//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Suchamda

Pages: 1 [2] 3 4 5 6 7 8 9 ... 38
16
Tibetan / Re: A Key Points of Mahamudra Instruction
« on: 16 August 2008, 12:19:19 PM »
digojlok = digembleng.

Memang tidak tepat kalau sekedar penggemblengan, tapi ngondro merupakan metode utk menumbuhkan fondasi yg kuat sbg praktisi serius serta utk menumbuhkan devosi, mempurifikasi dan memupuk karma baik. Baru setelah kekotoran batin agak menipis, pelajaran2 berikutnya baru bisa dipahami dengan baik.

17
Tibetan / Re: Slavery in Tibet ???
« on: 16 August 2008, 02:08:20 AM »
Tibet juga adalah di alam samsara. Sama2 di dunia ini. Sama2 tercantum dalam peta.
Tibet bukanlah surga.
Disana ada orang suci, orang baik, ada juga orang yang sama bejatnya dengan orang2 dibagian lain di dunia.

Dalam suatu sistem, pasti ada "yin-yang"-nya, ada putih hitamnya, pro kontra. Konflik adalah ciri khas samsara. Di samsara, manusia realitanya tidak mungkin benar2 sederajat. Itu hanya utopia/ ideologi lain lagi.

That's it. Simple kan?

18
Tibetan / Re: [ASK] Habit/kebiasaan dalam Vajrayana
« on: 16 August 2008, 02:02:06 AM »
Menurut apa yg pernah saya pelajari, maka saya bisa menarik kesimpulan sbb:

Seorang tantrika belum tentu terlahir lagi sebagai seorang tantrika. Ini bukan berarti bahwa tekadnya putus. Akan tetapi dalam beberapa kasus, seseorang yg telah mencapai level tertentu bisa memilih kelahirannya dalam kondisi yg berbeda untuk memperkaya pengalaman di luar kotak atau memiliki misi khusus. Meskipun demikian, biasanya orang2 tersebut memiliki suatu ketajaman dalam memandang kehidupan ini agak berbeda dengan orang2 biasa. Khazanah persepsionalnya juga biasanya lebih kaya dan dalam; dan itu akan muncul secara otomatis.

19
Tibetan / Re: A Key Points of Mahamudra Instruction
« on: 16 August 2008, 01:51:18 AM »
Perlu saya tambahkan.

Saat ini sudah mulai banyak rinpoche masuk indonesia utk mengadakan acara2 puja dan inisiasi ini itu. Anda tidak perlu khawatir mengikuti acara2 dan inisiasi itu, karena pada dasarnya lebih bersifat mahayana daripada tantric yg benar2.
Dalam acara2 tersebut biasanya belum dikenakan tantric vow, paling2 hanya puja2 untuk memenuhi permintaan konsumen buddhis indonesia yg masih senang dengan blessing2 dan penghiburan wishful thinking. Rinpoche terpaksa harus jadi sinterklas.
Belum masuk ke ajaran tantric yg sebenarnya.

Apa boleh buat. Itulah kondisi konsumen buddhis indonesia. :)

Ada beberapa yg mulai serius, tapi digojlok dulu dengan ngondro.
Ada pula yg lebih ke arah gaya gelug, memulainya dari pembelajaran lamrim.

20
Tibetan / Re: A Key Points of Mahamudra Instruction
« on: 16 August 2008, 01:38:55 AM »
Apa yang anda katakan ada benarnya.

Kalau tidak salah, Padmasambhava pernah mengatakan bahwa melalui jalur tantric maka seseorang bisa mencapai Kebuddhaan dalam satu kali kehidupan saja, tanpa perlu menunggu berkali-kali kehidupan spt pada mahayana, ataupun berkalpa-kalpa spt dalam ajaran small vehicle.
Meskipun demikian, dalam belajar tantra, adalah bagaikan ular dalam tabung vertikal : hanya ada dua pilihan : bergerak naik, artinya tercerahkan, atau bergerak turun, jatuh ke vajra hell.

Memang jalur tantric bukan buat main-main, dan mengandung resikonya sendiri karena ajarannya sangat dalam dan subtil.
Untuk bisa memahami ajaran secara tepat, membutuhkan tingkat intelektual yang cukup dan keseriusan dalam belajar. Penalaran dalam vajrayana sudah bukan lagi menggunakan logic basic, tapi lebih ke arah ecologic (per definisi Gregory Bateson).
Per filosofinya, harus memahami madhyamaka dan yogacara terlebih dahulu. Dua2nya mahayana.
Barulah kemudian melalui praktek, seseorang mengumpulkan 'vocabulary' experience yang menggunakan bahasa simbolisme.

Oleh karena itu, seseorang dalam menempuh jalur tantric, biasanya memulai dulu pembelajaran ttg hinayana, kemudian mahayana. Dua2nya disebut sutric path, atau jalur yg menggunakan kitab2.
Tibetan Buddhism sendiri pada dasarnya meliputi dari hinayana, mahayana, dan tantric.

21
Memang kalau berlatih meditasi chikung seharusnya ada guru yg ahli, agar chinya bisa mengalir dengan baik, ada istilah tembusnya ren tuk mek yg mana chi itu akan berkumpul di tan tien dan kemudian diarahkan. Kalau susah punya anak itu hanya rumor saja he..he

Anda orang Tao Thay Shang Men sdr.Bond?

22
Meditasi chikung itu lebih tepatnya merupakan latihan neidan dalam Taoism.
Sebaiknya memiliki guru yang benar2 mengerti tentang itu.
Hanya baca dari buku sangat rentan untuk salah jalan. Buku tidak bisa memberikan feedback.
Mencari guru pun harus hati-hati, karena banyak yang sebenarnya otodidak dari buku juga padahal tidak tahu apa-apa. Kalau serius mau mempelajari neidan, sebaiknya mencari guru yang memiliki silsilah jelas.

Kalau sekedar untuk kesehatan, bisa belajar dari silsilah Li Shao Po yang membuka kelas meditasi pernafasan Zhenqi untuk umum.

Untuk neidan, tidak sekedar pernafasan saja, tapi juga pengelolaan energi. Hal itu berhubungan dengan 5 unsur (dan elaborasinya spt lima warna, lima arah, lima emosi, dst) dan 7 bintang utara. Juga semakin mendalam akan memerlukan pengetahuan antara kaitan meridian2 tubuh dengan 5 unsur tersebut. Beberapa aliran perguruan bahkan menggunakan 8 trigram dan kaitan dengan Tiangan-Dizi. Itupun terkait dengan kosmologi Taoism secara keseluruhan. Mau tidak mau anda perlu jadi Taoist utk serius belajar meditasi dengan Qi. Karena hal itu tidak diajarkan sembarangan.

Datong ren du mai (ta thung ren tuk mek) itu barulah langkah awal pertama. Bila anda belajar dari kelas Li Shao Po, katanya dijamin bahwa dalam 49 hari anda sudah bisa Datong. Tapi Datong itupun bukan berarti apa-apa.

Bahaya meditasi dengan menggunakan pengelolaan Qi, apalagi untuk tujuan spiritual, adalah kemungkinan besar untuk mengalami Zouhuorumo (efek samping kerusakan pada fisik dan mental), bila tanpa guru yg sudah realisasi.

Sekedar mengingatkan saja. Semoga bermanfaat.

23
Tibetan / Re: A Key Points of Mahamudra Instruction
« on: 15 August 2008, 04:17:33 PM »
Hehehe....saya jadi geli.
Menurut saya, orang yang berjalan dalam path sutrayana pasti tidak bisa memahami tantra.
Daripada menjadikan orang salah mengerti, lebih baik saya tidak usah jelaskan disini.
Karena :
- ajaran tantra terlalu dalam, dan butuh direct experiences untuk batu pijakan penjelasannya.
- paradigma sutra (apalagi hinayana) terlalu sempit utk memahami tantra, apalagi atiyogayana.
- penjelasan dalam ruang diskusi yg sempit spt ini tidak memungkinkan.
- keterbatasan dalam komunikasi dengan tulisan.
- atmosfir forum yg tidak kondusif utk memberi penjelasan.

Bagi mereka yg benar2 berminat mengetahui ajaran tantra (tapi yg mainstream yah), silakan bikin forum diskusi diluar Dhammacitta ini, yang sifatnya closed.
Silakan undang saya utk bergabung, barangkali saya bisa membantu menjelaskan asalkan membernya memiliki guru silsilah yang jelas.

24
Deleted ...


Mohon perhatian moderator.

* Terima kasih atas laporannya ... _/\_

Di harapkan diskusi berjalan dengan sehat, tanpa ada hinaan ataupun sindiran terhadap pihak2 tertentu, seperti yang sudah di sampaikan oleh suhu benz sebelumnya ... Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya ...

_/\_

25
Meditasi / Re: Abhidhamma & vipassana
« on: 10 August 2008, 05:36:45 PM »
Kalo gini gimana, saya tidak punya pandangan dan cuma ingin mengetes pandangan orang lain itu benar / salah, dan belum tau apa itu benar dan salah tidak perduli apa hasilnya mau benar atau salah :))

Yang dibold biru saya setuju sekali. Yang dibold merah hanya akan menjerumuskan Anda ke dalam perdebatan. :)

Salam,
hudoyo



menurut saya "semua pandangan" yg ada, dapat dikategorikan "benar" ataupun "salah". termasuk agama B, I, K, H, dll.... mengatakan B adalah yg paling benar adalah fanatisme kita.
pengkategorian tsb terjadi di pikiran setiap orang yg memiliki kondisi yg berbeda2 sehingga hasilnya berbeda2 pula.

dan saya sependapat sekali, jika seandainya tujuan awal kita adalah mengecek benar atau salah suatu pandangan... hasilnya adalah perdebatan tak berujung karena kondisi (pengalaman, pikiran, pemahaman, dll) kita dan orang lain adalah berbeda.

iya selama masing2 pihak mengkotakkan dirinya dengan pendiriannya masing2 dan tidak menerima pandangan orang lain.

Justru spt yg anda katakan itulah yang disebut terkondisi.
Keterkondisian inilah yang disebut tidak bebas, alias samsara.
Selama seseorang tidak bisa terlepas dari keterkondisian pikirannya maka ia akan terus menerus dalam siklus samsara. Cuman masalah naik tingkat atau turun tingkat aja, tapi tidak bisa lepas.

26
Meditasi / Re: Abhidhamma & vipassana
« on: 09 August 2008, 12:03:29 PM »

Mungkin mau buat thread baru lagi mengenai "usaha"?  ;D


 :))  :))  :))

Mohon maaf, saya bukan pengusaha. Kalo sdr Willibordus memang seorang pengusaha. ;D

27
Wogh...tadi saya hapus krn rasa sungkan. Tapi ya udah. Anumodana juga.

28
defence mechanisms or defense mechanisms (see -ce/-se) are psychological strategies brought into play by various entities to cope with reality and to maintain self-image. The purpose of the Ego Defence Mechanisms is to protect the mind/self/ego from anxiety, social sanctions or to provide a refuge from a situation with which one cannot currently cope.[1]

http://en.wikipedia.org/wiki/Defense_mechanism

Beberapa jenis Psychological Defense mechanism :
Repression http://en.wikipedia.org/wiki/Psychological_repression
Sublimation http://en.wikipedia.org/wiki/Sublimation_%28psychology%29
Psychological projection http://en.wikipedia.org/wiki/Psychological_projection
Transference http://en.wikipedia.org/wiki/Transference
Rationalization http://en.wikipedia.org/wiki/Rationalization_%28psychology%29
Displacement http://en.wikipedia.org/wiki/Displacement_%28psychology%29

Note dari saya :
Mekanisme2 defense tersebut diatas selalu terjadi dalam diri kita sebagai manusia, termasuk juga dalam diri meditator in process. Akan tetapi, mekanisme2 defense itu tidak akan pernah bisa membebaskan kita dari belenggu ego. Dengan kata lain, bukan cara untuk mencapai pembebasan.

29
Silakan rekan2 membaca Opini di Kompas hari ini (9 Agustus 2008) berjudul "Ibunya Cinta, Ayahnya Keikhlasan" karya Gede Prama.

Saya sangat setuju dengan pendapatnya.

Menurut saya, seorang tercerahkan, ia bisa bermanifestasi dalam wujud apa saja karena sudah tidak adanya konsep diri. Ia bisa mewujud sebagai seorang yg lemah lembut, ataupun ditempat lain dimana ada kekacauan  muncul dalam manifestasi murka. Hal spt ini disimbolkan dalam figur bodhisattva dalam Mahayana. Ia tidak peduli untuk dicaci maki atau dikatakan orang sebagai bertangan besi ataupun pemberontak, tapi misinya jelas untuk menolong manusia. Yang jelas, ia tidak bisa diprediksi, atau dinilai dari rumusan2 kaku.
Masalahnya, manusia biasa tidak pernah bisa memahami apa yang dilakukannya, karena pikiran manusia terpatok pada dikotomi baik-buruk yang kaku, yang tiada lain muncul dari pandangan konseptual tertentu. Manusia dikatakan tidak bebas karena keterpatokannya itu.

Manakala seorang insan menjadi terbebaskan, maka batasan-batasan duniawi itu sudah bukan merupakan hal yang absolut lagi. Ia bagaikan seorang maestro yang memainkan kartu-kartu mana yang perlu dimainkan. Ia tidak akan takut berkarya, sekalipun karyanya tersebut ditentang oleh orang sepenjuru dunia. Ia bukan seorang pemasuk arus, tapi penentang arus. Kebajikannya bukanlah pola-pola yang sudah kita kenal. Kebajikannya muncul secara spontan dari sesuatu yang Unknown. Disitulah maka ia dikatakan menjadi sangat alami.

30
..."Aku" yang melepas lebih mudah disadari ketimbang "Aku" yang menggenggam, walaupun keduanya memang masih ada "Aku".   :)

hehe ... hati-hati dengan logika. ... :) ... Dalam meditasi, Anda justru akan melihat sebaliknya: bahwa aku yang merasa melepas (merasa menjadi 'lebih baik', menjadi 'lebih bersih') justru akan menghadapi kelekatan yang jauh lebih halus daripada aku yang kasar, dan karena jauh lebih halus, maka jauh lebih sukar dilihat, jauh lebih sukar disadari. ... Ini pengalaman setiap pemeditasi vipassana ...

Salam,
hudoyo

Yup. Seperti pernah saya katakan di thread sebelum ini (Abhidhamma dan Vipassana) bahwa seorang guru meditasi yg baik, memiliki kemampuan untuk menekan satu 'tombol' saja dalam diri sang murid hingga dia meledak kemarahannya. Kala menyadari apa yang terjadi, biasanya si murid mulai bisa memebedakan secara jelas antara mana yg konsep dan mana yang realita.
Dengan kata lain, hendak saya katakan bahwa, emosi yang kuat (spt kemarahan) justru bisa memacu pada kesadaran (asal tahu cara 'menghadapinya', yaitu dengan : pasrah, pasif , ikhlas, berserah,etc).

Sebaliknya bila seseorang itu marah/ jengkel, kemudian dia berpikir,"Oh, ini akusala citta,...oh ini tidak baik...oh aku tidak boleh marah.....oh aku harus mengembangkan cinta kasih". Pada lanjutnya ia mulai merekayasa 'cinta kasih' tersebut dan kemudian menekan kemarahannya (padahal tidak hilang! Hanya tertutupi oleh rekayasa cinta kasih tsb). Kemudian pikirannya mulai mencari-cari cara bagaimana untuk menunjukkan 'cinta kasih' tersebut dalam kata-kata/ ucapan dan perbuatan. Karena sifatnya adalah artifisial, maka muncul ketegangan, pemaksaan, ketidak-naturalan. Orang yg sensitif (tidak harus selalu Buddhis) sering bisa merasakan perbuatan itu spt dibuat-buat. Ia bisa melihat kemarahan dibalik perbuatan luarnya yg di-indah-indahkan. Di psychology hal itu dikenal dengan gejala ego-defense yg disebut sublimation. http://en.wikipedia.org/wiki/Sublimation_%28psychology%29
(Ada baiknya juga anda googling tentang gejala psychology spt : transference, rationalization, projection, repression, scapegoating, dsb untuk mengenali liku-liku batin kita mengubah diri)

Bagi si pelaku sendiri, manakala ia berhasil memainkan sandiwara itu, maka muncul rasa puas. Berpikir, "oh aku sudah berhasil mengatasi kemarahanku. Aku seorang Buddhis yang baik. Aku menjalankan sila. Aku mengikuti petunjuk sang Buddha".............dst dst.

Nah, dari proses licinnya pikiran / ego ini beralih rupa, maka tentu hal ini menjadi penghambat bagi seorang pemeditasi tingkat advanced. Lebih baik adalah dengan 'memotret' kemarahan itu apa adanya. Disadari. Bila disadari maka kekuatannya bisa berkurang. Dan daya ilusifnya berhenti merekayasa pemikiran konseptual lainnya. ........dst dst.

Pages: 1 [2] 3 4 5 6 7 8 9 ... 38
anything