sumber : xxx
Ada sebuah artikel dari Biksu XY yang berjudul "Sangat gembira untuk..."
yang muncul di koran "Abad Sinar Budha" yang dicetak pada tanggal 1 Juli 1993.
Beberapa ungkapan utama nya adalah:
Gembira selalu menjadi biksu dan menjalankan penyangkalan diri.
Gembira selalu untuk diejek.
Gembira selalu untuk membabarkan Dharma.
Gembira selalu untuk mendidik para biksu.
Gembira selalu untuk mencari penerus penerus.
Apa yang Biksu XY tulis adalah riwayat nya yang telah diulang banyak kali.
Terus terang, saya sudah hafal cerita nya. Saya bosan mendengar nya lagi
meskipun ia bersemangat menceritakannya.
Biksu XY berulang kali menekankan bahwa ia berlatih diri tanpa
mengucapkan sepatah kata dan bahwa ia tidak merasa terbebankan untuk itu. Ia
menekankan bahwa ia harus mentoleransi segala jenis gossip dan kecaman dan
bahwa ia tidak pernah memandang ke masa lalu. Ia merasa bangga bahwa ia dapat
bertahan terhadap segala macam penderitaan, bahwa ia dapat bekerja keras, dan
bahwa ia tidak menjadi marah atas kritikan yang dilancarkan kepadanya.
Bila saya ini anak SD, setelah membaca tulisan nya ini, saya mungkin akan
pergi ke Gunung Sinar Budha dan menjadi biksu disana sehingga saya bisa
menghormati Maha Guru saya XY setiap hari, meskipun orang tua saya, sekolah
saya, dan kenalan saya tidak setuju akan keputusan saya itu.
Yang mengherankan saya adalah bahwa Biksu XY juga "sangat gembira
untuk" menelpon sebuah suratkabar dan memberitahu suratkabar itu untuk tidak
menerbitkan secara seri buku saya yang berjudul "xxx". Astaga.
Dalam tulisan mu, kau berkata "Gembira selalu"! Tapi, mengapa melakukan hal
yang sebaliknya?
Dalam majalah bulanan "1990s", saya membaca beberapa artikel yang ditulis
oleh Tan Xi Yong berjudul "Wawancara Dengan Biksu XY". Karena Tan Xi Yong
adalah seorang upasaka yang mempunyai pengetahuan mendalam tentang
Budhisme, saya sangat menghargai artikel artikel tulisan nya.
Setelah membaca artikel artikel nya itu, saya mempunyai banyak pandangan
yang kuat. Saya akan menyampaikan pandangan pandangan saya itu karena
jawaban jawaban yang disampaikan oleh XY bukannya menolong saya malah
membuat saya bertanya tanya.
Tan Xi Yong bertanya, "Mengapa anda disebut biksu politik oleh orang luar?"
XY menjawab, "Saya tidak menolak keras sebutan biksu politik. Tapi, secara
pribadi, saya merasa aneh mengapa mereka mendorong seorang biksu seperti saya
ke arena politik. Mereka tidak bicara jujur. Misalnya, sewaktu saya berceramah,
saya bisa disebut biksu penceramah. Sewaktu saya menulis, saya bisa disebut
biksu penulis. Sewaktu saya beramal, saya bisa disebut biksu yang welas asih.
Sewaktu saya berceramah ke berbagai negara, saya bisa disebut biksu
internasional."
Jawaban jawaban diatas merupakan penghinaan bagi masyarakat umum.
Tanpa basa basi lagi, saya harus berbicara tanpa sungkan sungkan lagi untuk
menunjukkan biksu macam apa XY itu?
Kau bukannya berceramah. Kau sedang main sandiwara.
Kau bukannya menulis.
Kau cuma menjiplak cerita cerita Budhis (dan dilakukan tanpa kreativitas).
Kau bukannya beramal.
Apakah kau mengorbankan harta mu?
Kau bukannya cuma ke luar negri tapi kau sedang menkonsolidasi organisasi
mu.
Karena masyarakat bisa menilai, mereka tahu siapa yang pintar main politik.
Karena kau sudah berbuat banyak di arena politik, untuk menghormati mu, mereka
telah memberikan mu titel "biksu politik".
Mengapa kau mesti merasa aneh dengan pendapat masyarakat ini? Hanya
kepala botak mu yang aneh!