungan dengan satu pelanggaran itu … tidak disembunyikan. Sangha menjatuhkan mānatta (disiplin) selama enam malam atas Bhikkhu Udāyin sehubungan dengan satu pelaggaran itu … tidak disembunyikan. Ia, setelah menjalankan mānatta (disiplin), memohon rehabilitasi dari Sangha. Jika baik menurut Sangha, sudilah Sangha merehabilitasi Bhikkhu Udāyin. Ini adalah usul. Yang Mulia, mohon Sangha mendengarkan saya. Bhikkhu Udāyin telah melakukan satu pelanggaran … memohon rehabilitasi dari Sangha. Sangha merehabilitasi Bhikkhu Udāyin. Jika rehabilitasi Bhikkhu Udāyin ini sesuai dengan keinginan Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Dan untuk kedua kalinya saya menyampaikan persoalan ini … Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini. Yang Mulia, mohon Sangha mendengarkan saya … silahkan berbicara. Bhikkhu Udāyin direhabilitasi oleh Sangha. Itu sesuai keinginan Sangha, karena itu Sangha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||3||2||

Pada saat itu Yang Mulia Udāyin melakukan satu pelanggaran: dengan sengaja mengeluarkan mani, disembunyikan selama satu hari. Ia mengumumkannya kepada para bhikkhu, dengan berkata: “Saya, Yang Mulia, telah melakukan pelanggaran ,,, disembunyikan selama satu hari. Sekarang peraturan apakah yang harus saya jalankan?” Mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, biarlah Sangha menjatuhkan masa percobaan selama satu hari kepada Bhikkhu Udāyin sehubungan dengan pelanggaran … disembunyikan selama satu hari. ||1||

“Dan seperti inilah, para bhikkhu, masa percobaan itu dijatuhkan … [40] (Selanjutnya sama persis dengan yang telah dijelaskan pada 1.,2,3 dengan penyesuaian dalam kata-kata (a) pelanggaran, (b) hukuman) … …” ||23||3||

Ia, setelah menjalani masa percobaan, mengumumkan kepada para bhikkhu: “Saya, Yang Mulia, telah melakukan pelanggaran … disembunyikan selama satu hari; maka saya memohon masa percobaan selama satu hari dari Sangha sehubungan dengan satu pelanggaran … disembunyikan selama satu hari; demikianlah Sangha menjatuhkan masa percobaan selama satu hari terhadap saya sehubungan dengan pelanggaran … disembunyikan selama satu hari. Saya telah menjalani masa percobaan. Sekarang apakah yang harus saya lakukan selanjutnya?” mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā.

“Baiklah, para bhikkhu, Selanjutnya Sangha menjatuhkan mānatta (disiplin) selama enam hari atas Bhikkhu Udāyin sehubungan dengan satu pelanggaran … disembunyikan selama satu hari. ||1||

(Di sini mengikuti sama persis dengan materi yang terdapat pada 1,2,3 dengan mengganti  tidak disembunyikan dengan disembunyikan selama satu hari … [41] …)
||2,3||4||

Ia, setelah menjalani mānatta (disiplin), mengumumkan kepada para bhikkhu: ‘Saya, Yang Mulia, telah melakukan pelanggaran … (=III.4.1) … Saya, setelah menjalani masa percobaan, memohon mānatta (disiplin) dari Sangha selama enam hari sehubungan dengan satu pelanggaran … disembunyikan selama satu hari. Saya telah menjalani mānatta (disiplin) itu. Sekarang apakah yang harus saya lakukan selanjutnya?” mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus merehabilitasi Bhikkhu Udāyin. ||1||

(Di sini mengikuti sama persis dengan materi yang terdapat pada 2.,2,3 dengan mengganti  tidak disembunyikan dengan disembunyikan selama satu hari … [42] …)
||2,3||5||

Pada saat itu Yang Mulia Udāyin melakukan satu pelanggaran: dengan sengaja mengeluarkan mani, disembunyikan selama dua hari … tiga hari … empat hari … lima hari. Ia mengumumkan kepada para bhikkhu. “Saya, Yang Mulia, melakukan pelanggaran … disembunyikan selama dua … lima hari … (=III.3. dengan disembunyikan selama dua … lima hari, masa percobaan selama dua … lima hari menggantikan disembunyikan selama satu hari, masa percobaan selama satu hari) … Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||1||6||

Selagi ia masih menjalani masa percobaan, ia melakukan satu pelanggaran: dengan sengaja mengeluarkan mani, tidak disembunyikan. Ia mengumumkan kepada para bhikkhu: “Saya, Yang Mulia, melakukan pelanggaran … disembunyikan selama lima hari; maka saya memohon masa percobaan dari Sangha sehubungan dengan pelanggaran itu … disembunyikan selama lima hari; demikianlah Sangha memberikan masa percobaan kepada saya selama lima hari sehubungan dengan satu pelanggaran itu … disembunyikan selama lima hari. Sekarang selagi saya sedang menjalani masa percobaan,  saya melakukan satu pelanggaran lagi … tidak disembunyikan. Sekarang peraturan apakah yang harus saya jalankan?” Mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus mengembalikan Bhikkhu Udāyin ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran itu … tidak disembunyikan, selagi (ia sedang menjalani masa percobaan). ||1||

“Dan seperti inilah, para bhikkhu, ia dikembalikan ke awal: Bhikkhu Udāyin setelah mendatangi Sangha … harus mengucapkan: ‘Saya, Yang Mulia, telah melakukan pelanggaran … disembunyikan selama lima hari. Maka saya memohon masa percobaan dari Sangha sehubungan dengan pelanggaran itu … disembunyikan selama lima hari; demikianlah Sangha memberikan masa percobaan kepada saya selama lima hari sehubungan dengan satu pelanggaran itu … disembunyikan selama lima hari. Selagi saya sedang menjalani masa percobaan,  saya melakukan satu pelanggaran lagi … tidak disembunyikan. Maka saya memohon Sangha mengembalikan ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran itu … tidak disembunyikan.’ [43] Dan untuk kedua kalinya Sangha harus diminta untuk … dan untuk ketiga kalinya Sangha harus diminta untuk … ||2||

“Sangha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berpengalaman dan berkompeten, yang berkata: ‘Yang Mulia, Mohon Sangha mendengarkan saya. Bhikkhu Udāyin ini … memohon masa percobaan dari Sangha selama lima hari … (cf. III.2.3) … Sangha memberikan masa percobaan selama lima hari … Selagi ia sedang menjalani masa percobaan, ia melakukan pelanggaran lagi … tidak disembunyikan. Ia memohon agar Sangha mengembalikannya ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran itu … tidak disembunyikan, selagi (ia masih dalam masa percobaan). Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus mengembalikan Bhikkhu Udāyin ke awal sehubungan dengan … tidak disembunyikan, selagi (ia masih dalam masa percobaan). Ini adalah usul. Yang Mulia, Mohon Sangha mendengarkan saya. Bhikkhu Udāyin ini … memohon agar Sangha mengembalikannya ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran itu … tidak disembunyikan, selagi (ia masih dalam masa percobaan). Jika pengembalian Bhikkhu Udāyin ke awal … sesuai dengan kehendak Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menghendaki silahkan berbicara. Dan untuk kedua kalinya saya menyampaikan persoalan ini … Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini … Bhikkhu Udāyin dikembalikan ke awal oleh Sangha. Pengembalian Bhikkhu Udāyin ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran … tidak disembunyikan adalah sesuai dengan kehendak Sangha; karena itu Sangha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||3||7||

Ia, Setelah berdiam dalam masa percobaan, selagi menerima mānatta (disiplin). Melakukan satu pelanggaran … tidak disembunyikan. Ia mengumumkan kepada para bhikkhu: “Saya, Yang Mulia, melakukan satu pelanggaran … disembunyikan selama lima hari; maka saya memohon Sangha … (=III. 7. 1). Sekarang selagi saya dalam masa percobaan, saya melakukan satu pelanggaran … tidak disembunyikan. Maka saya memohon Sangha mengembalikan ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran … tidak disembunyikan. Sangha mengembalikan saya ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran itu … tidak disembunyikan, selagi (saya sedang dalam masa percobaan). Sekarang saya, setelah berdiam dalam masa percobaan selagi saya layak menerima mānatta (disiplin), melakukan pelanggaran … tidak disembunyikan. Sekarang peraturan apakah yang harus saya jalankan?” Mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus mengembalikan Bhikkhu Udāyin ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran itu … tidak disembunyikan, selagi (ia sedang menjalani masa percobaan). ||1||

“Dan seperti inilah, para bhikkhu, ia dikembalikan ke awal : Bhikkhu Udāyin setelah mendatangi Sangha … harus mengucapkan: ‘Saya, Yang Mulia, telah melakukan pelanggaran … disembunyikan selama lima hari … Setelah berdiam dalam masa percobaan selagi saya layak menerima mānatta (disiplin), saya melakukan pelanggaran … [44] tidak disembunyikan. Maka saya, Yang Mulia, memohon Sangha mengembalikan ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran itu … tidak disembunyikan, setelah berdiam dalam masa percobaan dan selagi layak menerima mānatta (disiplin).’ Dan untuk kedua kalinya Sangha harus diminta untuk … Dan untuk ketiga kalinya Sangha harus diminta untuk … ||2||

“Sangha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berpengalaman dan berkompeten, yang berkata: ‘Yang Mulia, Mohon Sangha mendengarkan saya. Bhikkhu Udāyin ini … memohon pengembalian ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran itu … tidak disembunyikan, selagi ia layak menerima mānatta (disiplin), setelah berdiam dalam masa percobaan. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus mengembalikan Bhikkhu Udāyin ke awal … setelah berdiam dalam masa percobaan. Ini adalah usul: Yang Mulia, Mohon Sangha mendengarkan saya. Bhikkhu Udāyin ini memohon … Sangha mengembalikan Bhikkhu Udāyin ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran itu … Jika pengembalian Bhikkhu Udāyin ke awal sehubungan dengan … sesuai dengan kehendak Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menghendaki silahkan berbicara. Dan untuk kedua kalinya saya menyampaikan persoalan ini … Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini … Bhikkhu Udāyin dikembalikan ke awal oleh Sangha. Pengembalian Bhikkhu Udāyin ke awal … adalah sesuai dengan kehendak Sangha; karena itu Sangha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||3||8||

Ia, setelah berdiam dalam masa percobaan, mengumumkan kepada para bhikkhu: “Saya, Yang Mulia, melakukan pelanggaran … disembunyikan selama lima hari … (seperti pada III. 4. 1) … Mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, biarlah Sangha menjatuhkan mānatta (disiplin) selama enam malam pada Bhikkhu Udāyin sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran ini. ||1||

… (seperti pada  III.4.2,3) [45] … ‘… Demikianlah saya memahami hal ini’.” ||2,3||9||

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: VINAYA PITAKA 5 (PTS), CULLAVAGGA (BAB III)
« Reply #12 on: 06 March 2012, 06:34:55 PM »
Selagi ia sedang menjalani mānatta (disiplin) ia melakukan satu pelanggaran … tidak disembunyikan. Ia mengumumkan kepada para bhikkhu: “Saya, Yang Mulia, melakukan satu pelanggaran … disembunyikan selama llima hari … (seperti pada III.8.1) …” Mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus, setelah mengembalikan Bhikkhu Udāyin ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran itu … selagi ia sedang menjalani mānatta (disiplin), tidak disembunyikan, menjatuhkan mānatta (disiplin) selama enam malam. Dan seperti inilah, para bhikkhu, ia dikembalikan ke awal … dan seperti inilah, para bhikkhu, mānatta (disiplin) selama enam malam dijatuhkan … Mānatta (disiplin) selama enam malam dijatuhkan oleh Sangha atas Bhikkhu Udāyin untuk satu pelanggaran itu … ini sesuai dengan kehendak Sangha; karena itu Sangha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||1||10||

Ia, setelah menjalani mānatta (disiplin) dan selagi layak menerima rehabilitasi, melakukan satu pelanggaran … tidak disembunyikan. Ia mengumumkan kepada para bhikkhu … mereka mengadukan hal ini kepada paa bhikkhu. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus, setelah mengembalikan Bhikkhu Udāyin ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran itu … ketika ia telah menjalani mānatta (disiplin) dan selagi ia layak menerima rehabilitasi, menjatuhkan mānatta (disiplin) atasnya selama enam malam. Dan seperti inilah, para bhikkhu, ia dikembalikan ke awal … dan seperti inilah, para bhikkhu, mānatta (disiplin) selama enam malam dijatuhkan …’ …. Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||1||11||

Ia, setelah menjalani mānatta (disiplin), mengumumkan kepada para bhikkhu: “Saya, Yang Mulia, melakukan satu pelanggaran … disembunyikan selama lima hari, [46] … (seperti pada III. 2. 1). Sekarang saya telah menjalani mānatta (disiplin). Sekarang, peraturan apakah yang  harus saya jalankan?” Mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus merehabilitasi Bhikkhu Udāyin. ||1||

“Dan seperti inilah, para bhikkhu, ia direhabilitasi: Bhikkhu Udāyin, setelah menghadap Sangha, setelah merapikan jubahnya … harus mengucapkan sebagai berikut: ‘Yang Mulia, saya telah melakukan satu pelanggaran … disembunyikan selama lima hari. Maka saya memohon masa percobaan dari Sangha selama lima hari sehubungan dengan satu pelanggaran itu … disembunyikan selama lima hari. Karena itu Sangha memberikan masa percobaan selama lima hari kepada saya sehubungan dengan pelanggaran itu … disembunyikan selama lima hari. Selagi menjalani masa percobaan, saya melakukan satu pelanggaran … tidak disembunyikan. Maka saya memohon agar Sangha mengembalikan saya ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran itu … selagi saya menjalani masa percobaan, tidak disembunyikan. Sangha mengembalikan saya ke awal … namun kemudian saya, setelah berdiam dalam masa percobaan dan selagi saya layak menerima mānatta (disiplin), saya melakukan satu pelanggaran … tidak disembunyikan. Maka, saya memohon agar Sangha mengembalikan saya ke awal … Sangha mengembalikan saya ke awal … tidak disembunyikan. Maka saya memohon mānatta (disiplin) dari Sangha selama enam malam sehubungan dengan tiga pelanggaran itu. Tetapi selagi saya sedang menjalani mānatta (disiplin) Saya melakukan satu pelanggaran … tidak disembunyikan. Maka saya memohon agar Sangha mengembalikan ke awal … Demikianlah Sangha mengembalikan saya ke awal … maka saya memohon mānatta (disiplin) dari Sangha selama enam malam sehubungan dengan satu pelanggaran itu … selagi saya sedang menjalani mānatta (disiplin), tidak disembunyikan. Sangha memberikan mānatta (disiplin) selama enam malam kepada saya. Ketika saya telah menjalankan mānatta (disiplin) dan selagi saya layak menerima rehabilitasi, saya melakukan satu pelanggaran … tidak disembunyikan. Maka saya agar Sangha mengembalikan ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran itu … selagi saya layak menerima rehabilitasi, tidak disembunyikan. Demikianlah Sangha mengembalikan saya ke awal … Dan saya memohofn mānatta (disiplin) dari Sangha selama enam malam sehubungan dengan satu pelanggaran itu … selagi saya layak menerima rehabilitasi, tidak disembunyikan. Karena ini, Sangha menjatuhkan mānatta (disiplin) selama enam malam terhadap saya …, maka saya, Yang Mulia, setelah menjalankan mānatta (disiplin), memohon rehabiltasi dari Sangha.’ Dan untuk kedua kalinya Sangha diminta untuk … Dan untuk ketiga kalinya Sangha diminta untuk.’ ||2||

Seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman harus memberitahukan kepada Sangha, dengan berkata: [47] ‘Yang Mulia,  …(seperti pada 12.2) … Ia, setelah menjalankan mānatta (disiplin), memohon rehabilitasi dari Sangha. Jika baik menurut Sangha, … Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini. … Bhikkhu Udāyin direhabilitasi oleh Sangha. Itu sesuai keinginan Sangha … Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||3||12||


Sekarang pada saat itu Yang Mulia Udāyin melakukan satu pelanggaran … disembunyikan selama setengah bulan … (seperti pada  III. 3 dengan menggantikan disembunyikan selama satu hari, masa percobaan selama satu hari menjadi disembunyikan selama setengah bulan, masa percobaan selama setengah bulan) …’… Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||1||13||

Selagi ia sedang dalam masa percobaan, ia melakukan satu pelanggaran … disembunyikan selama lima hari. Ia mengumumkan kepada para bhikkhu: “Saya, Yang Mulia, melakukan satu pelanggaran … disembunyikan selama setengah bulan. Maka saya memohon masa percobaan dari Sangha selama setengah bulan sehubungan dengan satu pelanggaran itu … disembunyikan selama setengah bulan. Karena itu Sangha memberikan masa percobaan kepada saya selama setengah bulan. Kemudian selagi saya menjalani masa percobaan, saya melakukan satu pelanggaran … disembunyikan selama lima hari. Sekarang peraturan apakah yang harus saya jalankan?” mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah para bhikkhu, Sangha, setelah mengembalikan Bhikkhu Udāin ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran itu … disembunyikan selama lima hari, memberikan masa percobaan yang berbarengan  dengan pelanggaran sebelumnya. ||1||

“Dan seperti inilah, para bhikkhu, seharusnya ia dikembalikan ke awal: … (seperti pada III. 7. 2. 3, dengan penggantian disembunyikan selama setengah bulan, masa percobaan selama setengah bulan, dan kemudian disembunyikan selama lima hari, masa percobaan selama lima hari, dan kemudian tidak disembunyikan) … ‘… Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||2||

“Dan seperti inilah, para bhikkhu, seharusnya masa percobaan yang berbarengan dengan pelanggaran sebelumnya diberikan: Bhikkhu Udāyin, setelah mendatangi Sangha … harus mengucapkan: ‘Saya, Yang Mulia, memohon agar Sangha mengembalikan ke awal … (= ||2||) … Karena itu Sangha mengembalikan saya ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran itu … selagi saya sedang menjalani masa percobaan selama setengah bulan, disembunyikan selama lima hari. Maka saya, Yang Mulia, memohon agar Sangha memberikan masa percobaan yang berbarengan dengan pelanggaran sebelumnya … selagi saya sedang menjalani masa percobaan selama setengah bulan, disembunyikan selama lima hari.’ Dan untuk kedua kalinya … Dan untuk ketiga kalinya permohonan diucapkan. Sangha harus diberitahu oleh …’ … Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini … masa percobaan yang berbarengan dengan pelanggaran sebelumnya diberikan oleh Sangha kepada Bhikkhu Udāyin sehubungan dengan satu pelanggaran itu … selagi ia sedang menjalani masa percobaan selama setengah bulan, disembunyikan selama lima hari. Itu adalah sesuai dengan kehendak … demikianlah saya memahami hal ini.’ ‘ ||3||14||

Ia, setelah berdiam dalam masa percobaan, selagi layak menerima mānatta (disiplin), melakukan pelanggaran … disembunyikan selama lima hari … Mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus, setelah mengembalikannya Bhikkhu Udāyin ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran itu … disembunyikan selama lima hari, memberikan kepadanya masa percobaan yang berbarengan dengan pelanggaran sebelumnya. Dan seperti inilah, para bhikkhu, ia dikembalikan ke awal … (seperti pada 14. 2, 3) … Dan seperti inilah, masa percobaan yang berbarengan dengan pelanggaran sebelumnya diberikan …’ … Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||1||15||

ia, setelah menjalani masa percobaan, mengumumkan kepada para bhikkhu: … (seperti pada III. 4. 1 dengan menggantikan disembunyikan selama satu hari dengan disembunyikan selama lima hari) … Mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata: [49]

“Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus menjatuhkan mānatta (disiplin) selama enam malam atas Bhikkhu Udāyin sehubungan dengan tiga pelanggaran. Dan seperti inilah, para bhikkhu, mānatta (disiplin) dijatuhkan: Bhikkhu Udāyin, setelah mendatangi Sangha … ‘ … Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini … Māṅatta (disiplin) dijatuhkan oleh Sangha selama enam malam atas Bhikkhu Udāyin sehubungan dengan tiga pelanggaran. Ini sesuai dengan keinginan … Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||1||16||

Selagi ia sedang menjalani mānatta (disiplin) ia melakukan satu pelanggaran, disembunyikan selama lima hari. Ia mengumumkan kepada para bhikkhu: ‘Saya, Yang Mulia, melakukan satu pelanggaran … disembunyikan selama setengah bulan …’ (dan ia memberitahukan semua yang telah terjadi dimulai dari 13 dan seterusnya) … Mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus, mengembalikan Bhikkhu udāyin ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran itu … disembunyikan selama lima hari, setelah memberikan masa percobaan yang berbarengan dengan pelanggaran sebelumnya, menjatuhkan mānatta (disiplin) selama enam malam kepadanya selama enam malam. Dan seperti inilah, para bhikkhu, ia dikembalikan ke awal … dan seperti inilah, para bhikkhu, masa percobaan yang berbarengan dengan pelanggaran sebelumnya diberikan … Dan seperti inilah, para bhikkhu, mānatta (disiplin) selama enam malam dijatuhkan …’ Mānatta (disiplin) selama enam malam dijatuhkan oleh Sangha atas Bhikkhu Udāyin sehubungan dengan satu pelanggaran itu … selagi ia sedang menjalani mānatta (disiplin), disembunyikan selama lima hari. Itu adalah sesuai dengan kehendak … demikianlah saya memahami hal ini.’ ‘ ||3||17||

Ia, setelah menjalani mānatta (disiplin) dan selagi layak menerima rehabilitasi, melakukan satu pelanggaran … disembunyikan selama lima hari. Ia mengumumkan kepada para bhikkhu: ‘Saya, Yang Mulia, melakukan satu pelanggaran, disembunyikan selama setengah bulan … (ia mengulangi semuanya yang telah terjadi dari 13 dan seterusnya) … Ketika saya telah menjalani mānatta (disiplin) dan selagi saya layak menerima rehabilitasi, saya melakukan satu pelanggaran … disembunyikan selama lima hari. Sekarang, peraturan apakah yang harus saya jalankan?” Mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus mengembalikan Bhikkhu Udāyin ke awal sehubungan dengan satu pelanggaran itu … disembunyikan selama lima hari, setelah memberikan masa percobaan yang berbarengan dengan pelanggaran sebelumnya, menjatuhkan mānatta (disiplin) selama enam malam atas dirinya … (seperti pada 17.1). ‘… Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||3||18||   [50]

Ia, setelah menjalani mānatta (disiplin), mengumumkan kepada para bhikkhu: “Saya, Yang Mulia, melakukan satu pelanggaran … disembunyikan selama setengah bulan … (seperti pada 13 dan seterusnya) sekarang saya telah menjalani mānatta (disiplin). Sekarang, peraturan apakah yang harus saya jalankan?” Mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus merehabilitasi Bhikkhu Udāyin. Dan seperti inilah, para bhikkhu, ia direhabilitasi: Bhikkhu Udāyin setelah mendatangi Sangha, … harus mengucapkan: ‘Saya, Yang Mulia, melakukan satu pelanggaran … disembunyikan selama setengah bulan. Maka saya … Tetapi, Yang Mulia, setelah menjalani disiplin mānatta, memohon rehabilitasi dari Sangha …’ Dan untuk kedua kalinya … Dan untuk ketiga kalinya ia memohon rehabiltasi dari Sangha … Sangha harus diberitahukan … ‘ … Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini … Bhikkhu Udāyin direhabilitasi oleh Sangha. Itu adalah sesuai dengan kehendak … demikianlah saya memahami hal ini.’ ‘ ||3||19||

Akhir dari (sehubungan dengan) dengan sengaja mengeluarkan mani.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: VINAYA PITAKA 5 (PTS), CULLAVAGGA (BAB III)
« Reply #13 on: 06 March 2012, 06:35:55 PM »
Pada saat itu seorang bhikkhu tertentu telah melakukan beberapa pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha: satu pelanggaran disembunyikan selama satu hari, satu pelanggaran disembunyikan selama dua hari, … tiga … empat … lima … enam … tujuh … delapan … sembilan hari, satu pelanggaran disembunyikan selama sepuluh hari. Ia memgumumkan kepada para bhikkhu: “Saya, Yang Mulia, telah melakukan beberapa pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha; satu pelanggaran yang disembunyikan selama satu hari … satu pelanggaran yang disembunyikan selama sepuluh hari. Peraturan apakah yang harus saya jalankan?” Mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus memberikan masa percobaan yang berbarengan kepada bhikkhu ini, lamanya tergantung  pada pelanggaran mana diantara pelanggaran ini yang disembunyikan selama sepuluh hari. ||1||

“Dan seperti inilah, para bhikkhu, masa percobaan itu diberikan: Bhikkhu itu, setelah mendatangi Sangha … harus berkata sebagai berikut: ‘Saya, Yang Mulia, telah melakukan beberapa pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha; … satu pelanggaran yang disembunyikan selama sepuluh hari. Maka saya, Yang Mulia, memohon agar Sangha memberikan masa percobaan berbarengan, yang lamanya tergantung pada pelanggaran mana diantara pelanggaran ini yang disembunyikan selama sepuluh hari.’ Dan untuk kedua kalinya Sangha dimohon … Dan untuk ketiga kalinya Sangha dimohon … Sangha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan mengatakan: ‘Yang Mulia, sudilah Sangha mendengarkan saya. Bhikkhu ini telah melakukan beberapa pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha; [51] satu yang disembunyikan selama satu hari … sepuluh hari. Ia memohon Sangha memberikan masa percobaan berbarengan … selama sepuluh hari. Ini adalah usul … masa percobaan berbarengan diberikan oleh Sangha kepada bhikkhu tersebut, yang lamanya tergantung pada pelanggaran mana diantara pelanggaran ini yang disembunyikan selama sepuluh hari. Itu sesuai dengan kehendak … Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||2||20||

Pada saat itu, seorang bhikkhu tertentu telah melakukan beberapa pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha: satu pelanggaran disembunyikan selama satu hari, dua pelanggaran yang disembunyikan selama dua hari, tiga pelanggaran disembunyikan selama tiga hari, empat … selama empat hari, lima … lima hari … enam selama enam hari … tujuh selama tujuh hari, delapan … selama delapan hari, sembilan … selama sembilan hari, sepuluh pelanggaran disembunyikan selama sepuluh hari. Ia mengumumkan kepada para bhikkhu, dengan megatakan, “Saya, Yang Mulia, telah melakukan beberapa pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha: satu pelanggaran disembunyikan selama satu hari … sepuluh pelanggaran yang disembunyikan selama sepuluh hari. Sekarang, peraturan apakah yang harus saya jalankan?” Mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus memberikan masa percobaan yang berbarengan kepada bhikkhu ini, lamanya tergantung pada pelanggaran mana diantara pelanggaran ini yang disembunyikan paling lama.  Dan seperti inilah, para bhikkhu, masa percobaan ini diberikan: Bhikkhu itu, setelah mendatangi Sangha … harus berkata sebagai berikut: ‘Saya, Yang Mulia, telah melakukan beberapa pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha; satu pelanggaran yang disembunyikan selama satu hari… sepuluh pelanggaran yang disembunyikan selama sepuluh hari. Oleh karena itu saya, Yang Mulia, memohon agar Sangha memberikan masa percobaan berbarengan, yang lamanya tergantung pada pelanggaran mana diantara pelanggaran ini yang disembunyikan paling lama.’ Dan untuk kedua kalinya Sangha dimohon … Dan untuk ketiga kalinya Sangha dimohon … Sangha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan mengatakan: ‘… Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini … Masa percobaan berbarengan diberikan oleh Sangha kepada bhikkhu tersebut, yang lamanya tergantung pada pelanggaran mana diantara pelanggaran ini yang disembunyikan paling lama. Itu sesuai dengan kehendak … Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||2||21|| [52]

Pada saat itu seorang bhikkhu tertentu melakukan dua pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha: pelanggaran itu disembunyikan selama dua bulan. Ia berpikir: “Saya telah melakukan dua pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha: pelanggaran itu disembunyikan selama dua bulan. Bagaimana jika saya memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama dua bulan untuk satu pelanggaran yang disembunyikan selama dua bulan?” maka ia memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama dua bulan untuk satu pelanggaran yang disembunyikan selama dua bulan. Sangha memberikan masa percobaan kepadanya selama dua bulan untuk satu pelanggaran yang disembunyikan selama dua bulan. Selagi ia sedang dalam masa percobaan perasaan malu menguasai dirinya, dan ia berpikir: “Aku telah melakukan dua pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha: pelanggaran itu disembunyikan selama dua bulan. Aku berpikir: “Saya telah melakukan dua pelanggaran … Bagaimana jika aku memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama dua bulan untuk satu pelanggaran yang disembunyikan selama dua bulan? Aku memohon agar Sangha … Sangha memberikan masa percobaan kepadaku selama dua bulan untuk satu pelanggaran yang disembunyikan selama dua bulan. Selagi dalam masa percobaan, perasaan malu menguasaiku. Bagaimana jika aku memohon agar Sangha memberikan masa percobaan kepadaku selama dua bulan untuk pelanggaran lainnya yang disembunyikan selama dua bulan?” ||1||

Ia mengumumkan kepada para bhikkhu: “Saya, Yang Mulia, melakukan dua pelanggaran …’ … Bagaimana jika saya juga memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama dua bulan untuk pelanggaran lainnya yang disembunyikan selama dua bulan?’  Sekarang, peraturan apakah yang harus saya jalankan?” Mereka mengadukan persoalan itu kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata: ||2||

“Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus memberikan kepada bhikkhu ini masa percobaan selama dua bulan sehubungan juga dengan pelanggaran lain yang disembunyikan selama dua bulan. Dan seperti inilah, para bhikkhu, masa percobaan itu diberikan: Bhikkhu itu setelah mendatangi Sangha, … harus mengucapkan: ‘Saya, Yang Mulia, telah melakukan dua pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha … (=||2||) … Bagaimana jika saya juga memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama dua bulan sehubungan dengan pelanggaran lainnya yang disembunyikan selama dua bulan? maka Saya, Yang Mulia, juga memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama dua bulan sehubungan dengan pelanggaran lainnya yang disembunyikan selama dua bulan.’ [53] Dan untuk kedua kalinya, Sangha harus dimohon … Dan untuk ketiga kalinya Sangha harus dimohon … ||3||

“Sangha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan berkata: “Yang Mulia, mohon Sangha mendengarkan saya. Bhikkhu ini telah melakukan dua pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha, disembunyikan selama dua bulan. Ia berpikir: … Ia juga memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama dua bulan sehubungan dengan pelanggaran lainnya. Jika baik menurut Sangha, silahkan Sangha memberikan masa percobaan selama dua bulan kepada bhikkhu ini sehubungan dengan pelanggaran lainnya yang disembunyikan selama dua bulan. Ini adalah usul. Yang Mulia, mohon Sangha mendengarkan saya. Bhikkhu ini … Dan untuk ketiga kaliya saya menyampaikan persoalan ini. Masa percobaan juga diberikan oleh Sangha kepada bhikkhu ini selama dua bulan sehubungan dengan pelanggaran lainnya yang disembunyikan selama dua bulan. Itu sesuai dengan kehendak … Demikianlah saya memahami hal ini.’ Baiklah, para bhikkhu, bhikkhu itu harus menjalani masa percobaan selama dua bulan sejak hari itu.   ||4||22||

“Ini adalah suatu kasus, para bhikkhu, dimana seorang bhikkhu telah melakukan dua pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha, disembunyikan selama dua bulan … (seperti di atas) … Sangha memberikan kepadanya masa percobaan selama dua bulan sehubungan dengan pelanggaran lainnya itu yang disembunyikan selama dua bulan. Baiklah, para bhikkhu, bhikkhu itu harus menjalani masa percobaan selama dua bulan dimulai sejak hari itu. ||1||

“Ini adalah sebuah kasus, para bhikkhu, dimana seorang bhikkhu telah melakukan dua pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha, disembunyikan selama dua bulan. Ia mengetahui bahwa yang satu adalah pelanggaran, ia tidak mengetahui bahwa yang lainnya adalah juga pelanggaran. Ia memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama dua bulan sehubungan dengan pelanggaran itu, yang disembunyikan selama dua bulan, yang ia ketahui sebagai pelanggaran. Sangha memberikan masa percobaan kepadanya selama dua bulan sehubungan dengan pelanggaran itu yang disembunyikan selama dua bulan. Selagi ia menjalani masa percobaan, ia mengetahui bahwa yang lainnya itu adalah juga pelanggaran. Ia berpikir: ‘Aku telah melakukan dua pelanggaran … aku tahu bahwa yang satu itu adalah pelanggaran, aku tidak tahu bahwa yang lainnya adalah juga pelanggaran. Maka aku memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama dua bulan sehubungan dengan pelanggaran yang kuketahui sebagai pelanggaran, disembunyikan selama dua bulan. Sangha memberikan masa percobaan selama dua bulan sehubungan dengan pelanggaran, disembunyikan selama dua bulan. Bagaimana jika aku [54] juga memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama dua bulan sehubungan dengan pelanggaran yang lain ini, disembunyikan selama dua bulan?’ Ia memohon masa percobaan dari Sangha … Sangha memberikan masa percobaan kepadanya selama dua bulan sehubungan dengan pelanggaran lainnya, disembunyikan selama dua bulan. Baiklah, para bhikkhu, bhikkhu itu harus menjalani masa percobaan selama dua bulan dimulai sejak hari itu. ||2||

“Ini adalah sebuah kasus, para bhikkhu, dimana seorang bhikkhu telah melakukan dua pelanggaran yang memerlukan sidang resmi Sangha, disembunyikan selama dua bulan. Ia mengingat satu pelanggaran, tidak mengingat pelanggaran lainnya. Ia memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama dua bulan sehubungan dengan pelanggaran itu, yang disembunyikan selama dua bulan, yang ia ingat … (=||2|| dengan menggantikan mengetahui dengan mengingat) … selama dua bulan dimulai sejak hari itu. ||3||

“Ini adalah sebuah kasus, para bhikkhu, dimana seorang bhikkhu telah melakukan dua pelanggaran yang memerlukan sidang resmi Sangha, disembunyikan selama dua bulan. Ia tidak ragu bahwa salah satunya adalah pelanggaran, ia meragukan yang lainnya adalah juga pelanggaran. Ia memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama dua bulan sehubungan dengan pelanggaran itu, yang disembunyikan selama dua bulan, yang tidak ia ragukan … (=||2|| dengan menggantikan tidak mengetahui dengan ragu) … selama dua bulan dimulai sejak hari itu. ||4||

“Ini adalah sebuah kasus, para bhikkhu, dimana seorang bhikkhu telah melakukan dua pelanggaran yang memerlukan sidang resmi Sangha, disembunyikan selama dua bulan. satu pelanggaran disembunyikan secara sengaja,  pelanggaran lainnya disembunyikan secara tidak sengaja. Ia memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama dua bulan sehubungan dengan pelanggaran itu, yang disembunyikan selama dua bulan. Sangha memberikan masa percobaan selama dua bulan sehubungan dengan pelanggaran itu, yang disembunyikan selama dua bulan. Selagi ia sedang menjalani masa percobaan, satu bhikkhu tertentu tiba – seorang yang telah banyak mendengar, yang kepadanya tradisi telah diwariskan, ahli dalam dhamma, ahli dalam disiplin, ahli dalam rangkuman-rangkuman, cerdas, berpengalaman, bijaksana, mengetahui apa yang benar, waspada, mementingkan latihan. Ia berkata sebagai berikut: ‘Apakah, Yang Mulia, yang telah ia langgar? Mengapa ia menjalani masa percobaan?’ Mereka menjawab: ‘Bhikkhu ini, Yang Mulia, telah melakukan dua pelanggaran yang memerlukan sidang resmi Sangha, disembunyikan selama dua bulan. Satu pelanggaran disembunyikan secara sengaja, pelanggaran lainnya disembunyikan secara tidak sengaja. Ia memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama dua bulan sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran ini yang disembunyikan selama dua bulan. Sangha memberikan masa percoabaan selama dua bulan sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran ini yang disembunyikan selama dua bulan. Bhikkhu ini, Yang Mulia, telah melakukan pelanggaran-pelanggaran ini, bhikkhu ini menjalani masa percobaan sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran ini.’ Ia berkata sebagai berikut: ‘Memberikan masa percobaan, Yang Mulia, untuk pelanggaran yang disembunyikan secara sengaja adalah ‘sah’ ; karena sah  maka efektif ; akan tetapi, memberikan masa percobaan, Yang Mulia, untuk pelanggaran yang disembunyikan secara tidak sengaja adalah tidak sah; karena tidak sah, maka tidak efektif. Untuk pelanggaran ini, Yang Mulia, bhikkhu itu layak menerima mānatta (disiplin).’ ||5||

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: VINAYA PITAKA 5 (PTS), CULLAVAGGA (BAB III)
« Reply #14 on: 06 March 2012, 06:36:42 PM »
“Ini adalah sebuah kasus, para bhikkhu, dimana seorang bhikkhu telah melakukan dua pelanggaran yang memerlukan sidang resmi Sangha, disembunyikan selama dua bulan. satu pelanggaran disembunyikan, ia mengingatnya, pelanggaran lainnya disembunyikan, namun ia tidak mengingatnya …  satu pelanggaran disembunyikan, ia tidak meragukannya, pelanggaran lainnya disembunyikan, namun ia meragukannya …’ … Untuk pelanggaran ini, Yang Mulia, bhikkhu itu layak menerima mānatta (disiplin).’ ||6||23|| [55]

Pada saat itu seorang bhikkhu tertentu melakukan dua pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha: pelanggaran itu disembunyikan selama dua bulan. Ia berpikir: “Aku telah melakukan dua pelanggaran … disembunyikan selama dua bulan. Bagaimana jika aku memohon masa percobaan dari Sangha selama satu bulan sehubungan dengan dua pelanggran itu, disembunyikan selama dua bulan?” Ia memohon agar Sangha … Sangha memberikan masa percobaan kepadanya selama satu bulan sehubungan dengan dua pelanggaran, disembunyikan selam dua bulan. Selagi ia sedang menjalani masa percobaan, rasa malu menguasainya, dan ia berpikir: “Aku telah melakukan dua pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha, disembunyikan selama dua bulan. Aku berpikir: … Aku memohon agar Sangha memberikan kepadaku masa percobaan selama satu bulan … Sangha memberikan kepadaku masa percobaan selama satu bulan sehubungan dengan dua pelanggaran yang disembunyikan selama dua bulan. Selagi aku sedang menjalani masa percobaan, rasa malu menguasaiku. Sekarang, bagaimana jika aku juga memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama satu bulan tambahan lagi sehubungan dengan dua pelanggaran yang disembunyikan selama dua bulan?” ||1||

Ia mengumumkan kepada para bhikkhu: “Saya, Yang Mulia, telah melakukan dua pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha, disembunyikan selama dua bulan: … saya berpikir … Sekarang, bagaimana jika aku juga memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama satu bulan tambahan lagi sehubungan dengan dua pelanggaran yang disembunyikan selama dua bulan? Sekarang peraturan apakah yang harus saya jalankan?” Mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. ||2||

Beliau berkata: “Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus memberikan masa percobaan selama satu bulan tambahan lagi sehubungan dengan dua pelanggaran yang disembunyikan selama dua bulan. Dan seperti inilah, para bhikkhu, masa percobaan itu diberikan: Bhikkhu itu setelah mendatangi Sangha, … harus mengucapkan: ‘Saya, Yang Mulia, telah melakukan dua pelanggaran … Sekarang, bagaimana jika aku juga memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama satu bulan tambahan lagi sehubungan dengan dua pelanggaran yang disembunyikan selama dua bulan? maka saya, Yang Mulia, memohon lagi agar Sangha memberikan masa percobaan selama satu bulan tambahan lagi sehubungan dengan dua pelanggaran yang disembunyikan selama dua bulan.’ [56] Dan untuk kedua kalinya … Dan untuk ketiga kalinya masa percobaan itu dimohon. Sangha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan mengatakan: ‘Yang Mulia, mohon Sangha mendengarkan saya. Bhikkhu ini telah melakukan dua pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha, disembunyikan selama dua bulan. Ia berpikir: ‘ … bagaimana jika aku juga memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama satu bulan tambahan lagi sehubungan dengan dua pelanggaran yang disembunyikan selama dua bulan?’ Ia memohon … Jika baik menurut Sangha, maka Sangha … Jika pemberian masa percobaan selama satu bulan tambahan lagi sehubungan dengan dua pelanggaran yang disembunyikan selama dua bulan sesuai dengan keinginan Yang Mulia … Dan untuk ketiga kalinya saya meyampaikan persoalan ini … Masa percobaan diberikan oleh Sangha kepada bhikkhu ini selama satu bulan tambahan sehubungan dengan dua pelanggaran, disembunyikan selama dua bulan. Ini sesuai dengan keinginan … Demikianlah saya memahami hal ini.’ Para bhikkhu, bhikkhu itu harus menjalani masa percobaan selama dua bulan dimulai sejak hari yang telah ditentukan sebelumnya. ||3||24||

“Ini adalah sebuah kasus, para bhikkhu, dimana seorang bhikkhu telah melakukan dua pelanggaran yang memerlukan sidang resmi Sangha, disembunyikan selama dua bulan. Ia berpikir: ‘Aku telah melakukan dua pelanggaran … disembunyikan selama dua bulan. Bagaimana jika aku memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama satu bulan sehubungan dengan dua pelanggaran yang disembunyikan selama satu bulan?’ … (=||24||1||) … Sangha juga memberikan masa percobaan selama satu bulan tambahan sehubungan dengan dua pelanggaran, disembunyikan selama dua bulan. Para bhikkhu, bhikkhu itu harus menjalani masa percobaan selama dua bulan dimulai sejak hari yang telah ditentukan sebelumnya. ||1||

“Ini adalah sebuah kasus, para bhikkhu, dimana seorang bhikkhu telah melakukan dua pelanggaran yang memerlukan sidang resmi Sangha, disembunyikan selama dua bulan. Ia mengetahui yang satu bulan, ia tidak mengetahui bulan lainnya … ia ingat satu bulan, ia tidak ingat bulan lainnya … ia tidak meragukan satu bulan, ia meragukan bulan lainnya. Ia memohon agar Sangha memberikan masa percobaan kepadanya untuk bulan itu yang tidak ia ragukan sehubungan dengan dua pelanggaran yang disembunyikan selama dua bulan. Sangha memberikan kepadanya masa percobaan … tidak meragukan. Selagi ia sedang menjalani masa percobaan, ia meragukan bulan lainnya juga. Ia berpikir: ‘Aku telah melakukan pelanggaran … disembunyikan selama dua bulan. Aku tidak meragukan satu bulan, [57] aku meragukan bulan lainnya. Bagaimana jika aku memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama satu bulan sehubungan dengan dua pelanggaran yang disembunyikan selama satu bulan?’ Ia memohon agar Sangha … Sangha memberikan masa percobaan selama satu bulan tambahan sehubungan dengan dua pelanggaran, disembunyikan selama dua bulan. Para bhikkhu, bhikkhu itu harus menjalani masa percobaan selama dua bulan dimulai sejak hari yang telah ditentukan sebelumnya. ||2||

“Ini adalah sebuah kasus, para bhikkhu, dimana seorang bhikkhu telah melakukan dua pelanggaran yang memerlukan sidang resmi Sangha, disembunyikan selama dua bulan. Satu bulan dengan sengaja disembunyikan, bulan lainnya disembunyikan secara tidak disengaja … satu bulan disembunyikan, ia mengingatnya, bulan lainnya disembunyikan ia tidak mengingatnya … satu bulan disembunyikan, ia tidak meragukannya, bulan lainnya disembunyikan, ia meragukannya. Ia memohon agar Sangha memberikan masa percobaan selama dua bulan sehubungan dengan dua pelanggaran yang disembunyikan selama dua bulan. Sangha memberikan masa percobaan selama dua bulan … disembunyikan selama dua bulan. Selagi ia menjalani masa percobaan, seorang bhikkhu lain datang  - seorang yang telah banyak mendengar … mementingkan latihan. Ia berkata: ‘Apakah, Yang Mulia, yang telah ia langgar? Mengapa ia menjalani masa percobaan?’ Mereka menjawab: ‘Bhikkhu ini, Yang Mulia, telah melakukan dua pelanggaran yang memerlukan sidang resmi Sangha, disembunyikan selama dua bulan. Ia menyembunyikan selama satu bulan (walaupun) ia tidak meragukannya, ia menyembunyikan selama satu bulan lainnya (karena) ia meragukannya. Ia memohon agar Sangha memberikan masa percobaan … Sangha memberikan masa percobaan kepadanya selama dua bulan sehubungan dengan dua pelanggaran, disembunyikan selama dua bulan. Bhikkhu ini, Yang Mulia, melakukan pelanggaran-pelanggaran ini, bhikkhu ini menjalani masa percobaan sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran ini.’ Ia berkata: ‘Pemberian masa percobaan, Yang Mulia, untuk bulan yang disembunyikan (walaupun) ia tidak meragukannya adalah sah; karena sah, maka efektif; namun Pemberian masa percobaan, Yang Mulia, untuk bulan yang disembunyikan karena ia meragukannya adalah tidak sah; karena tidak sah, maka efektif. Untuk bulan itu, Yang Mulia, bhikkhu itu layak menerima mānatta.’” ||3||25||
 
Pada saat itu seorang bhikkhu tertentu melakukan beberapa pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha; ia tidak mengetahui tentang masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran itu, ia tidak mengetahui masa berakhirnya malam  … Ia tidak mengingat … Ia meragukan sehubungan dengan masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran itu, ia meragukan masa berakhirnya malam. Ia mengumumkan kepada para bhikkhu: “Saya, Yang Mulia, melakukan beberapa pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha; saya tidak mengetahui tentang masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran itu, saya tidak mengetahui masa berakhirnya malam  … saya meragukan masa berakhirnya malam. Sekarang, peraturan apakah yang harus saya jalankan?” Mereka mengadukan persoalan itu kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata:

“Baiklah, para bhikkhu, Sangha harus memberikan masa percobaan pemurnian  kepada bhikkhu ini sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran itu. ||1||

Dan seperti inilah, para bhikkhu, masa percobaan pemurnian itu diberikan: Bhikkhu itu setelah mendatangi Sangha, … harus mengucapkan: ‘Saya, Yang Mulia, telah melakukan beberapa pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha; saya tidak mengetahui tentang masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran itu, … saya meragukan masa berakhirnya malam. Maka saya, Yang Mulia, memohon agar Sangha memberikan masa percobaan pemurnian sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran itu.’ Dan untuk kedua kalinya … Dan untuk ketiga kalinya masa percobaan pemurnian itu dimohon. Sangha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan mengatakan: ‘Yang Mulia, mohon Sangha mendengarkan saya. Bhikkhu ini telah melakukan beberapa pelanggaran yang memerlukan diadakannya sidang resmi Sangha, … ia meragukan masa berakhirnya malam. Ia memohon agar Sangha memberikan masa percobaan pemurnian sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran itu. Jika baik menurut Sangha, maka Sangha harus memberikan masa percobaan pemurnian kepada Bhikkhu ini sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran itu. ini adalah usul. Yang Mulia, mohon Sangha mendengarkan saya. Bhikkhu ini … Sangha memberikan masa percobaan pemurnian kepada Bhikkhu ini sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran itu. Jika pemberian masa percobaan pemurnian kepada Bhikkhu ini sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran itu sesuai dengan keinginan Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menginginkan silahkan berbicara. Dan untuk kedua kalinya … Dan untuk ketiga kalinya saya menyampaikan persoalan ini … Masa percobaan pemurnian diberikan oleh Sangha kepada bhikkhu ini sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran itu. Ini sesuai dengan keinginan … Demikianlah saya memahami hal ini.’” ||2||

“Seperti inilah, para bhikkhu, masa percoban pemurnian ini diberikan, seperti inilah masa percobaan itu diberikan. Dan bagaimanakah, para bhikkhu, masa percobaan pemurnian ini diberikan? Jika ia tidak mengetahui masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran, jika ia tidak mengetahui masa berakhirnya malam-malam, jika ia tidak mengingat masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran, jika ia tidak mengingat masa berakhirnya malam-malam, jika ia meragukan masa berakhirnya pelanggaran-planggaran, jika ia meragukan masa berakhirnya malam-malam, masa percobaan pemurnian dapat diberikan.

“Jika ia mengetahui masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran, jika ia tidak mengetahui masa berakhirnya malam-malam; jika ia mengingat masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran, jika ia tidak mengingat masa berakhirnya malam-malam; jika ia tidak meragukan masa berakhirnya pelanggaran-planggaran, jika ia meragukan masa berakhirnya malam-malam; masa percobaan pemurnian dapat diberikan.

“Jika ia mengetahui masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran dalam beberapa kasus, jika ia tidak mengetahui masa berakhirnya beberapa  pelanggaran lainnya,  jika ia tidak mengetahui masa berakhirnya malam-malam; jika ia mengingat masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran, jika ia tidak mengingat masa berakhirnya beberapa  pelanggaran lainnya, jika ia tidak mengingat masa berakhirnya malam-malam; jika ia tidak meragukan masa berakhirnya pelanggaran-planggaran, jika ia meragukan masa berakhirnya beberapa  pelanggaran lainnya, jika ia meragukan masa berakhirnya malam-malam; masa percobaan pemurnian dapat diberikan.

“Jika ia tidak mengetahui masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran, jika ia mengetahui masa berakhirnya malam-malam dalam beberapa  pelanggaran, jika ia tidak mengetahui masa berakhirnya malam-malam dalam beberapa pelanggaran lainnya; jika ia tidak mengingat masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran, jika ia mengingat masa berakhirnya malam-malam dalam beberapa  pelanggaran, jika ia tidak mengingat masa berakhirnya malam-malam dalam beberapa pelanggaran lainnya; jika ia meragukan masa berakhirnya pelanggaran-planggaran, jika ia meragukan masa berakhirnya malam-malam daam beberapa  pelanggaran, jika ia tidak meragukan masa berakhirnya malam-malam dalam beberapa pelanggaran lainnya; [59] masa percobaan pemurnian dapat diberikan.

“Jika ia mengetahui masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran, jika ia mengetahui masa berakhirnya malam-malam dalam beberapa  pelanggaran, jika ia tidak mengetahui masa berakhirnya malam-malam dalam beberapa pelanggaran lainnya; jika ia mengingat masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran, jika ia mengingat masa berakhirnya malam-malam dalam beberapa  pelanggaran, jika ia tidak mengingat masa berakhirnya malam-malam dalam beberapa pelanggaran lainnya; jika ia tidak meragukan masa berakhirnya pelanggaran-planggaran, jika ia meragukan masa berakhirnya malam-malam daam beberapa  pelanggaran, jika ia tidak meragukan masa berakhirnya malam-malam dalam beberapa pelanggaran lainnya; masa percobaan pemurnian dapat diberikan.

“Jika ia mengetahui masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran dalam beberapa kasus, jika ia tidak mengetahui masa berakhirnya beberapa  pelanggaran lainnya,  jika ia mengetahui masa berakhirnya malam-malam dalam beberapa pelanggaran ,jika ia tidak mengetahui masa berakhirnya malam-malam dalam beberapa pelanggaran lainnya; jika ia mengingat masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran dalam beberapa kasus, jika ia tidak mengingat masa berakhirnya beberapa  pelanggaran lainnya, jika ia  mengingat masa berakhirnya malam-malam dalam beberapa kasus, jika ia tidak mengingat masa berakhirnya malam-malam dalam beberapa kasus lainnya; jika ia meragukan masa berakhirnya pelanggaran-planggaran dalam beberapa kasus, jika ia tidak meragukan masa berakhirnya beberapa  pelanggaran lainnya, jika ia meragukan masa berakhirnya malam-malam dalam beberapa pelanggaran, jika ia tidak meragukan masa berakhirnya malam-malam dalam beberapa pelanggara lainnya; masa percobaan pemurnian dapat diberikan. ||3||

“Dan bagaimanakah, para bhikkhu, masa percobaan itu diberikan? Jika ia mengetahui masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran, Jika ia mengetahui masa berakhirnya malam-malam; Jika ia ingat masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran, Jika ia ingat masa berakhirnya malam-malam; Jika ia tidak meragukan masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran, Jika ia tidak meragukan masa berakhirnya malam-malam; masa percobaan dapat diberikan.

Jika ia tidak mengetahui masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran, Jika ia mengetahui masa berakhirnya malam-malam; Jika ia tidak ingat masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran, Jika ia ingat masa berakhirnya malam-malam; Jika ia meragukan masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran, Jika ia tidak meragukan masa berakhirnya malam-malam; masa percobaan dapat diberikan.

Jika mengetahui masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran dalam beberapa kasus, Jika tidak mengetahui masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran dalam beberapa kasus lainnya, Jika ia mengetahui masa berakhirnya malam-malam; Jika ia ingat masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran dalam beberapa kasus, Jika ia tidak ingat masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran dalam beberapa kasus lainnya, Jika ia ingat masa berakhirnya malam-malam; Jika ia meragukan masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran dalam beberapa kasus, Jika ia tidak meragukan masa berakhirnya pelanggaran-pelanggaran dalam beberapa kasus lainnya, Jika ia tidak meragukan masa berakhirnya malam-malam. Dengan demikian masa percobaan dapat diberikan.” ||4||26||

Demikianlah masa percobaan

 

anything