mau tanya lagi... boleh y... ^^
1. apakah seseorang bisa-boleh mengamalkan ajaran Buddha, namun masih memegang Tradisi dan agama?
2. apakah kepercayaan (ttg adanya Tuhan) dapat menghalangi seseorang mendapat pencerahan?
3. apakah mempercayai praktek sihir dan gaib sudah melenceng dari ajaran Buddha?
trmksh.
Ajaran Buddha bisa dipraktekkan oleh siapa pun tanpa melihat agama seseorang dan tradisi seseorang. Ajaran Buddha mengajak kita untuk mengamati diri sendiri dan meneliti kehidupan itu. Ajaran Buddha tidak bertujuan untuk merubah agama / kepercayaan seseorang dan tradisi seseorang tetapi mengajak setiap orang untuk melihat kehidupan itu adalah suatu penderitaan bahwa segala hal duniawi itu hanyalah penderitaan.
Buddha memberikan suatu ide gagasan bahwa kehidupan itu adalah suatu penderitaan. Kita diajak untuk membuktikan kebenarannya. Benarkah bahwa hidup itu adalah suatu penderitaan? Bagaimana caranya membuktikan kebenaran itu? Mulailah dari diri sendiri anda. Amatilah tubuh dan batin anda. Adakah sesuatu yang pasti dan tetap dari tubuh anda sendiri?
Dengan melihat hidup itu adalah suatu penderitaan maka seseorang akan berpikir bagaimana cara mengakhiri penderitaan tersebut. Ia akan mencari sebab - sebab penderitaan. Kenapa kita mengalami penderitaan. Ajaran Buddha mengajak kita untuk meneliti penderitaan (kehidupan) dan mengakhirinya sampai ke akar - akarnya dan selamanya.
Jika seseorang hanya mengejar kekuatan gaib, tidak ubahnya sama seperti orang lain yang mengejar segala kesenangan duniawi. Segala hal yang duniawi ini hanya membawa penderitaan. Kemelekatan kepada hal duniawi hanya membawa penderitaan.
Praktek Ajaran agama buddha tidak mengajarkan benar atau salah. Benar atau salah adalah label yang diberikan oleh manusia. Ajaran Buddha melihat segala hal adalah netral, terlepas dari benar dan salah, bahagia dan duka dan mengajarkan kita untuk melihatnya sebagai fenomena yang tidak tetap, tidak memuaskan dan tiada diri. Jika seseorang masih terlibat dalam rutintias sehari - hari melihat benar dan salah, bahagia dan duka, maka ia akan terjebak ke dalam dualitas tersebut. Seperti roda yang berputar kadang bahagai kadang duka.
Jika kita terlibat dalam rutinitas duniawi benar dan salah, maka manusia akan terjebak dalam konflik di dunia ini. Melihat tinta diatas kertas dan mengatakan kitab Agama saya lebih benar dan suci, kita Agama anda salah dan sesat. Seseorang jika terlibat dalam hal ini tak ubahnya membandingkan kotoran dengan kotoran dan mengatakan kotoran saya lebih benar dan suci, kotoran anda lebih kotor. Karena mereka membandingkan tinta dengan tinta dan kertas dengan kertas dan mengambil kesimpulan seperti itu. Hal tersebut tidak berguna dan hanya membawa konflik dan penderitaan.