tidak bertentangan dengan ajaran yg hendak disebar.
contoh : ajarannya adalah "tidak merokok", tapi dalam penyebarannya dengan cara Merokok bareng :P
tidak bertentangan dengan ajaran yg hendak disebar.
contoh : ajarannya adalah "tidak merokok", tapi dalam penyebarannya dengan cara Merokok bareng :P
Dalam Ajaran Buddha, bagi umat awam tidak ada larangan bernyanyi dan menari. Bagaimana pendapat Bro hatRed jika nanti ada Dhamma Class yang dibawakan Ramani sambil goyang "ngebor"?
klo menurut gOK.
1 dhammatainment why not? (slama isinya ga gosip namun kegiatan dhamma n kehidupan para misionaris buddhis
2 lagu rohani buddhis oke banget memang bhikkhu ga boleh tapi umat perlu, klo ga nanti malah dalam buddhis seakan2 ga da nyanyian ( soalnya dulu g beranggapan demikian)Memangnya ada masalah kalau memang tidak ada nyanyian?
3 hip hop monk no!!! langgar vinaya trus alangkah lebih baik d jepang kyk d indo ada romo jadi klo romo yg bawa dhamma pake musik bahkan hiphop or hause lebih ok.Berarti bro setuju ide "Ramani goyang nge-bor"?
sbenernya selama kita memang ingin menyebarkan dhama alangkah baiknya bila kita dapat menilai batasan2 yg ada. namun sebenernya selama menyebarkan dhamma kadang batasan tersebut menjadi abu2 tidak jelas lagi hitam atau putih tergantung dari sudut pandang seseorang.Berarti seperti kata bro Tekkss Katsuo, kalau disesuaikan dengan jaman, nanti malah jangan2 nilai sila itu sendiri sudah bergeser. Bagaimana menurut bro kusalaputto?
kita sebagai dhamma duta ada baiknya pula membabarkan dhamma dengan mengikuti perkembangan jaman kondisi masyarakat & segmen usia.
contoh
anak2: bahas dhamma tentu harus dengan cerita2
abg: pendekatannya dengan lagu, sharing(curhat) baru di sisipin dikit 2 dhamma
dewasa: musik perlu n dhamma lebih dalam
lansia: musik lag namun lebih k joke namun bisa di kaitkan dengan dhamma
penyebaran yg pantas menurut saya ada beberapa, namun kepantasan menurut saya mungkin tetap akan dianggap kuno oleh org lain, karena semakin lama maka suatu kepantasan jg akan berubah, dulu hubungan sesama sejenis dianggap tdk pantas, namun sekarang udh dianggap pantas, ntar lama lama hubungan seseorg dgn istri org lain dianggap pantas pula. wkwkwkw, ata bahkan hubungan sedarah dianggap pantas pula.......... kita tdk bisa menghindarkan diri dari jaman kemerosotan moral, yg bisa adalah kita menjaga diri kita sendiri dengan baik, dan org lain yg masih bisa kita jangkaui...Ini saya setuju.
* dilakukan melalui sekolah sekolah, dimana pelajarannya diajarkan ajaran Moralitas dan Ajaran Buddhism, mulai dari kindergarden sampai SMA, kalo memungkinkan sampai kuliahan,
* seminar seminar seyogyanya jg dilakukan, dengan topic topic yg berhubungan dengan jaman sekarang dan sedang diminati, terus ditinjau dari sudut pandang Buddhism bagaimana, disini pelan pelan Buddhism akan diminati,
* ceramah Dhamma, dilakukan berdasarkan kelompok umur, misalnya, bagi umat yg masih remaja, maka ceramah dhamma disesuaikan dengan kelompok usia mereka, bagi perumah tangga maka jg disesuaikan dgn keseharian mereka, dll.
* dilakukan retret meditasi yg merupakan salah satu dari inti ajaran Buddhism jg, dan dalam setiap retret akan ada ceramah Dhamma pada wkt tertentu.
* penyebaran lewat internet, kyk diforum forum demikian, terus jg, di applikasi terkenal lainnya seperti fb, Twitter, dan Friendster.
* dilakukan melalui sikap nyata prilaku para umatnya, dgn demikian org lain yg melihat akan merasa terkagum melihat sifat org yg demikian, dan akan berusaha mengetahui lebih dalam soal dirinya, dgn demikian org seperti itu bisa mulai memberikan pengarahan tentang Buddhism,
* melalui musik, drama TV ataupun entertainment namun pembawa nya tentu harus umat awam yang memahami soal Dhamma,,,, dan tau batasan batasan sampai dimana harus melakukan aksinya
* dilakukan mulai dari keluarga, misalnya kepada para kemenakan kemenakan kita, dengan memberikan komik bacaan tetang Buddhist,.
saya rasa itu, yg lainnya mana tao ada yg mengetahui. hehehe :))
bukannya emang gak pernah ada yg namanya larangan secara umum,Buddha memang tidak mengeluarkan aturan (dan sanksi) bagi perumahtangga penganut Buddhisme, namun apakah "Ramani ngebor" itu sesuai dengan Ajaran Buddha, walaupun tidak ada larangannya?
yg ada kan larangan dalam kelompok (sangha).
tapi kan ajarannya menyeluruh secara umum :)
Menurut saya, sudah dicontohkan oleh Sang Guru sendiri.
Membabarkan Dhamma pada saat yang sesuai, hanya bila diminta, dengan cara yang seimbang, tidak dengan membangkitkan nafsu indera, tidak berlebihan, dan seterusnya.
Kalau saya pribadi tidak melihat Dhammatainment sesuai dengan apa yang telah dicontohkan.
Dhammatainment, Lagu "rohani" Buddhis, Bhiksu "Hip-hop", semuanya dikatakan dengan dalih penyebaran Agama Buddha. Menurut rekan-rekan DC, apa batasannya penyebaran Agama Buddha dilakukan dengan pantas?
<Topik ini "terinspirasi" dari forum tetangga yang TS-nya mungkin member sini juga.>
☸ No Junk, Please!
"abg: pendekatannya dengan lagu, sharing(curhat) baru di sisipin dikit 2 dhamma"
Menurut saya, sudah dicontohkan oleh Sang Guru sendiri.
Membabarkan Dhamma pada saat yang sesuai, hanya bila diminta, dengan cara yang seimbang, tidak dengan membangkitkan nafsu indera, tidak berlebihan, dan seterusnya.
Kalau saya pribadi tidak melihat Dhammatainment sesuai dengan apa yang telah dicontohkan.
[at] Kainyn_kutho: Dhammatainment kek apa bro?
And then..mau nanya,banyak ceramah Dhamma yang diiringi lelucon,kadang leluconnya menurut saya berlebihan dan banyak teman saya yang ikutan dengan saya pigi dengar Dhamma Talk ,tidak ada yang ingat apa yang ingin disampaikan[DhammaNya],yang mereka ingat hanya bahwa Dhamma Talknya lucu,dibawakan oleh "pembicara yang lucu" dan mereka tertawa mengingat hal2 tersebut..Sebenarnya bermanfaatkah melakukan Dhammadesana dengan cara2 seperti itu?Hal yang sama pernah saya alami setelah menghadiri suatu "dhamma-talk" oleh Bhante Uttamo di MGK sekitar 2 tahun lalu. Sepulang dari acara, semua membicarakan "gurauan" dalam acara tersebut, namun tidak ada yang membahas dhamma di balik itu. Saya jadi bertanya2, betulkah makin banyak yang hadir, dhamma semakin berkembang?
Memang tidak dapat dipungkuri bahwa jangan terlalu kaku,karena nantinya umat akan bosan,tapi apakah dengan lelucon2 yang berlebihan maka umatnya bisa mengambil manfaat Dhamma itu sendiri?atau malah menjadi Ajang Lawak?Betul, saya rasa dalam kejadian itu, masalahnya sama sekali bukan pada cara berceramah Bhante yang menyenangkan, tetapi dari pola pikir pendengar itu sendiri.
Kadang pembicaraannya serius,tiba2 menjadi lelucon,sehingga sering kali saya lihat ,orang tidak bisa membedakan antara yang serius dan lelucon..
Anumodana _/\_
saya pribadi lebih suka menggunakan pendekatan kualitatif, jadi saya tidak menyukai gagasan terlalu berkompromi hingga menghalalkan segala cara demi untuk mengejar kuantitas.Jadi apa saja batasannya?
Maaf kalau saya agak rendah hati mengaku bahwa saya juga adalah seorang musisi, namun saya tidak setuju mencampur musik dengan Dhamma, bahkan untuk musik2 yg soft sekalipun, apalagi yg hardcore.Ini memang pernah dibahas juga.
saya pribadi lebih suka menggunakan pendekatan kualitatif, jadi saya tidak menyukai gagasan terlalu berkompromi hingga menghalalkan segala cara demi untuk mengejar kuantitas.Jadi apa saja batasannya?
And then..mau nanya,banyak ceramah Dhamma yang diiringi lelucon,kadang leluconnya menurut saya berlebihan dan banyak teman saya yang ikutan dengan saya pigi dengar Dhamma Talk ,tidak ada yang ingat apa yang ingin disampaikan[DhammaNya],yang mereka ingat hanya bahwa Dhamma Talknya lucu,dibawakan oleh "pembicara yang lucu" dan mereka tertawa mengingat hal2 tersebut..Sebenarnya bermanfaatkah melakukan Dhammadesana dengan cara2 seperti itu?Hal yang sama pernah saya alami setelah menghadiri suatu "dhamma-talk" oleh Bhante Uttamo di MGK sekitar 2 tahun lalu. Sepulang dari acara, semua membicarakan "gurauan" dalam acara tersebut, namun tidak ada yang membahas dhamma di balik itu. Saya jadi bertanya2, betulkah makin banyak yang hadir, dhamma semakin berkembang?QuoteMemang tidak dapat dipungkuri bahwa jangan terlalu kaku,karena nantinya umat akan bosan,tapi apakah dengan lelucon2 yang berlebihan maka umatnya bisa mengambil manfaat Dhamma itu sendiri?atau malah menjadi Ajang Lawak?Betul, saya rasa dalam kejadian itu, masalahnya sama sekali bukan pada cara berceramah Bhante yang menyenangkan, tetapi dari pola pikir pendengar itu sendiri.
Kadang pembicaraannya serius,tiba2 menjadi lelucon,sehingga sering kali saya lihat ,orang tidak bisa membedakan antara yang serius dan lelucon..
Anumodana _/\_
Kadang saya lihat memang ironis. Umat Buddha sendiri yang sering bilang dhamma itu "tidak lapuk oleh waktu", tapi umat Buddha juga yang mengatakan "pembabaran dhamma harus disesuaikan dengan jaman". Saya setuju untuk fasilitasnya, misalnya dulu tidak ada komputer, VCD, radio, sekarang sudah ada, jadi dijadikan media penyebaran dhamma. Tetapi etika dan perilaku yang diubah itu adalah sedikit aneh.
lebih tepatnya perubahan jaman, hahaha menurut saya sich jaman mah ga bisa diblg maju, malah diblg mundur dalam beberapa segi. =)) jks....
pertama disesuaikan dengan Norma norma yg ada pada daerah setempat hendak disebarkan DhammaDisesuaikan bagaimana? Apakah maksudnya seperti jika di kalangan orang-orang yang omongannya "hardcore", ucapan benar dalam JMB 8 dijadikan "abu-abu"?
Kedua penyebaran tdk melalui pelanggaran dari ke 5 sila yg ada, secara langsung maupun tidak langsung, secara tersirat maupun terus terang. :))"Ramani ngebor" itu ga menentang sila lho.
ketiga penyebaran harus sesuai dengan Dhamma yg ada, tdk bertolak belakang dengan Dhamma yang hendak disampaikan.Ini saya pribadi sangat setuju.
Keempat penyebaran seyogyanya dilakukan tanpa menjelekkan ataupun merendahkan pihak yang lain,Ini juga setuju. Secara umum, berarti penyebaran dhamma tidak disertai dengan perbuatan yang tercela atau menentang hukum yang berlaku.
Ke lima penyebaran seyogyanya dilakukan dengan cara cinta kasih, tdk dengan pemaksaan, penipuan, fitnah, kesaksian palsu, janji janji palsu
thread ini sama dengan http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,2590.0.html
Dhamma talk yang diiringi oleh humor adalah Relatif ( dan tidak setiap pembabar dhamma mempunyai kualitas tersebut ). Karena humor ( terutama kenyataan mengenai kehidupan ) adalah sesuatu yang dapat diterima secara luas, umum dan logika. Dan biasanya cara ini membuat pendengat lebih konsentrasi ke pembicara ( berbeda lapangan dan kondisi berbeda cara penyampaian ). Mungkin dalam membabarkan dhamma plus humor untuk pendengar yang berbeda latar belakang keinginan lebih bisa diterima secara meluas. Karena untuk membuat seseorang dengan pikiran terbuka menerima dhamma tentu tidak mudah. Dan cara ini menimbulkan “ keinginan “ untuk mengetahui lebih jauh mengenai dhamma.betul2..benar sekali ..pendengar dari yang main handphone,bicara2 jadi lebih konsentrasi ke "pembicaranya" bukan ke "isi" yang dibicarakan..itu lah yang jadi masalah...
LOL kok bisa Quota Quota gt. gw kok nga bisa ya... gmana cranya neh
crnya gmana? wkwkwkwkkw
Dhamma talk yang diiringi oleh humor adalah Relatif ( dan tidak setiap pembabar dhamma mempunyai kualitas tersebut ). Karena humor ( terutama kenyataan mengenai kehidupan ) adalah sesuatu yang dapat diterima secara luas, umum dan logika. Dan biasanya cara ini membuat pendengat lebih konsentrasi ke pembicara ( berbeda lapangan dan kondisi berbeda cara penyampaian ). Mungkin dalam membabarkan dhamma plus humor untuk pendengar yang berbeda latar belakang keinginan lebih bisa diterima secara meluas. Karena untuk membuat seseorang dengan pikiran terbuka menerima dhamma tentu tidak mudah. Dan cara ini menimbulkan “ keinginan “ untuk mengetahui lebih jauh mengenai dhamma.Ya, betul. Itu adalah relatif bagi pembabar dan pendengar. Saya baca sutta juga bisa senyum-senyum sendiri.
Dhammadesana yang terlalu serius, akan menyebabkan pendengar tidak konsentrasi alias ngantuk ( khusus yang baru belajar atau pendengar biasa/ bukan pencari spiritual ).Dan karena relativitasnya, serius bagi sebagian orang tidak cocok, terlalu santai bagi sebagian orang lain tidak cocok.
Jadi semua tergantung kepada tempat, kondisi dan latar belakang dari pendengar, dan kemampuan pembabar dhamma dalam berinteraksi dengan pendengarIni saya juga setuju.
Beberapa rekaman VCD dan DVD, yang saya sebarkan ke teman dan keluarga memberikan efek yang positif dan berkelanjutan, dalam arti, awalnya tidak tertarik menjadi tertarik untuk mempelajari dan mendalami dhamma lebih jauh. Ini adalah efek domino yang positif, dan menurut pendapat saya, di Indonesia kekurangan pembabar dhamma yang demikian. Karena ini adalah salah satu dari sekian metode untuk membuat Buddha Dhamma lebih berkembang.
bukannya emang gak pernah ada yg namanya larangan secara umum,Buddha memang tidak mengeluarkan aturan (dan sanksi) bagi perumahtangga penganut Buddhisme, namun apakah "Ramani ngebor" itu sesuai dengan Ajaran Buddha, walaupun tidak ada larangannya?
yg ada kan larangan dalam kelompok (sangha).
tapi kan ajarannya menyeluruh secara umum :)
mau nanya..pembabaran Dhamma itu untuk apa?untuk memberitahukan tentang "kebenaran",untuk membuat orang "tertawa",untuk membuat orang "senang",untuk membuat orang "bosan",untuk membuat orang "datang",untuk membuat orang "tertarik" atau?
Dhamma talk yang diiringi oleh humor adalah Relatif ( dan tidak setiap pembabar dhamma mempunyai kualitas tersebut ). Karena humor ( terutama kenyataan mengenai kehidupan ) adalah sesuatu yang dapat diterima secara luas, umum dan logika. Dan biasanya cara ini membuat pendengat lebih konsentrasi ke pembicara ( berbeda lapangan dan kondisi berbeda cara penyampaian ). Mungkin dalam membabarkan dhamma plus humor untuk pendengar yang berbeda latar belakang keinginan lebih bisa diterima secara meluas. Karena untuk membuat seseorang dengan pikiran terbuka menerima dhamma tentu tidak mudah. Dan cara ini menimbulkan “ keinginan “ untuk mengetahui lebih jauh mengenai dhamma.betul2..benar sekali ..pendengar dari yang main handphone,bicara2 jadi lebih konsentrasi ke "pembicaranya" bukan ke "isi" yang dibicarakan..itu lah yang jadi masalah...
yg dicari adalah "Yang sesuai" atau "Yang pantas"Ya memang itulah yang sedang kita coba bahas di sini. Apa sajakah batasannya yang disebut pantas dari sudut pandang Tradisi Theravada, dan mengapa demikian. Jika ngebor/hip hop tidak boleh, dijelaskan kenapa tidak boleh, sementara tidak ada larangannya.
jadi bagi saya, bagaimana kedok pengajaran/penyebaran suatu ajaran adalah pantas/sesuai jika tidak bertentangan dengan apa yg diajarkan.
mengenai ngebor/hip hop yah tinggal dilihat lagi apakah bertentangan dengan ajaran Agama Buddha?
karena di board Theravada yah dilihat dari kacamata Theravada ;D
Dhamma talk yang diiringi oleh humor adalah Relatif ( dan tidak setiap pembabar dhamma mempunyai kualitas tersebut ). Karena humor ( terutama kenyataan mengenai kehidupan ) adalah sesuatu yang dapat diterima secara luas, umum dan logika. Dan biasanya cara ini membuat pendengat lebih konsentrasi ke pembicara ( berbeda lapangan dan kondisi berbeda cara penyampaian ). Mungkin dalam membabarkan dhamma plus humor untuk pendengar yang berbeda latar belakang keinginan lebih bisa diterima secara meluas. Karena untuk membuat seseorang dengan pikiran terbuka menerima dhamma tentu tidak mudah. Dan cara ini menimbulkan “ keinginan “ untuk mengetahui lebih jauh mengenai dhamma.betul2..benar sekali ..pendengar dari yang main handphone,bicara2 jadi lebih konsentrasi ke "pembicaranya" bukan ke "isi" yang dibicarakan..itu lah yang jadi masalah...
Semuanya kembali kepada pendengarnya, apa yang menjadi motivasi dalam mendengarkan dhamma talk, dan tidak bisa di pukul rata bahwa semua orang tidak mendapat manfaat dari dhamma talk plus humor. Karena kenyataan banyak yang masih ingat dhamma yang telah disampaikan dan mendapatkan manfaatnya.
IMO, seseorang dapat termotivasi untuk melanjutkan pencarian berikutnya, yakni pada saat awal "mendapat " sesuatu yang menarik dan membuat bathinnya terbuka seketika ( apapun bentuknya) . Inilah yang membuat seseorang melanjutkan pencarian dan pendalaman yang lebih jauh atas kehendak sendiri.
kok pakemasih nga bisa
Berarti dengan tujuan "menyebarkan dhamma" kita melakukan hal tidak baik dengan alasan "membaur"?QuoteDisesuaikan bagaimana? Apakah maksudnya seperti jika di kalangan orang-orang yang omongannya "hardcore", ucapan benar dalam JMB 8 dijadikan "abu-abu"?
jika norma norma tersebut dimana mengharuskan org ngomongnya dgn kasar, dan selama ini kyknya nga ada norma kyk gt neh. =)) , tp kita bisa melakukan ngomong dengan halus asal tdk bertentangan dgn Norma yg ada,,, gt loh. :))
Quote"Ramani ngebor" itu ga menentang sila lho.
tdk bisa satu satu dilihat, semua harus memenuhi kiteria yg saya sampaikan, jgn ambil cuma satu point aja, mah kagak lengkap =)) . semua point yg saya sampaikan adalah satu kesatuan dan memiliki hubungan satu sama lainnya, kalo dipisah pisahkan ya pasti batasannya jg akan menjadi tdk jelas... tp apakah ini sesuai dengan Dhamma yg disampaikan? ngebor gt loh? :))
kalau secara pribadi, pengajaran Dhamma dengan pemuasan nafsu inderawi, tidak setuju.
tapi apa perlu dibedakan antara pengajaran Dhamma dan penyebaran Agama? Yg satu membuat orang memahami/mengerti esensi yg satu lagi membuat orang mengenal dan "eksis" yah seperti marketing
5 hal itu norma setempat, tidak melanggar sila, sesuai isi dhamma, tidak menjelekkan pihak lain, dengan cinta kasih.
Ngebor tidak melanggar norma dan sila. Dhamma tidak membahas ngebor-ngeboran, jadi tidak ada sutta yang mendukung atau menentang. Ngebor tidak menjelekkan pihak lain. Ngebor tidak relevan dengan cinta kasih, jadi bisa sesuai, bisa tidak, tergantung yang lagi ngebor.
Jadi bagaimana?
Menurut rekan-rekan DC, apa batasannya penyebaran Agama Buddha dilakukan dengan pantas?
Dhamma talk yang diiringi oleh humor adalah Relatif ( dan tidak setiap pembabar dhamma mempunyai kualitas tersebut ). Karena humor ( terutama kenyataan mengenai kehidupan ) adalah sesuatu yang dapat diterima secara luas, umum dan logika. Dan biasanya cara ini membuat pendengat lebih konsentrasi ke pembicara ( berbeda lapangan dan kondisi berbeda cara penyampaian ). Mungkin dalam membabarkan dhamma plus humor untuk pendengar yang berbeda latar belakang keinginan lebih bisa diterima secara meluas. Karena untuk membuat seseorang dengan pikiran terbuka menerima dhamma tentu tidak mudah. Dan cara ini menimbulkan “ keinginan “ untuk mengetahui lebih jauh mengenai dhamma.betul2..benar sekali ..pendengar dari yang main handphone,bicara2 jadi lebih konsentrasi ke "pembicaranya" bukan ke "isi" yang dibicarakan..itu lah yang jadi masalah...
Semuanya kembali kepada pendengarnya, apa yang menjadi motivasi dalam mendengarkan dhamma talk, dan tidak bisa di pukul rata bahwa semua orang tidak mendapat manfaat dari dhamma talk plus humor. Karena kenyataan banyak yang masih ingat dhamma yang telah disampaikan dan mendapatkan manfaatnya.
IMO, seseorang dapat termotivasi untuk melanjutkan pencarian berikutnya, yakni pada saat awal "mendapat " sesuatu yang menarik dan membuat bathinnya terbuka seketika ( apapun bentuknya) . Inilah yang membuat seseorang melanjutkan pencarian dan pendalaman yang lebih jauh atas kehendak sendiri.
Kalau Ujung2nya semua tergantung si pendengar,jadi intinya tidak perlu deh DhammaIntertaiment,promosi berlebihan,lelucon2 yang berlebihan..toh "intinya" adalah kembali pada si pendengar bukan?
beda antara "menarik" dan "tertarik" ,kadang hal yang "menarik" membuat orang terus mencari tahu karena itu "menarik" "menantang" bagi dirinya..kalau orangnya "tertarik" karena "lelucon" maka dia hanya "tertarik" disaat panggung sandiwara itu diputar,atau lawak itu dimainkan,kalau "lawaknya" sudah "berhenti" maka dia juga "berhenti" karena tidak ada "lelucon" lagi yang membuatnya "tertarik" untuk mendengar...
kayak acara tukul Bukan 4 Mata,orang kan nenggoknya hanya ngakak lihat tingkah laku si tukul[kadang saya aja males nonton,padahal kadang ada isinya yang bagus,dan bisa jadi pengetahuan,tapi si tukul menurut saya tak pantas jadi pembawa acara,bagusan jadi tukang ngelawak aja..karena hal yang sudah serius,malah dia lecehkan dengan "sindiran2" dan tawa2 yang tidak penting itu..jadi ISInya MENJADI KABUR,di buat sama dia..],orang itu nonton acara Bukan 4 Mata,bukan karena "isi" pengetahuan yang dibabarkan di acara tersebut,tapi tingkah laku si pembawa acara yang jail,dan lelucon..
jadi jelaskah itu?
Anumodana _/\_
Memangnya ada masalah kalau memang tidak ada nyanyian?
Tentu menjadi pertanyaan, apa tujuan dhammadesana tersebut dilakukan ?
Bagaimana cara sesuai untuk penyebaran dhamma ? Tentu yang dibahas sesuatu yang pantas dan tidak pantas. IMO, jika sesuatu yang tidak pantas misalnya dhamma talk plus humor disoroti secara negatif karena tidak sesuai dengan dhamma dan vinaya. Apakah dhamma talk tersebut masih bisa berlanjut atau tamat ?
"IMO, jika sesuatu yang tidak pantas misalnya dhamma talk plus humor disoroti secara negatif karena tidak sesuai dengan dhamma dan vinaya. Apakah dhamma talk tersebut masih bisa berlanjut atau tamat "untuk pertanyaan ini,saya tidak memiliki wewenang apapun untuk menjawab apakah Dhamma Talk tersebut masih bisa berlanjut atau tamat...
kalau secara pribadi, pengajaran Dhamma dengan pemuasan nafsu inderawi, tidak setuju.Tidak setujunya kenapa?
tapi apa perlu dibedakan antara pengajaran Dhamma dan penyebaran Agama? Yg satu membuat orang memahami/mengerti esensi yg satu lagi membuat orang mengenal dan "eksis" yah seperti marketingSaya pikir sepertinya tidak terpisahkan. Apa pun yang dilakukan seseorang dalam "marketing"-nya, itulah yang memberikan kesan bagi orang lain dalam menilai agama tersebut.
IMO, seorang pembabar yang membabarkan Dhamma dengan penuh penghormatan mustahil dapat melakukannya sambil ngebor
Memangnya ada masalah kalau memang tidak ada nyanyian?
Mungkin bagi yang sudah dewasa dan telah mengerti pemahaman Buddha Dhamma, sudah maju dalam pengembangan batin dan mengikuti cara2 yang diajarkan dalam Sigalovada Sutta serta terlatih dalam meditasi.. boleh saja tidak memerlukan nyanyian.. namun bagi umat Buddha yang pengetahuan Dhammanya masih baru .. saya rasa masih butuh ajaran Dhamma dalam bentuk lain.. yakni lagu2 Buddhis.. agar lebih mudah pemahamannya.. hal ini pribadi pernah saya rasakan sewaktu mengisi sekolah minggu anak2 Buddhis.. agak sulit mencari variasi acara agar anak2 tertarik mengikuti kelas Dhamma..
IMO, seorang pembabar yang membabarkan Dhamma dengan penuh penghormatan mustahil dapat melakukannya sambil ngebor
Menurut saya juga demikian. Itu hanya contoh ekstrem saja.
Bagaimana kalau misalnya pembabaran dhammanya dilakukan orang tertentu, tapi acara itu didahului dengan pertunjukan wanita-wanita cantik ngebor, misalnya? Tentu saja dengan dalih menjaring "hidung belang" untuk mendengar dhamma.
Menurut saya juga demikian. Itu hanya contoh ekstrem saja.ini mah udh tdk sesuai dengan Dhamma yg hendak disampaikan, bahkan ini jg sudah termasuk menambah LDM. :)) :)) :)) dan pada akhirnya bukan Dhamma yg diresapi tapi malah ngebornya. :))
Bagaimana kalau misalnya pembabaran dhammanya dilakukan orang tertentu, tapi acara itu didahului dengan pertunjukan wanita-wanita cantik ngebor, misalnya? Tentu saja dengan dalih menjaring "hidung belang" untuk mendengar dhamma
IMO, seorang pembabar yang membabarkan Dhamma dengan penuh penghormatan mustahil dapat melakukannya sambil ngebor
Menurut saya juga demikian. Itu hanya contoh ekstrem saja.
Bagaimana kalau misalnya pembabaran dhammanya dilakukan orang tertentu, tapi acara itu didahului dengan pertunjukan wanita-wanita cantik ngebor, misalnya? Tentu saja dengan dalih menjaring "hidung belang" untuk mendengar dhamma.
Memangnya ada masalah kalau memang tidak ada nyanyian?
Mungkin bagi yang sudah dewasa dan telah mengerti pemahaman Buddha Dhamma, sudah maju dalam pengembangan batin dan mengikuti cara2 yang diajarkan dalam Sigalovada Sutta serta terlatih dalam meditasi.. boleh saja tidak memerlukan nyanyian.. namun bagi umat Buddha yang pengetahuan Dhammanya masih baru .. saya rasa masih butuh ajaran Dhamma dalam bentuk lain.. yakni lagu2 Buddhis.. agar lebih mudah pemahamannya.. hal ini pribadi pernah saya rasakan sewaktu mengisi sekolah minggu anak2 Buddhis.. agak sulit mencari variasi acara agar anak2 tertarik mengikuti kelas Dhamma..
kalau saya pribadi,malah dengan nyanyian2,tarian2,kesenian dan segala macam hal yang di luar Dhamma tetapi aktivitasnya didalam Vihara dan kayak sekolah minggu buddhisme tetapi yang diajarkan bukan "cerita2" tentang Ajaran buddha..malah nantinya anak2 tersebut hanya melekat pada "nyanyian2" seperti itu,"tarian2" seperti itu dan menganggap Vihara hanya lah tempat bersosialisasi,mencari kawan atau pacar,tempat bermain,sudah kayak taman kanak2 menurut saya..
Malah sekarang yang parahnya lagi,yang banyak nyanyi2 itu banyak tidak tahu arti nyanyian itu sendiri,kayak pratek puja bakti versi Mahayana,kayak Ta Pei Cho,entah apalagi..dan anehnya setelah mereka "melekat" dengan tata cara nyanyian2 tersebut,mereka akan terbawa ketika membaca paritta suci atau sutta suci versi Theravada sewaktu melaksanakan puja bhakti..
dan jujur saja,saya sangat terganggu dengan hal tersebut,saya lebih bagus mendengar kaset puja bhakti dirumah daripada ke vihara ikut puja bhakti,karena ke vihara yang baca nya "benar" itu hanya 1 orang yang baca di depan itu,yang umatnya ikutin semua kayak lagi "konser lagu"..[dan membuat saya tidak bisa latihan membaca dengan benar,karena saya sendiri tidak pandai membaca!!]
pertanyaannya adalah apakah pantas Khotbah2 Suci Buddha di jadikan LAGU kayak BEGITU dengan DALIH pembenaran untuk LEBIH MUDAH DIPAHAMI,dan segala macem DALIH lagi?atau UNTUK MENARIK pangsa PASAR??
Khotbah suci Buddha jelas bagi saya,bahkan dihormati oleh para makhluk yang tak nampak,dan mereka jelas bernamakara dan beranjali dihadapan pembacaan teks2 suci tersebut..Jadi atas dasar apa membawa Dhamma dengan cara nyanyian2 yang memuaskan "inderawi" kita itu dikatakan cara yang tepat dan dijadikan pembenaran atas hal tersebut?
lol kok jd gitu. maksud saya org org di daerah setempat mungkin karena kebiasaan ngomong kasar tp kita tdk semestinya ikt mereka ngomong kasar........... kita bisa bicara dengan lembut dan nga pake kasar gt... dan juga norma tdk melarang kan untuk ngomong secara halus...Ya, setuju. Berarti pembabar tidak perlu ikut-ikutan budaya yang tidak sesuai dengan ajaran Buddha, betul?
Seperti saya bilang, gunanya untuk menarik umat agar datang ke pembabaran tersebut.Quote5 hal itu norma setempat, tidak melanggar sila, sesuai isi dhamma, tidak menjelekkan pihak lain, dengan cinta kasih.
Ngebor tidak melanggar norma dan sila. Dhamma tidak membahas ngebor-ngeboran, jadi tidak ada sutta yang mendukung atau menentang. Ngebor tidak menjelekkan pihak lain. Ngebor tidak relevan dengan cinta kasih, jadi bisa sesuai, bisa tidak, tergantung yang lagi ngebor.
Jadi bagaimana?
btw jika Dhamma tdk membahas soal Ngebor, ngapain jg kita ngebor gt... kan hal ini jg tdk relaven dgn Dhamma yg hendak disampaikan.. kyknya point yg saya tulis juga ada menyangkut dengan relevansi dgn Dhamma yg disampaikan
misalnya menggunakan film atau lagu dimana indera2x dimanja dimana malahan mengalihkan perhatian dari esensi Dhamma yang diajarkan.kalau secara pribadi, pengajaran Dhamma dengan pemuasan nafsu inderawi, tidak setuju.
tapi apa perlu dibedakan antara pengajaran Dhamma dan penyebaran Agama? Yg satu membuat orang memahami/mengerti esensi yg satu lagi membuat orang mengenal dan "eksis" yah seperti marketing
pemuasan nafsu inderawi,maksudnya?
Mungkin bagi yang sudah dewasa dan telah mengerti pemahaman Buddha Dhamma, sudah maju dalam pengembangan batin dan mengikuti cara2 yang diajarkan dalam Sigalovada Sutta serta terlatih dalam meditasi.. boleh saja tidak memerlukan nyanyian.. namun bagi umat Buddha yang pengetahuan Dhammanya masih baru .. saya rasa masih butuh ajaran Dhamma dalam bentuk lain.. yakni lagu2 Buddhis.. agar lebih mudah pemahamannya.. hal ini pribadi pernah saya rasakan sewaktu mengisi sekolah minggu anak2 Buddhis.. agak sulit mencari variasi acara agar anak2 tertarik mengikuti kelas Dhamma..Jika ada orang yang bukan Buddhis, terbiasa dalam keheningan, cenderung pada pelepasan nafsu, baik dalam moralitas, melihat suatu pembabaran Buddha-dhamma disertai dengan hal-hal yang memanjakan indera, kira-kira orang itu menjadi tertarik tidak dengan Ajaran Buddha?
salah satu biksu favorite gw berceramah.....dari kata berikut yang saya boldkan :
di Taiwan ada dua org menikah, kakeknya 92th, ceweknya 88th... uhh sangat tuo, dan kalau umurnya dijumlahkan hampir 200th.... karna ini berita menarik maka wartawanpun berjubel mewawancarain kedua mempelai yg amat tuo... dasar wartawan juga "nakal", maka mereka bersorak supaya kakek dan nenek tsb CIUMAN.... dgn malu2 kedua mempelaipun BERCIUMAN.... ehhh tau2 suara cplok, tok, tok, kretak.....
rupanya GIGI PALSU kakek COPOT,... sambil mencuci gigi palsu dan bersiul, kakeknya bilang wuuh nenek ini rasanya mantep.
Dan ternyata sebagian besar pengunjung yg mendengarkan ceramah ini ketawa TERPINGKAL-PINGKAL...
Biksu yg menceritakan cerita diatas adalah sangat berpengetahuan tentang dhamma. Dan sekali-kali dia menghibur umatnya (umat yg baru belajar). sisanya dia berceramah yg level TENGAH, dan sebagian pada level yg AMAT TINGGI.... jadi campur2 begitu.
Nah pertanyaannya apakah cerita nenek dan kakek tsb perlu ?
Menurut gw sih Biksu tsb udah dgn sempurna menghibur dan memberikan pelajaran dhamma pada semua level umat (bahkan biksu2 lain) yg ikut mendengarkannya.
IMHO, biksu ini telah berceramah dgn baik, mendalam, disisipin cerita2 segar, bermanfaat....
Bagaimana menurut pendapat yg lain ?
emangnya ada yang pembabaran Dhamma yang pertunjukan awalnya kayak begitu?? :-)
Bukankah kebenaran Dhamma itu bisa berada dimana saja ? Yang penting orang tersebut dapat mengerti dan memahaminya ? Memang masih ditemui pelafalan Paritta dan lagu Buddhis yang tidak sesuai dengan ajaran.. dan itu tentunya butuh peranan Dhamma Duta yang handal untuk membetulkan itu semua..
Setau saya lagu2 Buddhis tidak berisikan Kotbah2 Buddha, namun ada juga yang bertemakan perenungan ke dalam diri.. bahkan seorang Bhikkhu almarhum terkenal sangat handal mencipta lagu2 rohani Buddhis yang masih banyak dikenal karya2nya hingga saat ini.. kembali kepada selera masing2, jika dirasa tidak cocok.. yah itu adalah hak pribadi masing2 individu...
Hanya saya rasa anak2 perlu ketertarikan belajar Dhamma dengan pelan2.. daripada ia tertarik dengan ajaran tetangga, alhasil generasi muda Buddhis kita kedepannya akan semakin surut... akan lebih sayang lagi kan ?
salah satu biksu favorite gw berceramah.....
di Taiwan ada dua org menikah, kakeknya 92th, ceweknya 88th... uhh sangat tuo, dan kalau umurnya dijumlahkan hampir 200th.... karna ini berita menarik maka wartawanpun berjubel mewawancarain kedua mempelai yg amat tuo... dasar wartawan juga "nakal", maka mereka bersorak supaya kakek dan nenek tsb CIUMAN.... dgn malu2 kedua mempelaipun BERCIUMAN.... ehhh tau2 suara cplok, tok, tok, kretak.....
rupanya GIGI PALSU kakek COPOT,... sambil mencuci gigi palsu dan bersiul, kakeknya bilang wuuh nenek ini rasanya mantep.
Dan ternyata sebagian besar pengunjung yg mendengarkan ceramah ini ketawa TERPINGKAL-PINGKAL...
Biksu yg menceritakan cerita diatas adalah sangat berpengetahuan tentang dhamma. Dan sekali-kali dia menghibur umatnya (umat yg baru belajar). sisanya dia berceramah yg level TENGAH, dan sebagian pada level yg AMAT TINGGI.... jadi campur2 begitu.
Nah pertanyaannya apakah cerita nenek dan kakek tsb perlu ?
Menurut gw sih Biksu tsb udah dgn sempurna menghibur dan memberikan pelajaran dhamma pada semua level umat (bahkan biksu2 lain) yg ikut mendengarkannya.
IMHO, biksu ini telah berceramah dgn baik, mendalam, disisipin cerita2 segar, bermanfaat....semua pendengarnya gak ada yg ngantuk...
Bagaimana menurut pendapat yg lain ? :D
7. The Hahayāna
Some think that the Dhamma can be taught best by telling jokes and humurous anecdotes. This is also not the right path. The Buddha likened laughter to childishness in the discipline of the Noble Ones. In the same discourse he likened singing to lamentation, and dancing to madness. Enjoy a joke by all means, but remember that it is not the right path taught by the Buddha. The truth of suffering must be understood. The cause of suffering must be abandoned. The cessation of suffering must be realised, and the Path to the cessation of suffering must be cultivated.
emangnya ada yang pembabaran Dhamma yang pertunjukan awalnya kayak begitu?? :-)
Jika tidak ada batasannya, yang penting banyak umat, bukankah itu mungkin terjadi, entah akan atau sudah terjadi sekarang? :)
Bhante Utamo juga sering kasi ceramah yg lucu dan mengundang tawa hadirin, demikian juga Ajahn Brahm. Kekna sah2 saja dalam batas2 tertentu. Sebenarnya tergantung audiencenya juga. Buddha membabarkan dhamma dengan bhikkhu membabarkan umum pada ceramah umum jaman sekarangajuga situasinya sudah beda. Audience Buddha dan audience bhikkhu saat ini pada saat tertentu sudah beda juga.Nah, batas-batas kepantasannya itu secara general apa? JIKA ceramahnya dibawakan bukan oleh seorang bhikkhu, apakah boleh ngebor-ngeboran?
Kalau goyang ngebor IMO sih ngak setujulah...secara kepantasan , ngak pantas juga apabila dihadiri seorang bhikkhu. Kalau joke2 sih boleh2 aja. Kalau hadirin tertawa kan itu persepsi hadirin. Divihara aja sering bhikkhu ceramah , sambil berjoking pada batas2 tertentu. Yg perlu diperhatikan saat pembabaran dhamma saat isinya joking adalah ekspresinya jangan seperti badut...nah kalau kek badut ya hancurlah wibawa bhikkhu dan Dhamma itu sendiri.
Bhante Utamo juga sering kasi ceramah yg lucu dan mengundang tawa hadirin, demikian juga Ajahn Brahm. Kekna sah2 saja dalam batas2 tertentu. Sebenarnya tergantung audiencenya juga. Buddha membabarkan dhamma dengan bhikkhu membabarkan umum pada ceramah umum jaman sekarangajuga situasinya sudah beda. Audience Buddha dan audience bhikkhu saat ini pada saat tertentu sudah beda juga.Nah, batas-batas kepantasannya itu secara general apa? JIKA ceramahnya dibawakan bukan oleh seorang bhikkhu, apakah boleh ngebor-ngeboran?
Kalau goyang ngebor IMO sih ngak setujulah...secara kepantasan , ngak pantas juga apabila dihadiri seorang bhikkhu. Kalau joke2 sih boleh2 aja. Kalau hadirin tertawa kan itu persepsi hadirin. Divihara aja sering bhikkhu ceramah , sambil berjoking pada batas2 tertentu. Yg perlu diperhatikan saat pembabaran dhamma saat isinya joking adalah ekspresinya jangan seperti badut...nah kalau kek badut ya hancurlah wibawa bhikkhu dan Dhamma itu sendiri.
Bergurau juga sebatas apa bolehnya? Bagaimana kalau memakai ekspresi seperti Tukul atau Mr.Bean gitu?
apakah kalau penceramahnya adalah Bhikkhu Uttamo atau ajahn Brahm yg berceramah sambil guyon, maka tindakan itu otomatis benar menurut Dhamma/Vinaya?
Quoteapakah kalau penceramahnya adalah Bhikkhu Uttamo atau ajahn Brahm yg berceramah sambil guyon, maka tindakan itu otomatis benar menurut Dhamma/Vinaya?
Nah menurut bro selama ini apakah mereka melanggar Dhamma dan vinaya dalam hal ceramah selama ini?
Kalau iya Dhamma & vinaya yang mana? Sebelum saya menjawab lebih lanjut..... ;D _/\_
Quoteapakah kalau penceramahnya adalah Bhikkhu Uttamo atau ajahn Brahm yg berceramah sambil guyon, maka tindakan itu otomatis benar menurut Dhamma/Vinaya?
Nah menurut bro selama ini apakah mereka melanggar Dhamma dan vinaya dalam hal ceramah selama ini?
Kalau iya Dhamma & vinaya yang mana? Sebelum saya menjawab lebih lanjut..... ;D _/\_
saya sih tidak tertarik untuk memberikan judgement pada tindakan bhikkhu, bukan kapasitas saya, tapi yg saya pertanyakan adalah apakah kalau mrk berdua yg melakukan lantas tindakan itu pasti benar menurut Dhamma/Vinaya
Quoteapakah kalau penceramahnya adalah Bhikkhu Uttamo atau ajahn Brahm yg berceramah sambil guyon, maka tindakan itu otomatis benar menurut Dhamma/Vinaya?
Nah menurut bro selama ini apakah mereka melanggar Dhamma dan vinaya dalam hal ceramah selama ini?
Kalau iya Dhamma & vinaya yang mana? Sebelum saya menjawab lebih lanjut..... ;D _/\_
saya sih tidak tertarik untuk memberikan judgement pada tindakan bhikkhu, bukan kapasitas saya, tapi yg saya pertanyakan adalah apakah kalau mrk berdua yg melakukan lantas tindakan itu pasti benar menurut Dhamma/Vinaya
Itu ada hubungannya bro...kalau anda tidak tertarik bagaimana saya bisa menjawab......saya juga tidak tertarik untuk membahas lebih lanjut.. ^-^ Karena ini sudah masuk ranah persepsi beserta batasannya.
Quoteapakah kalau penceramahnya adalah Bhikkhu Uttamo atau ajahn Brahm yg berceramah sambil guyon, maka tindakan itu otomatis benar menurut Dhamma/Vinaya?
Nah menurut bro selama ini apakah mereka melanggar Dhamma dan vinaya dalam hal ceramah selama ini?
Kalau iya Dhamma & vinaya yang mana? Sebelum saya menjawab lebih lanjut..... ;D _/\_
saya sih tidak tertarik untuk memberikan judgement pada tindakan bhikkhu, bukan kapasitas saya, tapi yg saya pertanyakan adalah apakah kalau mrk berdua yg melakukan lantas tindakan itu pasti benar menurut Dhamma/Vinaya
Itu ada hubungannya bro...kalau anda tidak tertarik bagaimana saya bisa menjawab......saya juga tidak tertarik untuk membahas lebih lanjut.. ^-^ Karena ini sudah masuk ranah persepsi beserta batasannya.
baiklah, saya bahkan tidak pernah mendengar ceramah Bhikkhu Uttamo, dan pernah sekali mendengarkan ceeramah Ajahn Brahm, tentu saja pengamatan saya dari sana tidak valid untuk memberikan judgement.
yg membuat saya tertarik adalah komentar Bro yg mengatakan bahwa sah-sah saja hal "itu" dilakukan karena kedua bhikkhu itu juga melakukan, bukankah begitu maksudnya?
dari sana maka saya ingin mengklarifikasi apakah jika dilakukan oleh kedua bhikkhu itu maka tindakan itu sudah pasti benar menurut Dhamma/Vinaya.
Mr Bond, yg saya ingin tekankan di sini adalah kita tidak bisa menilai suatu tindakan karena tindakan itu dilakukan oleh oknum tertentu, suatu tindakan tidak harus benar karena dilakukan oleh tokoh terkenal, demikian sebaliknya. marilah kita menilai dengan merujuk pada Dhamma bukan pada oknum.
:backtotopic:
[at] Mr. Bond,Ya sudah kalu begitu ndak masalah koq...jadi ngak cape2 klarifikasi dan memang tidak ada yg perlu diklarifikasi karena sudah jelas contoh dan casenya . :))
silahkan baca lagi kronologi diskusi kita,
dan karena ini sudah mengarah ke debat kusir, saya mohon maaf untuk tidak melanjutkan lagi. _/\_
lol kok jd gitu. maksud saya org org di daerah setempat mungkin karena kebiasaan ngomong kasar tp kita tdk semestinya ikt mereka ngomong kasar........... kita bisa bicara dengan lembut dan nga pake kasar gt... dan juga norma tdk melarang kan untuk ngomong secara halus...Ya, setuju. Berarti pembabar tidak perlu ikut-ikutan budaya yang tidak sesuai dengan ajaran Buddha, betul?QuoteSeperti saya bilang, gunanya untuk menarik umat agar datang ke pembabaran tersebut.Quote5 hal itu norma setempat, tidak melanggar sila, sesuai isi dhamma, tidak menjelekkan pihak lain, dengan cinta kasih.
Ngebor tidak melanggar norma dan sila. Dhamma tidak membahas ngebor-ngeboran, jadi tidak ada sutta yang mendukung atau menentang. Ngebor tidak menjelekkan pihak lain. Ngebor tidak relevan dengan cinta kasih, jadi bisa sesuai, bisa tidak, tergantung yang lagi ngebor.
Jadi bagaimana?
btw jika Dhamma tdk membahas soal Ngebor, ngapain jg kita ngebor gt... kan hal ini jg tdk relaven dgn Dhamma yg hendak disampaikan.. kyknya point yg saya tulis juga ada menyangkut dengan relevansi dgn Dhamma yg disampaikan
Mungkin bagi yang sudah dewasa dan telah mengerti pemahaman Buddha Dhamma, sudah maju dalam pengembangan batin dan mengikuti cara2 yang diajarkan dalam Sigalovada Sutta serta terlatih dalam meditasi.. boleh saja tidak memerlukan nyanyian.. namun bagi umat Buddha yang pengetahuan Dhammanya masih baru .. saya rasa masih butuh ajaran Dhamma dalam bentuk lain.. yakni lagu2 Buddhis.. agar lebih mudah pemahamannya.. hal ini pribadi pernah saya rasakan sewaktu mengisi sekolah minggu anak2 Buddhis.. agak sulit mencari variasi acara agar anak2 tertarik mengikuti kelas Dhamma..Jika ada orang yang bukan Buddhis, terbiasa dalam keheningan, cenderung pada pelepasan nafsu, baik dalam moralitas, melihat suatu pembabaran Buddha-dhamma disertai dengan hal-hal yang memanjakan indera, kira-kira orang itu menjadi tertarik tidak dengan Ajaran Buddha?
QuoteBukankah kebenaran Dhamma itu bisa berada dimana saja ? Yang penting orang tersebut dapat mengerti dan memahaminya ? Memang masih ditemui pelafalan Paritta dan lagu Buddhis yang tidak sesuai dengan ajaran.. dan itu tentunya butuh peranan Dhamma Duta yang handal untuk membetulkan itu semua..
Setau saya lagu2 Buddhis tidak berisikan Kotbah2 Buddha, namun ada juga yang bertemakan perenungan ke dalam diri.. bahkan seorang Bhikkhu almarhum terkenal sangat handal mencipta lagu2 rohani Buddhis yang masih banyak dikenal karya2nya hingga saat ini.. kembali kepada selera masing2, jika dirasa tidak cocok.. yah itu adalah hak pribadi masing2 individu...
Hanya saya rasa anak2 perlu ketertarikan belajar Dhamma dengan pelan2.. daripada ia tertarik dengan ajaran tetangga, alhasil generasi muda Buddhis kita kedepannya akan semakin surut... akan lebih sayang lagi kan ?
betul..kebenaran ada dimana-mana..tetapi kebenaran yang ada dimana-mana itu "ditutupi" oleh kebodohan yang sangat tebal diperparah oleh kondisi yang membodohkan.. :)
mana yang lebih bagus ya kira2...tertarik dengan agama tetangga,atau generasi Buddhis kita menggangap apa yang bukan Ajaran Buddha sebagai Ajaran Buddha dan menjadi fanatik didalamnya?yang lebih parah mana ya??[contoh kasusnya silakan lirik Maitreya]
Anumodana _/\_
Jadi maksudnya agama lain ada lagu rohani maka di ajaran Buddha juga harus ada lagu rohani?QuoteBukankah kebenaran Dhamma itu bisa berada dimana saja ? Yang penting orang tersebut dapat mengerti dan memahaminya ? Memang masih ditemui pelafalan Paritta dan lagu Buddhis yang tidak sesuai dengan ajaran.. dan itu tentunya butuh peranan Dhamma Duta yang handal untuk membetulkan itu semua..
Setau saya lagu2 Buddhis tidak berisikan Kotbah2 Buddha, namun ada juga yang bertemakan perenungan ke dalam diri.. bahkan seorang Bhikkhu almarhum terkenal sangat handal mencipta lagu2 rohani Buddhis yang masih banyak dikenal karya2nya hingga saat ini.. kembali kepada selera masing2, jika dirasa tidak cocok.. yah itu adalah hak pribadi masing2 individu...
Hanya saya rasa anak2 perlu ketertarikan belajar Dhamma dengan pelan2.. daripada ia tertarik dengan ajaran tetangga, alhasil generasi muda Buddhis kita kedepannya akan semakin surut... akan lebih sayang lagi kan ?
betul..kebenaran ada dimana-mana..tetapi kebenaran yang ada dimana-mana itu "ditutupi" oleh kebodohan yang sangat tebal diperparah oleh kondisi yang membodohkan.. :)
mana yang lebih bagus ya kira2...tertarik dengan agama tetangga,atau generasi Buddhis kita menggangap apa yang bukan Ajaran Buddha sebagai Ajaran Buddha dan menjadi fanatik didalamnya?yang lebih parah mana ya??[contoh kasusnya silakan lirik Maitreya]
Anumodana _/\_
Maksud anda ? Menyanyikan Lagu Buddhis adalah tidak sesuai dengan ajaran Buddha ?
Ini memang semakin meyakinkan saya pribadi bahwa memang Lagu Buddhis masih menjadi pro dan kontra hingga saat ini..
Saya kadang berpikir.. setiap hari raya agama lain, di mall2 gencar sekali diputar lagu2 rohani agama lain.. sedangkan Buddhis tidak ada sama sekali.. bukankah itu juga salah satu mengenalkan Ajaran Buddha via lagu ?
Jadi maksudnya agama lain ada lagu rohani maka di ajaran Buddha juga harus ada lagu rohani?QuoteBukankah kebenaran Dhamma itu bisa berada dimana saja ? Yang penting orang tersebut dapat mengerti dan memahaminya ? Memang masih ditemui pelafalan Paritta dan lagu Buddhis yang tidak sesuai dengan ajaran.. dan itu tentunya butuh peranan Dhamma Duta yang handal untuk membetulkan itu semua..
Setau saya lagu2 Buddhis tidak berisikan Kotbah2 Buddha, namun ada juga yang bertemakan perenungan ke dalam diri.. bahkan seorang Bhikkhu almarhum terkenal sangat handal mencipta lagu2 rohani Buddhis yang masih banyak dikenal karya2nya hingga saat ini.. kembali kepada selera masing2, jika dirasa tidak cocok.. yah itu adalah hak pribadi masing2 individu...
Hanya saya rasa anak2 perlu ketertarikan belajar Dhamma dengan pelan2.. daripada ia tertarik dengan ajaran tetangga, alhasil generasi muda Buddhis kita kedepannya akan semakin surut... akan lebih sayang lagi kan ?
betul..kebenaran ada dimana-mana..tetapi kebenaran yang ada dimana-mana itu "ditutupi" oleh kebodohan yang sangat tebal diperparah oleh kondisi yang membodohkan.. :)
mana yang lebih bagus ya kira2...tertarik dengan agama tetangga,atau generasi Buddhis kita menggangap apa yang bukan Ajaran Buddha sebagai Ajaran Buddha dan menjadi fanatik didalamnya?yang lebih parah mana ya??[contoh kasusnya silakan lirik Maitreya]
Anumodana _/\_
Maksud anda ? Menyanyikan Lagu Buddhis adalah tidak sesuai dengan ajaran Buddha ?
Ini memang semakin meyakinkan saya pribadi bahwa memang Lagu Buddhis masih menjadi pro dan kontra hingga saat ini..
Saya kadang berpikir.. setiap hari raya agama lain, di mall2 gencar sekali diputar lagu2 rohani agama lain.. sedangkan Buddhis tidak ada sama sekali.. bukankah itu juga salah satu mengenalkan Ajaran Buddha via lagu ?
Kalau di agama lain ada penebusan dosa maka di ajaran Buddha juga harus ada penebusan dosa?
Kalau anda mencari agama yang ada lagu2 rohani silahkan pindah agama, kalau anda mau menghentikan dukkha silahkan pilih ajaran Buddha.
ketika Buddha mencari penyebab Dukkha apakah pakai lagu2an? ketika Buddha menemukan penyebab Dukkha apakah pakai lagu2an? ketika Buddha membabarkan cara melenyapkan Dukkha memakai lagu2an?Jadi maksudnya agama lain ada lagu rohani maka di ajaran Buddha juga harus ada lagu rohani?QuoteBukankah kebenaran Dhamma itu bisa berada dimana saja ? Yang penting orang tersebut dapat mengerti dan memahaminya ? Memang masih ditemui pelafalan Paritta dan lagu Buddhis yang tidak sesuai dengan ajaran.. dan itu tentunya butuh peranan Dhamma Duta yang handal untuk membetulkan itu semua..
Setau saya lagu2 Buddhis tidak berisikan Kotbah2 Buddha, namun ada juga yang bertemakan perenungan ke dalam diri.. bahkan seorang Bhikkhu almarhum terkenal sangat handal mencipta lagu2 rohani Buddhis yang masih banyak dikenal karya2nya hingga saat ini.. kembali kepada selera masing2, jika dirasa tidak cocok.. yah itu adalah hak pribadi masing2 individu...
Hanya saya rasa anak2 perlu ketertarikan belajar Dhamma dengan pelan2.. daripada ia tertarik dengan ajaran tetangga, alhasil generasi muda Buddhis kita kedepannya akan semakin surut... akan lebih sayang lagi kan ?
betul..kebenaran ada dimana-mana..tetapi kebenaran yang ada dimana-mana itu "ditutupi" oleh kebodohan yang sangat tebal diperparah oleh kondisi yang membodohkan.. :)
mana yang lebih bagus ya kira2...tertarik dengan agama tetangga,atau generasi Buddhis kita menggangap apa yang bukan Ajaran Buddha sebagai Ajaran Buddha dan menjadi fanatik didalamnya?yang lebih parah mana ya??[contoh kasusnya silakan lirik Maitreya]
Anumodana _/\_
Maksud anda ? Menyanyikan Lagu Buddhis adalah tidak sesuai dengan ajaran Buddha ?
Ini memang semakin meyakinkan saya pribadi bahwa memang Lagu Buddhis masih menjadi pro dan kontra hingga saat ini..
Saya kadang berpikir.. setiap hari raya agama lain, di mall2 gencar sekali diputar lagu2 rohani agama lain.. sedangkan Buddhis tidak ada sama sekali.. bukankah itu juga salah satu mengenalkan Ajaran Buddha via lagu ?
Kalau di agama lain ada penebusan dosa maka di ajaran Buddha juga harus ada penebusan dosa?
Kalau anda mencari agama yang ada lagu2 rohani silahkan pindah agama, kalau anda mau menghentikan dukkha silahkan pilih ajaran Buddha.
Maksud saya menanyakan hal tersebut adalah kalau memang lagu Buddhis itu salah, tunjukkan dimana salahnya ? Agar dapat dimengerti.. bukannya diminta untuk pindah agama...
Kalo demikian kan.. berarti anda sudah menyinggung secara pribadi ...
ketika Buddha mencari penyebab Dukkha apakah pakai lagu2an? ketika Buddha menemukan penyebab Dukkha apakah pakai lagu2an? ketika Buddha membabarkan cara melenyapkan Dukkha memakai lagu2an?Jadi maksudnya agama lain ada lagu rohani maka di ajaran Buddha juga harus ada lagu rohani?QuoteBukankah kebenaran Dhamma itu bisa berada dimana saja ? Yang penting orang tersebut dapat mengerti dan memahaminya ? Memang masih ditemui pelafalan Paritta dan lagu Buddhis yang tidak sesuai dengan ajaran.. dan itu tentunya butuh peranan Dhamma Duta yang handal untuk membetulkan itu semua..
Setau saya lagu2 Buddhis tidak berisikan Kotbah2 Buddha, namun ada juga yang bertemakan perenungan ke dalam diri.. bahkan seorang Bhikkhu almarhum terkenal sangat handal mencipta lagu2 rohani Buddhis yang masih banyak dikenal karya2nya hingga saat ini.. kembali kepada selera masing2, jika dirasa tidak cocok.. yah itu adalah hak pribadi masing2 individu...
Hanya saya rasa anak2 perlu ketertarikan belajar Dhamma dengan pelan2.. daripada ia tertarik dengan ajaran tetangga, alhasil generasi muda Buddhis kita kedepannya akan semakin surut... akan lebih sayang lagi kan ?
betul..kebenaran ada dimana-mana..tetapi kebenaran yang ada dimana-mana itu "ditutupi" oleh kebodohan yang sangat tebal diperparah oleh kondisi yang membodohkan.. :)
mana yang lebih bagus ya kira2...tertarik dengan agama tetangga,atau generasi Buddhis kita menggangap apa yang bukan Ajaran Buddha sebagai Ajaran Buddha dan menjadi fanatik didalamnya?yang lebih parah mana ya??[contoh kasusnya silakan lirik Maitreya]
Anumodana _/\_
Maksud anda ? Menyanyikan Lagu Buddhis adalah tidak sesuai dengan ajaran Buddha ?
Ini memang semakin meyakinkan saya pribadi bahwa memang Lagu Buddhis masih menjadi pro dan kontra hingga saat ini..
Saya kadang berpikir.. setiap hari raya agama lain, di mall2 gencar sekali diputar lagu2 rohani agama lain.. sedangkan Buddhis tidak ada sama sekali.. bukankah itu juga salah satu mengenalkan Ajaran Buddha via lagu ?
Kalau di agama lain ada penebusan dosa maka di ajaran Buddha juga harus ada penebusan dosa?
Kalau anda mencari agama yang ada lagu2 rohani silahkan pindah agama, kalau anda mau menghentikan dukkha silahkan pilih ajaran Buddha.
Maksud saya menanyakan hal tersebut adalah kalau memang lagu Buddhis itu salah, tunjukkan dimana salahnya ? Agar dapat dimengerti.. bukannya diminta untuk pindah agama...
Kalo demikian kan.. berarti anda sudah menyinggung secara pribadi ...
Fungsi lagu2 itu untuk apa? apakah bisa untuk melepaskan nafsu?
kalau ada cerita itu di sutta silahkan beri linknya.ketika Buddha mencari penyebab Dukkha apakah pakai lagu2an? ketika Buddha menemukan penyebab Dukkha apakah pakai lagu2an? ketika Buddha membabarkan cara melenyapkan Dukkha memakai lagu2an?Jadi maksudnya agama lain ada lagu rohani maka di ajaran Buddha juga harus ada lagu rohani?QuoteBukankah kebenaran Dhamma itu bisa berada dimana saja ? Yang penting orang tersebut dapat mengerti dan memahaminya ? Memang masih ditemui pelafalan Paritta dan lagu Buddhis yang tidak sesuai dengan ajaran.. dan itu tentunya butuh peranan Dhamma Duta yang handal untuk membetulkan itu semua..
Setau saya lagu2 Buddhis tidak berisikan Kotbah2 Buddha, namun ada juga yang bertemakan perenungan ke dalam diri.. bahkan seorang Bhikkhu almarhum terkenal sangat handal mencipta lagu2 rohani Buddhis yang masih banyak dikenal karya2nya hingga saat ini.. kembali kepada selera masing2, jika dirasa tidak cocok.. yah itu adalah hak pribadi masing2 individu...
Hanya saya rasa anak2 perlu ketertarikan belajar Dhamma dengan pelan2.. daripada ia tertarik dengan ajaran tetangga, alhasil generasi muda Buddhis kita kedepannya akan semakin surut... akan lebih sayang lagi kan ?
betul..kebenaran ada dimana-mana..tetapi kebenaran yang ada dimana-mana itu "ditutupi" oleh kebodohan yang sangat tebal diperparah oleh kondisi yang membodohkan.. :)
mana yang lebih bagus ya kira2...tertarik dengan agama tetangga,atau generasi Buddhis kita menggangap apa yang bukan Ajaran Buddha sebagai Ajaran Buddha dan menjadi fanatik didalamnya?yang lebih parah mana ya??[contoh kasusnya silakan lirik Maitreya]
Anumodana _/\_
Maksud anda ? Menyanyikan Lagu Buddhis adalah tidak sesuai dengan ajaran Buddha ?
Ini memang semakin meyakinkan saya pribadi bahwa memang Lagu Buddhis masih menjadi pro dan kontra hingga saat ini..
Saya kadang berpikir.. setiap hari raya agama lain, di mall2 gencar sekali diputar lagu2 rohani agama lain.. sedangkan Buddhis tidak ada sama sekali.. bukankah itu juga salah satu mengenalkan Ajaran Buddha via lagu ?
Kalau di agama lain ada penebusan dosa maka di ajaran Buddha juga harus ada penebusan dosa?
Kalau anda mencari agama yang ada lagu2 rohani silahkan pindah agama, kalau anda mau menghentikan dukkha silahkan pilih ajaran Buddha.
Maksud saya menanyakan hal tersebut adalah kalau memang lagu Buddhis itu salah, tunjukkan dimana salahnya ? Agar dapat dimengerti.. bukannya diminta untuk pindah agama...
Kalo demikian kan.. berarti anda sudah menyinggung secara pribadi ...
Fungsi lagu2 itu untuk apa? apakah bisa untuk melepaskan nafsu?
Saya kurang mengerti apakah memang benar ada cerita beliau tersadar ketika mendengar nyanyian jika senar dawai kau petik terlalu kencang, maka senarnya kan putus, demikian pula kalau terlalu kendur tidak akan dapat di petik..
kalau ada cerita itu di sutta silahkan beri linknya.ketika Buddha mencari penyebab Dukkha apakah pakai lagu2an? ketika Buddha menemukan penyebab Dukkha apakah pakai lagu2an? ketika Buddha membabarkan cara melenyapkan Dukkha memakai lagu2an?Jadi maksudnya agama lain ada lagu rohani maka di ajaran Buddha juga harus ada lagu rohani?QuoteBukankah kebenaran Dhamma itu bisa berada dimana saja ? Yang penting orang tersebut dapat mengerti dan memahaminya ? Memang masih ditemui pelafalan Paritta dan lagu Buddhis yang tidak sesuai dengan ajaran.. dan itu tentunya butuh peranan Dhamma Duta yang handal untuk membetulkan itu semua..
Setau saya lagu2 Buddhis tidak berisikan Kotbah2 Buddha, namun ada juga yang bertemakan perenungan ke dalam diri.. bahkan seorang Bhikkhu almarhum terkenal sangat handal mencipta lagu2 rohani Buddhis yang masih banyak dikenal karya2nya hingga saat ini.. kembali kepada selera masing2, jika dirasa tidak cocok.. yah itu adalah hak pribadi masing2 individu...
Hanya saya rasa anak2 perlu ketertarikan belajar Dhamma dengan pelan2.. daripada ia tertarik dengan ajaran tetangga, alhasil generasi muda Buddhis kita kedepannya akan semakin surut... akan lebih sayang lagi kan ?
betul..kebenaran ada dimana-mana..tetapi kebenaran yang ada dimana-mana itu "ditutupi" oleh kebodohan yang sangat tebal diperparah oleh kondisi yang membodohkan.. :)
mana yang lebih bagus ya kira2...tertarik dengan agama tetangga,atau generasi Buddhis kita menggangap apa yang bukan Ajaran Buddha sebagai Ajaran Buddha dan menjadi fanatik didalamnya?yang lebih parah mana ya??[contoh kasusnya silakan lirik Maitreya]
Anumodana _/\_
Maksud anda ? Menyanyikan Lagu Buddhis adalah tidak sesuai dengan ajaran Buddha ?
Ini memang semakin meyakinkan saya pribadi bahwa memang Lagu Buddhis masih menjadi pro dan kontra hingga saat ini..
Saya kadang berpikir.. setiap hari raya agama lain, di mall2 gencar sekali diputar lagu2 rohani agama lain.. sedangkan Buddhis tidak ada sama sekali.. bukankah itu juga salah satu mengenalkan Ajaran Buddha via lagu ?
Kalau di agama lain ada penebusan dosa maka di ajaran Buddha juga harus ada penebusan dosa?
Kalau anda mencari agama yang ada lagu2 rohani silahkan pindah agama, kalau anda mau menghentikan dukkha silahkan pilih ajaran Buddha.
Maksud saya menanyakan hal tersebut adalah kalau memang lagu Buddhis itu salah, tunjukkan dimana salahnya ? Agar dapat dimengerti.. bukannya diminta untuk pindah agama...
Kalo demikian kan.. berarti anda sudah menyinggung secara pribadi ...
Fungsi lagu2 itu untuk apa? apakah bisa untuk melepaskan nafsu?
Saya kurang mengerti apakah memang benar ada cerita beliau tersadar ketika mendengar nyanyian jika senar dawai kau petik terlalu kencang, maka senarnya kan putus, demikian pula kalau terlalu kendur tidak akan dapat di petik..
Kalau mengenai sutta, saya tidak fasih.. namun cerita ini banyak berkembang.. salah satunya adalah di link ini...
http://bhagavant.com/home.php?link=sejarah&tipe=riwayat_buddha_3
1. Kalau bukan bhikkhu dan tidak ada bhikkhu. Silakan saja ngebor2an....tapi bagi saya kurang layak pembabaran Dhamma kek gitu. Karena yg pasti pembabaran Dhamma sambil ngebor, ngak bakalan nyangkut ke telinga pendengar. Yg ngak ngebor aja masih bisa ngak nyangkut apalagi yg ngebor kan.... tetapi kalau untuk menarik umat, silakan saja tapi jangan bawa2 bhikkhu, karena misinya Buddhanisasi bukan penghayatan Dhamma melalui ceramah Dhamma. ;DNah, apakah perilaku Buddhanisasi ini sesuai atau kurang sesuai dengan Ajaran Buddha?
2. Tentunya nilai kepantasan sebagai seorang bhikkhu yg mengikuti vinaya yang adaSaya kurang tahu tentang vinaya, tetapi secara general yang dihindari adalah yang tidak mendukung pada kehidupan seorang petapa. Kira-kira begitu?
3. Walah kalau ekpresi tukul dan Mr. Bean sih kacau deh.....itu sih masuk kategori ngelawak....kalau selingan joke itu kan harus ada makna dhammanya, makanya ekspresi juga harus menunjukan kewibawaan Dhamma Dan bhikkhu. Kalau kek tukul sama Mr. Bean itu adalah hiburan murni. Dan tidak bermakna apa2.Bisa saja berekspresi seperti itu tapi tetap membawakan dhamma. Tetapi memang itu tidak pantas dan tidak sesuai dengan vinaya.
Jadi maksudnya agama lain ada lagu rohani maka di ajaran Buddha juga harus ada lagu rohani?QuoteBukankah kebenaran Dhamma itu bisa berada dimana saja ? Yang penting orang tersebut dapat mengerti dan memahaminya ? Memang masih ditemui pelafalan Paritta dan lagu Buddhis yang tidak sesuai dengan ajaran.. dan itu tentunya butuh peranan Dhamma Duta yang handal untuk membetulkan itu semua..
Setau saya lagu2 Buddhis tidak berisikan Kotbah2 Buddha, namun ada juga yang bertemakan perenungan ke dalam diri.. bahkan seorang Bhikkhu almarhum terkenal sangat handal mencipta lagu2 rohani Buddhis yang masih banyak dikenal karya2nya hingga saat ini.. kembali kepada selera masing2, jika dirasa tidak cocok.. yah itu adalah hak pribadi masing2 individu...
Hanya saya rasa anak2 perlu ketertarikan belajar Dhamma dengan pelan2.. daripada ia tertarik dengan ajaran tetangga, alhasil generasi muda Buddhis kita kedepannya akan semakin surut... akan lebih sayang lagi kan ?
betul..kebenaran ada dimana-mana..tetapi kebenaran yang ada dimana-mana itu "ditutupi" oleh kebodohan yang sangat tebal diperparah oleh kondisi yang membodohkan.. :)
mana yang lebih bagus ya kira2...tertarik dengan agama tetangga,atau generasi Buddhis kita menggangap apa yang bukan Ajaran Buddha sebagai Ajaran Buddha dan menjadi fanatik didalamnya?yang lebih parah mana ya??[contoh kasusnya silakan lirik Maitreya]
Anumodana _/\_
Maksud anda ? Menyanyikan Lagu Buddhis adalah tidak sesuai dengan ajaran Buddha ?
Ini memang semakin meyakinkan saya pribadi bahwa memang Lagu Buddhis masih menjadi pro dan kontra hingga saat ini..
Saya kadang berpikir.. setiap hari raya agama lain, di mall2 gencar sekali diputar lagu2 rohani agama lain.. sedangkan Buddhis tidak ada sama sekali.. bukankah itu juga salah satu mengenalkan Ajaran Buddha via lagu ?
Kalau di agama lain ada penebusan dosa maka di ajaran Buddha juga harus ada penebusan dosa?
Kalau anda mencari agama yang ada lagu2 rohani silahkan pindah agama, kalau anda mau menghentikan dukkha silahkan pilih ajaran Buddha.
Maksud saya menanyakan hal tersebut adalah kalau memang lagu Buddhis itu salah, tunjukkan dimana salahnya ? Agar dapat dimengerti.. bukannya diminta untuk pindah agama...
Kalo demikian kan.. berarti anda sudah menyinggung secara pribadi ...
1. Kalau bukan bhikkhu dan tidak ada bhikkhu. Silakan saja ngebor2an....tapi bagi saya kurang layak pembabaran Dhamma kek gitu. Karena yg pasti pembabaran Dhamma sambil ngebor, ngak bakalan nyangkut ke telinga pendengar. Yg ngak ngebor aja masih bisa ngak nyangkut apalagi yg ngebor kan.... tetapi kalau untuk menarik umat, silakan saja tapi jangan bawa2 bhikkhu, karena misinya Buddhanisasi bukan penghayatan Dhamma melalui ceramah Dhamma. ;DNah, apakah perilaku Buddhanisasi ini sesuai atau kurang sesuai dengan Ajaran Buddha?
Untuk hal ini relatif. Karena pendekatan dan tujuan Buddhanisasi itu sendiri akan mempengaruhi apakah sesuai dan tidak sesuai dengan ajaran Buddha itu sendiri. Jadi dalam hal ini kita tidak bisa langsung menyimpulkan sebelum ada indikasi2nya.Quote2. Tentunya nilai kepantasan sebagai seorang bhikkhu yg mengikuti vinaya yang adaSaya kurang tahu tentang vinaya, tetapi secara general yang dihindari adalah yang tidak mendukung pada kehidupan seorang petapa. Kira-kira begitu?
Ya jika ia seorang bhikhhu seharusnya demikianQuote3. Walah kalau ekpresi tukul dan Mr. Bean sih kacau deh.....itu sih masuk kategori ngelawak....kalau selingan joke itu kan harus ada makna dhammanya, makanya ekspresi juga harus menunjukan kewibawaan Dhamma Dan bhikkhu. Kalau kek tukul sama Mr. Bean itu adalah hiburan murni. Dan tidak bermakna apa2.Bisa saja berekspresi seperti itu tapi tetap membawakan dhamma. Tetapi memang itu tidak pantas dan tidak sesuai dengan vinaya.
Jika kesan pertama tentang Ajaran Buddha adalah "kesenangan indrawi" apakah kira-kira orang tersebut mau cari tahu lebih jauh tentang Agama Buddha, Meditasi, Vipassana dan sebagainya?Jika ada orang yang bukan Buddhis, terbiasa dalam keheningan, cenderung pada pelepasan nafsu, baik dalam moralitas, melihat suatu pembabaran Buddha-dhamma disertai dengan hal-hal yang memanjakan indera, kira-kira orang itu menjadi tertarik tidak dengan Ajaran Buddha?
Mereka tentunya akan tertarik dalam kelas meditasi, retreat vipasana, [...]
karena saya tadi sudah menjelaskan bahwa umat Buddha itu tidak semua batinnya selalu harus bagus dan mantap seperti para bijaksana.. sehingga masih perlu pemrosesan ke arah yang lebih baik dan dimulai dari level rendah dahulu..Setahu saya, yang bijaksana (tapi belum melenyapkan nafsu sepenuhnya) saja menghindari kenikmatan inderawi karena menyadari bahayanya, dan bisa terjatuh. Bagaimana caranya kemudian kenikmatan inderawi bisa memberikan kemajuan bathin bagi yang bahkan belum bijaksana, yang belum maju dalam latihan?
Kalau anak sekolah minggu sudah harus di strike seperti layaknya level para pertapa, rasanya belum tentu bisa diterapkan dengan hasil yang memuaskan.. untuk itu butuh variasi...Kalau membahas Sekolah Minggu, saya pikir kadang tujuannya bukan pengenalan dhamma, tapi semacam bimbingan non-formal atau bagi yang parah adalah "tempat penitipan anak".
Apakah ada yang salah dengan nyanyian ?
yg dicari adalah "Yang sesuai" atau "Yang pantas"Ya memang itulah yang sedang kita coba bahas di sini. Apa sajakah batasannya yang disebut pantas dari sudut pandang Tradisi Theravada, dan mengapa demikian. Jika ngebor/hip hop tidak boleh, dijelaskan kenapa tidak boleh, sementara tidak ada larangannya.
jadi bagi saya, bagaimana kedok pengajaran/penyebaran suatu ajaran adalah pantas/sesuai jika tidak bertentangan dengan apa yg diajarkan.
mengenai ngebor/hip hop yah tinggal dilihat lagi apakah bertentangan dengan ajaran Agama Buddha?
karena di board Theravada yah dilihat dari kacamata Theravada ;D
Jika kesan pertama tentang Ajaran Buddha adalah "kesenangan indrawi" apakah kira-kira orang tersebut mau cari tahu lebih jauh tentang Agama Buddha, Meditasi, Vipassana dan sebagainya?
Nanda, dengan 500 peri berkaki pink.
Dan akhirnya dia jadi Arahat.
Saya kurang mengerti apakah memang benar ada cerita beliau tersadar ketika mendengar nyanyian jika senar dawai kau petik terlalu kencang, maka senarnya kan putus, demikian pula kalau terlalu kendur tidak akan dapat di petik..kalau ada cerita itu di sutta silahkan beri linknya.
Kalau mengenai sutta, saya tidak fasih.. namun cerita ini banyak berkembang.. salah satunya adalah di link ini...
http://bhagavant.com/home.php?link=sejarah&tipe=riwayat_buddha_3
QuoteJika kesan pertama tentang Ajaran Buddha adalah "kesenangan indrawi" apakah kira-kira orang tersebut mau cari tahu lebih jauh tentang Agama Buddha, Meditasi, Vipassana dan sebagainya?
Kalau yg ini ada di sutta dan pernah dibahas, dimana umat awam itu diiming2 oleh Sang Buddha tentang cantiknya bidadari di surga sampai dikasi penglihatan juga sehingga dan kemudian ia terinspirasi untuk mengikuti ajaran Sang Buddha.....dan kalau tidak salah juga org itu mencapai sotapanna, kalau tidak salah om Gachapin pernah sebut di sutta apa, hanya saya lupa. Jadi entry point bisa dari mana saja yg penting selaras dengan Dhamma. Dan kadang cara kerja Dhamma itu sendiri diluar dugaan.
Saya kurang mengerti apakah memang benar ada cerita beliau tersadar ketika mendengar nyanyian jika senar dawai kau petik terlalu kencang, maka senarnya kan putus, demikian pula kalau terlalu kendur tidak akan dapat di petik..kalau ada cerita itu di sutta silahkan beri linknya.
Kalau mengenai sutta, saya tidak fasih.. namun cerita ini banyak berkembang.. salah satunya adalah di link ini...
http://bhagavant.com/home.php?link=sejarah&tipe=riwayat_buddha_3
Dalam Sutta, sepertinya tidak ada kisah seperti itu, namun ada yang mirip di Anguttara Nikaya, Chakka, Mahavagga, Sona Sutta (Vīnūpamovāda Sutta). Sutta itu adalah nasihat Buddha pada Sona Kolivisa yang terlalu bersemangat dalam perjuangannya. Dikatakan kutinya penuh dengan darah dari kakinya akibat meditasi jalan yang dilakukannya. Buddha mengingatkannya dulu sebagai pemain vīnā (sejenis alat musik senar), jika senarnya terlalu kendur atau tegang, tidak akan menghasilkan musik yang baik.
Dari sini, bukan musiknya yang menginspirasi, namun pengertian tentang penggunaan senar yang baik.
Jika penjelasannya memang demikian adanya, bagaimana kita memperbaiki apa yang sudah terlanjur berkembang ini kembali ke jalur yang seharusnya ?Entahlah, menurut saya kalau mau mengubah orang lain itu susah. Paling-paling kita bisa berbagi apa yang kita ketahui saja. Di sini juga bukan tujuan saya membuat semacam "pakem" yang "halal" dalam penyebaran dhamma, tapi untuk sebatas dibahas saja agar bisa bermanfaat bagi yang membaca.
Apakah ada buku khusus untuk menjalankan operasional Vihara agar dapat diterapkan (semacam kurikulum) ?Untuk ini saya tidak tahu karena saya juga tidak aktif ke vihara.
Saya berharap dari bincang2 di forum ini akan menghasilkan sesuatu standar yang dapat kita jadikan patokan mengenai cara yang sesuai dalam penyebaran Dhamma..Saya juga berharap demikian. :)
bukankah yg ditanyakan "Yang sesuai/ Yang pantas" bukannya "Yang boleh" atau "Yang Tidak Boleh" ?Ya, ralat. Yang "sesuai/tidak" bukan "boleh/tidak", karena memang semua bebas dalam pendapatnya untuk melakukan apa pun.
menurut saya dalam tradisi theravada gaya Hip Hop atau Ngebor itu gak sesuai dengan tradisi Theravada, tapi bukan berarti Tidak boleh.Makanya saya sengaja taruh di Board Theravada agar tidak sampai nyerempet ke kisah bhiksu gendong wanita, bhiksu bunuh anjing gila, dan sebagainya.
karena Gaya Hip Hop dan Ngebor tidak mengkondisikan batin seseorang terhada sesuatu yg bermanfaat (kesucian).
. Mo bahas juga, mengenai cerita Zen tentang seorang guru yg membelah kucing untuk mengajari murid2nya
nah itu juga termasuk yg tidak sesuai tradisi theravada, menurut hemat saya ;D tapi entah dalam Zen, sepertinya itu sesuai... :P
QuoteJika kesan pertama tentang Ajaran Buddha adalah "kesenangan indrawi" apakah kira-kira orang tersebut mau cari tahu lebih jauh tentang Agama Buddha, Meditasi, Vipassana dan sebagainya?
Kalau yg ini ada di sutta dan pernah dibahas, dimana umat awam itu diiming2 oleh Sang Buddha tentang cantiknya bidadari di surga sampai dikasi penglihatan juga sehingga dan kemudian ia terinspirasi untuk mengikuti ajaran Sang Buddha.....dan kalau tidak salah juga org itu mencapai sotapanna, kalau tidak salah om Gachapin pernah sebut di sutta apa, hanya saya lupa. Jadi entry point bisa dari mana saja yg penting selaras dengan Dhamma. Dan kadang cara kerja Dhamma itu sendiri diluar dugaan.
Maksudnya Nanda yang dibawa ke Tavatimsa?
Pertama-tama, hal-hal seperti ini dilakukan hanya oleh seorang Samma-Sambuddha yang benar-benar mengerti kondisi bathin seseorang. Seperti juga halnya kasus Angulimala, Vakkali, Culapanthaka, Kisa-Gotami, dan lain-lain. Apakah valid jika nanti saya menggunakan "Kung Fu" untuk menceramahi dhamma ke para perampok? Bagaimana dengan mengizinkan bunuh diri, menyuruh menyeka muka, atau mencari biji lada?
Ini adalah hal-hal yang dilakukan seorang Samma Sambuddha, namun tidak dilakukan oleh para Agga-savaka sekalipun.
Betul dilakukan oleh Sang Buddha karena dia mengetahui kondisi batin, tetapi itu bukan pokok permasalahannya. Pokok permasalahannya adalah pada entry point yg berkelanjutan yg telah saya jelaskan hingga pelepasan. Agga Savaka memang tidak melakukan seperti Sang Buddha lakukan, karena sifat dan cara untuk mencapai tujuan sifatnya case by case dan yg membantu solving problem dari tiap Agga savaka ataupun Savaka Buddha memiliki gaya cara tersendiri yg unik dan karena disini yg sempurna tokoh sentralnya adalah Buddha maka itu ditonjolkan. Dan kalau Anda mau perhatikan setiap Savaka Buddha juga punya cara sendiri untuk membantu muridnya untuk mencapai tujuan nibbana. Dan banyak hal cara dari 2500 arahat yg ada tidak tercatat semuanya bagaimana dengan detil mereka menggunakan cara2 unik untuk membantu muridnya. Nah Saat ini jika Sang Buddha tidak ada maka boleh saja seseorang(umat awam) berimprovisasi untuk menyebarkan Dhamma dengan kriteria yang ada yakni kebuddhisan. Nah kalau masuk ranah kebihkhuan tentu masalah dan tatacara penyebarannya sudah beda lagi.. Jadi disini bukan karena siapa? tetapi bagaimana? apalagi jaman sekarang jarang yg tau batin org2 maka dilakukan saja hal2 yg lazim....kalau kungfu itu jangan digeneralisasi keadaan dan tidak ada hubungan dengan ajaran Sang Buddha pada case2 pada umumnya tetapi bisa saja pada case tertentu, misal dengan kungfu kita lumpuhkan perampok lalu perampok itu tiba2 takut dan insaf dan mau belajar dengan kita...nah hal ini mungkin sekalipun sangat2 jarang seperti cara Sang Buddha yang case by case. Makanya saya selalu katakan case by case solving problemnya itu beda dan dinamis yg penting selaras dengan Dhamma. Oleh karena itu apapun cara yg selaras dengan Dhamma dan bila kita belum melihatnya, terlalu dini kita membuat kesimpulan itu tidak benar.
Sebagai tambahan, apakah "jalan-jalan" ke Tavatimsa itu untuk mengiming-imingi Nanda, ataukah untuk melepaskan kemelekatannya pada istrinya, Janapadakalyāni Nandā? Jangan lupa bahwa di tengah jalan mereka melihat monyet yang terbakar dan buntung (badan dan hidungnya), yang sungguh buruk rupa dan menyedihkan. Ketika melihat bidadari kaki pink itu, Nanda melihat perbandingan bidadari dan istrinya sungguh jauh, seperti wanita cantik dan monyet buntung tersebut, dengan demikian, hilanglah kemelekatannya pada istrinya itu.
Bahkan setelah itu pun, bukan keinginan untuk mendapat bidadari kaki pink yang membuat Nanda mencapai Arahatta-phala, namun rasa malunya karena teman-teman bhikkhu mengejeknya sebagai "orang jaminan" (dijamin dapat bidadari, baru mau meditasi). Rasa malu-nya itu yang menjaganya dari semua godaan inderawi, maka ia pun mencapai Arahatta-phala dan menjadi yang terunggul dalam menjaga indera-nya.
Betul, makanya saya sudah jelaskan tujuan sebenarnya adalah pencapaian dari pelepasan hanya entry pointnya dari iming2 yg kemudian ia ingin menggapai tahapan selanjutnya sampai mengerti...ini hanya cara yg berkesinambungan saja.
Betul dilakukan oleh Sang Buddha karena dia mengetahui kondisi batin, tetapi itu bukan pokok permasalahannya. Pokok permasalahannya adalah pada entry point yg berkelanjutan yg telah saya jelaskan hingga pelepasan. Agga Savaka memang tidak melakukan seperti Sang Buddha lakukan, karena sifat dan cara untuk mencapai tujuan sifatnya case by case dan yg membantu solving problem dari tiap Agga savaka ataupun Savaka Buddha memiliki gaya cara tersendiri yg unik dan karena disini yg sempurna tokoh sentralnya adalah Buddha maka itu ditonjolkan. Dan kalau Anda mau perhatikan setiap Savaka Buddha juga punya cara sendiri untuk membantu muridnya untuk mencapai tujuan nibbana. Dan banyak hal cara dari 2500 arahat yg ada tidak tercatat semuanya bagaimana dengan detil mereka menggunakan cara2 unik untuk membantu muridnya. Nah Saat ini jika Sang Buddha tidak ada maka boleh saja seseorang(umat awam) berimprovisasi untuk menyebarkan Dhamma dengan kriteria yang ada yakni kebuddhisan. Nah kalau masuk ranah kebihkhuan tentu masalah dan tatacara penyebarannya sudah beda lagi.. Jadi disini bukan karena siapa? tetapi bagaimana? apalagi jaman sekarang jarang yg tau batin org2 maka dilakukan saja hal2 yg lazim....kalau kungfu itu jangan digeneralisasi keadaan dan tidak ada hubungan dengan ajaran Sang Buddha pada case2 pada umumnya tetapi bisa saja pada case tertentu, misal dengan kungfu kita lumpuhkan perampok lalu perampok itu tiba2 takut dan insaf dan mau belajar dengan kita...nah hal ini mungkin sekalipun sangat2 jarang seperti cara Sang Buddha yang case by case. Makanya saya selalu katakan case by case solving problemnya itu beda dan dinamis yg penting selaras dengan Dhamma. Oleh karena itu apapun cara yg selaras dengan Dhamma dan bila kita belum melihatnya, terlalu dini kita membuat kesimpulan itu tidak benar.
Quote2 lagu rohani buddhis oke banget memang bhikkhu ga boleh tapi umat perlu, klo ga nanti malah dalam buddhis seakan2 ga da nyanyian ( soalnya dulu g beranggapan demikian)Memangnya ada masalah kalau memang tidak ada nyanyian?
soalnya dnegan pandangan dahulu yg masih dekat dengan samawi yg banyak nyanyian n liat k budhism ga da nyanyian seakan akan budhisme itu pesimistis n tdk ada kesenangannya. bahkan ada temen g yg kr****n wkt derger lagu buddhis kaget ternyata ada lagu buddhis jg y.Quote3 hip hop monk no!!! langgar vinaya trus alangkah lebih baik d jepang kyk d indo ada romo jadi klo romo yg bawa dhamma pake musik bahkan hiphop or hause lebih ok.Berarti bro setuju ide "Ramani goyang nge-bor"?
alasan romo n ramani mereka tidak terikat vinaya hingga lebih mudah melakukan hal2 yg duniawi. namun untuk ramani ngebor secara peraturan k panditaan aja di larang untuk menari jadi slama ia tidak menari namun membuat acara meriah dengan meminta umat why notQuotesbenernya selama kita memang ingin menyebarkan dhama alangkah baiknya bila kita dapat menilai batasan2 yg ada. namun sebenernya selama menyebarkan dhamma kadang batasan tersebut menjadi abu2 tidak jelas lagi hitam atau putih tergantung dari sudut pandang seseorang.Berarti seperti kata bro Tekkss Katsuo, kalau disesuaikan dengan jaman, nanti malah jangan2 nilai sila itu sendiri sudah bergeser. Bagaimana menurut bro kusalaputto?
kita sebagai dhamma duta ada baiknya pula membabarkan dhamma dengan mengikuti perkembangan jaman kondisi masyarakat & segmen usia.
kita mengikuti perkembangan jaman tentu juga harus berpatokan pada sila bukan ikut perkembangan membabarin dhama di diskotik namun bisa aja membabarkan dhama dengan pendekatan lagu mis yg sedang di gandrungi lagu house jadi lagu budhis di bikin remix. jadi anak muda jg tetap mendengarkan lagu budhis.
tentu semuanya harus sesuai dengan vinaya atau batas mana yang boleh sesuai dengan vinaya wa rasa makin tinggi moralitas nya akan terlihat.
karena ada juga memang bhikku yang jadi seperti penyanyi dll di china sono itu kata katanya sih terlihat benar tapi apakah sebenar itu wa liat fotonya pakai kacamata ( kacamata biasa sih tidak apa apa itu kacamata seperti rebyan punya coba buat apa di pakai) di telinga nya ada tuh yang buat freehand phone kemana dayakanya? terus apa kah pantas seperti itu? katanya sih lagu yang di rekam untuk mengenalkan Buddhist ke generasi muda. kalo dengar Bhikku lain yang se viharanya sih bilang (wah lupa juga nih yang keingat saja) harus yang sepantasnya.
bro riki maksud mengandeng abg dengan curhat karena di lihat dari kondisi psikologisnya bahwa pada sat itu mereka sangat rentan n emosinya yg di pakai dalam memutuskan sesuatu, jadi dengan kita mendengar curhatnya ini lalu kita memberikan solusi dengan buddha dhamma tentu disertai dengan sumber dhmma itu sendiri sehingga si abg itu maslahnya terselesaikan n ia dapat merenungi dhammanya. bukannya dengan itu ia belajar buddha dhamma jgQuote"abg: pendekatannya dengan lagu, sharing(curhat) baru di sisipin dikit 2 dhamma"
tar abgnya jadinya hanya tahu curhat,Dhamma Nya kagak dapat..
saya setuju dengan Guru Bond............... sejauh itu tdk melanggar vinaya, maka hal yg mengundang tawa sich boleh boleh aja, lagian ketawanya kan wajar, nga dari awal sa ^:)^mpai akhir. kemudian jg, itu ada hubungan dengan topic yg mereka sampaikan, cuma mereka mengunakan kasus atao contoh selingan yg mungkin bagi sebagian org bisa memberika kegembiraan yg diungkapkan dengan tawa.
Dan saya yakin kedua Bhikkhu tersebut mengetahui sampai mana batas cara penyampain Dhamma...
saya pernah dengar ceramah Bhante Uttomo sekali, dan saya mengetahui bahwa hal yg disampaikan adalah Dhamma dengan contoh yg kadang membuat org tertawa tp masih dalam batasan berhubungan dengan Dhamma yg disampaikan beliau..............
QuoteBetul dilakukan oleh Sang Buddha karena dia mengetahui kondisi batin, tetapi itu bukan pokok permasalahannya. Pokok permasalahannya adalah pada entry point yg berkelanjutan yg telah saya jelaskan hingga pelepasan. Agga Savaka memang tidak melakukan seperti Sang Buddha lakukan, karena sifat dan cara untuk mencapai tujuan sifatnya case by case dan yg membantu solving problem dari tiap Agga savaka ataupun Savaka Buddha memiliki gaya cara tersendiri yg unik dan karena disini yg sempurna tokoh sentralnya adalah Buddha maka itu ditonjolkan. Dan kalau Anda mau perhatikan setiap Savaka Buddha juga punya cara sendiri untuk membantu muridnya untuk mencapai tujuan nibbana. Dan banyak hal cara dari 2500 arahat yg ada tidak tercatat semuanya bagaimana dengan detil mereka menggunakan cara2 unik untuk membantu muridnya. Nah Saat ini jika Sang Buddha tidak ada maka boleh saja seseorang(umat awam) berimprovisasi untuk menyebarkan Dhamma dengan kriteria yang ada yakni kebuddhisan. Nah kalau masuk ranah kebihkhuan tentu masalah dan tatacara penyebarannya sudah beda lagi.. Jadi disini bukan karena siapa? tetapi bagaimana? apalagi jaman sekarang jarang yg tau batin org2 maka dilakukan saja hal2 yg lazim....kalau kungfu itu jangan digeneralisasi keadaan dan tidak ada hubungan dengan ajaran Sang Buddha pada case2 pada umumnya tetapi bisa saja pada case tertentu, misal dengan kungfu kita lumpuhkan perampok lalu perampok itu tiba2 takut dan insaf dan mau belajar dengan kita...nah hal ini mungkin sekalipun sangat2 jarang seperti cara Sang Buddha yang case by case. Makanya saya selalu katakan case by case solving problemnya itu beda dan dinamis yg penting selaras dengan Dhamma. Oleh karena itu apapun cara yg selaras dengan Dhamma dan bila kita belum melihatnya, terlalu dini kita membuat kesimpulan itu tidak benar.
Saya rasa masalahnya sudah sangat jelas ,bahwa hanya Buddha yang mampu membabarkan Dhamma secara tepat...Savaka Buddha tidak mampu..Itu point terpentingnya menurut saya dan sudah tak bisa dibantahkan lagi..Bahkan YM SARIPUTTA yang dianggap ranking nomer 2 setelah Buddha dari segi Kebijaksanaan,banyak kasus dimana Bhikkhu yang dibawah bimbingan YM SARIPUTTA sendiri,setelah mendapatkan objek meditasi dari YM SARIPUTTA beberapa bulan melatih objek meditasi tersebut,tidak mengalami kemajuan,kalau adapun hanya sedikit..Hingga YM SARIPUTTA membawa muridnya mengunjungi Buddha,untuk meminta bantuan Buddha..Itu sangat jelas sekali...Sekarang yang dilakukan oleh para Savaka Buddha bisanya adalah "menebak" apa yang sesuai dengan "muridnya"...dan saya yakin bahwa para Savaka Buddha ketika membabarkan Dhamma tidak sambil joget,tidak sambil ngelawak..."pembabaran dhamma" yang Agung bagaimana bisa disamakan dengan cara2 yang kurang etis seperti itu?sekarang itu aja jelas di TULIS DHAMMA TALK bukan JOKE TALK..kalau mau banyak pendengar..sebaiknya JANGAN BABARKAN DHAMMA,tapi buatlah JOKE IN DHAMMA..jadi sama2 enak bukan?
bro riki maksud mengandeng abg dengan curhat karena di lihat dari kondisi psikologisnya bahwa pada sat itu mereka sangat rentan n emosinya yg di pakai dalam memutuskan sesuatu, jadi dengan kita mendengar curhatnya ini lalu kita memberikan solusi dengan buddha dhamma tentu disertai dengan sumber dhmma itu sendiri sehingga si abg itu maslahnya terselesaikan n ia dapat merenungi dhammanya. bukannya dengan itu ia belajar buddha dhamma jgQuote"abg: pendekatannya dengan lagu, sharing(curhat) baru di sisipin dikit 2 dhamma"
tar abgnya jadinya hanya tahu curhat,Dhamma Nya kagak dapat..
And then..mau nanya,banyak ceramah Dhamma yang diiringi lelucon,kadang leluconnya menurut saya berlebihan dan banyak teman saya yang ikutan dengan saya pigi dengar Dhamma Talk ,tidak ada yang ingat apa yang ingin disampaikan[DhammaNya],yang mereka ingat hanya bahwa Dhamma Talknya lucu,dibawakan oleh "pembicara yang lucu" dan mereka tertawa mengingat hal2 tersebut..Sebenarnya bermanfaatkah melakukan Dhammadesana dengan cara2 seperti itu?bro riki again
Memang tidak dapat dipungkuri bahwa jangan terlalu kaku,karena nantinya umat akan bosan,tapi apakah dengan lelucon2 yang berlebihan maka umatnya bisa mengambil manfaat Dhamma itu sendiri?atau malah menjadi Ajang Lawak?
Kadang pembicaraannya serius,tiba2 menjadi lelucon,sehingga sering kali saya lihat ,orang tidak bisa membedakan antara yang serius dan lelucon..
Anumodana _/\_
Yakin para savaka Buddha hanya menebak? atau situasinya yg perfect adalah Sang Buddha dan demi kesempurnaan pencapaian maka diberikanlah kepada Sang Buddha? Bagaimana setelah Sang Buddha parinibbana, apakah para savaka Buddha tidak ada yg tahu tentang muridnya walaupun tak sesempurna Sang Buddha?dituliskan dengan sangat jelas didalam buku Dhamma,nanti saya obrak abrik dulu,apakah kalau tidak salah itu tercantum dalam Dhammapada Atthakatha atau Jataka versi 1 terbitan ITC,antara kedua buku itu,karena saya kurang ingat,terlalu banyak buku yang saya baca beberapa minggu ini...Bahkan disana Buddha menjelaskan kepada YM SARIPUTTA memberikan objek meditasi tersebut dan tidak cocok kepada muridnya,dikarenakan pada kehidupan yang lampau Bhikkhu tersebut selama 500 kelahiran terlahir sebagai tukang emas,dan Buddha membabarkan dhamma dan memberikan objek renungkan kepada Bhikkhu tersebut,dalam waktu yang singkat Bhikkhu tersebut menjadi tataran kesucian Arahatta..atau mungkin anda mau katakan cerita tersebut sebagai "dongeng"? :)
bro riki anda seharusnya segera memasang tarif untuk mereka yg curhat pada anda :)) :)) :))bro riki maksud mengandeng abg dengan curhat karena di lihat dari kondisi psikologisnya bahwa pada sat itu mereka sangat rentan n emosinya yg di pakai dalam memutuskan sesuatu, jadi dengan kita mendengar curhatnya ini lalu kita memberikan solusi dengan buddha dhamma tentu disertai dengan sumber dhmma itu sendiri sehingga si abg itu maslahnya terselesaikan n ia dapat merenungi dhammanya. bukannya dengan itu ia belajar buddha dhamma jgQuote"abg: pendekatannya dengan lagu, sharing(curhat) baru di sisipin dikit 2 dhamma"
tar abgnya jadinya hanya tahu curhat,Dhamma Nya kagak dapat..
entah juga ya..selama saya menjadi tempat curhat puluhan teman saya,dari masalah keluarga,keuangan,cinta,persahabatan,kebencian,dan sebagainya..saya tidak melihat bahwa apa yang saya sampaikan dengan "cara pandangan Buddhisme" dengan "sutta Buddhisme" dengan "kebenaran Dhamma" itu dapat diterima oleh mereka...yang ada mereka hanya mengangap saya sebagai "tong sampah",untungnya saya diajari sebagai "tong sampah" yang bawahnya "bolong" sehingga "sampah2" yang di muntahkan oleh teman2 saya ke "saya" akan jatuh ke tong sampah dan keluar dari lubang yang ada di tong sampah tersebut..
selama pergaulan saya 19 tahun,dari TK sampai SMA,dan sekarang kuliah semester 1 ,saya tidak melihat bahwa orang2 yang curhat[bahkan sahabat terbaik saya sendiri yang sudah dari TK ampe SEKARANG sama SEKOLAH dan KULIAHAN,yang SUDAH AMAT SANGAT BASI berteman dengan dia] itu akan mendengarkan nasihat yang anda berikan,yang ada malah sebaliknya,mereka ingin anda menjadi "pendengar yang baik" bukan "pembicara yang baik"..pernahkah seseorang curhat kepada anda?apakah ketika dia curhat dia "benar2" ingin mendengar pendapat anda?atau dia ingin anda "mendengar" keluh kesahnya?
Anumodana _/\_
QuoteBetul dilakukan oleh Sang Buddha karena dia mengetahui kondisi batin, tetapi itu bukan pokok permasalahannya. Pokok permasalahannya adalah pada entry point yg berkelanjutan yg telah saya jelaskan hingga pelepasan. Agga Savaka memang tidak melakukan seperti Sang Buddha lakukan, karena sifat dan cara untuk mencapai tujuan sifatnya case by case dan yg membantu solving problem dari tiap Agga savaka ataupun Savaka Buddha memiliki gaya cara tersendiri yg unik dan karena disini yg sempurna tokoh sentralnya adalah Buddha maka itu ditonjolkan. Dan kalau Anda mau perhatikan setiap Savaka Buddha juga punya cara sendiri untuk membantu muridnya untuk mencapai tujuan nibbana. Dan banyak hal cara dari 2500 arahat yg ada tidak tercatat semuanya bagaimana dengan detil mereka menggunakan cara2 unik untuk membantu muridnya. Nah Saat ini jika Sang Buddha tidak ada maka boleh saja seseorang(umat awam) berimprovisasi untuk menyebarkan Dhamma dengan kriteria yang ada yakni kebuddhisan. Nah kalau masuk ranah kebihkhuan tentu masalah dan tatacara penyebarannya sudah beda lagi.. Jadi disini bukan karena siapa? tetapi bagaimana? apalagi jaman sekarang jarang yg tau batin org2 maka dilakukan saja hal2 yg lazim....kalau kungfu itu jangan digeneralisasi keadaan dan tidak ada hubungan dengan ajaran Sang Buddha pada case2 pada umumnya tetapi bisa saja pada case tertentu, misal dengan kungfu kita lumpuhkan perampok lalu perampok itu tiba2 takut dan insaf dan mau belajar dengan kita...nah hal ini mungkin sekalipun sangat2 jarang seperti cara Sang Buddha yang case by case. Makanya saya selalu katakan case by case solving problemnya itu beda dan dinamis yg penting selaras dengan Dhamma. Oleh karena itu apapun cara yg selaras dengan Dhamma dan bila kita belum melihatnya, terlalu dini kita membuat kesimpulan itu tidak benar.
Saya rasa masalahnya sudah sangat jelas ,bahwa hanya Buddha yang mampu membabarkan Dhamma secara tepat...Savaka Buddha tidak mampu..Itu point terpentingnya menurut saya dan sudah tak bisa dibantahkan lagi..Bahkan YM SARIPUTTA yang dianggap ranking nomer 2 setelah Buddha dari segi Kebijaksanaan,banyak kasus dimana Bhikkhu yang dibawah bimbingan YM SARIPUTTA sendiri,setelah mendapatkan objek meditasi dari YM SARIPUTTA beberapa bulan melatih objek meditasi tersebut,tidak mengalami kemajuan,kalau adapun hanya sedikit..Hingga YM SARIPUTTA membawa muridnya mengunjungi Buddha,untuk meminta bantuan Buddha..Itu sangat jelas sekali...Sekarang yang dilakukan oleh para Savaka Buddha bisanya adalah "menebak" apa yang sesuai dengan "muridnya"...dan saya yakin bahwa para Savaka Buddha ketika membabarkan Dhamma tidak sambil joget,tidak sambil ngelawak..."pembabaran dhamma" yang Agung bagaimana bisa disamakan dengan cara2 yang kurang etis seperti itu?sekarang itu aja jelas di TULIS DHAMMA TALK bukan JOKE TALK..kalau mau banyak pendengar..sebaiknya JANGAN BABARKAN DHAMMA,tapi buatlah JOKE IN DHAMMA..jadi sama2 enak bukan?
soalnya dnegan pandangan dahulu yg masih dekat dengan samawi yg banyak nyanyian n liat k budhism ga da nyanyian seakan akan budhisme itu pesimistis n tdk ada kesenangannya. bahkan ada temen g yg kr****n wkt derger lagu buddhis kaget ternyata ada lagu buddhis jg y.Bagi saya, orang lain begitu, kita ga usah begitu. Misalnya sekarang ini 'kan di kalangan muda-mudi itu "berselingkuh" seperti jadi trend. Kalau ga punya selingkuhan, kurang "trendy". Yah, biarkan saja. Kekuatan dan daya tarik dari Buddha-dhamma adalah pelepasan, bukan kemelekatan inderawi. Jika demi hal-hal rendah kita malah menunjukkan sebaliknya, saat itulah Buddha-dhamma jadi kehilangan "jati diri"-nya.
alasan romo n ramani mereka tidak terikat vinaya hingga lebih mudah melakukan hal2 yg duniawi. namun untuk ramani ngebor secara peraturan k panditaan aja di larang untuk menari jadi slama ia tidak menari namun membuat acara meriah dengan meminta umat why not
kita mengikuti perkembangan jaman tentu juga harus berpatokan pada sila bukan ikut perkembangan membabarin dhama di diskotik namun bisa aja membabarkan dhama dengan pendekatan lagu mis yg sedang di gandrungi lagu house jadi lagu budhis di bikin remix. jadi anak muda jg tetap mendengarkan lagu budhis.
QuoteYakin para savaka Buddha hanya menebak? atau situasinya yg perfect adalah Sang Buddha dan demi kesempurnaan pencapaian maka diberikanlah kepada Sang Buddha? Bagaimana setelah Sang Buddha parinibbana, apakah para savaka Buddha tidak ada yg tahu tentang muridnya walaupun tak sesempurna Sang Buddha?dituliskan dengan sangat jelas didalam buku Dhamma,nanti saya obrak abrik dulu,apakah kalau tidak salah itu tercantum dalam Dhammapada Atthakatha atau Jataka versi 1 terbitan ITC,antara kedua buku itu,karena saya kurang ingat,terlalu banyak buku yang saya baca beberapa minggu ini...Bahkan disana Buddha menjelaskan kepada YM SARIPUTTA memberikan objek meditasi tersebut dan tidak cocok kepada muridnya,dikarenakan pada kehidupan yang lampau Bhikkhu tersebut selama 500 kelahiran terlahir sebagai tukang emas,dan Buddha membabarkan dhamma dan memberikan objek renungkan kepada Bhikkhu tersebut,dalam waktu yang singkat Bhikkhu tersebut menjadi tataran kesucian Arahatta..atau mungkin anda mau katakan cerita tersebut sebagai "dongeng"? :)
Mohon Bro Bond membaca ulang kembali apa yang saya tuliskan,jelas disana saya tuliskan bahwa bahkan seorang YM Sariputta pun tidak bisa secara TEPAT memberikan OBJEK MEDITASI kepada muridnya...
dan saya rasa tidak ada kalimat saya yang mengatakan bahwa,"para savaka Buddha tidak ada yg tahu tentang muridnya walaupun tak sesempurna Sang Buddha?"[kalau memang saya ada berkata begitu,selama thread ini,dan ada kalimat yang "menjurus" atau terindikasi ke arah tersebut,silakan di quote kan ,saya akan mempertanggungjawabkan kalimat tersebut..Jika salah,saya akan berkata bahwa saya salah dan kurang sati..tanpa MEMBENARKAN kata2 saya,atau berdalih dan tidak mau mengalah dalam berdiskusi..terima kasih]
Anumodana _/\_
Yakin para savaka Buddha hanya menebak? atau situasinya yg perfect adalah Sang Buddha dan demi kesempurnaan pencapaian maka diberikanlah kepada Sang Buddha? Bagaimana setelah Sang Buddha parinibbana, apakah para savaka Buddha tidak ada yg tahu tentang muridnya walaupun tak sesempurna Sang Buddha?
Ya pasti ngak joget dan ngelawak kek tukul kan...? kan pernah saya tulis ada batasan vinayanya.
Kalao joke in Dhamma ini sudah masuk ke persepsi. Jadi Kalau ada bhante ceramah lalu hadirin tertawa maka bhante itu melanggar vinaya?. Nah kembali kita melihat batasan2 kewajaran yg wajar sebagaimana adanya dan meneliti dhamma vinaya secara teliti dan benar dengan hati. Seperti case bhante Utammo, boleh saja bilang dia tidak joke, dan yg lain bilang ada jokenya karena hadirin hampir semuanya tertawa, lalu kalau begini bagaimana anda melihatnya?. Kalau tidak setuju bukan kah lebih baik tidak tertawa dan kalau perlu ngak usah ikut dhammadesananya? beres kan... ;D. Simple solution...Adakah hukuman sangha baginya? tidak ada sama sekali...ini study case supaya kita lihat batasannya sampai mana sih...supaya kita belajar Dhamma tidak pukul rata...ada hal2 yg sifatnya pukul rata ada yg sifatnya case by case. Makanya ada Dhamma dan vinaya keduanya. Bukan vinaya saja. Vinaya harus mengacu pada Dhamma. Jadi kembali kepada diri bro. Yang terbaik lihat kedalam kesempurnaan sila diri kita baru kita tahu apa yg terjadi sebenarnya diluar. Dhamma bukan diluar tapi didalam hati kita.
Saya pernah juga bertemu bhante yg saya hormati...kalau ceramah tutup mata dan ceramahnya hampir tidak ada titik koma, dengan mata tertutup dan hanya 15 menit kemudian ngintip dan tutup mata lagi. Ceramahnya mirip orang menghafal buku. Jadi auidence seperti apapun tancap gas terus. Nah ini gimana? bagi saya no problem...
QuoteYakin para savaka Buddha hanya menebak? atau situasinya yg perfect adalah Sang Buddha dan demi kesempurnaan pencapaian maka diberikanlah kepada Sang Buddha? Bagaimana setelah Sang Buddha parinibbana, apakah para savaka Buddha tidak ada yg tahu tentang muridnya walaupun tak sesempurna Sang Buddha?dituliskan dengan sangat jelas didalam buku Dhamma,nanti saya obrak abrik dulu,apakah kalau tidak salah itu tercantum dalam Dhammapada Atthakatha atau Jataka versi 1 terbitan ITC,antara kedua buku itu,karena saya kurang ingat,terlalu banyak buku yang saya baca beberapa minggu ini...Bahkan disana Buddha menjelaskan kepada YM SARIPUTTA memberikan objek meditasi tersebut dan tidak cocok kepada muridnya,dikarenakan pada kehidupan yang lampau Bhikkhu tersebut selama 500 kelahiran terlahir sebagai tukang emas,dan Buddha membabarkan dhamma dan memberikan objek renungkan kepada Bhikkhu tersebut,dalam waktu yang singkat Bhikkhu tersebut menjadi tataran kesucian Arahatta..atau mungkin anda mau katakan cerita tersebut sebagai "dongeng"? :)
Disini letaknya ada keterbatasan mengetahui Dari YM Sariputta yg harus dicover oleh Sang Buddha. Tetapi tidak semua murid dibawah bimbingan YM Sariputta semuanya langsung ditangani Sang Buddha tetapi ada yg langsung oleh YM Sariputta dan mencapai tingkat Arahat juga. Disini saya hanya ingin memperjelas Entry point yg unik dari satu individu ke individu yg lain. Itu saja. Bukan masalah Sariputtanya
Mohon Bro Bond membaca ulang kembali apa yang saya tuliskan,jelas disana saya tuliskan bahwa bahkan seorang YM Sariputta pun tidak bisa secara TEPAT memberikan OBJEK MEDITASI kepada muridnya...
dan saya rasa tidak ada kalimat saya yang mengatakan bahwa,"para savaka Buddha tidak ada yg tahu tentang muridnya walaupun tak sesempurna Sang Buddha?"[kalau memang saya ada berkata begitu,selama thread ini,dan ada kalimat yang "menjurus" atau terindikasi ke arah tersebut,silakan di quote kan ,saya akan mempertanggungjawabkan kalimat tersebut..Jika salah,saya akan berkata bahwa saya salah dan kurang sati..tanpa MEMBENARKAN kata2 saya,atau berdalih dan tidak mau mengalah dalam berdiskusi..terima kasih]
ini tulisan bro :
...Sekarang yang dilakukan oleh para Savaka Buddha bisanya adalah "menebak" apa yang sesuai dengan "muridnya
sehingga saya bertanya :
Yakin para savaka Buddha hanya menebak? atau situasinya yg perfect adalah Sang Buddha dan demi kesempurnaan pencapaian maka diberikanlah kepada Sang Buddha? Bagaimana setelah Sang Buddha parinibbana, apakah para savaka Buddha tidak ada yg tahu tentang muridnya walaupun tak sesempurna Sang Buddha?
Anumodana _/\_
Ya pasti ngak joget dan ngelawak kek tukul kan...? kan pernah saya tulis ada batasan vinayanya.
Kalao joke in Dhamma ini sudah masuk ke persepsi. Jadi Kalau ada bhante ceramah lalu hadirin tertawa maka bhante itu melanggar vinaya?.nah,anda sungguh aneh...adakah saya bilang melanggar Vinaya?saya sendiri bukan Ahli Vinaya,dan baru ada 1 buku tentang Vinaya[mungkin kalau ada orang yang disini mau kasih saya semua buku tentang Vinaya,saya siap menampung dan sangat berterima kasih kepada orang tersebut..]..
Nah kembali kita melihat batasan2 kewajaran yg wajar sebagaimana adanya dan meneliti dhamma vinaya secara teliti dan benar dengan hati. Seperti case bhante Utammo, boleh saja bilang dia tidak joke, dan yg lain bilang ada jokenya karena hadirin hampir semuanya tertawa, lalu kalau begini bagaimana anda melihatnya?.Kalau semuanya daritadi dibahas adalah batasan2 kewajaran yang wajar,apa sih batasannya?kalau anda menyuruh 'para pendengar'nya untuk meneliti nya sendiri..mending thread dilock saja..atau silakan saja semua orang membabarkan dhamma "semau gue",karena intinya "dhamma disampaikan dengan segala cara",pendengarnya mau mampus ya mampus sana saja..karena yang babarkan dhamma itu sudah ada mengandung Dhamma,caranya mau gimana terserah..yang salah itu "pendengar"nya..begitu ya?atau saya salah menafsirkan maksud anda..tolong di bantu yang lemah dan dungu ini didalam Dhamma Bhagava.. _/\_
Kalau tidak setuju bukan kah lebih baik tidak tertawa dan kalau perlu ngak usah ikut dhammadesananya? beres kan... ;D. Simple solution...Nah,kalau begitu,..Bhantenya yang bersangkutkan tidak perlu berceramah saja sekaligus,ngapain promosi susah2 dan vihara ke vihara,dari lembar2 brosur dan dari mouth to mouth dan di bombadir,kalau intinya anda berkata,"Kalau tidak setuju bukan kah lebih baik tidak tertawa dan kalau perlu ngak usah ikut dhammadesannya.."[menurut saya ini sikap egois dan ingin menang sendiri...Padahal Buddha berkata dengan sangat JELAS,bahwa hidup DIDUNIA,tak terlepas dari PRO dan KONTRA,DICELA atau DIPUJI]
Adakah hukuman sangha baginya? tidak ada sama sekali...ini study case supaya kita lihat batasannya sampai mana sih...supaya kita belajar Dhamma tidak pukul rata...ada hal2 yg sifatnya pukul rata ada yg sifatnya case by case. Makanya ada Dhamma dan vinaya keduanya. Bukan vinaya saja. Vinaya harus mengacu pada Dhamma. Jadi kembali kepada diri bro. Yang terbaik lihat kedalam kesempurnaan sila diri kita baru kita tahu apa yg terjadi sebenarnya diluar. Dhamma bukan diluar tapi didalam hati kita.Siapa bilang ada hukumnya?anda terlalu paranoid kayaknya.. :)
[at] Riky
Bolehkah anda memberikan definisi ngelawak, joke atau humor yang anda maksudkan, dan ini dikaitkan dengan dhamma talk yang anda dengar langsung ?
_/\_
Saya juga setuju kalau memang itu case per case, tapi apakah penceramah dhamma biasa berceramah depan ribuan orang mengetahui keadaan bathin semua orang itu? Penceramah dhamma mungkin saja bahkan tidak mengerti satu pun kondisi bathin orang lain. Jika dia memiliki kebijaksanaan dalam dhamma, tidaklah mungkin dia berimprovisasi lebih dari kapasitasnya.
And then..mau nanya,banyak ceramah Dhamma yang diiringi lelucon,kadang leluconnya menurut saya berlebihan dan banyak teman saya yang ikutan dengan saya pigi dengar Dhamma Talk ,tidak ada yang ingat apa yang ingin disampaikan[DhammaNya],yang mereka ingat hanya bahwa Dhamma Talknya lucu,dibawakan oleh "pembicara yang lucu" dan mereka tertawa mengingat hal2 tersebut..Sebenarnya bermanfaatkah melakukan Dhammadesana dengan cara2 seperti itu?bro riki again
Memang tidak dapat dipungkuri bahwa jangan terlalu kaku,karena nantinya umat akan bosan,tapi apakah dengan lelucon2 yang berlebihan maka umatnya bisa mengambil manfaat Dhamma itu sendiri?atau malah menjadi Ajang Lawak?
Kadang pembicaraannya serius,tiba2 menjadi lelucon,sehingga sering kali saya lihat ,orang tidak bisa membedakan antara yang serius dan lelucon..
Anumodana _/\_
sebuah dhamma desana yang di bawa kan dengan lelucon menurut sya sesuatu yg baik karena bukan hal gampang untuk membabarkan dhamma di hadapan bnyak orng n ketika suasana sudah tidak hidup harus memancing tawa dengan lelucon yg mengena, terkadang sudah berkali2 kita memancing lelucon pun tak ada yg tertawa malah suasana makin sepi n banyak yg tertidur. namun klo dalam dhammanya 50%nya adlah lelucon alangkah baiknya penceramah tersebut di beritahu untuk mengurangi leluconnya, namun hal mengenai lelucon pun harus di lihat dari segi usia mungkin bagi anda yg masih jiwa muda amat semangat dengan dhamma namun lain halnya dengan ai2 maupun apak2 cetiya yg membawa masalah di pundaknya dan berharap dengan k vihara menjadi lebih ringan bebanya, ini kenyataan yg terjadi khususnya di tempat saya klo penceramah yg serius maka akan banyak umat yg ceramah sendiri n tidur namu klo ada leluconnya malah umat
yg lebih memperhatikan ceramah
[at] Riky
Bolehkah anda memberikan definisi ngelawak, joke atau humor yang anda maksudkan, dan ini dikaitkan dengan dhamma talk yang anda dengar langsung ?
_/\_
Dhamma Talk Paramita Devi Ruang dan Waktu di Selecta yang lalu di medan..
Itu membabarkan Dhamma atau ngelawak?
Anumodana _/\_
Betul sekali karena keterbatasan tidak bisa melihat kondisi batin itulah, panna harus digunakan dan improvisasi itupun harus sesuai aturan, khazanah buddhis dan parameter lainnya yg disepakati bersama. Jadi bukan penilaian pribadi tentang pantas atau tidaknya. _/\_
Betul sekali karena keterbatasan tidak bisa melihat kondisi batin itulah, panna harus digunakan dan improvisasi itupun harus sesuai aturan, khazanah buddhis dan parameter lainnya yg disepakati bersama. Jadi bukan penilaian pribadi tentang pantas atau tidaknya. _/\_
Memang saya setuju kita bukan selalu harus kaku pada aturan, yang akhirnya nanti tidak bijaksana juga. Tetapi ada baiknya kalau kita melakukan sesuatu, kita mengetahui dahulu dengan baik akibatnya, sehingga terhindar dari hasil yang buruk.
Case per case, ada juga contoh Kumara Kassapa yang memarahi ibunya karena telah mengetahui dengan baik kondisi bathin ibunya. Melihat dimarahi oleh anaknya yang ia tunggu selama bertahun-tahun, kemelekatannya juga menghilang. Ia pergi meninggalkan anaknya dan di tengah jalan mengembangkan pandangan terang dan mencapai Arahatta.
Kita lihat di sini ada pelanggaran bicara kasar dan tidak sopan pada ibunya. Tetapi hasilnya nyata dan jelas: Arahatta-phala bagi ibunya. Kalau kita bicara konteks sekarang, apakah orang yang sekarang ini mau improvisasi aneh-aneh, ada hasilnya? Sejujurnya dia sendiri pun belum tentu telah mencapai tingkat kesucian tertentu, boro-boro improvisasi demi pencapaian orang lain.
Jadi saya setuju, kita bahas yang umumnya saja menurut dhamma-vinaya yang ada. Kalau yang pribadi, itu tergantung kemampuan masing-masing. _/\_
Ajaran Buddha sudah jelas yaitu untuk mengendalikan pikiran dan ucapan, nah dengan cara2 pembabaran dhammataintment dengan lelucon atau musik atau lainnya yang malah memanjakan indera2 bukannya mengendalikan diri malah memuaskan diri dengan hiburan2 yang malah memanjakan objek2 indera itu sendiri.menurut bro bagaimana sebaiknya membabarkan dhama tsb? dengan kondisi saat ini yg terjadi kristianisasi n tercampur aduknya ajaran, n serta tetap mepertahan kan umat yg ada dan mendapatkan umat jg
Justru terbalik lho menurut saya...banyak anak Sutomo 2 biasanya disuruh guru Agama saya ke Dhamma Talk[kalau saya tidak salah lihat,guru Agama Buddha saya juga merupakan member disini deh,tapi saya tidak tahu dia pake ID apa...dia lah guru pertama saya didalam membabarkan Dhamma kepada saya,walau dia membabarkan Dhamma dengan lelucon tetapi "isi" Dhammanya sungguh mengena ke hati saya..] ,selalu yang menjadi motif utama mereka adalah Dhamma Talk indentik dengan "tawa" dan "ketawa ketiwi",simplenya bagi mereka Dhamma Talk yang bagus hanya dikategorikan dalam dua 2 hal..Kalau membuat mereka tertawa ngakak ya berati Dhamma Talknya bagus...Kalau tidak membuat mereka tertawa mereka menggangap Dhamma Talknya tidak bagus[silakan saya tantang untuk melakukan sensus ke anak Sutomo 2 yang sering mendengarkan Dhamma mulai dari Dhamma Bhante Uttamo,Ajahn Bramahvamso sampai Paramitta Devi,yang ada ceramah di medan..Kita kasih pertanyaan,apakah menurut mereka Dhamma Talk yang dikategorikan bagus dan tidak bagus,bagaimana cara si oknum membawakan Dhamma Talknya..kira2 ada ratusan anak Sutomo2 yang sering mengikuti ceramah Dhamma Talk dari kelas 1 smp,2smp,3smp,1sma,2sma,3sma,dan alumni2 yang telah tamat seperti saya,teman2 saya,dan ada lagi alumni senior saya..]bro berhubung bro anak sutomo2(g ga tau d mana) cb anda yg survey n ksh ahsilnya d dc ok ;)
Anumodana _/\_
QuoteBetul, makanya saya sudah jelaskan tujuan sebenarnya adalah pencapaian dari pelepasan hanya entry pointnya dari iming2 yg kemudian ia ingin menggapai tahapan selanjutnya sampai mengerti...ini hanya cara yg berkesinambungan saja.
Ajaran Buddha sudah jelas yaitu untuk mengendalikan pikiran dan ucapan, nah dengan cara2 pembabaran dhammataintment dengan lelucon atau musik atau lainnya yang malah memanjakan indera2 bukannya mengendalikan diri malah memuaskan diri dengan hiburan2 yang malah memanjakan objek2 indera itu sendiri.menurut bro bagaimana sebaiknya membabarkan dhama tsb? dengan kondisi saat ini yg terjadi kristianisasi n tercampur aduknya ajaran, n serta tetap mepertahan kan umat yg ada dan mendapatkan umat jg
mengendarai sendiri atau menumpangi mobil dayaka? lain loh artinya. trus napa bhikkhu ga boleh punya hp? klo hpnya selalu ganti2 saya ga setuju namun bila hp di milikinya adalah dana dari umat, n tujuan dr hp itu lain dengan kita2 namun sekedar untuk memudahkan komunikasi dan tidak melekat. sebenernya mirip surat namun jaman dah berubah jadi k hp.tentu semuanya harus sesuai dengan vinaya atau batas mana yang boleh sesuai dengan vinaya wa rasa makin tinggi moralitas nya akan terlihat.
karena ada juga memang bhikku yang jadi seperti penyanyi dll di china sono itu kata katanya sih terlihat benar tapi apakah sebenar itu wa liat fotonya pakai kacamata ( kacamata biasa sih tidak apa apa itu kacamata seperti rebyan punya coba buat apa di pakai) di telinga nya ada tuh yang buat freehand phone kemana dayakanya? terus apa kah pantas seperti itu? katanya sih lagu yang di rekam untuk mengenalkan Buddhist ke generasi muda. kalo dengar Bhikku lain yang se viharanya sih bilang (wah lupa juga nih yang keingat saja) harus yang sepantasnya.
betul..saya jadi ke ingat dan mau bertanya,ada Bhikkhu mazhab Theravada di medan ini,masa punya HP dan ngendarain MOBIL MEWAH???apakah itu SESUAI VINAYA??
QuoteBetul, makanya saya sudah jelaskan tujuan sebenarnya adalah pencapaian dari pelepasan hanya entry pointnya dari iming2 yg kemudian ia ingin menggapai tahapan selanjutnya sampai mengerti...ini hanya cara yg berkesinambungan saja.
Berapa lama Nanda sudah mengikuti Sang Buddha saat diiming-imingi??Sudah ada belum dasar tentang buddhisme??Pangeran Nanda hanya punya 1 kemelekatan yang menghalangi dia untuk mencapai pelepasan.Topik ini bagaimana cara membabarkan dhamma.Yang saya tangkap berarti untuk umum.Didengar oleh banyak orang.Yang pengetahuannya tidak akan sama dengan pangeran nanda.Bahkan mungkin didengar oleh orang yang bukan buddhisme.
Kalau cerita lengkapnya saya kurang ingat...sepertinya ya belum tau apa2 itu pangeran...tetapi kamma baik ketemu Buddha itu yg juga mendukung pencapaiannya
Zaman semakin maju,tapi apakah kita harus mengikuti semua cara-cara yang dilakukan oleh penganut agama lain?Bagaimana jika kita membuat suatu acara pembabaran dhamma dengan acara yang wah...dengan pakaian seksi.Dan acara itu diadakan disuatu lapangan yang luas.Dibuat pake berhadiah bagi yang datang.Apalagi jika tiap yang datang dikasih duit.Saya jamin pasti rame yang datang.Dan ditengah acara tampil seorang bikhu berjubah kuning.Membabarkan dhamma yang mengajarkan bahwa memanjakan nafsu duniawi itu akan membuat kita melekat dll.Apa pandangan umum tentang umat Buddhis?Yang mungkin umat buddhis ketika acara hot-nya juga ikut bergoyang.
Be wise aja.. ;D
Semua penyebar agama umumnya mengejar kuantitas.Kalau saya menilai dari sutta yang sudah saya baca.Sang buddha dalam membabar dhamma lebih tertuju kepada kualitas.
Kalau kita ingin menonjol,masih banyak cara lain.Kita mulai dari forum ini.Jika kita memang sungguh-sungguh peduli.Buat sekolah buddhis.Direncanakan,dicari caranya bagaimana itu bisa terujud.Yang masuk sekolah ke situ,mayoritas agamanya buddha.Mereka pun dari awal dapat pendidikan agama buddha.Seperti ada kegiatan forum ini orang tua asuh,bantuan,donor dll.Itu sangat bagus.Kita buat jadi lebih berkembang menjadi lebih terorganisir sehingga menjadi lebih besar.Bisa buat juga acara penanaman pohon.Dicat pohonnya warna buddhisme.Masih banyak cara lain kok.Dan cari yang bermanfaat.
Selain kita ber-dana.Kita juga mengenalkan kebaikan dan kepedulian kepada orang-orang.Bukankah lebih bagus jika setiap orang mendengar agama buddha yang terpikir tentang kebaikan dan kepedulian.Dan orang yang ingin ikut sudah jelas tersortir duluan.Yang ikut sudah pasti juga ingin melakukan hal yang sama.
Maaf yah teman-teman. jika terlalu lancang.Ini hanya sekedar berbagi pandangan.
Masukan yang bagus
Bagi saya, orang lain begitu, kita ga usah begitu. Misalnya sekarang ini 'kan di kalangan muda-mudi itu "berselingkuh" seperti jadi trend. Kalau ga punya selingkuhan, kurang "trendy". Yah, biarkan saja. Kekuatan dan daya tarik dari Buddha-dhamma adalah pelepasan, bukan kemelekatan inderawi. Jika demi hal-hal rendah kita malah menunjukkan sebaliknya, saat itulah Buddha-dhamma jadi kehilangan "jati diri"-nya.
yah kembali lagi donk k batasan(sila). selingkuh kan bisa dimasukan k pelanggaran sila 3 yah contoh aja tiger wood selingkuh n itu memang menjadi trend di luar negri namun dalam buddhis tidak di benarkan, sedangkan dalam musik itu dilarang pada saat orang melaksanakan attha sila tidak menyaksikan pertunjukn. n klo u/tk umat awam kan masih patokan pancasila. memang ada batasan juga jenis musik? itu semua kebijaksanaan dari pencipta musik mau k aliran mana
Nah, kalau begitu saya kembalikan lagi pertanyaan ke Bro Lokkhitacaro. Jika menggunakan hal-hal yang menyenangkan nafsu indera, siapa yang akan "terjaring" dalam ceramah dhamma tersebut?
Saya berikan perumpamaan begini.
Anda adalah seorang kaya yang akan berdana. Lalu 1 penasihat anda menyarankan, "jika diadakan pesta yang menyenangkan indera, maka akan berkumpul banyak sekali orang dari berbagai penjuru yang akan menerima dana, dengan begitu dana akan terlaksana dengan baik." Lalu penasihat yang lain mengatakan, "jika dibuat sebuah tempat pemberian dana yang sederhana dan pantas, sesuai dengan moralitas dan nilai-nilai luhur, akan ada petapa, yang pantas menerima dana, datang menerima dana, namun jauh lebih sedikit."
Anda pilih yang mana? Mengapa?
begini perumpamaan goyang ngebor post dr saya adalah ketika ada acara dalam cetiya misalnya tahun baru trus bagi hadiah bagi umat yg rajin k vihara di beri hadiah n pemenangnya di kerjai suruh ngebor tentu akan memancing tawa di acara.jadi konteksnya bukan pada saat ceramah
Tujuan dari mendengar lagu adalah menikmati keindahan objek suara. Keindahan objek suara menimbulkan perasaan senang dan akhirnya adalah kemelekatan.
Tujuan dari dhamma adalah menyadari objek sebagaimana adanya. Dengan menyadarinya, ia mengetahui timbul dan tenggelamnya perasaan. Dengan mengetahuinya, maka ia tidak lagi melekat pada objek tersebut.
Apakah ada kesamaan dari dua tujuan tersebut?
sebenarnya antara dhamma dengan musik di sini harus d pisahkan seperti yg anda katakan di ats bahwa ke2nya bertentangan. misalkan bagi merka yg umat awam ketika k vihara / cetiya mereka akan senang ketika mendengar musik n ceramah yg di bumbui lelucon namun mungkin bagi anda yg memang benar2 secara spiritual mendalami dhamma tidak butuh itu, n pendapat dari saya kepada umat awam biasa layaknya kita harus bisa merangkul mereka walaupun dengan musik n lelucon namun tetap di arahkan menuju dhamma yg sejati karena tingkat kebijaksanaan masing2 org berbeda. anda tidak bisa mengharapkan semua yg beragama buddha akan menjadi sotapana n memiliki bhatin yg bagus karna umat buddha di indonesia saat ini sudah tercampur dengan kebudayaan n agama lain, bahkan mereka mempercayai bahwa buddha adlah tuhan n bila anda dengan keras menyampakan bahwa buddha bukan tuhan namun guru agung, tidak ada acara nyanyi, semua harus meditasi dengan objek asubha, jamin 100% bakalan menurun umat dengan drastis dan ini tujuan dhammaduta untuk merubah pandangan salah. nah bagi mereka yang memang mencari spiritual dalm buddhis mereka boleh mendalmi namun tidak hanya dalam teori namun praktek n menjadi bhikkhu
[at] bond
Saya ada membaca sutta tentang pangeran nanda itu.Seingat saya dia ingin keluar karena ingat dengan wanita di tempat tinggalnya.Terus 1 lagi,bukankah pangeran nanda itu ada hubungan keluarga dengan Sang Buddha??jadi saya rasa pengetahuannya jauh lebih banyak dari pada umat awam seperti saya.
Mungkin juga ;D
Coba kalau umat awam diiming-iming begitu.Apalagi pria hidup belang.Meditasinya malah tambah parah..
Makannya kan saya bilang kasus itu case by case..kalau pukul rata...meditasinya kepalanya bisa berasap tuh ....kalo liat bidadari cantik :))
Tapi hal ini ada tertulis di agama lain lho.Disana tertulis jika masuk surga akan ditemani oleh para bidadari yang cantik.Sory OOT.
Wah itu sih uda ngaco dah...salah sasaran ^-^
bagaimana pendapat anda tentang sutta ini :Bagi saya, orang lain begitu, kita ga usah begitu. Misalnya sekarang ini 'kan di kalangan muda-mudi itu "berselingkuh" seperti jadi trend. Kalau ga punya selingkuhan, kurang "trendy". Yah, biarkan saja. Kekuatan dan daya tarik dari Buddha-dhamma adalah pelepasan, bukan kemelekatan inderawi. Jika demi hal-hal rendah kita malah menunjukkan sebaliknya, saat itulah Buddha-dhamma jadi kehilangan "jati diri"-nya.
yah kembali lagi donk k batasan(sila). selingkuh kan bisa dimasukan k pelanggaran sila 3 yah contoh aja tiger wood selingkuh n itu memang menjadi trend di luar negri namun dalam buddhis tidak di benarkan, sedangkan dalam musik itu dilarang pada saat orang melaksanakan attha sila tidak menyaksikan pertunjukn. n klo u/tk umat awam kan masih patokan pancasila. memang ada batasan juga jenis musik? itu semua kebijaksanaan dari pencipta musik mau k aliran mana
Nah, kalau begitu saya kembalikan lagi pertanyaan ke Bro Lokkhitacaro. Jika menggunakan hal-hal yang menyenangkan nafsu indera, siapa yang akan "terjaring" dalam ceramah dhamma tersebut?
Saya berikan perumpamaan begini.
Anda adalah seorang kaya yang akan berdana. Lalu 1 penasihat anda menyarankan, "jika diadakan pesta yang menyenangkan indera, maka akan berkumpul banyak sekali orang dari berbagai penjuru yang akan menerima dana, dengan begitu dana akan terlaksana dengan baik." Lalu penasihat yang lain mengatakan, "jika dibuat sebuah tempat pemberian dana yang sederhana dan pantas, sesuai dengan moralitas dan nilai-nilai luhur, akan ada petapa, yang pantas menerima dana, datang menerima dana, namun jauh lebih sedikit."
Anda pilih yang mana? Mengapa?
begini perumpamaan goyang ngebor post dr saya adalah ketika ada acara dalam cetiya misalnya tahun baru trus bagi hadiah bagi umat yg rajin k vihara di beri hadiah n pemenangnya di kerjai suruh ngebor tentu akan memancing tawa di acara.jadi konteksnya bukan pada saat ceramah
Tujuan dari mendengar lagu adalah menikmati keindahan objek suara. Keindahan objek suara menimbulkan perasaan senang dan akhirnya adalah kemelekatan.
Tujuan dari dhamma adalah menyadari objek sebagaimana adanya. Dengan menyadarinya, ia mengetahui timbul dan tenggelamnya perasaan. Dengan mengetahuinya, maka ia tidak lagi melekat pada objek tersebut.
Apakah ada kesamaan dari dua tujuan tersebut?
sebenarnya antara dhamma dengan musik di sini harus d pisahkan seperti yg anda katakan di ats bahwa ke2nya bertentangan. misalkan bagi merka yg umat awam ketika k vihara / cetiya mereka akan senang ketika mendengar musik n ceramah yg di bumbui lelucon namun mungkin bagi anda yg memang benar2 secara spiritual mendalami dhamma tidak butuh itu, n pendapat dari saya kepada umat awam biasa layaknya kita harus bisa merangkul mereka walaupun dengan musik n lelucon namun tetap di arahkan menuju dhamma yg sejati karena tingkat kebijaksanaan masing2 org berbeda. anda tidak bisa mengharapkan semua yg beragama buddha akan menjadi sotapana n memiliki bhatin yg bagus karna umat buddha di indonesia saat ini sudah tercampur dengan kebudayaan n agama lain, bahkan mereka mempercayai bahwa buddha adlah tuhan n bila anda dengan keras menyampakan bahwa buddha bukan tuhan namun guru agung, tidak ada acara nyanyi, semua harus meditasi dengan objek asubha, jamin 100% bakalan menurun umat dengan drastis dan ini tujuan dhammaduta untuk merubah pandangan salah. nah bagi mereka yang memang mencari spiritual dalm buddhis mereka boleh mendalmi namun tidak hanya dalam teori namun praktek n menjadi bhikkhu
^nah tugas kita juga untuk memberikan yang terbaik, bukannya malah memfasilitasi yang tidak perlu, seperti misalnya di vihara tidak ada lagu di ajaran lain ada lagu maka vihara juga harus ada lagu jadi seperti ikut2an ajaran lain, apakah ajaran Buddha sebegitu rendahnya sehingga harus ikut2 trend dan ajaran lain?
bro pendapt g tent sutta ini a/ berisi bagaimana sang buddha berusaha menjahui hal2 duniawi demi mendapatkan penerangan sempurna ada baiknya memang kita menjalankan apa yg di lakukan oleh guru agung kita KALAU KITA SUADH SIAP UNTUK MENINGGALKAN KEDUNIAWIAN maka jalankan lah salah satunya dengan menjadi paling minim samanera/i. sedangkan kita saat ini masih di belenggu keduniawian n berusaha untuk membabarkan dhammanya. n menurut say dalam pembabaran tersebut sekurang2nya ada pembatasan pancasila n selama masih relevan n sejalan maka di jalankan, bila memang batasan tersebut pancasila masih berat ikutilah HIRI & OTTAPA. namun sebagai dhamma duta sebaiknya pun memakai batasan dengan standar yg tinggi agar tidak terjadi penyimpangan.
dalam kursus dhammaduta semua di minta harus mengikuti peraturan k panditaan itu pu menurut saya merupakan batasan yg berlaku saat berceramah.
Kalau boleh tahu,apa sih batasan vinayanya?daritadi banyak member menulis harus ada batasan,harus ada batasan,tetapi saya tidak menangkap apa yang dimaksud dengan "batasan" yang dimaksudkan,dan banyak yang ABU-ABU..
nah,anda sungguh aneh...adakah saya bilang melanggar Vinaya?saya sendiri bukan Ahli Vinaya,dan baru ada 1 buku tentang Vinaya[mungkin kalau ada orang yang disini mau kasih saya semua buku tentang Vinaya,saya siap menampung dan sangat berterima kasih kepada orang tersebut..]..
Sekali lagi saya katakan bahwa thread ini menyoroti tentang "Cara yang sesuai dalam pembabaran Dhamma" bukan menyoroti "pembabaran Dhamma yang melanggar Vinaya atau tidak Melanggar Vinaya.." bukan juga tentang "Oknum2 yang melanggar Dhamma Vinaya dalam membabarkan Dhamma"..
sekali lagi saya tuliskan,bahwa yang disoroti adalah "CARA atau TINGKAH LAKU"..Terima kasih saya ucapkan.. :)
Kalau semuanya daritadi dibahas adalah batasan2 kewajaran yang wajar,apa sih batasannya?kalau anda menyuruh 'para pendengar'nya untuk meneliti nya sendiri..mending thread dilock saja..atau silakan saja semua orang membabarkan dhamma "semau gue",karena intinya "dhamma disampaikan dengan segala cara",pendengarnya mau mampus ya mampus sana saja..karena yang babarkan dhamma itu sudah ada mengandung Dhamma,caranya mau gimana terserah..yang salah itu "pendengar"nya..begitu ya?atau saya salah menafsirkan maksud anda..tolong di bantu yang lemah dan dungu ini didalam Dhamma Bhagava..
Nah,kalau begitu,..Bhantenya yang bersangkutkan tidak perlu berceramah saja sekaligus,ngapain promosi susah2 dan vihara ke vihara,dari lembar2 brosur dan dari mouth to mouth dan di bombadir,kalau intinya anda berkata,"Kalau tidak setuju bukan kah lebih baik tidak tertawa dan kalau perlu ngak usah ikut dhammadesannya.."[menurut saya ini sikap egois dan ingin menang sendiri...Padahal Buddha berkata dengan sangat JELAS,bahwa hidup DIDUNIA,tak terlepas dari PRO dan KONTRA,DICELA atau DIPUJI]
Siapa bilang ada hukumnya?anda terlalu paranoid kayaknya.. :)
[Hello all member disini adakah yang berkata ada Sanksi bagi OKnum yang membabarkan Dhamma sambil ada selingan Joke?saya rasa saya tidak bilang ada SANkSi Vinaya deh??]
Kalau semuanya kembali ke diri sendiri,saya sudah bilang thread ini tidak perlu lagi,,di lock aja atau di remove aja..kalau INTInya semua kembali ke pendengar...Ini akan menjadi ALIBI yang sangat hebat,yang salah bisa dibenarkan..yang benar bisa disalahkan..karena akan banyak orang membabarkan Dhamma dengan "semau gue" dan berkata dengan enteng,"Intinya kembali ke pendengar"...Padahal jelas DHAMMA yang DIBABARKAN dengan SALAH bisa menghasilkn PANDANGAN YANG SALAH[dan jelas didalam sutta orang yang menyebabkan orang lain berpandangan salah hanya salah 1 diantara 2 alam yang akan ditujukan yaitu Niraya atau Tiracchana]..contoh saja LIHAT KASUS SAMAWATI,si MANGADIYA,yang salah MENGARTIKAN MAKSUD DARI BHAGAVA,dan MENDENDAM KEPADA BHAGAVA...jadi saya liat cara membabarkan Dhamma juga merupakan point penting didalam PENYAMPAIAN,sehingga ISInya tidak KABUR dan tidak menjadi sia-sia...Itu pun dilihat dari kasus SAMAWATI,MAGANDIYA, Buddha datang membabarkan Dhamma karena Cinta Kasih nya kepada orang tua MAGANDIYA yang akan memperoleh manfaat daripadaNya..
[at] Riky
Bolehkah anda memberikan definisi ngelawak, joke atau humor yang anda maksudkan, dan ini dikaitkan dengan dhamma talk yang anda dengar langsung ?
_/\_
Dhamma Talk Paramita Devi Ruang dan Waktu di Selecta yang lalu di medan..
Itu membabarkan Dhamma atau ngelawak?
Anumodana _/\_
Yang anda maksud ceramah bhante Uttamo yang dihadiri 4000 an orang, benarkah ? Karena saya lupa yang mana, karena banyak koleksinya. Karena ada yang dihadiri 2000 an dan 1000 an
Seandainya benar, apakah tidak ada manfaat dhamma yang dapat dipetik dari dhamma talk untuk umat awam ( tentu anda sendiri tidak dapat dijadikan sebagai dasar pengukurnya, karena anda telah menguasai dhamma yang sudah mendalam ).
Kadang-kadang saya mendengar langsung dhamma talk tersebut, saya ikut tertawa karena yang lainnya juga tertawa, tertawa bersama-sama, tersenyum saja walaupun yang lain tertawa, hanya diam walaupun yang lain tertawa.
Tertawa sendirian dan yang lain tidak tertawa ( yang ini tidak pernah dilakukan, nanti dikira tidak waras/ tahu diri dan tidak telmi )
BTY, apa definisi humor menurut anda dari dhamma talk tersebut ?
_/\_
Inipun terjadi pada diri saya pribadi ketika mendengarkan ceramah yang lucu dan mengena, saya pun tertawa ..Mungkin untuk mendengarkan dhamma tidak banyak yang dibicarakan, intinya tidak berlebihan saja. Tertawa yah tertawa, tidak perlu sampai =)) atau menggema sampai ke alam brahma.
Karena mentertawai pula ketololan saya selama ini.. ketika mendengar banyolan yang sedikit membuka "pandangan lama" kita tsb.
Lalu pertanyaannya.. tidak bolehkah kita bereaksi tertawa ?
Atau perlu jugakah judul thread ini juga disertakan buat pendengar menjadi " Cara yang sesuai untuk mendengarkan Dhamma "
saya copas lagi deh ini komentar Dari buku “the Truth of Nature” by Bhikkhu Buddhadasa :[at] Riky
Bolehkah anda memberikan definisi ngelawak, joke atau humor yang anda maksudkan, dan ini dikaitkan dengan dhamma talk yang anda dengar langsung ?
_/\_
Dhamma Talk Paramita Devi Ruang dan Waktu di Selecta yang lalu di medan..
Itu membabarkan Dhamma atau ngelawak?
Anumodana _/\_
Yang anda maksud ceramah bhante Uttamo yang dihadiri 4000 an orang, benarkah ? Karena saya lupa yang mana, karena banyak koleksinya. Karena ada yang dihadiri 2000 an dan 1000 an
Seandainya benar, apakah tidak ada manfaat dhamma yang dapat dipetik dari dhamma talk untuk umat awam ( tentu anda sendiri tidak dapat dijadikan sebagai dasar pengukurnya, karena anda telah menguasai dhamma yang sudah mendalam ).
Kadang-kadang saya mendengar langsung dhamma talk tersebut, saya ikut tertawa karena yang lainnya juga tertawa, tertawa bersama-sama, tersenyum saja walaupun yang lain tertawa, hanya diam walaupun yang lain tertawa.
Tertawa sendirian dan yang lain tidak tertawa ( yang ini tidak pernah dilakukan, nanti dikira tidak waras/ tahu diri dan tidak telmi )
BTY, apa definisi humor menurut anda dari dhamma talk tersebut ?
_/\_
Inipun terjadi pada diri saya pribadi ketika mendengarkan ceramah yang lucu dan mengena, saya pun tertawa ..
Karena mentertawai pula ketololan saya selama ini.. ketika mendengar banyolan yang sedikit membuka "pandangan lama" kita tsb.
Lalu pertanyaannya.. tidak bolehkah kita bereaksi tertawa ?
Atau perlu jugakah judul thread ini juga disertakan buat pendengar menjadi " Cara yang sesuai untuk mendengarkan Dhamma "
ini tulisan bro :Maap saja itu sesuai yang ada di Jataka,Khuddaka Nikaya,kalau mau mengomentari lebih jauh,silakan kita buka thread baru tentang judul Jataka yang berkaitan tersebut,...Dalam tolong ya...kata "menebak" itu sudah saya tanda kutip..
...Sekarang yang dilakukan oleh para Savaka Buddha bisanya adalah "menebak" apa yang sesuai dengan "muridnya
sehingga saya bertanya :
Yakin para savaka Buddha hanya menebak? atau situasinya yg perfect adalah Sang Buddha dan demi kesempurnaan pencapaian maka diberikanlah kepada Sang Buddha? Bagaimana setelah Sang Buddha parinibbana, apakah para savaka Buddha tidak ada yg tahu tentang muridnya walaupun tak sesempurna Sang Buddha?
Yang anda maksud ceramah bhante Uttamo yang dihadiri 4000 an orang, benarkah ? Karena saya lupa yang mana, karena banyak koleksinya. Karena ada yang dihadiri 2000 an dan 1000 anyang saya tulis tadi,"Dhamma Talk Paramita Devi Ruang dan Waktu di Selecta yang lalu di medan..
Seandainya benar, apakah tidak ada manfaat dhamma yang dapat dipetik dari dhamma talk untuk umat awam ( tentu anda sendiri tidak dapat dijadikan sebagai dasar pengukurnya, karena anda telah menguasai dhamma yang sudah mendalam ).yang dikritisi bukan soal tahu Dhamma dan tidak tahu Dhamma,sebenarnya fungsi Dhamma Talk itu sendiri apa ya?apakah untuk mencari DONATUR?atau mencari KUANTITAS UMAT BUDDHIS?atau memberikan DHAMMA kepada pendengarnya?
Kadang-kadang saya mendengar langsung dhamma talk tersebut, saya ikut tertawa karena yang lainnya juga tertawa, tertawa bersama-sama, tersenyum saja walaupun yang lain tertawa, hanya diam walaupun yang lain tertawa.sebenarnya bagi saya..mau tertawa,mau ngakak,mau teriak2 tidak ada masalah sama sekali..masalahnya adalah pandangan umat Buddhisme kepada Dhamma Talk itu sendiri..Banyak yang menganggap itu seperti ajang melawak..Apakah itu pantas menurut anda?
Tertawa sendirian dan yang lain tidak tertawa ( yang ini tidak pernah dilakukan, nanti dikira tidak waras/ tahu diri dan tidak telmi )
BTY, apa definisi humor menurut anda dari dhamma talk tersebut ?apa hubungan dengan hal yang saya sampaikan?
_/\_
jelas saya tulis disana NGENDARAIIN...dan mau lebih jelasnya lagi Si Bhante tersebut sedang belajar nyupir!!!dan saya kurang setuju dengan dalih menggunakan hp sebagai alat komunikasi...itu suatu bentuk kemelekatan,karena masih melekat pada umat...Bhikkhu itu berjuang untuk mensucikan diri,berjuang untuk belajar DIAM dan HENING,bukan BERSOSIALISASI berlebihan...Lagian seperti kata anda,sudah ada dakkaya,kalau memang di dana in hp,bukannya semua itu ada tugas dakkaya?kenapa harus Bhantenya yang ambil atau memakai hp tersebut?aneh..dan lebih anehnya bukan hp butut..[dan dari rumor2 yang saya dengar seputar Bhante tersebut dari aktivis di Vihara tersebut,Bhante yang bersangkutan juga biasanya di Vihara bersikap otoritas dan menggangap Vihara adalah MILIKnya dan tidak mau berbagi dengan Bhante yang lainnya,sampai kasus ini diceritakan sekarang,si Bhante sudah pindah dari vihara tersebut,dan mendirikan Vihara sendiri tepatnya bukan Vihara,seperti Cetiya di tempat yang lain.]mengendarai sendiri atau menumpangi mobil dayaka? lain loh artinya. trus napa bhikkhu ga boleh punya hp? klo hpnya selalu ganti2 saya ga setuju namun bila hp di milikinya adalah dana dari umat, n tujuan dr hp itu lain dengan kita2 namun sekedar untuk memudahkan komunikasi dan tidak melekat. sebenernya mirip surat namun jaman dah berubah jadi k hp.tentu semuanya harus sesuai dengan vinaya atau batas mana yang boleh sesuai dengan vinaya wa rasa makin tinggi moralitas nya akan terlihat.
karena ada juga memang bhikku yang jadi seperti penyanyi dll di china sono itu kata katanya sih terlihat benar tapi apakah sebenar itu wa liat fotonya pakai kacamata ( kacamata biasa sih tidak apa apa itu kacamata seperti rebyan punya coba buat apa di pakai) di telinga nya ada tuh yang buat freehand phone kemana dayakanya? terus apa kah pantas seperti itu? katanya sih lagu yang di rekam untuk mengenalkan Buddhist ke generasi muda. kalo dengar Bhikku lain yang se viharanya sih bilang (wah lupa juga nih yang keingat saja) harus yang sepantasnya.
betul..saya jadi ke ingat dan mau bertanya,ada Bhikkhu mazhab Theravada di medan ini,masa punya HP dan ngendarain MOBIL MEWAH???apakah itu SESUAI VINAYA??
Justru terbalik lho menurut saya...banyak anak Sutomo 2 biasanya disuruh guru Agama saya ke Dhamma Talk[kalau saya tidak salah lihat,guru Agama Buddha saya juga merupakan member disini deh,tapi saya tidak tahu dia pake ID apa...dia lah guru pertama saya didalam membabarkan Dhamma kepada saya,walau dia membabarkan Dhamma dengan lelucon tetapi "isi" Dhammanya sungguh mengena ke hati saya..] ,selalu yang menjadi motif utama mereka adalah Dhamma Talk indentik dengan "tawa" dan "ketawa ketiwi",simplenya bagi mereka Dhamma Talk yang bagus hanya dikategorikan dalam dua 2 hal..Kalau membuat mereka tertawa ngakak ya berati Dhamma Talknya bagus...Kalau tidak membuat mereka tertawa mereka menggangap Dhamma Talknya tidak bagus[silakan saya tantang untuk melakukan sensus ke anak Sutomo 2 yang sering mendengarkan Dhamma mulai dari Dhamma Bhante Uttamo,Ajahn Bramahvamso sampai Paramitta Devi,yang ada ceramah di medan..Kita kasih pertanyaan,apakah menurut mereka Dhamma Talk yang dikategorikan bagus dan tidak bagus,bagaimana cara si oknum membawakan Dhamma Talknya..kira2 ada ratusan anak Sutomo2 yang sering mengikuti ceramah Dhamma Talk dari kelas 1 smp,2smp,3smp,1sma,2sma,3sma,dan alumni2 yang telah tamat seperti saya,teman2 saya,dan ada lagi alumni senior saya..]bro berhubung bro anak sutomo2(g ga tau d mana) cb anda yg survey n ksh ahsilnya d dc ok ;)
Anumodana _/\_
trus bro riki sdh pernah ada mengisi dhamma desana? alangkah baiknya anda jg berfikir dengan sudut dharmaduta itu akan lebih membantu melihat kondisi yg sbenarnya terjadi di vihara2.;)
jelas saya tulis disana NGENDARAIIN...dan mau lebih jelasnya lagi Si Bhante tersebut sedang belajar nyupir!!!dan saya kurang setuju dengan dalih menggunakan hp sebagai alat komunikasi...itu suatu bentuk kemelekatan,karena masih melekat pada umat...Bhikkhu itu berjuang untuk mensucikan diri,berjuang untuk belajar DIAM dan HENING,bukan BERSOSIALISASI berlebihan...Lagian seperti kata anda,sudah ada dakkaya,kalau memang di dana in hp,bukannya semua itu ada tugas dakkaya?kenapa harus Bhantenya yang ambil atau memakai hp tersebut?aneh..dan lebih anehnya bukan hp butut..[dan dari rumor2 yang saya dengar seputar Bhante tersebut dari aktivis di Vihara tersebut,Bhante yang bersangkutan juga biasanya di Vihara bersikap otoritas dan menggangap Vihara adalah MILIKnya dan tidak mau berbagi dengan Bhante yang lainnya,sampai kasus ini diceritakan sekarang,si Bhante sudah pindah dari vihara tersebut,dan mendirikan Vihara sendiri tepatnya bukan Vihara,seperti Cetiya di tempat yang lain.]bro saya tanya umat buddhis indonesia ada berapa? n bhikkhu di indonesia ada berapa?
Anumodana _/\_
Salah 1 sekolah favorite di Medan...saya yang survei?tentunya nanti itu tidak dianggap valid,kalau saya doang,dan waste my time aja...seperti yg sudah saya katakan pada post saya d atas selama masih menjadi selingan joke itu perlu
setahu saya,selama saya berbicara dengan ko Indra sendiri,rasanya ko Indra sharing dhamma ke saya ,tidak pakai lelucon2 deh..??Guru agama saya waktu nerangin ke semua muridnya,tidak pakai lelucon2 deh?yang ada malah dia menekan Dhammanya dengan TEGAS dan TEPAT...Leluconnya pun tidak terus menerus sehingga orang bisa membedain antara LELUCON dan DHAMMA...masalahnya timbul ketika kita mendengar dengan serius kemudian ketika mau mendapatkan jawaban atas pertanyaan tiba2 disambung dengan celutukan dan lelucon..bagi saya bukan DhammaNya yang dapat malah yang ada jadi BUYAR...jadi BINGUNG entah apa yang mau disampaikan oleh si penceramah...Selingan Joke cukup lah menjadi SELINGAN JOKE,,...Kemudian Dhamma ya Dhamma...Jangan lah DICAMPUR ADUKAN menjadi SATU KESATUAN..itu yang menjadi masalah dan yang sedang "dipertanyakan" disini..
Saya tahu susahnya berceramah dan menjadi DhammaDuta,tetapi kesulitan atau kegagalan dalam ceramah bukan berati mencari alasan atas kegagalan tersebut,dan membenarkan segala cara untuk mendapatkan umat yang mendengar bukan?Apa yang ditekankan disini,apakah KUALITAS atau KUANTITAS?Kalau KUANTITASnya saja,saya tidak mau berkomentar lebih jauh lagi..
Anumodana _/\_
Menurut sy,penyebaran Dhamma yg terbaik adl dg menunjukkan perilaku yg sesuai Dhamma dlm kehidupan sehari2,shg org2 non-Buddhis maupun Buddhis awam/KTP tertarik utk mengenal Dhamma (tentu saja menyebarkan Dhamma utk non-Buddhis tdk utk menambh pengikut spt para evangelis,tetapi agar mrk lbh kenal agama Buddha & tdk salah paham bhw agama Buddha itu berhala,tahayul,atheis,dst).
Cth yg paling nyata bs dcth dr para Dharmaduta aliran Maitreya d Korea (sy tau bhw para Theravadin d sini ad yg mengecam aliran Maitreya & sejenisny krn tdk sesuai dg ajaran B.Gotama dlm Tipitaka Pali,ttp tdk dpt dpungkiri bhw aliran tsb jg ad sisi baik yg mgkn kt cth & ini tdk dmaksudkn utk memancing perdebatan ttg aliran ini)
Seorg Dharmaduta aliran Maitreya diutus pimpinan aliranny utk menyebarkan ajaran mrk k Korea. Org itu tdk fasih berbhs Korea. Ia mendptkan sebuah rmh kecil d sebuah gang yg penuh perumahan penduduk,seorg diri ia tinggal d sana yg jg djadikan vihara. Mulany ia tdk menyebarkan agama br tsb,hny tiap pagi2 skali sehabis berdoa,membersihkan vihara,lalu membersihkan daerah gang tsb yg selama ini jarang dbersihkan penduduk d sana. Org2 menjd heran krn tiap pagi menemukan lingkungan mrk lbh bersih dr keadaan malam sebny. Stlh dselidiki,ternyata tetangga br mrk yg tdk bnyk bicara tsb yg melakukanny. Akhirny melihat perbuatan baik si org br tsb,org2 menjd tertarik utk mengetahui agama br yg ia bw. Demikianlah lama-kelamaan aliran Maitreya dpt berkembang d Korea.
Jd,Dhamma bkn utk dbicarakan,ddiskusikan,apalagi dperdebatkan,melainkan praktek Dhamma-lah yg terpenting,spt ungkapan "Less talk,more action"
[at] Riky DaveJujur saja,,saya minta maaf jika ada kata saya yang mengandung unsur "menyesatkan" dan "mengancam" keberlangsungan Buddha Dhamma..Jujur saja,saya takut terlempar ke dalam alam Apaya,jujur saja saya hanya makhluk dungu yang memiliki kegelapan batin,dan jujur saya ,tak terbersit di pikiran saya sama sekali untuk "menjudge" Dhamma Talk tertentu sebagai tidak pantas,sebagai suatu hal yang negative..Saya akui dengan benar bahwa semuanya hanya opini saya yang bersifat SUBJEKTIF,dan karena bersifat SUBJEKTIF tentu saja tidak terlepas dari dualisme[benar atau salah],dan maap saja,ini adalah forum berdiskusi,bukan forum adu mana yang benar atau salah..saya hanya memposisikan diri saya sebagai kapasitas bertanya,mengajukan pernyataan[melalui pengalaman pribadi saya sendiri..]..Jika ada kata2 yang menyingung hati,atau membuat goresan luka dihati,mohon dilupakan,dan anggap lah saya hanya berkicau..
Saya tidak tahu yang anda maksud dhamma talk yang mana, dan nampaknya anda MUNGKIN mengeneralisasi semua dhamma talk plus humor adalah tidak PANTAS ( dan diharapkan tidak menjadi hyperbola ). Mungkin ada baiknya dilakukan studi kasus / per case dalam menilai, jangan berdasarkan penilaian SUBJEKTIF yang menjurus ke propaganda opini secara negatif, karena ini membahayakan kelangsungan pengembangan Buddism. Saya yakin anda dan saya ( mungkin juga yang lain ) tidak dapat memberikan parameter pengukur ke PANTAS an tersebut, artinya hanya KESEPAKATAN opini saja ( belum tentu benar ) tentu bukan sepihak. Pernahkah dengar pepatah “ Perkataan Tiga Orang Menjadi Harimau” arti sederhana ( tidak kutip cerita panjang, nanti dinilai OOT ) adalah Rumor Yang tersebar luas dan berulang-ulang pada akhirnya diyakini sebagai KEBENARAN ( walaupun belum tentu Benar atau Salah ). Ini adalah tindakan berbahaya dan merugikan bahkan dikatakan tidak bermoral. Saya akan memberikan satu dhamma talk plus humor untuk anda nilai kepantasannya dari kacamata anda sendiri.
Mengenai kualitas tujuan suatu dhamma talk plus humor, saya TIDAK BERANI menilai karena saya TAHU DIRI bahwa PERILAKU diri sendiri yang sesuai dhamma saja tidak dapat dijadikan contoh panutan dan belum pernah memberikan manfaat kepada orang lain, tapi saya berani mengatakan dhamma talk plus humor banyak memberikan manfaat di lingkungan saya, karena ada hasil efek domino positif. Misalnya dari pemarah menjadi lebih sabar dan pemaaf, tidak stress. dll ( yang sederhana saja dulu ) walaupun kita tahu TUJUAN yang lebih tinggi ( karena tidak setiap level mampu menyerap sekaligus ). Ini adalah contoh level untuk makhluk yang baru mengecap dan mencicipi manfaat Dhamma yang LUAR BIASA, sekali lagi level ini tidak bisa dibandingkan dengan level anda yang sudah “TINGGI”. Karena Buddhism di Indonesia baru berkembang beberapa tahun ini, mungkin karma baik makhluk tersebut tidak sebaik dibandingkan dengan anda dalam mendapat KESEMPATAN duluan untuk mengenal Dhamma yang Luar Biasa ( artinya yang baru dengan yang lama tentu berbeda level )Jujur Dhamma itu bukan soal "level",entah tinggi rendah,atau apapun itu..Dhamma adalah sesuatu kebenaran yang tak terbantahkan itu saja..Dhamma mengandung rasa "pembebasan"..."Ini adalah penderitaan,penderitaan ini sudah dipahami,dan Ini adalah akhir dari penderitaan.." dan Dhamma bisa dicapai bukan oleh orang yang "seberapa" tahu dia tentang sutta,seberapa hapal dia soal TIPITAKA,siapapun yang berhasil menghapal seluruh TIPITAKA ,bukanlah jaminan dia mengerti dan menyelami Dhamma yang AGUNG ini...Tetapi tentunya tidak dapat saya pungkiri sebagai makhluk yang dungu,sutta2 dalam Tipitaka sangat membantu dalam mengikis kebodohan duniawi ini,dan "alat" untuk membantu "menyebrang" pantai seberang..seperti kata dalam Sutta bahwa Dhamma dibagi atas 3 hal yaitu pariyatti[belajar],patipati[mempraktikan] dan pativedha[hasil]..Siapapun yang menyelami Dhamma,entah bahkan 1 bait syair saja,entah duluan atau terlambat,atau apapun itu,maka DIA LAH PEMENANG,bukan dilihat dari kacamata siapa dulu yang MENGENAL DHAMMA,itu lah PENDAPAT SUBJEKTIF saya,sekali lagi,itu hanya pendapat SUBJEKTIF saya..Jika ada yang salah,mohon dimaklumi.. :)
Apapun definisi humor, saya tidak permasalahkan, tapi yang penting jangan melihat dan memahami definisi humor dengan cara membandingkan ( study banding ) dhamma talk plus humor dengan acara tukul, jojon, acara ngelawak atau apapun dengan persepsi pribadi yang mana parameter pengukur tidak ada.. Menurut saya ini adalah TINDAKAN YANG “TIDAK PANTAS”. Jangan-jangan dikemudian hari berkembang rumor menjadi pembabar dhamma plus humor adalah BADUT. Memang setiap orang punya hak untuk mengeluarkan pendapat, tetapi tentu ingat ada koridornya atau BATASAN KEPANTASANnya. Untuk menilai suatu KEPANTASAN, seharusnya dilakukan dengan PANNA atau Kutub Kesadaran apalagi ini dilakukan oleh makhluk yang telah merasakan MANFAAT dari Dhamma, bukan dengan Kutub Keegoaan.Sekali lagi anda BENAR bahwa SELURUH pernyataan saya hanya lah pernyataan SUBJEKTIF dan tidak bisa dijadikan parameter,tolak ukur dan seterusnya..Tetapi adakah yang salah ketika saya bergabung didalam diskusi dan memaparkan apa yang terjadi sebagaimana adanya[tentunya kebenaran yang saya bahwa ini hanya kebenaran yang bersifat Sammuti Sacca bukanlah Paramatha Sacca]?atau saya harus bersikap bahwa apa yang "tidak menyenangkan" sebagai "sesuatu yang menyenangkan"? maap..sungguh maap,saya memiliki "sifat" yang berbeda,saya adalah orang yang ceplas ceplos,dan apa yang saya alami itu lah yang akan saya katakan,ya mungkin saja itu BENTUK KEEGOAN saya..ya Ini lah EGO,apakah EGO harus ditutupi atau dipahami?entah lah... bagi saya setiap bentuk harus DIPAHAMI...dan disadari sebagai BUKAN MILIKKU..
Menurut saya pribadi kutipan Dhamma talk plus humor adalah sangat Luar Biasa, bahkan mengoyak dan menampar KEEGOAN saya. Dan saya menyadari bahwa ini adalah salah satu cara untuk “ MENGIKIS “ keegoaan. Karena saya menyadari belum mampu “ MEMCABUT SAMPAI KE AKARNYA ( LDM ) “. Jadi tidak ada yang perlu dibanggakan dengan perilaku saya pada saat ini, karena masih tebal LDM nya. Silahkan anda melihat dari KACAMATA anda ( kutipan yang pernah diposting ) ats Dhamma Talk ini...
Bersambung...
bro saya tanya umat buddhis indonesia ada berapa? n bhikkhu di indonesia ada berapa?:) sepertinya kita harus duluan mengundang seorang Ahli Vinaya kesini sebelum "berdiskusi" lebih jauh..
perbandingan k2nya amat tidak seimbang sehingga 1 orang bhikhu di indo harus melayani lebih dari 10 vihara di 1 daerah bahkan lebih karena itu yg terjadi di jakarta yg notabne bhikkhunya lebih banyak. bagaimana dengan di daerah tentu lebih parah, mungkin dengan bhikkhu itu tersebut mengendarai mobil lebih memudah kan transport ia pergi, ko mobilnya mewah sy no comment, trus kenapa dayaka tidak membantu bhikkhu tersebut? dayaka juga ada kehidupan sendiri tidak bisa 24jam mendampinggi bhikkhu lalu dengan adanya hp saya rasa bukan melekat pada umat namun sekedar sarana informasi c/o untuk menanyakan saran mengenai keorganisasian dan bhikkhu tersebut sedang tidak di vihara tempat tinggalnya namun isi ceramah d vihara lain n sedangkan organisasi ini butuh jawaban dari bhikkhu kan bisa di telepon bhikkhunya biasanya bhikkhu ini menjadi penasihat dalam organisasi tersebut . untuk no hp bhikkhu juga bukan siapa saja bisa memiliki tentu biasanya melalui dayaka.
saya ada contoh lain anda kenal bhante dhammavijayo beliau tingal di batu n ia memiliki no hp yg di ketahui publik n beliau juga merupakan pengeloloa/pemilik(sy lupa yg mana) dhamma tv d batu. karena beliau juga merupakan bhante yg terkenal dengan kemampuannya untuk menolong orang dari kekuatan jahat maka banyak umat yg meminta beliu untuk membaca parita serta mereka yg inggin berdana untuk dhamma tv tsb. menurut anda riki apa beliau melekat pada umatnya atau berusaha membabarkan dhamma n menolong mereka yg patut di tolong? karena tentunnya tidak semua orang bisa di tolong tergantung dengan tabungan kamma masing2.
lalu mengenai bhante yg anda sebut diatas dan dari cerita anda mungkin bikkhu tersebut masih memiliki ke akuan yg besar namun anda jangan karena nila setitik rusak susu sebelangga jangan karena 1 orang bhikkhu berbuat kesalahan lalu mencap sangha tidak baik, makanya sering di inggatkan bahwa kita tidak boleh melekat pada seorang sosok bhikkhu takutnya bila sosok yg anda kagumi berbuat salah hilang tempat bertopang n bisa malah menghujat bhikkhu tersebut.
..sebenarnya masalahnya adalah "bhikkhu" nya yang "memerlukan" umatnya atau "umatnya" yang memerlukan "bantuan" Bhikkhunya??jadi serba bingung..
Quote..sebenarnya masalahnya adalah "bhikkhu" nya yang "memerlukan" umatnya atau "umatnya" yang memerlukan "bantuan" Bhikkhunya??jadi serba bingung..
Kalaupun ada yang ingin menjadi 'suci', tetap diperlukan 'penyokong' dalam memenuhi kebutuhan 'jasmani' selama proses 'latihan' ...
Kalaupun ada yang ingin menjadi perumah tangga biasa, tetap diperlukan 'penyokong' dalam memenuhi kebutuhan 'rohani' selama orang itu menjalani hidup sebagai perumah tangga ...
Jadi semua tetap saling membutuhkan ...
Hanya saja karena rasa dan persepsi yang berbeda dari tiap orang (karena 'aku' yang ingin ini-itu), yah kondisinya seperti sekarang ini ... Memberi batasan hanya akan memperkeruh keadaan, yang ada malah saling 'bertahan' dengan dalih-dalih pembenaran ...
Bukankah ini hanya akan menghambat tujuan (apalagi seorang theravadin) dalam melakukan 'latihan' ?
salam,
[at] bro Riky_dave ... :)
Ya, saya sudah membacanya dan sebenarnya sayapun kurang setuju dengan kondisi yang terjadi saat ini kalau dilihat dari hubungan umat dengan bhikkhu (walau gak semuanya lho) ... Tapi mau gimana lagi ? Protes juga gak akan menyelesaikan apa-apa toh ? Yang paling bisa saya ambil hanyalah 'makna'nya aja ... Itulah 'kenyataan' ...
Lalu saya membaca 'sempalan' tulisan anda diatas (saya quote) yang membuat saya tertarik untuk kasih pendapat bahwa manusia (human) 'gak ada yang gak butuh' manusia lainnya ... semua saling membutuhkan ...
(kurang lebih pendapat saya seperti yang anda 'quote' itu) ... :)
sebenarnya yang saya tanyakan itu "menjurus" kepada kalimat selanjutnya,tentang apa fungsi seseorang menjadi Bhikkhu...Dan kalau anda memang berkata begitulah kenyataannya,saya juga ingin berkata,kalau Bhikkhu tidak mendapatkan sokongan yang berlimpah,maka begitu juga lah kenyataanya,,jadi tidak perlu dibombadir,bahwa hanya alasan "umat"nya,,jangan sampai "bhikkhu" menjadi "boneka" umatNya hanya atas dasar "fasilitas" "uang materi" "4 kebutuhan pokok" dan lain2,yang perlu Bhikkhu lakukan adalah menjalankan Ajaran Buddha,moralitas yang murni,maka saya tidak percaya bahwa orang seperti itu akan kesulitan dalam memperoleh 4 Kebutuhan Pokok.. :)
seperti kasus Ajahn Chah,dimana seorang "umat" yang sudah melakukan banyak pengorbaan untuk Ajahn Chan dengan materi ,tenaga,kemudian meminta Ajahn Chah untuk melamarkan nasibnya dimasa depan[mungkin karena dia menyakini bahwa Ajahn Chah adalah Savaka Buddha,yang tidak akan meleset kalau memberikan ramalan] dan tahukah anda apa yang dijawab oleh Ven Ajahn Chah?karena dia "segan" menolak umat tersebut,[bukan berati dia harus mengikuti "keinginan" dari umat tersebut,karena Ven Ajahn Chah lebih bijaksana dalam hal ini],maka dia mengatakan kepada umatnya,untuk memberikan tanganya dan melihat telapak tanganya,setelah lama melihat,Ven Ajahn Chah berkata,um..oh..iya..um..oh..iya..dan kemudian dia berkata,sudahkah anda siap untuk mendengarkan ramalan ini,ramalan ini tidak akan pernah melesat dan pasti..muridnya berkata,iya pasti,,apakah ramalannya?[dengan sangat penasaran],maka Ven Ajahn Chah menjawab,"kehidupanmu dimasa depan adalah TIDAK PASTI".. :)
Anumodana _/\_
yang "tidak tahu" malu itu umatnya atau Bhikkhunya?saya rasa banyak umat Buddhisme yang sangat egoistis dan malah merusak citra Bhikkhu tersebut,bahkan tidak tertutup kemungkinan mereka juga membuat Bhikkhu tersebut mengalami kemelakatan/kejatuhan...untuk pernyataan anda di sini saya sangat setuju bahwa umat saat ini banyak yg sangat egois n aku nya tinggi bahwa bhikkhu harus ada untuk dia dan bagi bhikkhu2 muda(baru) memang di khawatirkan bisa seperti demikian, karena saya ada melihat bhikkhu yg mulai besar akunya belakangan ini karena banyak umat yg mencari dia n saya berharap ia cepat menyadarinya dengan vipasana(nyontek bhante panna :)) :)) )
Bhikkhu itu di ajurkan oleh Buddha Gotama untuk "berlatih" hidup sederhana,bukan berlatih membantu umat dan hidup enak2an[jangan disini artikan bahwa saya menganggap Bhikkhu itu harus menderita..!!]bro riki klo benar bahwa membantu umat disini pelanggaran saya tidak setuju, sang buddha emamng mengajarkan bhikkhu untuk melatih diri n membuang keduniawian dan sang buddha juga meminta agar para bhikkhu membabarkan dhamma yg indah diawal,pertengahan, akhir dan tentunya sang buddha mengajarkan tentang cinta kasih itu pun di tunjukan oleh sang budha dengan menolong mereka yg BISA ditolong karena mereka yg di tolong setidaknya memiliki timbunan karma baik yg sesuai. dan bila di dalam vinaya d katakan bahwa menolong orang adalah pelanggaran maaf mungkin anda salah baca (no offense) dan tentunya akan meruntuhkan konsep bahwa budisme penuh dengan cinta kasih karena menolong orang aja ga boleh, kecuali orang yg di tolong melanggar kondisi untuk di tolong spt post bro ryu menolong disini termasuk dalam membabarkan dhamma. dan semua orang pun lom tentu bisa di tolong yg bisa di tolong adalah mereka yg hanya memiliki sedikit debu di matanya serta memiliki karma baik yg mendukung. yah kembali lagi ke kenyataan saat ini bahwa mereka yg banyak debu di matanya malah ngotot untuk di tolong tanpa mau untuk meng hilangkan debu dari matanya tersebut. 8)
Untuk masalah membantu umat dengan cara seperti itu,kalau tidak salah saya pernah membaca bahwa "membantu" umat atau tepatnya "mengobati" umat adalah bentuk pelanggaran[makanya disini kita butuh Ahli Vinaya untuk mengupasnya].
_/\_
susahnya kalau hidup didunia begitu lah..suatu kalimat yang jelas bisa menjadi pro dan kontra yang berkepanjangan..saya tidak mencap Sangha apapun,saya juga tidak mencap Bhante tersebut,dia memiliki kebijaksanaanya sendiri,saya yang belum suci,tidak ada kerjaan untuk mencap seseorang,itu bukan kapasitas saya,saya juga tidak menghujatnya..maap saja..Bhikkhu bukan makhluk suci,dan adalah wajar jika dia melakukan kesalahan karena masih diliputi oleh kebodohan..malah teman2 saya bertanya kepada saya,saya jawab saya tidak tahu alasan Bhikkhu berkaitan itu belajar nyetir,dan memegang HP,aktivis vihara tersebut juga bertanya kepada saya,saya juga menjawab saya tidak tahu..[saya bukan lah orang yang SOK tahu,tidak tahu tetapi memberikan jawaban]..makanya disini kebetulan ada yang memulai makanya saya nimbrung bertanya..Sekali lagi saya minta maaf ,jika ada kata2 saya yang menjurus untuk menghina Sangha,atau yang anda katakan sebagai karena nila setitik rusak susu sebelanga..kita berasal dari mahzab yg sama riki n saya menghargai anda untuk share mengenai kondisi di medan. maksud post saya di atas adalah agar kita tidak mengagung2kan seorang bhikkhu karena bhikkhu juga manusia n takutnya kita kecewa n menghujat bhikkhu tersebut, c/o bila ada bhikkhu yg akhrnya lepas jubah n menikah lalu org yg mengaguminya kecewa & mnghujat mantan bhikkhu tsb tentu kasihan pada mantan bhikkhu tersebut hidup dalam berbagai tudingan. nah untuk masalah mobil memang ada baiknya mencari orang yg sangat mengerti mengenai vinaya karena saya juga tidak mau berspekulasi dengan hal tersebut, tapi mengenai hp saya melihat ada bhikkhu yg memakai n yg saya lihat hp yg mereka miliki bukan yg wah namun hanya sekedar untuk terima telpon n sms, jadi ga da d bhikkhu nya punya hp iphone itu yg g tahu, n karena bhikkhu itu sudah senior semua n mengikuti aliran dari thai berarti secara vinaya boleh selama di gunakan sebagai alat komunikasi seperti halnya surat hanya mengikuti jaman seperti halnya bhikkhu bolehkan pakai telepon? itu menurut saya. besok2 klo saya ketemu mereka yg lebih ahli dalam vinaya saya akan coba tanyakan. _/\_
Saya dari Mazhab Theravada,saya menjunjungi Guru Agung kita..itu saja..
Anumodana _/\_
Menurut sy,penyebaran Dhamma yg terbaik adl dg menunjukkan perilaku yg sesuai Dhamma dlm kehidupan sehari2,shg org2 non-Buddhis maupun Buddhis awam/KTP tertarik utk mengenal Dhamma (tentu saja menyebarkan Dhamma utk non-Buddhis tdk utk menambh pengikut spt para evangelis,tetapi agar mrk lbh kenal agama Buddha & tdk salah paham bhw agama Buddha itu berhala,tahayul,atheis,dst).
Cth yg paling nyata bs dcth dr para Dharmaduta aliran Maitreya d Korea (sy tau bhw para Theravadin d sini ad yg mengecam aliran Maitreya & sejenisny krn tdk sesuai dg ajaran B.Gotama dlm Tipitaka Pali,ttp tdk dpt dpungkiri bhw aliran tsb jg ad sisi baik yg mgkn kt cth & ini tdk dmaksudkn utk memancing perdebatan ttg aliran ini)
Seorg Dharmaduta aliran Maitreya diutus pimpinan aliranny utk menyebarkan ajaran mrk k Korea. Org itu tdk fasih berbhs Korea. Ia mendptkan sebuah rmh kecil d sebuah gang yg penuh perumahan penduduk,seorg diri ia tinggal d sana yg jg djadikan vihara. Mulany ia tdk menyebarkan agama br tsb,hny tiap pagi2 skali sehabis berdoa,membersihkan vihara,lalu membersihkan daerah gang tsb yg selama ini jarang dbersihkan penduduk d sana. Org2 menjd heran krn tiap pagi menemukan lingkungan mrk lbh bersih dr keadaan malam sebny. Stlh dselidiki,ternyata tetangga br mrk yg tdk bnyk bicara tsb yg melakukanny. Akhirny melihat perbuatan baik si org br tsb,org2 menjd tertarik utk mengetahui agama br yg ia bw. Demikianlah lama-kelamaan aliran Maitreya dpt berkembang d Korea.
Jd,Dhamma bkn utk dbicarakan,ddiskusikan,apalagi dperdebatkan,melainkan praktek Dhamma-lah yg terpenting,spt ungkapan "Less talk,more action"
bro riki klo benar bahwa membantu umat disini pelanggaran saya tidak setuju, sang buddha emamng mengajarkan bhikkhu untuk melatih diri n membuang keduniawian dan sang buddha juga meminta agar para bhikkhu membabarkan dhamma yg indah diawal,pertengahan, akhir dan tentunya sang buddha mengajarkan tentang cinta kasih itu pun di tunjukan oleh sang budha dengan menolong mereka yg BISA ditolong karena mereka yg di tolong setidaknya memiliki timbunan karma baik yg sesuai. dan bila di dalam vinaya d katakan bahwa menolong orang adalah pelanggaran maaf mungkin anda salah baca (no offense) dan tentunya akan meruntuhkan konsep bahwa budisme penuh dengan cinta kasih karena menolong orang aja ga boleh, kecuali orang yg di tolong melanggar kondisi untuk di tolong spt post bro ryu menolong disini termasuk dalam membabarkan dhamma. dan semua orang pun lom tentu bisa di tolong yg bisa di tolong adalah mereka yg hanya memiliki sedikit debu di matanya serta memiliki karma baik yg mendukung. yah kembali lagi ke kenyataan saat ini bahwa mereka yg banyak debu di matanya malah ngotot untuk di tolong tanpa mau untuk meng hilangkan debu dari matanya tersebut. 8)Maap,jikalau kata saya mengandung tafsiran yang salah...lebih baik kita kembali melihat pernyataan anda yang pertama kali dahulu sehingga terjadi azas keseimbangan antara 2 subjek dalam melihat sebuah perkara,tanpa ada yang merasa tercela atau dicela... _/\_
kita berasal dari mahzab yg sama riki n saya menghargai anda untuk share mengenai kondisi di medan. maksud post saya di atas adalah agar kita tidak mengagung2kan seorang bhikkhu karena bhikkhu juga manusia n takutnya kita kecewa n menghujat bhikkhu tersebut, c/o bila ada bhikkhu yg akhrnya lepas jubah n menikah lalu org yg mengaguminya kecewa & mnghujat mantan bhikkhu tsb tentu kasihan pada mantan bhikkhu tersebut hidup dalam berbagai tudingan. nah untuk masalah mobil memang ada baiknya mencari orang yg sangat mengerti mengenai vinaya karena saya juga tidak mau berspekulasi dengan hal tersebut, tapi mengenai hp saya melihat ada bhikkhu yg memakai n yg saya lihat hp yg mereka miliki bukan yg wah namun hanya sekedar untuk terima telpon n sms, jadi ga da d bhikkhu nya punya hp iphone itu yg g tahu, n karena bhikkhu itu sudah senior semua n mengikuti aliran dari thai berarti secara vinaya boleh selama di gunakan sebagai alat komunikasi seperti halnya surat hanya mengikuti jaman seperti halnya bhikkhu bolehkan pakai telepon? itu menurut saya. besok2 klo saya ketemu mereka yg lebih ahli dalam vinaya saya akan coba tanyakan. _/\_Ya,saya sangat paham..tetapi itu adalah "kasus" yang berbeda yang seenggaknya tidak relevan untuk digeneralisasikan..karena alasan Bhikkhu untuk melepas jubah adalah sesuai dengan kebijaksanaanya[daripada Bhikkhu bejad memperkosa?],tetapi untuk kasus yang saya "paparkan" tentu berbeda dengan "contoh" kasus yang anda berikan..Mirip tetapi tidak sama...Kemudian tenang saja,saya tidak mengagumi siapapun kecuali Buddha,itu saja..Manusia bisa melakukan kesalahan didasari oleh kegelapan batin,dan itu bukan hal yang harus di "bombadir" dan wajar saja..fenomena alami.. _/\_
arti ne masak ga ngerti bro? yah mungkin klo di negara barat di katakan kekuatan iblis, voodo. namun di indonesia ada santet n sebagainya, yah klo dalam buddhis bisa di katakan bahwa santet karena perbuatan dia sekarang maupun masa lampau namun menurut saya bisa saja karena ada orang yg tidak senang sebagai c/o saya kenal seseorang yg lumayan lama namun karena bisnis nya mulai menggurita ternyata ada saudara maupun sainganya yg tidak senang n memakai ilmu ini. nah org2 seperti ini menurut saya patut di tolong sebagai tambahan orang ini juga rajin ber dana.
Itu yang saya boldkan,mohon diperjelas arti dari "kekuatan jahat" _/\_
arti ne masak ga ngerti bro? yah mungkin klo di negara barat di katakan kekuatan iblis, voodo. namun di indonesia ada santet n sebagainya, yah klo dalam buddhis bisa di katakan bahwa santet karena perbuatan dia sekarang maupun masa lampau namun menurut saya bisa saja karena ada orang yg tidak senang sebagai c/o saya kenal seseorang yg lumayan lama namun karena bisnis nya mulai menggurita ternyata ada saudara maupun sainganya yg tidak senang n memakai ilmu ini. nah org2 seperti ini menurut saya patut di tolong sebagai tambahan orang ini juga rajin ber dana.
Itu yang saya boldkan,mohon diperjelas arti dari "kekuatan jahat" _/\_
loh kok dukun?arti ne masak ga ngerti bro? yah mungkin klo di negara barat di katakan kekuatan iblis, voodo. namun di indonesia ada santet n sebagainya, yah klo dalam buddhis bisa di katakan bahwa santet karena perbuatan dia sekarang maupun masa lampau namun menurut saya bisa saja karena ada orang yg tidak senang sebagai c/o saya kenal seseorang yg lumayan lama namun karena bisnis nya mulai menggurita ternyata ada saudara maupun sainganya yg tidak senang n memakai ilmu ini. nah org2 seperti ini menurut saya patut di tolong sebagai tambahan orang ini juga rajin ber dana.
Itu yang saya boldkan,mohon diperjelas arti dari "kekuatan jahat" _/\_
Bukan tidak mengerti..Saya selama di DC ini dulu,saya selalu memegang prinsip,"Malu bertanya sesat dijalan"..Saya hanya ingin memastikan bahwa kalimat tersebut tidak memiliki penafsiran lainnya lagi..
Kalau begitu jelas buku yang saya baca menunjukan bahwa Bhikkhu yang bersangkutan melakukan pelanggaran Vinaya..
Alasannya apakah Bhikkhu tersebut adalah Dukun?kenapa dia mengobati orang?Buddha "melarang" hal tersebut..
Coba baca di Digha Nikaya
Moralitas tengah dan Moralitas panjang..Disana cukup jelas..
Anumodana _/\_
loh kok dukun?
bro di parita yang sang buddha ajarkan kan ada parita ketika berhadapan dengan mahluk halus n ingat dalam buddhisme ketika berhadapan dengan mahluk ini yg di pancarkan adalah cinta kasih n bhante ini hanya membacakan parita saja bukan kayak dukun pengusir hantu yg di tangkep n masukin kendi :)) :)) ;)
c/o paritanya:
karaniya metta sutta
ratana sutta, dll
terakhir klo ga mempan juga
atanatiya paritta.
khusus untuk atanatiya parita harus di baca paling akhir karena beakibat fatal bagi mahluk halus tersebut.
klo ingen lebih jelas coba cari deh di postingan soalnya saya sudah pernah menanyakan tentang ini
[at] Bro Ryu,,maaf saya kurang tahu mana yang di maksud coba cari di sini aja :
bro Ryu,bantuin saya postkan tentang Digha Nikaya dong,yang moralitas menengah dan panjang..
Anumodana _/\_
Adalah suatu keuntungan jika orang melihat perilaku kita yang baik dan mau tahu tentang Ajaran Buddha. Tetapi adalah kerugian bagi seseorang yang berbuat baik hanya karena ingin menyebarkan "Agama Buddha", karena perbuatan baiknya menjadi kecil nilainya, dan dengan perbuatannya itu sendiri ia merendahkan Buddha-dhamma.
keknya ga nyambung deh....
yg di tulis bro kusalaputto cukup jelas..
Bhikku tsb membantu org tsb, apakah dalam vinaya ada larangan membantu org?
apakah di dalam vinaya ada larangan untuk membantu org yg mantai/kerasukan/ di gangu mahluk halus, dll
dia mengobati mental ato moral org sesuai dgn apa yg dia tahu, itu tidak dilarang dalam vinaya
lagian bhikkhu tsb tidak mengharapkan dana, imbalan , makanan saat membantu org tsb...
sebaiknya langsung bro riky menyebutkan vinaya mana yg di langar, dan penjelasan mengenai vinaya tsb
contoh yg di tulis bro riky juga ga nyambung... emang bhikkhu yg di ceritakan bro kusalaputto mengharapkan dana?
hmm.. yg ada kemiripan cuma ttg mahluk halus penghuni gua, yg menuduh bhikhu tsb melanggar vinaya...
tentu semuanya harus sesuai dengan vinaya atau batas mana yang boleh sesuai dengan vinaya wa rasa makin tinggi moralitas nya akan terlihat.
karena ada juga memang bhikku yang jadi seperti penyanyi dll di china sono itu kata katanya sih terlihat benar tapi apakah sebenar itu wa liat fotonya pakai kacamata ( kacamata biasa sih tidak apa apa itu kacamata seperti rebyan punya coba buat apa di pakai) di telinga nya ada tuh yang buat freehand phone kemana dayakanya? terus apa kah pantas seperti itu? katanya sih lagu yang di rekam untuk mengenalkan Buddhist ke generasi muda. kalo dengar Bhikku lain yang se viharanya sih bilang (wah lupa juga nih yang keingat saja) harus yang sepantasnya.
betul..saya jadi ke ingat dan mau bertanya,ada Bhikkhu mazhab Theravada di medan ini,masa punya HP dan ngendarain MOBIL MEWAH???apakah itu SESUAI VINAYA??
tentu semuanya harus sesuai dengan vinaya atau batas mana yang boleh sesuai dengan vinaya wa rasa makin tinggi moralitas nya akan terlihat.
karena ada juga memang bhikku yang jadi seperti penyanyi dll di china sono itu kata katanya sih terlihat benar tapi apakah sebenar itu wa liat fotonya pakai kacamata ( kacamata biasa sih tidak apa apa itu kacamata seperti rebyan punya coba buat apa di pakai) di telinga nya ada tuh yang buat freehand phone kemana dayakanya? terus apa kah pantas seperti itu? katanya sih lagu yang di rekam untuk mengenalkan Buddhist ke generasi muda. kalo dengar Bhikku lain yang se viharanya sih bilang (wah lupa juga nih yang keingat saja) harus yang sepantasnya.
betul..saya jadi ke ingat dan mau bertanya,ada Bhikkhu mazhab Theravada di medan ini,masa punya HP dan ngendarain MOBIL MEWAH???apakah itu SESUAI VINAYA??
Seorang Bhikkhu (Theravada) tidak boleh punya harta (Uang, emas) termasuk tidak boleh mengendarai/menyupir Mobil walaupun bukan mobil mewah, apalagi memiliki mobil mewah. ::)
SESUAI VINAYA ?? Silahkan Nilai sendiri ! :-?
betul..saya jadi ke ingat dan mau bertanya,ada Bhikkhu mazhab Theravada di medan ini,masa punya HP dan ngendarain MOBIL MEWAH???apakah itu SESUAI VINAYA??
Seorang Bhikkhu (Theravada) tidak boleh punya harta (Uang, emas) termasuk tidak boleh mengendarai/menyupir Mobil walaupun bukan mobil mewah, apalagi memiliki mobil mewah. ::)
SESUAI VINAYA ?? Silahkan Nilai sendiri ! :-?
Nah,sekarang permasalahnya muncul dengan dalih sebagai transportasi,di dana in umat dan sebagainya,,..katanya sih untuk kepentingan umat..bagaimana itu?
Setahu saya juga ya..kalau seseorang sudah memasuki Sangha,maka "harta" yang boleh dia miliki atau bawa keknya entah berapa perak ya???lupa saya..ada yang punya referensinya??
Anumodana _/\_
itu udah di donlot tapi berhubung lom baca semau n g ga tau yg d maksud sama bro riky yg mana?[at] Bro Ryu,,maaf saya kurang tahu mana yang di maksud coba cari di sini aja :
bro Ryu,bantuin saya postkan tentang Digha Nikaya dong,yang moralitas menengah dan panjang..
Anumodana _/\_
http://dhammacitta.org/tipitaka/dn/index.html
[Bagian Panjang Tentang Moralitas],Digha Nikaya :bro riki klo dapat saya katakan bhikkhu dhamma vijayo tidak mencari penghasilan dari menolong namun mereka yg telah di tolong memangnya ga boleh dana untuk vihara maupun dhamma tvnya? lalu apakah ia memakai sendiri dana itu
1.25. "'Sementara beberapa pertapa dan Brahmana berpenghidupan dengan keterampilan seperti meramalkan hujan yang baik atau buruk; panen yang baik atau buruk; keamanan, bahaya; penyakit, kesehatan, atau mencatat, menentukan, menghitung, komposisi syair, menjelaskan alasan-alasan, Pertapa Gotama menjauhi keterampilan dan penghidupan salah demikian.'"
1.27. "'Sementara beberapa pertapa dan Brahmana, memakan makanan pemberian mereka yang berkeyakinan, berpenghidupan dengan keterampilan demikian, penghidupan salah seperti menenangkan para dewa dan menepati janji terhadap para dewa, membuat jimat tanah-rumah, memberikan kekuatan dan kelemahan, mempersiapkan dan mensucikan bangunan, memberikan upacara pembersihan dan pemandian, memberikan korban, memberikan obat pencahar, obat penawar, obat batuk dan pilek, memberikan obat-telinga, -mata, -hidung, salep dan salep-penawar, pembedahan-mata, pembedahan, pengobatan bayi, menggunakan balsem untuk melawan efek samping dari pengobatan sebelumnya, Pertapa Gotama menjauhi keterampilan dan penghidupan salah demikian.'33 Ini para bhikkhu, untuk hal-hal mendasar, persoalan kecil inilah maka orang-orang biasa memuji Sang Tathagata."
dan beberapa menjurus ke arah yang dijauhi oleh Petapa Gotama,bukan dengan cara seperti itu memperoleh "dana" ,sekali lagi mungkin saya bisa salah,makanya dari awal tulisan saya,saya mengatakan perlu mengundang "Ahli Vinaya" untuk membahasnya disini...
Dan saya kurang tahu apakah Saudara Kusalaputto yang salah menerjemahkan atau memang begitulah tindakan Bhikkhu yang bersangkutan..
Anumodana _/\_
betul..saya jadi ke ingat dan mau bertanya,ada Bhikkhu mazhab Theravada di medan ini,masa punya HP dan ngendarain MOBIL MEWAH???apakah itu SESUAI VINAYA??
Seorang Bhikkhu (Theravada) tidak boleh punya harta (Uang, emas) termasuk tidak boleh mengendarai/menyupir Mobil walaupun bukan mobil mewah, apalagi memiliki mobil mewah. ::)
SESUAI VINAYA ?? Silahkan Nilai sendiri ! :-?
Nah,sekarang permasalahnya muncul dengan dalih sebagai transportasi,di dana in umat dan sebagainya,,..katanya sih untuk kepentingan umat..bagaimana itu?
Setahu saya juga ya..kalau seseorang sudah memasuki Sangha,maka "harta" yang boleh dia miliki atau bawa keknya entah berapa perak ya???lupa saya..ada yang punya referensinya??
Anumodana _/\_
Bold biru, kendaraan milik umat kemudian untuk transportasi Bhikkhu, harusnya tidak lah masalah.
'Yang Masalah' adalah kendaraan milik Bhikkhu tapi mengaku milik umat :))
_/\_
Tapi realiata di lapangan,
*pada saat kelas meditasi jumlah umat yang hadir dapat di hitung dengan jari,tapi
*pada saat kelas dhammadesana yg dibawakan oleh sosok yg humoris jumlahnya umat yg hadir bisa ratusan bahkan ribuan
Pertanyaannya; fenomena apa ini?
Namastase bro Kusalaputto,[Bagian Panjang Tentang Moralitas],Digha Nikaya :bro riki klo dapat saya katakan bhikkhu dhamma vijayo tidak mencari penghasilan dari menolong namun mereka yg telah di tolong memangnya ga boleh dana untuk vihara maupun dhamma tvnya? lalu apakah ia memakai sendiri dana itu
1.25. "'Sementara beberapa pertapa dan Brahmana berpenghidupan dengan keterampilan seperti meramalkan hujan yang baik atau buruk; panen yang baik atau buruk; keamanan, bahaya; penyakit, kesehatan, atau mencatat, menentukan, menghitung, komposisi syair, menjelaskan alasan-alasan, Pertapa Gotama menjauhi keterampilan dan penghidupan salah demikian.'"
1.27. "'Sementara beberapa pertapa dan Brahmana, memakan makanan pemberian mereka yang berkeyakinan, berpenghidupan dengan keterampilan demikian, penghidupan salah seperti menenangkan para dewa dan menepati janji terhadap para dewa, membuat jimat tanah-rumah, memberikan kekuatan dan kelemahan, mempersiapkan dan mensucikan bangunan, memberikan upacara pembersihan dan pemandian, memberikan korban, memberikan obat pencahar, obat penawar, obat batuk dan pilek, memberikan obat-telinga, -mata, -hidung, salep dan salep-penawar, pembedahan-mata, pembedahan, pengobatan bayi, menggunakan balsem untuk melawan efek samping dari pengobatan sebelumnya, Pertapa Gotama menjauhi keterampilan dan penghidupan salah demikian.'33 Ini para bhikkhu, untuk hal-hal mendasar, persoalan kecil inilah maka orang-orang biasa memuji Sang Tathagata."
dan beberapa menjurus ke arah yang dijauhi oleh Petapa Gotama,bukan dengan cara seperti itu memperoleh "dana" ,sekali lagi mungkin saya bisa salah,makanya dari awal tulisan saya,saya mengatakan perlu mengundang "Ahli Vinaya" untuk membahasnya disini...
Dan saya kurang tahu apakah Saudara Kusalaputto yang salah menerjemahkan atau memang begitulah tindakan Bhikkhu yang bersangkutan..
Anumodana _/\_
td baru melihat videonya Monk Bar, rap gt, rasanya sedih bgt gw liat gt. haizzzzzzz. ntah kenapa. kecewa deh :(dimana??yang dipost oleh Saudara Johan?
td baru melihat videonya Monk Bar, rap gt, rasanya sedih bgt gw liat gt. haizzzzzzz. ntah kenapa. kecewa deh :(dimana??yang dipost oleh Saudara Johan?
bro riki klo dapat saya katakan bhikkhu dhamma vijayo tidak mencari penghasilan dari menolong namun mereka yg telah di tolong memangnya ga boleh dana untuk vihara maupun dhamma tvnya? lalu apakah ia memakai sendiri dana itu
bro riki klo dapat saya katakan bhikkhu dhamma vijayo tidak mencari penghasilan dari menolong namun mereka yg telah di tolong memangnya ga boleh dana untuk vihara maupun dhamma tvnya? lalu apakah ia memakai sendiri dana itu
pendapat saya : alangkah baiknya dalam forum tidak menyebut nama Bhikkhu ! tidak etis dan bukan urusan umat untuk menilai kinerja seorang Bhikkhu.
kamsia
td baru melihat videonya Monk Bar, rap gt, rasanya sedih bgt gw liat gt. haizzzzzzz. ntah kenapa. kecewa deh :(dimana??yang dipost oleh Saudara Johan?
Mengapa harus sedih & kecewa ?
Pelanggaran Vinaya sudah ada dari jaman Buddha, apalagi sudah hampir 2600 tahun dari sesudah Beliau Parinibbana.
Dari jaman Sang Buddha sudah ada yang begituan, dimana mengaku anggota Sangha tapi prilaku tidak sesuai dengan Vinaya
LDM masih tebal bang ! :))
Sedih dan kecewa juga tidak bisa mengubah prilaku mereka, malah batin kita jadi melakukan Akusala Kamma.
kamsia.
td baru melihat videonya Monk Bar, rap gt, rasanya sedih bgt gw liat gt. haizzzzzzz. ntah kenapa. kecewa deh :(Ternyata menjadi umat buddha tetap membuat kita terpenjara(baca; menderita)
Tapi realiata di lapangan,
*pada saat kelas meditasi jumlah umat yang hadir dapat di hitung dengan jari,tapi
*pada saat kelas dhammadesana yg dibawakan oleh sosok yg humoris jumlahnya umat yg hadir bisa ratusan bahkan ribuan
Pertanyaannya; fenomena apa ini?
td baru melihat videonya Monk Bar, rap gt, rasanya sedih bgt gw liat gt. haizzzzzzz. ntah kenapa. kecewa deh :(Ternyata menjadi umat buddha tetap membuat kita terpenjara(baca; menderita)
Seperti yg dikatakan om kainyt "keluar dari satu penjara,masuk kepenjara lainnya" *kira2 begitu ;D
Nah,sekarang permasalahnya muncul dengan dalih sebagai transportasi,di dana in umat dan sebagainya,,..katanya sih untuk kepentingan umat..bagaimana itu?
Penyebaran Dhamma dgn menggunakan Slide (Ms PowerPoint) dan video ClipAlat bantu seperti itu sepertinya tidak bertentangan dengan vinaya. Sama saja seperti menggunakan Microphone. Penggunaan alat bantu seperti itu sifatnya netral.
apakah lebih banyak segi positipnya dari pada negatipnya. Udah tentu ada yg
bantu membuat atau mengoperasikan kalau Biksunya perlu bantuan.
bagaimana menurut anda?
[at] Change
Untuk ceramah yang anda sajikan,sungguh bagus untuk dilihat dan didengar..Pertanyaan saya simple,"Apakah ceramah dari Bhante Sri Pannavaro itu "keluar" dari Topicnya?Apakah "selingaan joke" yang disisipkan itu keluar dari jalur "isi" Dhamma yang akan disampaikan?Apakah Bhantenya membabarkan Dhamma sambil "ngakak"?apakah Bhantenya membabarkan Dhamma sambil "ketawa ketiwi" dan jalan sana jalan sini?
Anumodana _/\_
Jadi pertanyaan saya, apakah pertanyaan ini masih harus dijawab ?:)
Saya harap jawaban saya ini tidak dinilai OOT, jikalau dinilai OOT, maka saya juga minta maaf karena berbuat kesalahan.
Kita semua ( saya ) pernah melakukan kesalahan, saling memaafkan adalah kewajiban. Sepengetahuan saya, kita semakin DEWASA karena BELAJAR dari kesalahan diri sendiri atau orang lain. Sebelum menjawab pertanyaan Bro Riky, pertanyaannya adalah inti dari tujuan kita belajar Dhamma sebenarnya apa ?
Jika kita “MENCARI” “KELUAR” ( outside-in), maka yang selalu menjadi PERHATIAN KITA adalah Yang Lain harus berubah untuk kita, dan inilah Penderitaan, karena kita tidak pernah puas dengan konsep dari pengetahuan yang kita pelajari, dan tidak pernah mendapat MANFAAT dari Dhamma yang kita pelajari. Kita semua selalu mencari celah negative untuk semua masalah dalam memuaskan dan menutupi keegoan kita.
Jika kita “MENCARI” “KEDALAM” ( inside-out ), maka yang selalu menjadi PERHATIAN KITA adalah DIRI SENDIRI YANG HARUS BERUBAH sebelum mengubah orang lain. Maka MANFAAT DHAMMA yang kita pelajari dapat kita petik.
Saya harap jawaban saya ini tidak dinilai OOT, jikalau dinilai OOT, maka saya juga minta maaf karena berbuat kesalahan.maaf saya tidak setuju hal yang di bold. masa harus Buddha orang yang harus paling dibenci.
Kita semua ( saya ) pernah melakukan kesalahan, saling memaafkan adalah kewajiban. Sepengetahuan saya, kita semakin DEWASA karena BELAJAR dari kesalahan diri sendiri atau orang lain. Sebelum menjawab pertanyaan Bro Riky, pertanyaannya adalah inti dari tujuan kita belajar Dhamma sebenarnya apa ?
Jika kita “MENCARI” “KELUAR” ( outside-in), maka yang selalu menjadi PERHATIAN KITA adalah Yang Lain harus berubah untuk kita, dan inilah Penderitaan, karena kita tidak pernah puas dengan konsep dari pengetahuan yang kita pelajari, dan tidak pernah mendapat MANFAAT dari Dhamma yang kita pelajari. Kita semua selalu mencari celah negative untuk semua masalah dalam memuaskan dan menutupi keegoan kita.
Jika kita “MENCARI” “KEDALAM” ( inside-out ), maka yang selalu menjadi PERHATIAN KITA adalah DIRI SENDIRI YANG HARUS BERUBAH sebelum mengubah orang lain. Maka MANFAAT DHAMMA yang kita pelajari dapat kita petik.
“MENCARI” berarti mendapatkan “GURU pembimbing yang baik ”
Guru yang terbaik adalah orang yang paling kita benci. Karena dia membantu kita mengikis KEBENCIAN dan KESERAKAHAN ( ekstrim tidak suka dan ekstrim suka ) dan ini dapat kita temukan dilingkungan kita.
Guru paling terbaik ( Best of the Best ) adalah JALAN TENGAH, yang mengajarkan kita untuk tidak menjadi ekstrim suka ( serakah ) dan ekstrim tidak suka ( benci ) atas semua situasi dan kondisi yang kita terima SAAT INI.
Saya harap jawaban saya ini tidak dinilai OOT, jikalau dinilai OOT, maka saya juga minta maaf karena berbuat kesalahan.maaf saya tidak setuju hal yang di bold. masa harus Buddha orang yang harus paling dibenci.
Kita semua ( saya ) pernah melakukan kesalahan, saling memaafkan adalah kewajiban. Sepengetahuan saya, kita semakin DEWASA karena BELAJAR dari kesalahan diri sendiri atau orang lain. Sebelum menjawab pertanyaan Bro Riky, pertanyaannya adalah inti dari tujuan kita belajar Dhamma sebenarnya apa ?
Jika kita “MENCARI” “KELUAR” ( outside-in), maka yang selalu menjadi PERHATIAN KITA adalah Yang Lain harus berubah untuk kita, dan inilah Penderitaan, karena kita tidak pernah puas dengan konsep dari pengetahuan yang kita pelajari, dan tidak pernah mendapat MANFAAT dari Dhamma yang kita pelajari. Kita semua selalu mencari celah negative untuk semua masalah dalam memuaskan dan menutupi keegoan kita.
Jika kita “MENCARI” “KEDALAM” ( inside-out ), maka yang selalu menjadi PERHATIAN KITA adalah DIRI SENDIRI YANG HARUS BERUBAH sebelum mengubah orang lain. Maka MANFAAT DHAMMA yang kita pelajari dapat kita petik.
“MENCARI” berarti mendapatkan “GURU pembimbing yang baik ”
Guru yang terbaik adalah orang yang paling kita benci. Karena dia membantu kita mengikis KEBENCIAN dan KESERAKAHAN ( ekstrim tidak suka dan ekstrim suka ) dan ini dapat kita temukan dilingkungan kita.
Guru paling terbaik ( Best of the Best ) adalah JALAN TENGAH, yang mengajarkan kita untuk tidak menjadi ekstrim suka ( serakah ) dan ekstrim tidak suka ( benci ) atas semua situasi dan kondisi yang kita terima SAAT INI.
Bro change,saya minta maaf jika ada kata2 saya yang salah,seperti kata anda,kita semua tidak terlepas dari kesalahan.._/\_
Saya rasa Kainyn,saya dan beberapa member disini mempunyai alasan tersendiri dalam mengemukan pendapat kami[dan saya rasa anda setuju setiap orang berhak mengeluarkan pendapat,berhak mengkritik dan dikritik,menolak dan menerima,karena berasal dari sudut pandang masing2..]..Dan saya rasa kami tidak dalam otoritas untuk "menjatuhkan" yang seperti anda "kira" tersebut,dari semua postingan yang saya baca begitu lah analisis saya..
Ini untuk selingan mempertegas apa yang saya lakukan,mari kita renungkan dan baca sejenak,saya kutip dari Dhammapada Atthakantha
Anumodana _/\_
Salah satu kelemahan ajaran Buddha adalah tenggang rasa, dan dengan mengatasnamakan tenggang rasa itu maka apabila ada aliran yang menyimpang di biarkan, ada sutra yang dipalsukan di biarkan, sehingga itu menjadi kebiasaan dan menjangkiti kesemua elemen buddhism sehingga ya beginilah wajah Buddhism suka atau tidak suka harus diterima, penyebaran dhamma dengan cara2 yang "katanya" modern lah dengan berbagai macam alasan dan pembenaran dengan mudahnya diterima oleh mereka karena "katanya" harus begitu demi menjaring umat dan "mungkin" menarik dana demi kelangsungan hidup vihara atau bhikkhunya.
sepertinya memang buddhism hanya sebatas begini ya ;D
Salah satu kelemahan ajaran Buddha adalah tenggang rasa, dan dengan mengatasnamakan tenggang rasa itu maka apabila ada aliran yang menyimpang di biarkan, ada sutra yang dipalsukan di biarkan, sehingga itu menjadi kebiasaan dan menjangkiti kesemua elemen buddhism sehingga ya beginilah wajah Buddhism suka atau tidak suka harus diterima, penyebaran dhamma dengan cara2 yang "katanya" modern lah dengan berbagai macam alasan dan pembenaran dengan mudahnya diterima oleh mereka karena "katanya" harus begitu demi menjaring umat dan "mungkin" menarik dana demi kelangsungan hidup vihara atau bhikkhunya.
^ ^ ^ Mungkin OOT dikit, Bro Kainyn, mantra untuk orang bersin seperti apa ya? untuk apa ya?
[...]
Ada kisah di mana ketika buddha sedang memberikan khotbah kepada para bhikkhu, Buddha bersin. Menurut kepercayaan orang-orang dulu, kalau bersin itu berarti "roh"-nya meninggalkan tubuhnya dan bisa menyebabkan umur pendek/kematian, maka ketika ada orang bersin, mereka "memantrai" dengan ucapan "semoga panjang umur". Kebiasaan ini juga ada di mana-mana sampai sekarang, di mana orang barat sering berkata "Bless you!" ketika ada orang bersin. (Di Jerman, "mantranya" adalah "Gesundheit!" yang mengharapkan agar sehat selalu.)
Kemudian Buddha bertanya kepada para bhikkhu tersebut, "apakah ungkapan 'semoga panjang umur' yang ditujukan kepada orang bersin bisa menyebabkan orang itu hidup atau mati?" Para bhikkhu menjawab, "tidak". Inilah pengertian benar yang diajarkan Buddha kepada para murid.
Lalu bagaimana dengan kebiasaan masyarakat yang demikian? Buddha menetapkan aturan yang memperbolehkan bhikkhu ketika bersin dan didoakan "panjang umur", membalas dengan "semoga anda juga panjang umur" sesuai adat yang berlaku. Inilah sikap Buddha terhadap kebiasaan, adat, tradisi dan budaya.
Jadi sebagai umat Buddha, kita harus memiliki pengertian yang benar tentang ajaran Buddha. Di samping itu, tidaklah perlu menjajah budaya orang lain, tidak perlu melakukan hal-hal ekstrim seperti penghancuran simbol-simbol, dan lain-lain yang tidak bermanfaat.
Cara yang sesuai untuk penyebaran Dhamma secara keseluruhan ? “Seandainya” saya berpikir secara “Idealis”, maka saya akan berpikir cara penyebaran Dhamma yang sesuai ( ? ) dan baik ( ? ) akan memberikan hasil optimal ( minimal bukan minoritas ) misalnya :
1. Kualitas tercapai, sehingga “kemurnian” Dhamma dan Vinaya terjaga.
2. Kuantitas tercapai, sehingga menciptakan suatu kondisi dan situasi yang mendukung perkembangan tanpa menodai “kemurnian” Dhamma dan Vinaya.
Tentu berpikir “idealis” tidak segampang memberikan hasil seperti “membalikkan telapak tangan” karena begitu banyak kendala yang selalu berubah, maka yang kita hadapi adalah berpikir “Realistis”, tentu ini pasti bukan masalah mudah dan gampang. Karena setiap tindakan yang dilakukan selalu memberikan “konsekuensi” yang harus diterima baik secara langsung maupun tidak langsung yakni konsekuensi baik atau buruk ataupun stagnan, dan mungkin tidak menghasilkan dua-duanya.
Karena ini adalah suatu pengandaian, maka yang ingin ditanyakan adalah bagaimana cara yang sesuai dalam penyebaran Dhamma sehingga dapat menjembatan-i kualitas dan kuantitas ( neraca yang seimbang ) dengan konsekuansi baik yang dominan ?
_/\_
Menyebarkan dhamma menggunakan bukti, berarti bukan asal modal ngomong alias bacot doang, selain itu agama Buddhist sangatlah logis jadi pasti bisa menjawab permasalahan teman - teman, selain itu mengajak teman agama Buddhist ktp ke vihara agar faith atau keyakinan mereka semakin kuat, jangan dibiarkan, jangan biarkan mereka terjerumus kedalam moha yang ada diagama lain...
berhati2 lah...ada orang yang mengaku sebagai Buddhist,tetapi menekan pada aspek KEYAKINAN/KEPERCAYAAN atau KEPERCAYAAN MEMBABI BUTA?dan hati2lah.. ada orang yang mengaku BUDDHIST.. dan suka mengumbar KALAMA SUTTA, OBJEK ITU NETRAL, SYAIR DHAMMAPADA.. namun ketika hinaan itu ditujukan kepadanya.. dia tidak bisa menerimanya.. dan cenderung mengeluh..
aspek kepercayaan tanpa dasar,dengan ilmu pengetahuan nihil...berbahaya...hati2 lah..orang2 semacam ini sangat dikagumi dan di elu2kan oleh kaum mereka...
anda tidak bisa berdiskusi dengan orang semacam ini,karena ketika anda menyinggung konsep mereka,maka mereka akan melontarkan jurus tersakti mereka yaitu "ini adalah keyakinan saya,bla bla bla.."
berhati2 lah...ada orang yang mengaku sebagai Buddhist,tetapi menekan pada aspek KEYAKINAN/KEPERCAYAAN atau KEPERCAYAAN MEMBABI BUTA?dan hati2lah.. ada orang yang mengaku BUDDHIST.. dan suka mengumbar KALAMA SUTTA, OBJEK ITU NETRAL, SYAIR DHAMMAPADA.. namun ketika hinaan itu ditujukan kepadanya.. dia tidak bisa menerimanya.. dan cenderung mengeluh..
aspek kepercayaan tanpa dasar,dengan ilmu pengetahuan nihil...berbahaya...hati2 lah..orang2 semacam ini sangat dikagumi dan di elu2kan oleh kaum mereka...
anda tidak bisa berdiskusi dengan orang semacam ini,karena ketika anda menyinggung konsep mereka,maka mereka akan melontarkan jurus tersakti mereka yaitu "ini adalah keyakinan saya,bla bla bla.."
jgn ditanya jangan di cari bro bobby biar diskusi tetap berjalan lancar =)) =)) =))berhati2 lah...ada orang yang mengaku sebagai Buddhist,tetapi menekan pada aspek KEYAKINAN/KEPERCAYAAN atau KEPERCAYAAN MEMBABI BUTA?dan hati2lah.. ada orang yang mengaku BUDDHIST.. dan suka mengumbar KALAMA SUTTA, OBJEK ITU NETRAL, SYAIR DHAMMAPADA.. namun ketika hinaan itu ditujukan kepadanya.. dia tidak bisa menerimanya.. dan cenderung mengeluh..
aspek kepercayaan tanpa dasar,dengan ilmu pengetahuan nihil...berbahaya...hati2 lah..orang2 semacam ini sangat dikagumi dan di elu2kan oleh kaum mereka...
anda tidak bisa berdiskusi dengan orang semacam ini,karena ketika anda menyinggung konsep mereka,maka mereka akan melontarkan jurus tersakti mereka yaitu "ini adalah keyakinan saya,bla bla bla.."
Emang beneran ada bro orang kayak gini? Wah - wah...
berhati2 lah...ada orang yang mengaku sebagai Buddhist,tetapi menekan pada aspek KEYAKINAN/KEPERCAYAAN atau KEPERCAYAAN MEMBABI BUTA?dan hati2lah.. ada orang yang mengaku BUDDHIST.. dan suka mengumbar KALAMA SUTTA, OBJEK ITU NETRAL, SYAIR DHAMMAPADA.. namun ketika hinaan itu ditujukan kepadanya.. dia tidak bisa menerimanya.. dan cenderung mengeluh..
aspek kepercayaan tanpa dasar,dengan ilmu pengetahuan nihil...berbahaya...hati2 lah..orang2 semacam ini sangat dikagumi dan di elu2kan oleh kaum mereka...
anda tidak bisa berdiskusi dengan orang semacam ini,karena ketika anda menyinggung konsep mereka,maka mereka akan melontarkan jurus tersakti mereka yaitu "ini adalah keyakinan saya,bla bla bla.."
ada yg tau Dhammagosa itu apa ya ? spt konser musik... tapi punya Buddhist...Untuk umat, Buddha tidak menerapkan aturan untuk tidak bermusik. Tetapi ketika atthasila, salah satu sila yang dijalankan memang tidak bermusik. Tujuannya adalah untuk melatih diri melepaskan kemelekatan.
kalau utk umat (bukan bikhu, bukhuni).. silahkan boleh konser music begitu ?
gimana dgn lagu Buddhist ?
karena ketidak-mengertian fungsi dan tujuan kualitas apa yang hendak dicapai, sehingga hal ini menimbulkan perdebatan secara harafiah dan jasmaniah saja.ah ndak juga. saya sering mendenger gereja anu bilang baptis dia lebih valid dibanding gereja laen, soalnya baptis dia pake diceburin sedangken gereja lain dikepretin aer doang... imo, kekr****nan lebih parah.
lain halnya dalam kekeristenan,sebagian besar mereka mengerti hal ini.
ah ndak juga. saya sering mendenger gereja anu bilang baptis dia lebih valid dibanding gereja laen, soalnya baptis dia pake diceburin sedangken gereja lain dikepretin aer doang... imo, kekr****nan lebih parah.
karena ketidak-mengertian fungsi dan tujuan kualitas apa yang hendak dicapai, sehingga hal ini menimbulkan perdebatan secara harafiah dan jasmaniah saja.Tolong baca topiknya.
lain halnya dalam kekeristenan,sebagian besar mereka mengerti hal ini.
sahabat umat
coeda, the believer
Dhammatainment, Lagu "rohani" Buddhis, Bhiksu "Hip-hop", semuanya dikatakan dengan dalih penyebaran Agama Buddha. Menurut rekan-rekan DC, apa batasannya penyebaran Agama Buddha dilakukan dengan pantas?
<Topik ini "terinspirasi" dari forum tetangga yang TS-nya mungkin member sini juga.>
☸ No Junk, Please!
Kebanyakan Injili sangat membatasi penggunaan band (drum, gitar listrik, bass), dan lebih mengutamakan menggunakan piano/keyboard atau gitar akustik saja. Baptisnya juga boleh yang kepret2, guyur, atau selam. Paham mereka, yang penting adalah roh yang membaptis, bukan airnya.karena ketidak-mengertian fungsi dan tujuan kualitas apa yang hendak dicapai, sehingga hal ini menimbulkan perdebatan secara harafiah dan jasmaniah saja.ah ndak juga. saya sering mendenger gereja anu bilang baptis dia lebih valid dibanding gereja laen, soalnya baptis dia pake diceburin sedangken gereja lain dikepretin aer doang... imo, kekr****nan lebih parah.
lain halnya dalam kekeristenan,sebagian besar mereka mengerti hal ini.
no junk, there is my explanation.....Your explanation itself is junk.
klo dalam hal ini sederhana saja jawabannya....saya gak minta jawaban anda...
Mat 3:16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya,
17 lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
kalau soal kekr****nan, yang aye tau yang paling bener tuh saksi yehova, children of god =))OOT :D
baiklah... :backtotopic:
saya berikan perenungan buat teman-teman umat yang bijaksana,
mengapa lantunan sutta atau sutra dilakukan?
coeda, the believer
kalau soal kekr****nan, yang aye tau yang paling bener tuh saksi yehova, children of god =))OOT :D
Gegabah sekali. Sudah jelas-jelas Mormon paling benar.
BTT!!
I was walking across a bridge one day, and I saw a man standing on the edge, about to jump. I ran over and said: "Stop. Don't do it."
"Why shouldn't I?" he asked.
"Well, there's so much to live for!"
"Like what?"
"Are you religious?"
He said: "Yes."
I said: "Me too. Are you Christian or Buddhist?"
"Christian."
"Me too. Are you Catholic or Protestant?"
"Protestant."
"Me too. Are you Episcopalian or Baptist?"
"Baptist."
"Wow. Me too. Are you Baptist Church of God or Baptist Church of the Lord?"
"Baptist Church of God."
"Me too. Are you original Baptist Church of God, or are you Reformed Baptist Church of God?"
"Reformed Baptist Church of God."
"Me too. Are you Reformed Baptist Church of God, Reformation of 1879, or Reformed Baptist Church of God, Reformation of 1915?"
He said: "Reformed Baptist Church of God, Reformation of 1915."
I said: "Die, heretic scum," and pushed him off.
Dhammatainment, Lagu "rohani" Buddhis, Bhiksu "Hip-hop", semuanya dikatakan dengan dalih penyebaran Agama Buddha. Menurut rekan-rekan DC, apa batasannya penyebaran Agama Buddha dilakukan dengan pantas?
<Topik ini "terinspirasi" dari forum tetangga yang TS-nya mungkin member sini juga.>
☸ No Junk, Please!
_/\_ Maaf saya up lagi thread ini.... soalnya baru baca (link yg dikasi kk indra).... cuma mau tanya aja pendapat senior2 bagaimana dengan mantra2 yg dilagukan, seperti Ta pei cou, Amitabha....Thankyou...(Ato buat thread baru ya?)
Dhammatainment, Lagu "rohani" Buddhis, Bhiksu "Hip-hop", semuanya dikatakan dengan dalih penyebaran Agama Buddha. Menurut rekan-rekan DC, apa batasannya penyebaran Agama Buddha dilakukan dengan pantas?
<Topik ini "terinspirasi" dari forum tetangga yang TS-nya mungkin member sini juga.>
☸ No Junk, Please!
selain tolak ukur kepantasan,Saya pernah singgung bahwa banyak orang datang bukan berarti banyak orang belajar dhamma. Seperti saya pernah menghadiri ceramah Bhante Uttamo yang diminati karena banyak gurauan, di situ ramainya luar biasa. Tapi setelah selesai, setiap saya 'menguping', orang hanya membicarakan gurauannya saja, tidak ada yang membahas dhamma yang disampaikan.
apakah juga penting tolak ukur dari hasil ?
apakah dgn cara baru, banyak umat yg berubah menjadi baik ? hasil kan juga penting tohhh...
^Justru sebetulnya banyak pesan yang disampaikan. Tapi karena memang banyak orang ke sana demi 'hiburan' bukan demi 'dhamma', maka yang dicari dan ditangkap adalah hiburannya, bukan pesannya.
Apakah dalam gurauan itu tidak terdapat pesan yang tersampaikan kk?
Justru sebetulnya banyak pesan yang disampaikan. Tapi karena memang banyak orang ke sana demi 'hiburan' bukan demi 'dhamma', maka yang dicari dan ditangkap adalah hiburannya, bukan pesannya.
sayang sekali .. :(Jangan disayangkan, memang demikian adanya.
Jangan disayangkan, memang demikian adanya.
Ama Bhante.. :-[
Bhante --> guru :yes:
Bhante --> Bhikkhu [-X
yach2..juskid aja..hehe
Cara ekstrem yang dilakukan traktor lubis termasuk cara yang tepatkah untuk melakukan penyebaran dhamma?
Cara ekstrem yang dilakukan traktor lubis termasuk cara yang tepatkah untuk melakukan penyebaran dhamma?Kalau penyebaran dhamma, saya biasa ikut panduan dari Anguttara Nikaya:
Ananda berarti cocok untuk jadi topik hot. Ananda karena ditawarkan bidadari maka melanjutkan perjuangannya untuk mencapai arahat. Buat judul menarik: Dengan nafsu ketertarikan pada lawan jenis bisa mencapai kesucian.Maksudnya "Nanda"? Nanda tidak berjuang demi bidadari, tapi karena rasa malunya. Tidaklah mungkin seseorang melepas kemelekatan dengan mengejarnya.
Dan tidak ada yang salah jika mencari penganut dengan membagikan uang ataupun beras, ataupun dengan acara penari dengan setengah seksi sebagai penarik orang buat datang untuk mendengarkan dhamma.Kalau yang dari AN itu, lebih ke arah niat/pikiran si penyebar dhamma. Kalau untuk cara-caranya, itu yang kita bicarakan di sini. Untuk yang 'seksi' itu menurut saya tidak sesuai karena dhamma adalah tentang pelepasan, bukan memupuk kemelekatan.
Maksudnya "Nanda"? Nanda tidak berjuang demi bidadari, tapi karena rasa malunya. Tidaklah mungkin seseorang melepas kemelekatan dengan mengejarnya.Penjelasan bukankah bisa kemudian. Yang penting orang tertarik dulu, namanya saja bertahap. Dan so pasti didukung niat baik.
Kalau yang dari AN itu, lebih ke arah niat/pikiran si penyebar dhamma. Kalau untuk cara-caranya, itu yang kita bicarakan di sini. Untuk yang 'seksi' itu menurut saya tidak sesuai karena dhamma adalah tentang pelepasan, bukan memupuk kemelekatan.
Kalau dengan uang atau beras, menurut saya bukan soal sesuai/tidak, tapi caranya tidak efisien. Dhamma adalah pemahaman. Sama saja seperti, "nih, saya kasih duit/beras, jadilah kamu pintar!" Hal ini tidak bisa terjadi.
Penjelasan bukankah bisa kemudian. Yang penting orang tertarik dulu, namanya saja bertahap. Dan so pasti didukung niat baik.
Jadi seperti nanda itu, bisa diceritakan lagi lebih detail kemudian-nya. Yang penting menarik dulu.Kalau sudah menarik dari awal-nya dan banyak yang datang maka sudah banyak kemungkinan yang akan tertolong dengan mendengarkan dhamma.
Sudah hukum-nya bahwa yang membuat LDM tambah besar akan berbondong-bondong dicari orang. Coba survei pengunjung situs porno besar mana dengan situs agama? Sangat jauh sekali bedanya. Dan apa salahnya memanfaatkan situasi yang ada. Ini tidak ada bedanya dengan mencerahkan pelacur dengan pergi ke sarang pelacur.
Karena jaman semakin canggih jadi segala sesuatu harus dirubah sesuai jaman. Yang penting didukung niat baik.
Penjelasan bukankah bisa kemudian. Yang penting orang tertarik dulu, namanya saja bertahap. Dan so pasti didukung niat baik.Yang "Nanda" dulu. Hal seperti itu hanya dilakukan oleh seorang Buddha yang bisa memahami kecenderungan orang lain. Jadi itu bukan untuk ditiru oleh orang-orang yang tidak kompeten, karena bisa-bisa malah menjerumuskan orang atau bahkan diri sendiri.
Jadi seperti nanda itu, bisa diceritakan lagi lebih detail kemudian-nya. Yang penting menarik dulu.Kalau sudah menarik dari awal-nya dan banyak yang datang maka sudah banyak kemungkinan yang akan tertolong dengan mendengarkan dhamma.
Sudah hukum-nya bahwa yang membuat LDM tambah besar akan berbondong-bondong dicari orang. Coba survei pengunjung situs porno besar mana dengan situs agama? Sangat jauh sekali bedanya. Dan apa salahnya memanfaatkan situasi yang ada. Ini tidak ada bedanya dengan mencerahkan pelacur dengan pergi ke sarang pelacur.Niat baik tanpa kebijaksanaan itu 'kan seperti orang yang menolong kepiting dengan membiarkan jarinya dicapit. Apa yang bisa kita sampaikan, kita sampaikan. Tapi kita tidak bisa memaksa orang memahami dan mengikuti cara berpikir kita.
Karena jaman semakin canggih jadi segala sesuatu harus dirubah sesuai jaman. Yang penting didukung niat baik.
maaf sis masukan sedikit, tadi saya coba masuk ke yang bagian porno, ternyata isinya tidak porno dan itu hanya menjebak para pencari film porno, biar kesal _/\_Apakah bro melihat saya mengetikkan bahwa isi-nya itu porno?? Saya tidak ada mengatakan isi-nya porno.
dalam arti apakah se extrim2 nya suatu wacana atau makalah kita seharusnya menilai dengan seimbang bro, sisi positif di ambil, sedang sisi negatif di tinggalkan, dan kita memberi masukan terhadap sisi extrim dengan halus pula bukan di balas dengan cara extrim. apakah begitu broBetul, begitu. Mengapa pula kita mencela ekstremitas orang lain sementara kita sendiri menjadi seorang ekstremis?
Apakah bro melihat saya mengetikkan bahwa isi-nya itu porno?? Saya tidak ada mengatakan isi-nya porno.
Bro tidak tahu yang namanya trik marketing? Sama seperti seminar motivasi yang sering dibuat orang. Atau pemasaran produk. Rata-rata menggunakan cara itu.
Contoh:
-Dapatkan sebuah berlian senilai 10jt rupiah gratis hanya dengan membeli sebuah roti.
-Ikuti seminar XXX bagaimana membeli sebuah rumah dengan gratis.
Apakah mereka berbohong? Tidak...tapi ada data yang digelapkan.Banyak yang tertarik ingin tahu? Banyak....
Apakah trik itu dipakai dengan menulis kata sedikit miring sehingga orang tertarik, tapi ternyata isinya berbeda.?Dengan mengetik kata bokep, dan karena pengunjung terbanyak maka jadi urutan yang teratas sehingga di klik orang. Ternyata isinya ajaran agama gaya baru.
Memang tiap pikiran orang beda, dan punya cara yang berbeda. Tapi bagi saya dhamma itu isi-nya memang indah. Jadi tidak perlu trik-trik begituan untuk mengenalkan dhamma kepada orang.
Apakah bro melihat saya mengetikkan bahwa isi-nya itu porno??Yang di-bold itu, saya setuju sekali. Kalau yakin dengan keindahan dhamma, mengapa harus pakai embel-embel ini itu? Mengapa harus memancing keserakahan atau kebencian orang lain untuk menarik? Apakah dhamma sebegitu payahnya?
Bro tidak tahu yang namanya trik marketing? Sama seperti seminar motivasi yang sering dibuat orang. Atau pemasaran produk. Rata-rata menggunakan cara itu.
Contoh:
-Dapatkan sebuah berlian senilai 10jt rupiah gratis hanya dengan membeli sebuah roti.
-Ikuti seminar XXX bagaimana membeli sebuah rumah dengan gratis.
Apakah mereka berbohong? Tidak...tapi ada data yang digelapkan.Banyak yang tertarik ingin tahu? Banyak....
Apakah trik itu dipakai dengan menulis kata sedikit miring sehingga orang tertarik, tapi ternyata isinya berbeda.?Dengan mengetik kata bokep, dan karena pengunjung terbanyak maka jadi urutan yang teratas sehingga di klik orang. Ternyata isinya ajaran agama gaya baru.
Memang tiap pikiran orang beda, dan punya cara yang berbeda. Tapi bagi saya dhamma itu isi-nya memang indah. Jadi tidak perlu trik-trik begituan untuk mengenalkan dhamma kepada orang.
maaf sis jika saya salah, memang pengetahuan saya agak kurang , mohon di maklumi _/\_Tidak ada yang salah bro. Tiap orang bebas dengan caranya masing-masing. Saya hanya memaparkan pandangan saya terhadap dhamma. Mungkin memang saya terlalu memegang prinsip. Bahkan terlalu melekat pada dhamma, sehingga menjadi ekstrem bagi beberapa orang yang menilai.
Tulisan dari bro Traktor seperti "Lidah Lidah Celaka" menurut saya bagus. Judulnya menarik, isinya pun tidak ekstrem, dan memang membahas kenyataan apa adanya. Sungguh aneh kalau agama menyatakan niat baik seseorang bisa menjadi malapetaka hanya karena salah baca/lafal. Dengan begitu, berarti agama tidak punya manfaat dan lebih baik lakukan niat baik tanpa label agama, karena lebih aman.
Bukan "YM" karena Kassapa di sini bukan sekadar Savaka, tapi seorang Samma Sambuddha.Bro, boleh saya tahu kenapa saat kita berdiskusi tentang ghatikara, bro memberitahukan bahwa saya salah dalam menyebut panggilan Sang Buddha?
Bro, boleh saya tahu kenapa saat kita berdiskusi tentang ghatikara, bro memberitahukan bahwa saya salah dalam menyebut panggilan Sang Buddha?Sebetulnya memanggil Buddha dengan "Yang Mulia" atau "Guru" tidak salah, tapi biasanya "YM" itu adalah ditujukan untuk para murid, saya pikir sis tertukar dengan salah satu dari banyak mahasavaka bernama Kassapa (Maha-kassapa, Kumara Kassapa, Kassapa bersaudara {Uruvela, Nadi, Gaya}) dan berpikir "Kassapa" dalam kisah Ghatikara itu bukan seorang Samma Sambuddha. Seandainya sis kepeleset lidah dan memanggil 'baddhut' Kassapa, juga tidak akan mendapat kamma buruk, karena tidak dilakukan dengan niat menghina.
Dan untung juga saya tidak celaka karena salah sebut. :)
Sebetulnya memanggil Buddha dengan "Yang Mulia" atau "Guru" tidak salah, tapi biasanya "YM" itu adalah ditujukan untuk para murid, saya pikir sis tertukar dengan salah satu dari banyak mahasavaka bernama Kassapa (Maha-kassapa, Kumara Kassapa, Kassapa bersaudara {Uruvela, Nadi, Gaya}) dan berpikir "Kassapa" dalam kisah Ghatikara itu bukan seorang Samma Sambuddha. Seandainya sis kepeleset lidah dan memanggil 'baddhut' Kassapa, juga tidak akan mendapat kamma buruk, karena tidak dilakukan dengan niat menghina.Saat saya tulis itu saya tahu itu tentang Sang Buddha, cuma dalam tulisan lebih banyak saya tulis dengan YM. Karena saya memang tidak tahu bahwa panggilan YM itu hanya untuk para murid.
Saat saya tulis itu saya tahu itu tentang Sang Buddha, cuma dalam tulisan lebih banyak saya tulis dengan YM. Karena saya memang tidak tahu bahwa panggilan YM itu hanya untuk para murid.Betul, di samping saya juga tidak tahu apakah sis tahu atau tidak, saya pikir tidak ada salahnya menyinggung hal tersebut agar pembaca yang belum tahu, mungkin lebih bisa terarahkan.
Tapi disaat bro memberitahu itu, saya tidak pernah terpikirkan bahwa salah sebut bisa celaka. Atau karena bro meralat saya maka yang memberitahu itu saya anggap sok suci atau merumit-rumitkan hal kecil. Kenapa begitu? Karena jika kita memang salah tidak ada salahnya diperbaiki. Sehingga jika saya bicara dengan orang lain, saya tidak memberikan hal yang salah kepada orang lain.
Oklah bagi saya sendiri mengerti bahwa yang saya maksud itu Sang Buddha, tapi orang lain yang tidak tahu akan berpikir itu sebagai murid. Jika saya tidak bisa menggunakan kata Pali, saya akan berusaha memaparkan dengan bahasa indonesia.
Jadi lidah itu tidak pernah membuat celaka. Karena lidah itu hanya organ tubuh. Tapi pikiran yang buat celaka.
Sebetulnya memanggil Buddha dengan "Yang Mulia" atau "Guru" tidak salah, tapi biasanya "YM" itu adalah ditujukan untuk para murid, saya pikir sis tertukar dengan salah satu dari banyak mahasavaka bernama Kassapa (Maha-kassapa, Kumara Kassapa, Kassapa bersaudara {Uruvela, Nadi, Gaya}) dan berpikir "Kassapa" dalam kisah Ghatikara itu bukan seorang Samma Sambuddha. Seandainya sis kepeleset lidah dan memanggil 'baddhut' Kassapa, juga tidak akan mendapat kamma buruk, karena tidak dilakukan dengan niat menghina.
apa karma pun bisa berbuah di jaman sekarang ini bro jika menyebutkan dengan tidak pantas (walau tidak sengaja) seperti yang terjadi pada boddhisatva .. siapa ya (:hammer: lupa melulu saya) yg menjadi pelacur gara2 mengumpat seorang arahat. yang notabene seperti sang buddha sudah mencapai nibbana?Maksudnya masa lalu Ambapali yang mengumpat Arahat sebagai pelacur? Kalau hal tersebut, bukan 'tidak sengaja', karena memang didorong oleh kebencian.
[wendi ovj]hmm sepertinya aku merasakan sesuatu yg aneh[/wendi ovj]"Ah, hanya perasaan ade saja..."
[wendi ovj]hmm sepertinya aku merasakan sesuatu yg aneh[/wendi ovj]
Tanpa mengurangi rasa hormat sedikitpun Pak William,
AN 5.209
9. Gītassarasuttaṃ
209.[cūḷava. 249] ‘‘Pañcime , bhikkhave, ādīnavā āyatakena gītassarena dhammaṃ bhaṇantassa. Katame pañca? Attanāpi tasmiṃ sare sārajjati, parepi tasmiṃ sare sārajjanti, gahapatikāpi ujjhāyanti – ‘yatheva mayaṃ gāyāma, evamevaṃ kho samaṇā sakyaputtiyā gāyantī’ti, sarakuttimpi nikāmayamānassa samādhissa bhaṅgo hoti, pacchimā janatā diṭṭhānugatiṃ āpajjati. Ime kho, bhikkhave, pañca ādīnavā āyatakena gītassarena dhammaṃ bhaṇantassā’’ti. Navamaṃ.
Memang benar ini tertulis di gitassarasuttam..
Namun setahu saya, dan mohon dikoreksi alvin apabila saya salah,
Ini adalah drama musikal yang menceritakan tentang kehidupan seseorang, bagaimana perbuatan seseorang tersebut sesuai dengan dhamma, bukan pembabaran dhamma dengan tari-tarian.
Dan apabila saya diperbolehkan memberikan sanggahan, berarti apakah dengan ini anda maksud bhikkhu Girirakkhito Mahathera telah melanggar vinaya dengan menciptakan gita - gita vihara yang hampir seluruh vihara di Indonesia memutarnya (saya yakin seluruh umat Buddha di Indonesia pernah mendengar lagu ciptaan beliau) ?
pernah di bahas di sini :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=15166.0
kalau mau saya nanti gabungkan di thread sana
gabungin aja brodone
[at] William
Tentang Tribute to Buddha's Legacy itu bukan pembabaran dhamma sih, tapi merupakan pertunjukkan musikal yang isinya ada muatan dhamma, jadi tidak bertentangan dengan sutta-vinaya. Sama saja misalnya ada film fiksi yang menyampaikan makna dhamma misalnya, film itu sendiri hiburan dan informasi, bukan pembabaran dhamma, tapi ada makna dhamma yang disampaikan. Itu tidaklah masalah. Tapi bagaimanapun juga, tetap film + embel2 Buddhis, tidak menjadi "Film dhamma", sama juga lagu + embel2 Buddhis tidak menjadi "Lagu dhamma".
kalau gw boleh protest, judul dari poster tidak menyebutkan...Kalau detailnya sih, tentu mesti ditanya sama panitianya yah. ;D Kalau saya hanya sekilas menilai sebatas drama musikal saja. Mungkin pemainnya ada remaja dan anak2 juga, jadi dibilang youth & kids itu.
musical drama........
tapi ada youth and kids perform...
ini sepertinya REMENG2, menyembunyikan sesuatu.... judul gak jelas, trus acaranya apa, siapa pembicaranya...
mohon panitia BERKATA BENAR dehhhh....
sebenarnya porsi music dramanya berapa jam? dhamma talk berapa jam ?... jadi seharusnya judulnya apa ?....
mohon panitia jawab dehhhh....
jangan di lock ya... pertanyaan belum dijawab tuhhh.... :'( :'( :'( :'(
sungguh menyiksa gw dehhhh :'( :'( :'( :'(
Kalau detailnya sih, tentu mesti ditanya sama panitianya yah. ;D Kalau saya hanya sekilas menilai sebatas drama musikal saja. Mungkin pemainnya ada remaja dan anak2 juga, jadi dibilang youth & kids itu.
Judulnya juga masih bisa diterima (menurut saya) karena menggunakan "Tribute to" (Penghargaan kepada), jadi tidak mengatakan drama musikal itu sendiri adalah 'Buddha's Legacy" atau "dhamma".
kenapa kata : musical dramaWaduh, kalau sampai seperti kaidah2 baik dalam pembuatan poster, saya tidak tahu. Saya sendiri tidak ada hubungan dengan acara itu, juga tidak minat menghadiri.
tidak ada di poster ? apakah ini cara yg baik membuat poster Buddhist ?
bagaimana tentang BERBICARA BENAR yg diajarkan sang Guru ?
Waduh, kalau sampai seperti kaidah2 baik dalam pembuatan poster, saya tidak tahu. Saya sendiri tidak ada hubungan dengan acara itu, juga tidak minat menghadiri.
[at] CumPol
Kalau dari posternya, itu seperti acara gabungan gitu, bukan hanya drama musikal, tampaknya. Mungkin ada performance lain-lain juga dan digabung ke dalam satu 'paket' yang diberi nama 'Tribute to Buddha's Legacy' tersebut. Mungkin bisa dibilang 'tidak lengkap', tapi bukan 'tidak benar'. Kalau 'tidak benar' itu misalnya bilang dapet makan malam, ternyata dapatnya hanya minuman, nah itu musavada namanya.
Di poster di bioskop, misalnya, ada juga yang sengaja memberi efek 'penasaran' bagi yang melihat, supaya berniat untuk mencari tahu lebih jauh. Nah, ini tergantung pada masing-masing yang melihat, kalau tertarik yah cari tahu, kalau tidak tertarik, jadi cuekin aja. Tidak ada yang 'salah' juga sih dengan poster begitu. Menurut saya begitu.
Tribute to Buddha's Legacy... sih ok lah...Di antara orang yang menikmati kenikmatan indriah, ada 2 jenis: yang ingin lepas dari kemelekatan tersebut, dan yang senantiasa mencari pemuasannya. Jadi biarlah yang mencari pelepasan mencari acara yang sesuai, dan biarlah yang mencari pemuasan juga mencari acara yang sesuai. Dengan cara ekstrem pun kita tidak bisa memberi pengertian pada orang lain.
kalau dibeberkan secara rinci porsi tayangan dari acara tsb akan kelihatan dehhh, masalahnya dimana...
dan dari daftar acara tsb dpt dibuatkan poster yg lebih mengkomunikatifkan pada umat awam....
mengundang sih : A, B, C.....(dahh yg penting mereka jadi pembicara atau tidak...)
jadi apa maksudnya kalau mengundang Presiden... itu tandanya acara bagus ? (maybe!)
thx atas masukannya bro KK, tapi menurut gw poster tersebut telah gagal menampilkan cara berpikir Buddhist!
satu lagi yg umurnya >30 thn harus bayar 250rb.... (duhhh ini aturan dari mana ya?)Ini ada di mana yah? Saya ga lihat.