//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme  (Read 221028 times)

0 Members and 5 Guests are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #345 on: 05 January 2011, 05:43:56 PM »
Seorang Arahat masih memiliki citta dan cetasika donx??
Masih. Citta & Cetasika tidak mungkin berhenti selama masih hidup. Berpikir di sini adalah maññati.
Jadi menurut MN 1, seorang puthujjana mempersepsi (sañjānāti) objek, berpikir (maññati) akan objek, di dalam objek, terpisah dari objek, memiliki objek, dan bergembira akan objek. Hal tersebut karena ia tidak memahami (apariññāta).

Bagi seorang Arahat, setelah mengenali (Abhijāna) objek, maka tidak berpikir (na maññati) akan objek, di dalam objek, terpisah dari objek, memiliki objek, dan bergembira akan objek. Hal tersebut karena ia memahaminya (pariññāta).


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #346 on: 05 January 2011, 05:51:11 PM »
jadi di sini ada pikiran yang  dilandasi kemelekatan apakah ada pikiran yang tidak dilandasi kemelekatan? atau ada pikiran yang berhenti?
Kalau secara ideal, di mana SEMUA kemelekatan itu telah hilang sepenuhnya, maka saya jawab tidak tahu, karena saya belum sampai ke sana, dan seandainya sudah pun, tidak dapat membuktikannya. Tetapi dalam teori dhamma, memang ada pikiran yang tidak dilandasi kemelekatan lagi, yaitu pikiran para Arahat.

Kalau konteksnya sehari-hari, coba perhatikan saja orang di sekitar kita. Terhadap objek yang sama, jika pikiran dikuasai kemelekatan, maka perubahan kondisi terhadap objekt itu membawa seseorang cenderung pada 'kesenangan' dan 'penderitaan'. Sebaliknya jika tidak dikuasai kemelekatan, tidak membawa pada 'kesenangan' maupun 'penderitaan'.


Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #347 on: 05 January 2011, 05:55:59 PM »
Kalau konteksnya sehari-hari, coba perhatikan saja orang di sekitar kita. Terhadap objek yang sama, jika pikiran dikuasai kemelekatan, maka perubahan kondisi terhadap objekt itu membawa seseorang cenderung pada 'kesenangan' dan 'penderitaan'. Sebaliknya jika tidak dikuasai kemelekatan, tidak membawa pada 'kesenangan' maupun 'penderitaan'.

apatis?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #348 on: 05 January 2011, 06:05:16 PM »
apatis?
Nah, kalau kesenangan/kesedihan biasa berhubungan dengan lobha/dosa, perasaan netral ini berkaitan dengan moha. Ada perasaan netral karena tidak mengetahui, tapi ada juga perasaan netral yang mengetahui.

Contoh sederhana: seorang cowok melihat sepasang kekasih bergandengan tangan di kejauhan. Dia 'menginginkan' atau 'menolak' objek tersebut, maka perasaannya netral. Lalu ketika makin lama, makin dekat, dilihatnyalah bahwa si cewek adalah pacarnya. Maka yang tadinya netral (karena ketidaktahuan) bisa berubah jadi tidak netral (karena mengetahui).

Secara general, 'pengetahuan'-lah yang membedakan orang 'mengendalikan diri' dan 'apatis'.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #349 on: 05 January 2011, 06:18:04 PM »
Nah, kalau kesenangan/kesedihan biasa berhubungan dengan lobha/dosa, perasaan netral ini berkaitan dengan moha. Ada perasaan netral karena tidak mengetahui, tapi ada juga perasaan netral yang mengetahui.

Contoh sederhana: seorang cowok melihat sepasang kekasih bergandengan tangan di kejauhan. Dia (tidak) 'menginginkan' atau 'menolak' objek tersebut, maka perasaannya netral. Lalu ketika makin lama, makin dekat, dilihatnyalah bahwa si cewek adalah pacarnya. Maka yang tadinya netral (karena ketidaktahuan) bisa berubah jadi tidak netral (karena mengetahui).

Secara general, 'pengetahuan'-lah yang membedakan orang 'mengendalikan diri' dan 'apatis'.

kalau apatis kan udah tau pun tetap cuek aja, indifferent thd everything (fully apatis)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline JimyTBH

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 120
  • Reputasi: 2
  • antara Suggati N Duggati (
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #350 on: 05 January 2011, 07:24:44 PM »
Masih. Citta & Cetasika tidak mungkin berhenti selama masih hidup. Berpikir di sini adalah maññati.
Jadi menurut MN 1, seorang puthujjana mempersepsi (sañjānāti) objek, berpikir (maññati) akan objek, di dalam objek, terpisah dari objek, memiliki objek, dan bergembira akan objek. Hal tersebut karena ia tidak memahami (apariññāta).

Bagi seorang Arahat, setelah mengenali (Abhijāna) objek, maka tidak berpikir (na maññati) akan objek, di dalam objek, terpisah dari objek, memiliki objek, dan bergembira akan objek. Hal tersebut karena ia memahaminya (pariññāta).
anumodana kainyn
bolehka saya tahu lebih lanjut apa sajakah citta & cetasika para arahat, anagami dan sakadagami dan sotapanna?
Apaka sotapanna masih mempunyai kusala citta?
Apakah arahat masih mempunyai maha kusala citta? dan seterusnya.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #351 on: 05 January 2011, 07:31:50 PM »
Masih. Citta & Cetasika tidak mungkin berhenti selama masih hidup. Berpikir di sini adalah maññati.
Jadi menurut MN 1, seorang puthujjana mempersepsi (sañjānāti) objek, berpikir (maññati) akan objek, di dalam objek, terpisah dari objek, memiliki objek, dan bergembira akan objek. Hal tersebut karena ia tidak memahami (apariññāta).

Bagi seorang Arahat, setelah mengenali (Abhijāna) objek, maka tidak berpikir (na maññati) akan objek, di dalam objek, terpisah dari objek, memiliki objek, dan bergembira akan objek. Hal tersebut karena ia memahaminya (pariññāta).



Setau saya dan pernah bediskusi dengan Mister Hud dan membaca diskusi dia diberbagai milis dikatakan "tidak berpikir" = "pikiran berhenti" . dalam hal ini adalah dua makna yang berbeda.

Pikiran yang benar2 berhenti (sekaligus tidak berpikir) adalah nirodha samapati. Tidak berpikir dalam sutta(arahat) pun mengandung makna yang berbeda dengan tidak berpikir saat tidur pulas

Bagaimana ketika seorang arahat berpikir ketika melihat seorang yang menderita dan ingin mengetahui penyebabnya.

Contoh : Ketika Mogalana dikejar2 oleh musuhnya yang sampai berulang kali dia menghilangkan diri dan dengan abinna nya ia menemukan penyebabnya dari kelahiran lalu. Apakah ketika sebelum menggunakan abinna nya dia tidak berpikir " apakah penyebab dari semua kejadian ini"? Mungkinkah spontanitas tanpa sebab dia menggunakan abinna dan tau begitu saja tanpa berpikir dulu tentang objeknya ?(misalnya kenapa saya dikejar2 dan akan dibunuh--->berpikir terhadap objek atau tidak berpikir terhadap objek?)

Bagaimana hal tersebut bisa dijelaskan?

Apakah arahat masih hidup dan berada dalam nirodha samapati citta dan cetasikanya berhenti/tidak bekerja sama sekali atau masih ?
Jadi masih mungkinkah selama masih hidup khususnya arahat citta dan cetasika berhenti?


Metta
« Last Edit: 05 January 2011, 07:48:09 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #352 on: 05 January 2011, 08:15:14 PM »
sebenernya saya mau jawaban yg jelas dan tegas, gak main sembunyi2. mungkin memang membutuhkan keberanian.


lho bukannya anda sudah minta case diclosed ?

memang anda suka tidak konsisten atau tidak mengerti ?  ^-^
« Last Edit: 05 January 2011, 08:17:54 PM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #353 on: 05 January 2011, 08:34:08 PM »
kalau menurut pandangan aye, sebenarnya yang namanya pikiran itu tidak bisa berhenti, yang ada mungkin menghentikan pikiran yang berkembang sehingga dari pikiran menjadi pengamatan pasif, proses pikiran ada ya itu sebatas pengamatan pasif.

kalau dikatakan ketika pikiran berhenti maka disitulah akhir duka, tidak terlahir dll sepertinya terlalu sederhana penerangan itu sehingga bisa membingungkan pembaca.

dengan pemahaman paticasamapada seharusnya lebih bisa menjelaskan semua hal diatas.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #354 on: 05 January 2011, 08:53:11 PM »
tidak perlu telalu jauh sampai nirodha samapatti, pada jhana 2 and up pikiran juga berhenti. apakah dukkha berakhir di jhana 2?

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #355 on: 05 January 2011, 09:31:12 PM »
tapi sadar gak ya ?
<ngotot_mode>
jelas sadar dong. mengkonsumsi cannabis dan marijuana kan gak tidur, masih bisa meditas malahan.
yg penting hasilnya sama dengan meditasi: bliss, mindful, piti dan sukha.
</ngotot_mode>
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #356 on: 05 January 2011, 09:34:33 PM »
lho bukannya anda sudah minta case diclosed ?

memang anda suka tidak konsisten atau tidak mengerti ?  ^-^

lho, saya cuman menjelaskan: tadi sebenernya saya mau jawaban yg tegas karena anda mengaku sudah menjawab.
saya udah gak menuntut anda menjawab kok...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #357 on: 05 January 2011, 09:38:52 PM »
tidak perlu telalu jauh sampai nirodha samapatti, pada jhana 2 and up pikiran juga berhenti. apakah dukkha berakhir di jhana 2?
Bahkan memasuki Jhana pertama pikiran sudah berhenti bro....
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #358 on: 05 January 2011, 09:45:17 PM »
aiyoh, terminologinya kemana2...
imo,

nirodha samapati = the cessation of perception and feeling
berpikir ala mmd = maññati
berhentinya pikiran ala mmd = tidak maññati lagi
jhana 2 = unifying mind (tinggal piti, sukkha, dan ekaggata). imo, masih ada pikiran tapi sangat terkonsentrasi, sama dengan one-mind ala zen, bukan no-mind. Referensi: http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn45/sn45.008.than.html. cmiiw.

* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme
« Reply #359 on: 05 January 2011, 09:46:46 PM »
Bahkan memasuki Jhana pertama pikiran sudah berhenti bro....

kalo di pertama kan masih ada vitakka dan vicara yg adalah aktivitas pikiran

 

anything