//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Adakah Neraka pada Buddhism ?  (Read 64248 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
« Reply #45 on: 15 August 2007, 12:01:53 AM »
Quote
bisa dijelaskan koq bisa penyiksa adalah yang disiksa? gak paham nih? masa bisa tiba-tiba tubuhnya dicambuk sendiri? yang cambuk siapa?
Di neraka penyiksa adalah pikiran kita sendiri..dan bukannya makhluk laen...bukan seperti di Film2 ato di agama loe...

Quote
lha terus di neraka konon ada api panas membara, itu darimana supplynya? pakai kompor raksasa bukan? minyak tanahnya beli dimana bro?
kata sape di Neraka ada api? denger dari Leysus? ato denger dari mamad? kalo belum ngerti Buddhism..pleaseee..baca buku Dhamma banyakan...

Quote
llha kalo gak ada raja dan rakyat lalu siapa penghuni neraka?  bukan raja yama dan karyawannya  menyiksa rakyat neraka gitu?
berarti neraka itu bohong-bohongan? jadi boleh-boleh aja dong membunuh, merampok dan memperkosa, toh gak bakalan masuk neraka ??? (karena neraka tidak ada, karena itu tidak bakalan ada yang masuk neraka)   mohon pencerahannya bro ^:)^

seperti yg Dhanuttono bilank...penghukum kita dineraka adalah kamma kita sendiri...

capeee deeee...Leysus Bless u...

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
« Reply #46 on: 15 August 2007, 12:23:35 AM »
tentang neraka dan raja yama menurut sutta :(Petikan Anguttara Nikaya 1)

Ada tiga utusan agung,17 para bhikkhu. Apakah yang tiga itu?
Ada orang yang memiliki perilaku buruk lewat tubuh, ucapan, dan pikiran. Karena memiliki perilaku buruk seperti itu, pada saat tubuhnya hancur, setelah kematian, dia terlahir lagi di alam penderitaan, di tempat yang buruk, di alam yang rendah, di neraka. Di sana penjaga neraka menarik kedua tangannya dan menyeretnya ke hadapan Yama, Raja Kematian, sambil berkata: "Tuanku, orang ini tidak memiliki rasa hormat terhadap ayah dan ibunya, tidak juga terhadap para petapa dan brahmana, tidak juga dia menghargai mereka yang lebih tua di keluarga. Semoga Tuanku menjatuhkan hukuman yang sesuai kepadanya!"
Kemudian, para bhikkhu, Raja Yama bertanya, memeriksa dan berbicara kepadanya mengenai utusan agung pertama: "Apakah engkau tidak pernah melihat, sahabat, utusan agung pertama yang muncul di antara umat manusia?"
Dan dia menjawab: "Tidak, Tuan, saya tidak melihatnya."
Kemudian Raja Yama berkata: "Tetapi, sahabat, tidakkah engkau pernah melihat wanita atau pria, yang berusia delapan puluh, sembilan puluh, atau seratus tahun, yang rapuh, bungkuk bagaikan siku atap, melengkung, bersandar pada tongkat, berjalan tertatih-tatih, sakit-sakitan, karena masa muda dan kekuatannya telah lenyap, giginya ompong, rambutnya kelabu dan jarang atau gundul, kulitnya berkeriput, dan kaki tangannya bengkak?"
Dan dia menjawab: "Ya, Tuan, saya telah melihat itu."
Kemudian Raja Yama berkata kepadanya: "Sahabat, tidakkah pernah muncul di pikiranmu, sebagai orang dewasa yang pandai, 'Aku juga akan terkena usia tua dan tidak dapat lolos darinya. Biarlah sekarang kulakukan tindakan-tindakan yang luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran'?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melakukannya. Saya lalai."
Kemudian Raja Yama berkata: "Karena lalai, sahabat, engkau telah gagal melakukan tindakan-tindakan luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran. Maka engkau akan diperlakukan sesuai dengan kelalaianmu. Tindakan jahatmu itu tidak dilakukan oleh ibu atau ayah, saudara lelaki, saudara perempuan, teman atau pendamping, tidak juga oleh sanak saudara, para dewa, para petapa atau brahmana. Tetapi engkau sendirilah yang telah melakukan tindakan jahat itu, dan engkau harus mengalami buahnya."
Para bhikkhu, setelah Raja Yama bertanya, memeriksa dan berkata kepadanya demikian mengenai utusan agung pertama, sekali lagi beliau bertanya, memeriksa dan berkata kepada laki­-laki itu tentang utusan kedua, dengan mengatakan: "Tidakkah pernah terpikirkan olehmu, sahabat, utusan agung kedua yang muncul di antara umat manusia?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melihatnya."
"Tetapi sahabat, tidakkah engkau pernah melihat seorang wanita atau pria yang sakit, dan dalam kesakitan, dia terbaring di atas kotorannya sendiri dan harus diangkat oleh seseorang dan dibaringkan oleh orang lain?"
"Ya, Tuan, saya telah melihat itu."
"Sahabat, tidakkah pernah terpikir olehmu, sebagai orang dewasa yang pandai, 'Aku juga akan terkena penyakit dan tidak dapat lolos darinya. Biarlah sekarang kulakukan tindakan­-tindakan yang luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran'?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melakukannya. Saya lalai."
"Karena lalai, sahabat, engkau telah gagal melakukan tindakan­-tindakan luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran. Maka engkau akan diperlakukan sesuai dengan kelalaianmu. Tindakan jahatmu itu tidak dilakukan oleh ibu atau ayah, saudara lelaki, saudara perempuan, teman atau pendamping, tidak juga oleh sanak saudara, para dewa, para petapa atau brahmana. Tetapi engkau sendirilah yang telah melakukan tindakan jahat itu, dan engkau akan harus mengalami buahnya."
Para bhikkhu, setelah Raja Yama bertanya, memeriksa dan berbicara kepadanya demikian sehubungan dengan utusan agung kedua, sekali lagi beliau bertanya, memeriksa dan berbicara kepadanya tentang utusan agung ketiga, dengan mengatakan: "Tidakkah engkau pernah melihat, sahabat, utusan agung ketiga yang muncul di antara umat manusia?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melihatnya."
"Tetapi, sahabat, tidakkah engkau pernah melihat seorang wanita atau pria, sesudah dua atau tiga hari meninggal, yang mayatnya bengkak, pucat dan membusuk?"
"Ya, Tuan, saya telah melihatnya."
"Kalau demikian, sahabat, tidakkah pernah muncul di pikiranmu, sebagai orang dewasa yang pandai, 'Aku juga akan terkena kematian dan tak dapat lolos darinya. Biarlah sekarang kulakukan tindakan-tindakan yang luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran'?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melakukannya. Saya lalai."
"Karena lalai, sahabat, engkau telah gagal melakukan tindakan­-tindakan luhur lewat tubuh, ucapan dan pikiran. Maka engkau akan diperlakukan sesuai dengan kelalaianmu. Tindakan jahatmu itu tidak dilakukan oleh ibu atau ayah, saudara lelaki, saudara perempuan, teman atau pendamping, tidak juga oleh sanak saudara, para dewa, para petapa atau brahmana. Tetapi engkau sendirilah yang telah melakukan tindakan jahat itu, dan engkau akan harus mengalami buahnya."
Kemudian setelah bertanya, memeriksa dan berbicara kepadanya mengenai utusan agung ketiga, Raja Yama pun diam.
Setelah itu, para penjaga neraka menjatuhkan berbagai jenis siksaan kepadanya, yang menyebabkan dia menderita rasa sakit yang menusuk, parah, tajam, dan menyedihkan. Walaupun demikian, dia tidak mati sampai tindakan jahatnya itu telah habis. 18                (111,35)
26.Tiga Utusan Agung
Petikan Anguttara Nikaya 1

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
« Reply #47 on: 15 August 2007, 12:24:40 AM »
nah hayoo.. kata siapa di neraka gak ada raja dan rakyat..? lalu raja yama dan karyawannya itu siapa lho..?? ini sesuai sutta theravada nih...  :D

Offline Kokuzo

  • Sebelumnya 7th
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.090
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • ... running in karma ...
Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
« Reply #48 on: 15 August 2007, 12:27:43 AM »
terus kenapa kalo di neraka ada raja, ada gubernur, ada kades, dll....
terus kenapa juga kalo tertulis di sutta?

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
« Reply #49 on: 15 August 2007, 12:38:49 AM »
tentang neraka dan raja yama menurut sutta :(Petikan Anguttara Nikaya 1)

Ada tiga utusan agung,17 para bhikkhu. Apakah yang tiga itu?
Ada orang yang memiliki perilaku buruk lewat tubuh, ucapan, dan pikiran. Karena memiliki perilaku buruk seperti itu, pada saat tubuhnya hancur, setelah kematian, dia terlahir lagi di alam penderitaan, di tempat yang buruk, di alam yang rendah, di neraka. Di sana penjaga neraka menarik kedua tangannya dan menyeretnya ke hadapan Yama, Raja Kematian, sambil berkata: "Tuanku, orang ini tidak memiliki rasa hormat terhadap ayah dan ibunya, tidak juga terhadap para petapa dan brahmana, tidak juga dia menghargai mereka yang lebih tua di keluarga. Semoga Tuanku menjatuhkan hukuman yang sesuai kepadanya!"
Kemudian, para bhikkhu, Raja Yama bertanya, memeriksa dan berbicara kepadanya mengenai utusan agung pertama: "Apakah engkau tidak pernah melihat, sahabat, utusan agung pertama yang muncul di antara umat manusia?"
Dan dia menjawab: "Tidak, Tuan, saya tidak melihatnya."
Kemudian Raja Yama berkata: "Tetapi, sahabat, tidakkah engkau pernah melihat wanita atau pria, yang berusia delapan puluh, sembilan puluh, atau seratus tahun, yang rapuh, bungkuk bagaikan siku atap, melengkung, bersandar pada tongkat, berjalan tertatih-tatih, sakit-sakitan, karena masa muda dan kekuatannya telah lenyap, giginya ompong, rambutnya kelabu dan jarang atau gundul, kulitnya berkeriput, dan kaki tangannya bengkak?"
Dan dia menjawab: "Ya, Tuan, saya telah melihat itu."
Kemudian Raja Yama berkata kepadanya: "Sahabat, tidakkah pernah muncul di pikiranmu, sebagai orang dewasa yang pandai, 'Aku juga akan terkena usia tua dan tidak dapat lolos darinya. Biarlah sekarang kulakukan tindakan-tindakan yang luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran'?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melakukannya. Saya lalai."
Kemudian Raja Yama berkata: "Karena lalai, sahabat, engkau telah gagal melakukan tindakan-tindakan luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran. Maka engkau akan diperlakukan sesuai dengan kelalaianmu. Tindakan jahatmu itu tidak dilakukan oleh ibu atau ayah, saudara lelaki, saudara perempuan, teman atau pendamping, tidak juga oleh sanak saudara, para dewa, para petapa atau brahmana. Tetapi engkau sendirilah yang telah melakukan tindakan jahat itu, dan engkau harus mengalami buahnya."
Para bhikkhu, setelah Raja Yama bertanya, memeriksa dan berkata kepadanya demikian mengenai utusan agung pertama, sekali lagi beliau bertanya, memeriksa dan berkata kepada laki­-laki itu tentang utusan kedua, dengan mengatakan: "Tidakkah pernah terpikirkan olehmu, sahabat, utusan agung kedua yang muncul di antara umat manusia?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melihatnya."
"Tetapi sahabat, tidakkah engkau pernah melihat seorang wanita atau pria yang sakit, dan dalam kesakitan, dia terbaring di atas kotorannya sendiri dan harus diangkat oleh seseorang dan dibaringkan oleh orang lain?"
"Ya, Tuan, saya telah melihat itu."
"Sahabat, tidakkah pernah terpikir olehmu, sebagai orang dewasa yang pandai, 'Aku juga akan terkena penyakit dan tidak dapat lolos darinya. Biarlah sekarang kulakukan tindakan­-tindakan yang luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran'?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melakukannya. Saya lalai."
"Karena lalai, sahabat, engkau telah gagal melakukan tindakan­-tindakan luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran. Maka engkau akan diperlakukan sesuai dengan kelalaianmu. Tindakan jahatmu itu tidak dilakukan oleh ibu atau ayah, saudara lelaki, saudara perempuan, teman atau pendamping, tidak juga oleh sanak saudara, para dewa, para petapa atau brahmana. Tetapi engkau sendirilah yang telah melakukan tindakan jahat itu, dan engkau akan harus mengalami buahnya."
Para bhikkhu, setelah Raja Yama bertanya, memeriksa dan berbicara kepadanya demikian sehubungan dengan utusan agung kedua, sekali lagi beliau bertanya, memeriksa dan berbicara kepadanya tentang utusan agung ketiga, dengan mengatakan: "Tidakkah engkau pernah melihat, sahabat, utusan agung ketiga yang muncul di antara umat manusia?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melihatnya."
"Tetapi, sahabat, tidakkah engkau pernah melihat seorang wanita atau pria, sesudah dua atau tiga hari meninggal, yang mayatnya bengkak, pucat dan membusuk?"
"Ya, Tuan, saya telah melihatnya."
"Kalau demikian, sahabat, tidakkah pernah muncul di pikiranmu, sebagai orang dewasa yang pandai, 'Aku juga akan terkena kematian dan tak dapat lolos darinya. Biarlah sekarang kulakukan tindakan-tindakan yang luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran'?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melakukannya. Saya lalai."
"Karena lalai, sahabat, engkau telah gagal melakukan tindakan­-tindakan luhur lewat tubuh, ucapan dan pikiran. Maka engkau akan diperlakukan sesuai dengan kelalaianmu. Tindakan jahatmu itu tidak dilakukan oleh ibu atau ayah, saudara lelaki, saudara perempuan, teman atau pendamping, tidak juga oleh sanak saudara, para dewa, para petapa atau brahmana. Tetapi engkau sendirilah yang telah melakukan tindakan jahat itu, dan engkau akan harus mengalami buahnya."
Kemudian setelah bertanya, memeriksa dan berbicara kepadanya mengenai utusan agung ketiga, Raja Yama pun diam.
Setelah itu, para penjaga neraka menjatuhkan berbagai jenis siksaan kepadanya, yang menyebabkan dia menderita rasa sakit yang menusuk, parah, tajam, dan menyedihkan. Walaupun demikian, dia tidak mati sampai tindakan jahatnya itu telah habis. 18                (111,35)
26.Tiga Utusan Agung
Petikan Anguttara Nikaya 1
bagian keberapa? biar gw Ehipassiko sendiri...

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
« Reply #50 on: 15 August 2007, 01:05:53 AM »
 [at] 7th..
tidak ada apa-apa sih.. apakah kamu beriman akan adanya neraka?
 [at] el sol
silahkan, baca anguttara nikaya..  ;) logis tidak? berimankah kamu tentang neraka? 

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
« Reply #51 on: 15 August 2007, 01:07:16 AM »
gw mao cek di website yg trustworthy...itu Anguttara Nikaya ayat keberapa?

Offline Kokuzo

  • Sebelumnya 7th
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.090
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • ... running in karma ...
Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
« Reply #52 on: 15 August 2007, 01:28:47 AM »
Quote
[at] 7th..
tidak ada apa-apa sih.. apakah kamu beriman akan adanya neraka?

tidak...

gw ga kan pernah beriman pada sesuatupun, percaya it's ok...
jika saya harus percaya maka saya harus membuktikan sendiri...  :)

but apakah manusia baru bisa berbuat baik kalo diancam dengan neraka? grow up dude, bukan anak kecil yang harus dididik pake ancaman lagi...

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
« Reply #53 on: 15 August 2007, 05:47:23 AM »
gw mao cek di website yg trustworthy...itu Anguttara Nikaya ayat keberapa?

Anguttara Nikaya, Book of three no. 26
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=738

english translationnya belum dapat. di accesstoinsight.org juga nga ketemu.
There is no place like 127.0.0.1

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
« Reply #54 on: 15 August 2007, 02:13:33 PM »
gw mao cek di website yg trustworthy...itu Anguttara Nikaya ayat keberapa?

Anguttara Nikaya, Book of three no. 26
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=738

english translationnya belum dapat. di accesstoinsight.org juga nga ketemu.
thx ko Sumedho...kalo gitu apakah raja Yama itu ada di neraka? waktu itu saya denger ceramah Bhante Uttamo yg bilank kalo Neraka itu yg nyiksa adalah pikiran kita sendiri...mana yg bener neh...bingung gw...

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
« Reply #55 on: 15 August 2007, 02:20:40 PM »
Nga tahu juga tuh sol. Nanti yah tunggu saya sudah bisa mampir ke alam itu dulu.

Ada hal lain yg lebih urgent nih..... seeing Dukkha.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
« Reply #56 on: 15 August 2007, 02:24:23 PM »
 [at] medho
bro medho kalo udah mampir ke sana, jangan lupa foto-foto yang banyak ya.. ;) terus share cerita-cerita disono donk..   ;D ;D ;D

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
« Reply #57 on: 15 August 2007, 02:30:10 PM »
 [at] Sumedho
hehe..iyah..bener..

 [at] Dharmakara
ok boss..emank bener kayakne di Neraka ada Yama dan watever..tapi kalo gw personal seh gk percaya..karena didalem sutta itu..terkesan kalo Dewa(yama) pnya kuasa atas manusia gitu..suka2 dia ajah hukum manusia...emanknya dia ada hak?

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
« Reply #58 on: 15 August 2007, 02:40:27 PM »
El Sol:
Emang ada yg berhak ?

Bijimana kalao dia cuma menjalankan Tugas ?
Bijimana kalao dia itu seperti layaknya Presiden ?
En... dia bukan berkuasa Terhadap Manusia...

Tapi terhadap bawahan dia yg nyempil di alam kekuasaan dia...
Dimana langit dijunjung... disitu bumi di pijak...  8)

Nah logh... pusink khan... ?
Kalao ga mao di kuasai Yama...
Ya jangan maen-maen ke alam dia...

Semudah en segampang itu solusinya...  :whistle: :whistle: :whistle:

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
« Reply #59 on: 15 August 2007, 03:38:08 PM »
makanya elsol, beriman donk.. IMAN itu penting koq..

Puji Buddha, Dalam nama Buddha, habebuyah..   :)) :)) :))



[at] Dharmakara
ok boss..emank bener kayakne di Neraka ada Yama dan watever..tapi kalo gw personal seh gk percaya..karena didalem sutta itu..terkesan kalo Dewa(yama) pnya kuasa atas manusia gitu..suka2 dia ajah hukum manusia...emanknya dia ada hak?

 

anything