//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta  (Read 12312 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Para bhikkhu, sembilang berikut adalah sembilang penghentian berturut-turut. Apakah sembilan itu?
Bagi seseorang yang mencapai jhana pertama, persepsi indriah berhenti.
Bagi seseorang yang mencapai jhana ke dua, vitakka dan vicara berhenti.
Bagi seseorang yang mencapai jhana ke tiga, kegiuran berhenti.
Bagi seseorang yang mencapai jhana ke empat, nafas masuk dan nafas keluar berhenti.
Bagi seseorang yang mencapai landasan ruang, persepsi bentuk berhenti.
Bagi seseorang yang mencapai landasan kesadaran, persepsi ruang berhenti.
Bagi seseorang yang mencapai landasan kekosongan, persepsi landasan kesadaran berhenti.
Bagi seseorang yang mencapai landasan bukan persepsi juga bukan non-persepsi, persepsi kekosongan berhenti.
Bagi seseorang yang mencapai terhentinya persepsi dan perasaan, persepsi dan perasaan berhenti.
Para bhikkhu, sembilan inilah penghentian berturut-turut.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #1 on: 22 October 2009, 10:40:04 AM »
bro, sepertinya ada perbedaan dalam penerjemahannya

berikut ini saya sertakan indo, english dan pali nya

Quote
Para bhikkhu, sembilan inilah penghentian yang berurutan. Apakah sembilan tersebut?

Bagi seseorang yang mencapai keadaan batin yang lebih tinggi pertama persepsi nafsu inderawi berhenti. Bagi seseorang yang mencapai keadaan batin yang lebih tinggi ke dua, pemikiran-pemikiran dan permikiran analisa berhenti. Bagi seseorang yang mencapai keadaan batin yang lebih tinggi ke tiga kebahagiaan berhenti. Bagi seseorang yang mencapai keadaan batin yang lebih tinggi ke empat, nafas masuk dan keluar berhenti. Bagi seseorang yang mencapai pada alam ruang material, persepsi berhenti. Bagi seseorang yang mencapai pada alam kesadaran, persepsi pada alam ruang berhenti. Bagi seseorang yang mencapai pada alam kekosongan, persepsi pada alam kesadaran berhenti. Bagi seseorang yang mencapai pada alam bukan persepsi ataupun non-persepsi, persepsi pada alam kekosongan berhenti. Bagi seseorang yang mencapai pada penghentian persepsi dan perasaan, persepsi dan perasaan berhenti. Para bhikkhu, sembilan inilah perhentian yang berurutan.

Quote from: oleh sister Upalavanna
Bhikkhus, these nine are successive cessations. What nine?

To one attained to the first higher state of mind sensual perceptions cease. To one attained to the second higher state of mind, thoughts and discursive thoughts cease. To one attained to the third higher state of mind joy ceases. To one attained to the fourth higher state of mind in breaths and out breaths cease. To one attained to the sphere of space material perceptions cease. To one attained to the sphere of consciousness perceptions of the sphere of space cease. To one attained to the sphere of no-thingness, perceptions of the sphere of consciousness cease. To one attained to the sphere of neither perception nor non-percption, perceptions of the sphere of no-thingness cease. To one attained to the cessation of perceptions and feelings, perceptions and feelings cease. Bhikkhus, these nine are successive cessations.

Quote
“Navayime, bhikkhave, anupubbanirodhā. Katame nava? Paṭhamaṃ jhānaṃ samāpannassa kāmasaññā niruddhā hoti; dutiyaṃ jhānaṃ samāpannassa vitakkavicārā niruddhā honti; tatiyaṃ jhānaṃ samāpannassa pīti niruddhā hoti; catutthaṃ jhānaṃ samāpannassa assāsapassāsā niruddhā honti; ākāsānañcāyatanaṃ samāpannassa rūpasaññā niruddhā hoti; viññāṇañcāyatanaṃ samāpannassa ākāsānañcāyatanasaññā niruddhā hoti; ākiñcaññāyatanaṃ samāpannassa viññāṇañcāyatanasaññā niruddhā hoti; nevasaññānāsaññāyatanaṃ samāpannassa ākiñcaññāyatanasaññā niruddhā hoti; saññāvedayitanirodhaṃ samāpannassa saññā ca vedanā ca niruddhā honti. Ime kho, bhikkhave, nava anupubbanirodhā”ti.
« Last Edit: 22 October 2009, 11:48:04 AM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #2 on: 22 October 2009, 10:43:35 AM »
imo, sesuai dengan penjelsan dalam sutta2x lain, nafsu inderawi yg hilang pada Jhana 1. Bukan gitu?
There is no place like 127.0.0.1

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #3 on: 22 October 2009, 10:56:17 AM »
Bagi seseorang yang mencapai jhana pertama, persepsi indriah berhenti.


Bagi seseorang yang mencapai keadaan batin yang lebih tinggi pertama persepsi sensual/inderawi berhenti.

bedanya dimana? versi KBBI kah?
« Last Edit: 22 October 2009, 11:00:30 AM by Indra »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #4 on: 22 October 2009, 10:57:10 AM »
imo, sesuai dengan penjelsan dalam sutta2x lain, nafsu inderawi yg hilang pada Jhana 1. Bukan gitu?

Sense = indera.
Sensual = indrawi.
Nafsu indrawi = sensual desire.
Sensual perception = persepsi indrawi.

IMHO, maksudnya adalah yang ada hanya persepsi dari pikiran. Jika pun ada misalnya ia mengambil objek kasina api, ia merasakan panas, namun bukan persepsi luar, namun datang dari pikirannya. Meskipun ia ada di tempat dingin, inderanya merasakan dingin, namun itu telah berhenti, dan yang dirasakan tetap panas.


Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #5 on: 22 October 2009, 11:01:06 AM »
Kalau dilihat dari text pali

kama = nafsu rendah/indriawi
sanna = persepsi

kamasanna= persepsi nafsu indriawi--->ada hubungannya dengan kamachanda, salah satu dari pancanivarana-->memang tidak ada saat di jhana 1 dst



Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #6 on: 22 October 2009, 11:32:24 AM »
Kalau dilihat dari text pali

kama = nafsu rendah/indriawi
sanna = persepsi

kamasanna= persepsi nafsu indriawi--->ada hubungannya dengan kamachanda, salah satu dari pancanivarana-->memang tidak ada saat di jhana 1 dst


Memang bisa dibilang "nafsu", namun sepertinya tidak selalu demikian. Kama adalah yang berkenaan dengan indera, seperti dalam istilah kamaloka. Nafsu maupun tidak nafsu, ia tetap terikat pada persepsi indrawi. Seorang pertapa tanpa nafsu bathin tetap merasakan nikmat indrawi seperti suhu yang pas, makanan yang enak, dll. Ia tidak menjadi "mati rasa" karena padam nafsu bathinnya. Niraya yang isinya penderitaan pun tetap dikatakan kamaloka, karena memang berkenaan dengan indera, walaupun sepertinya tidak ada yang nikmat di sana. 


Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #7 on: 22 October 2009, 11:51:48 AM »
Kalau dilihat dari text pali

kama = nafsu rendah/indriawi
sanna = persepsi

kamasanna= persepsi nafsu indriawi--->ada hubungannya dengan kamachanda, salah satu dari pancanivarana-->memang tidak ada saat di jhana 1 dst


Memang bisa dibilang "nafsu", namun sepertinya tidak selalu demikian. Kama adalah yang berkenaan dengan indera, seperti dalam istilah kamaloka. Nafsu maupun tidak nafsu, ia tetap terikat pada persepsi indrawi. Seorang pertapa tanpa nafsu bathin tetap merasakan nikmat indrawi seperti suhu yang pas, makanan yang enak, dll. Ia tidak menjadi "mati rasa" karena padam nafsu bathinnya. Niraya yang isinya penderitaan pun tetap dikatakan kamaloka, karena memang berkenaan dengan indera, walaupun sepertinya tidak ada yang nikmat di sana.  



Sepertinya ada perbedaan antara merasakan sesuatu melalui indria, lalu di beri tanda (sanna) terhadap yg diterima dari indriawi hingga disebut persepsi yg muncul dari indriawi(karena ada kontak dsb)

dengan..

Nafsu indriawi  berkenaan persepsi nafsu indriawi---> kontak lalu muncul rasa nafsu akibat adanya kontak melalui indrawi, nafsu ini pun diberi tanda--jadinya sanna maka disebut kamasanna.



Lebih disederhanakan : persepsi nafsu indriawi vs persepsi indriawi---> adakah perbedaan disini.?

Mungkin romo cunda yg ahli bahasa pali bisa ditanyakan juga. ;D dan mas-mas abhidhamma bisa dilibatkan nih..sehingga kita bisa liat dari berbagai sudut pandang.

Dan dalam rupa jhana pada saat parikamma nimita/nimita awal/belum solid atau usaha awal melibatkan indria lalu hasil dari persepsi kasar melalui indria ini menjadi sangat halus dan tidak terkontaminasi yg terwujud menjadi patibagha nimitta.


 _/\_
« Last Edit: 22 October 2009, 12:01:52 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #8 on: 22 October 2009, 11:56:01 AM »
kama loka afaik adalah alam dimana mahluk2xnya berkutat pada pemuasan nafsu indrawi. Walaupun di niraya tidak "enak" tapi esensinya adalah si mahluk2xnya tetap berkutat mencari2x pemuasan nafsu inderawi.

lain halnya dengan rupa loka dan arupa loka dimana mahluk2xnya tidak berkutat pada nafsu inderawi lagi.

kalau lihat kamus oleh Ven. Nyanatiloka, kāma itu bisa berarti
1. sensualitas(pemuasan indera) secara subjektif, 'keinginan/nafsu indera'
2. sensualitas(pemuasan indera) secara objektif, 'lima objek inderawi'

so,  kāmasaññā niruddhā ?  persepsi nafsu inderawi hilang? atau persepsi semua indera hilang?
« Last Edit: 22 October 2009, 01:27:48 PM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #9 on: 22 October 2009, 01:49:51 PM »
kama loka afaik adalah alam dimana mahluk2xnya berkutat pada pemuasan nafsu indrawi. Walaupun di niraya tidak "enak" tapi esensinya adalah si mahluk2xnya tetap berkutat mencari2x pemuasan nafsu inderawi.

lain halnya dengan rupa loka dan arupa loka dimana mahluk2xnya tidak berkutat pada nafsu inderawi lagi.

kalau lihat kamus oleh Ven. Nyanatiloka, kāma itu bisa berarti
1. sensualitas(pemuasan indera) secara subjektif, 'keinginan/nafsu indera'
2. sensualitas(pemuasan indera) secara objektif, 'lima objek inderawi'

so,  kāmasaññā niruddhā ?  persepsi nafsu inderawi hilang? atau persepsi semua indera hilang?

Untuk tepatnya, mungkin harus ditanyakan pada yang mengerti. Menurut saya pribadi, persepsi indrawi yang hilang.


Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #10 on: 22 October 2009, 02:56:24 PM »
Sembari menunggu yg mengerti, mungkin kita bisa bedah sutta2x lain untuk melihat hal ini dari perspektif yang berbeda. Ada yg nemu? aye sembari cari dulu
There is no place like 127.0.0.1

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #11 on: 22 October 2009, 03:08:39 PM »
Secara sutta sudah lumayan dibahas, secara pali sudah ada dari kamus nyanatiloka. Nah secara praktek dan kebetulan pernah di ungkapkan secara terbuka pengalamannya , gimana panggil mbah fabian... biar berimbang.  

Tambahan dari pertanyaan aye ke romo Cunda(lewat YM) yg mengetahui banyak tentang bahasa pali, mudah2an bisa membantu case kita bersama

Sin Chan: kama dalam bahasa indonesia biasanya dan sering diartikan apa mo?

cunda Jugiarta supandi: kama = (nafsu) kesenangan indra

Sin Chan: kalau kamasanna lebih tepat diartikan sebagai persepsi indriawi atau persepsi nafsu indriawi?

cunda Jugiarta supandi: persepsi pada kesenangan indra

Sin Chan: thanks mo

pembanding penggunaan pali:

cunda Jugiarta supandi: Kāmasaññā = persepsi kesenangan indra.
cunda Jugiarta supandi : byāpādasaññā = persepsi pada kedengkian
cunda Jugiarta supandi : vihiṃsāsaññā = persepsi tentang kekerasan

Smoga bermanfaat  _/\_


« Last Edit: 22 October 2009, 03:29:09 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #12 on: 22 October 2009, 03:13:26 PM »
setuju

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #13 on: 22 October 2009, 03:58:37 PM »
BAHUVEDANIYA SUTTA

........... # Terdapat lima ikatan nafsu indera. Apakah kelima hal itu? Bentuk-bentuk yang diterima melalui mata yang diingini, dihasrati dan disukai, berhubungan dengan nafsu indera dan rangsangan untuk bertindak karena nafsu. Suara-suara yang diterima melalui telinga .... bebauan yang diterima melalui hidung .... rasa-rasa yang diterima melalui lidah .... sentuhan-sentuhan yang diterima melalui jasmani yang diingini, dihasrati, disetujui dan disukai, berhubungan dengan nafsu dan rangsangan untuk bertindak karena nafsu. Inilah lima ikatan dari nafsu indera. Sekarang kesenangan dan kegiuran yang muncul tergantung pada lima dari nafsu indera ini disebut kesenangan dalam nafsu indera.

# Jika seseorang mengatakan: 'Kesenangan dan kegiuran yang dialami makhluk-makhluk itu adalah yang tertinggi,' Saya tidak akan mengakui hal tersebut kepadanya. Mengapa demikian? Karena terdapat jenis kesenangan lain yang lebih tinggi daripada kesenangan tersebut. Lalu, apakah kesenangan itu ? Dalam hal ini cukup terpisah dari nafsu indera, terpisah dari Dhamma yang tidak bermanfaat, seorang bhikkhu memasuki dan berdiam di Jhana pertama, yang bersekutu dengan perenungan permulaan dan perenungan penopang, dengan kegiuran dan kesenangan yang lahir dari menyendiri. Inilah jenis kesenangan lain yang lebih tinggi dan lebih unggul.

# Jika seseorang mengatakan: 'Kesenangan dan kegiuran yang dialami makhluk-makhluk tersebut adalah yang tertinggi,' Saya tidak akan mengakui hal itu kepadanya. Mengapa demikian? Karena terdapat jenis kesenangan lain yang lebih tinggi daripada kesenangan tersebut dan lebih unggul. Dan apakah kesenangan itu? Dalam hal ini dengan melenyapkan perenungan permulaan dan perenungan penopang .... Jhana II ......

# ..... Jhana III ............

# ..... Jhana IV ...........

# ...... Keadaan dari konsepsi ruang tanpa batas ........

# ...... Keadaan dari konsepsi kesadaran tanpa batas ........

# ....... Kesadaan dari konsepsi kekosongan ..........

# ....... Keadaan bukan pencerapan pun bukan-pencerapan .......

# Jika seseorang mengatakan: 'Kesenangan dan kegiuran yang dialami makhluk-makhluk tersebut adalah yang tertinggi, Saya tidak akan mengakui hal itu kepadanya. Mengapa demikian? Karena terdapat jenis kesenangan yang lebih tinggi daripada kesenangan itu dan lebih unggul. Lalu apakah kesenangan itu? Dalam hal ini dengan mengatasi secara sempurna keadaan bukan pencerapan pun bukan-pencerapan, seorang bhikkhu memasuki dan berdiam dalam padamnya pencerapan dan perasaan. Inilah jenis kebahagiaan lain yang lebih tinggi daripada kesenangan di atas dan lebih unggul.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #14 on: 22 October 2009, 04:17:02 PM »
apakah menurut Bro Kainyin, pada jhana 1, meditator tidak bisa melihat (jika buka mata), tidak bisa mendengar suara, tidak  bisa mencium bau, dll?

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #15 on: 22 October 2009, 04:18:40 PM »
Dalam setiap citta, PASTI ada SANNA dan juga vedana (2 dari 7 sabbacitta sadharana cetasika = 7 cetasika yg ada dalam semua citta)

saat kontak dengan objek via pancadvara (5 pintu indera), disitu muncul 5 kesadaran yaitu kesadaran melihat, mendengar, membaui/mencium, mengecap dan merasakan (kulit)
dengan vedana, dapat dirasakan apakah itu vedana yg menyenangkan/sukha, ataukan yg tidak menyenangkan/dukkha
tapi dengan sanna, dapat diketahui itu adalah panas, dingin, dsbnya

setelah itu, barulah di batin muncul kesadaran via manodvara (pintu indera pikiran) yg obyeknya adalah lampau, sesuai yg ada di pancadvara
dimana vedananya ada 3 yaitu somanassa, domanassa dan netral
dan persepsi yg muncul bisa menambahkan apa yg muncul di indera, pun bisa mengurangi apa yg muncul di pancadvara......

jadi dalam kasus misal org yg sedang meditasi lalu dipukulkan genderang keras2 dekat telinganya.
secara pancadvara, itu adalah obyek yg tidak menyenangkan
tapi karena batinnya sedang fokus pada obyek lain di manodvara-nya, maka obyek di pancadvara diabaikan
« Last Edit: 22 October 2009, 04:25:14 PM by markosprawira »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #16 on: 22 October 2009, 04:40:38 PM »
apakah menurut Bro Kainyin, pada jhana 1, meditator tidak bisa melihat (jika buka mata), tidak bisa mendengar suara, tidak  bisa mencium bau, dll?

Saya tidak tahu tentang membuka mata pada jhana 1. Untuk yang lainnya, menurut saya, memang tidak bisa.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #17 on: 23 October 2009, 01:35:48 PM »
Saat konsentrasi fokus pada 1 panca indera secara terus menerus tidak henti, tentunya tidak akan muncul kesadaran pada indera lainnya

namun bukan berarti "tidak bisa" dalam artian secara vipaka, yg maksudnya secara peristiwa yg terjadi

kasus serupa sama pada genderang yg dipukul keras2 diatas

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #18 on: 23 October 2009, 09:30:14 PM »
Ini bukan soal Sutta sesuai judul, tapi membahas keadaan Jhana, kayanya ngga cocok kalo dipost di thread ttg siapa mencapai Jhana. Kalau ngga sesuai, tolong Mod-Glomod pindahin ke thread yg sesuai aja deh..

Tentang persepsi indriawi atau nafsu indriawi:
Potthapada Sutta
Jhana 1:
Quote
"... His earlier perception of sensuality ceases...

Ini tentang opini keadaan Jhana sbg keadaan tertutup dr 5 indera lainnya
Jhana 3:
Indriya-vibhanga Sutta
Quote
"... With the fading of rapture, he remains equanimous, mindful, & alert, and senses pleasure with the body. He enters & remains in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous & mindful, he has a pleasant abiding.' ..."

Anuruddha Sutta
Quote
"... with the fading of rapture, you will remain in equanimity, mindful & alert, physically sensitive to pleasure. You will enter & remain in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous and mindful, he has a pleasant abiding.' ..."

Lebih jauh dlm sutta2 lain misal Latukikopama, dikatakan dari Jhana 1-3:
"... still perturbable state ..."

Memasuki Jhana 4 ke atas baru dikatakan: "imperturbable state"

_/\_
appamadena sampadetha

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #19 on: 23 October 2009, 09:46:27 PM »
dan lagi ini topik yg sulit dibahas tanpa kata2 "menurut pengalaman saya..." yg berarti mengklaim bahwa saya sudah jhana 1/2/dst

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #20 on: 23 October 2009, 10:04:59 PM »
dan lagi ini topik yg sulit dibahas tanpa kata2 "menurut pengalaman saya..." yg berarti mengklaim bahwa saya sudah jhana 1/2/dst
kalo gitu nambahin di atas: menurut pengalaman Sutta, eh pengalaman Sang Buddha, katanyaa.. :whistle:
appamadena sampadetha

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #21 on: 30 October 2009, 09:52:25 PM »
quoting from bro peacemind utk melihat dari sudut yg lain

Quote from: peacemind

‘So vivicceva kāmehi, vivicca akusalehi dhammehi savitakkaṃ savicāraṃ vivekajaṃ pītisukhaṃ paṭhamaṃ jhānaṃ upasampajja viharati."

Yang bisa diterjemahkan demikian:

"Secluded from sensual pleasures and  unwholesome states, and accompanied with applied thought and sustained thought, one enters and dwells in the first Jhana born from rapture and happiness".

Kalimat "Secluded from sensual pleasures - (vivicca kāmehi / terpencil dari nafsu indera)" akan menjawab mengapa dalam jhana pertama seseorang bebas dari kāmasañña.

There is no place like 127.0.0.1

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #22 on: 31 October 2009, 10:54:33 AM »
Ini bukan soal Sutta sesuai judul, tapi membahas keadaan Jhana, kayanya ngga cocok kalo dipost di thread ttg siapa mencapai Jhana. Kalau ngga sesuai, tolong Mod-Glomod pindahin ke thread yg sesuai aja deh..

Tentang persepsi indriawi atau nafsu indriawi:
Potthapada Sutta
Jhana 1:
Quote
"... His earlier perception of sensuality ceases...

Ini tentang opini keadaan Jhana sbg keadaan tertutup dr 5 indera lainnya
Jhana 3:
Indriya-vibhanga Sutta
Quote
"... With the fading of rapture, he remains equanimous, mindful, & alert, and senses pleasure with the body. He enters & remains in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous & mindful, he has a pleasant abiding.' ..."

Anuruddha Sutta
Quote
"... with the fading of rapture, you will remain in equanimity, mindful & alert, physically sensitive to pleasure. You will enter & remain in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous and mindful, he has a pleasant abiding.' ..."

Lebih jauh dlm sutta2 lain misal Latukikopama, dikatakan dari Jhana 1-3:
"... still perturbable state ..."

Memasuki Jhana 4 ke atas baru dikatakan: "imperturbable state"

_/\_
Ya, menurut saya (bukan "pengalaman saya"), memang dalam jhana I - III, keadaan tersebut masih bisa 'terganggu'. Maka dikatakan seseorang yang tidak memiliki vasi, tidak bisa masuk dan keluar jhana sesuai keinginannya. Namun gangguan tersebut berdasar dari dalam (misalnya kekuatan konsentrasinya goyah), bukan dari luar (misalnya dipanggil orang lain). Sekali lagi, menurut saya, yang tentu saja belum tentu benar demikian.




dan lagi ini topik yg sulit dibahas tanpa kata2 "menurut pengalaman saya..." yg berarti mengklaim bahwa saya sudah jhana 1/2/dst
Silahkan siapa pun mengklaim sudah jhana atau sudah Arahat, bahkan Samma-sambuddha. Bukankah segalanya tercermin dari pengetahuan dan perilakunya? Dalam sebuah diskusi, pemikiran yang dituangkan seseoranglah yang memiliki arti. Klaim siapa pun dia (Buddha/Puthujjana), apa pun reputasinya (pernah melakukan keajaiban ganda/tidak pernah meditasi), dari mana referensinya (bertemu Buddha langsung/dikasih tahu tukang sate), tidak berarti sama sekali. Kecuali bagi orang yang memang subjektif. 


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #23 on: 02 November 2009, 08:14:23 PM »
dan lagi ini topik yg sulit dibahas tanpa kata2 "menurut pengalaman saya..." yg berarti mengklaim bahwa saya sudah jhana 1/2/dst
Silahkan siapa pun mengklaim sudah jhana atau sudah Arahat, bahkan Samma-sambuddha. Bukankah segalanya tercermin dari pengetahuan dan perilakunya? Dalam sebuah diskusi, pemikiran yang dituangkan seseoranglah yang memiliki arti. Klaim siapa pun dia (Buddha/Puthujjana), apa pun reputasinya (pernah melakukan keajaiban ganda/tidak pernah meditasi), dari mana referensinya (bertemu Buddha langsung/dikasih tahu tukang sate), tidak berarti sama sekali. Kecuali bagi orang yang memang subjektif. 

Bro Kainyin, merujuk postingan anda di thread lain, saya menangkap bahwa jika seseorang berdiskusi dengan merujuk pada referensi kitab, atau orang lain, maka menurut anda orang itu tidak sungguh-sungguh berjuang mencapai jhana. dan di sini, saya menangkap bahwa seseorang yg berdiskusi dengan merujuk pada pengalaman pribadi, menurut anda juga tidak valid, mohon petunjuk Bro, bagaimanakah sebaiknya suatu diskusi dilakukan?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #24 on: 03 November 2009, 08:48:29 AM »
dan lagi ini topik yg sulit dibahas tanpa kata2 "menurut pengalaman saya..." yg berarti mengklaim bahwa saya sudah jhana 1/2/dst
Silahkan siapa pun mengklaim sudah jhana atau sudah Arahat, bahkan Samma-sambuddha. Bukankah segalanya tercermin dari pengetahuan dan perilakunya? Dalam sebuah diskusi, pemikiran yang dituangkan seseoranglah yang memiliki arti. Klaim siapa pun dia (Buddha/Puthujjana), apa pun reputasinya (pernah melakukan keajaiban ganda/tidak pernah meditasi), dari mana referensinya (bertemu Buddha langsung/dikasih tahu tukang sate), tidak berarti sama sekali. Kecuali bagi orang yang memang subjektif. 

Bro Kainyin, merujuk postingan anda di thread lain, saya menangkap bahwa jika seseorang berdiskusi dengan merujuk pada referensi kitab, atau orang lain, maka menurut anda orang itu tidak sungguh-sungguh berjuang mencapai jhana. dan di sini, saya menangkap bahwa seseorang yg berdiskusi dengan merujuk pada pengalaman pribadi, menurut anda juga tidak valid, mohon petunjuk Bro, bagaimanakah sebaiknya suatu diskusi dilakukan?

Ya, di thread sebelah saya berkata demikian karena itu adalah thread "pengalaman pribadi". Di situ kita berbagi dan bertukar pengalaman. Jika dalam thread "pengalaman pribadi" isinya orang-orang menyikapi pengalaman orang lain hanya dengan kitab, maka apalah bedanya dengan debat intelektual ahli kitab yang tidak punya pengalaman pribadi?
Sebaliknya kalau memang di bahasan kitab, juga tidak cocok seseorang menilai kitab hanya berdasarkan pengalamannya saja. Lain thread, lain bahasannya, bukan?! Maka lain bahasan, lain pula sikap seseorang.

Lebih jauh lagi, apakah di thread pengalaman pribadi atau pembahasan kitab, siapa orang itu tidak mempengaruhi nilai diskusinya. Apakah seseorang punya jhana atau tidak, ahli kitab atau tidak, tetap kita bersikap objektif. Walaupun seseorang mengaku Samma-Sambuddha, tidak menjadikan ucapannya bernilai "lebih benar". Sebaliknya walaupun orang itu adalah seorang terbuang yang tidak dikenal, tidak menjadikan ucapannya "lebih tidak berarti". Ini berlaku untuk semua diskusi, apakah pengalaman pribadi ataupun bahasan kitab. Itu bagaimana seharusnya diskusi dilakukan, sekali lagi, menurut saya.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #25 on: 03 November 2009, 10:46:30 AM »
Menurut saya, orang yang ahli belum tentu benar, dan orang tidak ahli pun belum tentu benar juga, maka dari itu lebih baik seseorang itu bisa menjadi ahli dan benar ;D

seseorang mengaku Samma-Sambuddha, tidak menjadikan ucapannya bernilai "lebih benar" juga seorang terbuang yang tidak dikenal, tidak menjadikan ucapannya "menjadi berarti" ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #26 on: 03 November 2009, 04:34:32 PM »
Meskipun makna istilah kāma tampaknya sudah disepakati di atas, ada beberapa tambahan di sini yang mungkin akan memberikan gambaran mengenai makna kāma.

Kata kāma sesungguhnya memiliki akar kata 'kam' yang berarti 'to desire'. Kāmeti, kata kerja dari kāma berarti 'he desires'. Dalam berbagai konteks, istilah kāma memang sering digunakan untuk mengacu kepada kesenangan inderawi khususnya yang muncul dari 5 indera pertama. Sebagai contoh, kalimat 'kāme paribhuñjati, kāmamajjhe vasati, kāmaparilahehi paridayhati' bisa diartikan sebagai 'ia menikmati kesenangan2 indera, hidup di tengah2 kesenangan2 indera, terbakar oleh demam yang timbul karena kesenangan2 indera'.

Kata kāmasaññā berarti persepsi2 yang berhubungan dengan kesenangan2 inderawi khususnya kesenangan yang muncul dari panca indera. Untuk memperjelas ini, definisi kata kāmasañña yang terdapat dalam DN Aṭṭhakathā, 2, 372 versi PTS perlu dicatat. Dikatakan bahwa "Kāmasaññāti pañcakāmaguṇikarāgo - the perception of sensual pleasures is the desire (rāgo) due to the five cords of sensual desires (pañcakāmaguṇa). Pañcaguṇakāma, dalam sutta2, disebutkn sebagai kesenangan2 yang muncul dari  mata, telinga, hidung, lidah dan tubuh.

Be happy.

 

anything