//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: DHAMMA yang wajib di hindarkan oleh para upasaka-upasika (termasuk Pandita)  (Read 15355 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
[at] Mr.Jhonz

Tidak ada seorang pun yang cukup berdaulat untuk memberikan cap berkhianat pada seorang bhikkkhu. Kata "pengkhianatan" di sini hanyalah satu bentuk kesepakatan bahasa; bahwa yang bersangkutan memakai atribut sebagai siswa Sang Buddha namun menampilkan postur di luar Ajaran Sang Buddha.

jika tidak ada orang yg berdaulat,bukannya itu merupakan kelemahan agama buddha??karena setiap orang/kelompok bisa leluasa menyusup/mendompleng ag.buddha...

Bagaimana dgn kelompok yg mengklaim ajarannya merupakan 'revisi' dari ajaran buddha,bahkan menyatakan ajaran buddha gautama sudah kuno,kelompok ini  mengklaim ajarannya lebih efisien dan efektif,
apakah kelompok tersebut bisa dikatakan 'berhianat'?

;D
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
jika tidak ada orang yg berdaulat,bukannya itu merupakan kelemahan agama buddha??karena setiap orang/kelompok bisa leluasa menyusup/mendompleng ag.buddha...

dear bro,

kalau saya boleh bilang tergantung sudut pandangnya, bro..... karena bagi saya, disini justru letak kedewasaan buddhism, yg memberikan kebebasan berpikir, yang tidak mau memaksakan bhw segala sesuatu HARUS berlabel buddhis

Bagaimana dgn kelompok yg mengklaim ajarannya merupakan 'revisi' dari ajaran buddha,bahkan menyatakan ajaran buddha gautama sudah kuno,kelompok ini  mengklaim ajarannya lebih efisien dan efektif,
apakah kelompok tersebut bisa dikatakan 'berhianat'?

;D

Untuk tahu ajaran yg benar, marilah kita kembali pada Kalama Sutta.... hendaknya kita bisa menyelidiki apakah ajaran revisi itu tetap membawa manfaat bagi perkembangan batin dan dipuji oleh para bijaksana

karena seringkali ajaran baru itu, walau revisi ternyata malah melenceng dari tujuan pengikisan LDM, yg notabene menjauhkan dari tujuan nibbana


Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
[at] Mr.Jhonz

Tidak ada seorang pun yang cukup berdaulat untuk memberikan cap berkhianat pada seorang bhikkkhu. Kata "pengkhianatan" di sini hanyalah satu bentuk kesepakatan bahasa; bahwa yang bersangkutan memakai atribut sebagai siswa Sang Buddha namun menampilkan postur di luar Ajaran Sang Buddha.

berarti kalopun kita bertemu oknum anggota Sangha yang mengajarkan hal-hal di luar Ajaran Sang Buddha, yang boleh kita lakukan hanya diam?

Quote
[at] Mr.Jhonz

Tidak ada seorang pun yang cukup berdaulat untuk memberikan cap berkhianat pada seorang bhikkkhu. Kata "pengkhianatan" di sini hanyalah satu bentuk kesepakatan bahasa; bahwa yang bersangkutan memakai atribut sebagai siswa Sang Buddha namun menampilkan postur di luar Ajaran Sang Buddha.

Sebenarnya bisa saja pemberian cap berkhianat, misal jelas2 seorang bhikkhu mengajarkan agama lain. Sudah pasti dicap berkhianat dan kalau tidak mau berubah, maka dia harus lepas jubah. Kalau tidak ada yg berdaulat maka tidak perlu didalam organisasi sangha ada kepala bhikkhu bagian vinaya dan vinaya itu sendiri. Contohnya di STI(Sangha Theravada Indonesia) ada anggota Sangha sebagai kepala Bagian Vinaya. Bagian ini yg akan melakukan evaluasi. Bagaimana sikap umat, tentu umat sah-sah saja menanyakan langsung kepada bhikkhu itu dengan cara yg santun, jika ada keraguan bisa ditanyakan kepada anggota sangha di bagian vinaya. 

Saya rasa siapa yg berdaulat adalah dhamma dan vinaya itu sendiri dan kita berpatokan pada itu  untuk mendaulat tetapi dalam koridor yg terarah, santun tanpa dilandasi kebencian dan prosedural.

Kalau memang ada kasus seperti itu, sebaiknya sangha yang bersangkutan mengambil tindakan untuk menghukum oknum sesuai ketentuan vinaya. Seperti yang dijelaskan oleh Bro Bond, memang sebaiknya demikianlah langkah-langkah yang harus diambil...

Yang saya maksud di postingan sebelumnya, yaitu tidak ada seorang pun dari kita yang pantas mencap seseorang sebagai "pengkhianat". Oknum yang menyusup di dalam tubuh Sangha itu jelas sudah melanggar itikad sebagai Siswa Sang Buddha. Dan kasus ini sudah seharusnya dihadapkan pada Vinaya. Selebihnya... kata "pengkhianat" hanyalah istilah untuk oknum (dalam konteks kali ini adalah bhikkhu) yang mendompleng Ajaran Sang Buddha, meski dia berstatus sebagai Siswa Sang Buddha.

Karena "pengkhianat" hanya sebagai suatu istilah, maka semua orang yang memiliki persepsi bahwa oknum itu berkhianat tentu akan mencap oknum itu sebagai pengkhianat. Namun apakah benar oknum itu memang sengaja berkhianat atau tidak, Vinaya akan selalu menjadi pedoman keputusan bagi Sangha.
« Last Edit: 23 July 2009, 10:10:14 PM by upasaka »

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
[at] Mr.Jhonz

Tidak ada seorang pun yang cukup berdaulat untuk memberikan cap berkhianat pada seorang bhikkkhu. Kata "pengkhianatan" di sini hanyalah satu bentuk kesepakatan bahasa; bahwa yang bersangkutan memakai atribut sebagai siswa Sang Buddha namun menampilkan postur di luar Ajaran Sang Buddha.

jika tidak ada orang yg berdaulat,bukannya itu merupakan kelemahan agama buddha??karena setiap orang/kelompok bisa leluasa menyusup/mendompleng ag.buddha...

Bagaimana dgn kelompok yg mengklaim ajarannya merupakan 'revisi' dari ajaran buddha,bahkan menyatakan ajaran buddha gautama sudah kuno,kelompok ini  mengklaim ajarannya lebih efisien dan efektif,
apakah kelompok tersebut bisa dikatakan 'berhianat'?

;D

Oknum di dalam tubuh Sangha akan ditindak-lanjuti sesuai dengan Vinaya. Tidak akan ada orang / kelompok orang yang bisa leluasa menyusup dalam Sangha dan mendompleng Ajaran Sang Buddha selama Dhamma dan Vinaya berdiri dengan tegak.

Oleh karena itu, sudah saya katakan bahwa istilah "pengkhianat" hanyalah satu kesepakatan dalam berbahasa. Jangankan sampai mendirikan ajaran domplengan atau ajaran revisi, jika seorang umat awam yang berpandangan keliru tentang Buddhadhamma mengajarkan suatu teori yang ternyata menjadi populer, apakah dia juga bisa diklaim sebagai "pengkhianat"...? Coba Anda renungkan. :)

Kembali ke permasalahan inti, bukanlah penting untuk mencirikan suatu 'oknum' sebagai "berkhianat" ataupun "berbakti". Seperti yang dijelaskan oleh Bro Markos, yang penting adalah apakah ajaran dari oknum itu memiliki poin yang bisa memberikan kemajuan positif untuk batin. Namun jika ada anggapan bahwa Kalama Sutta pun sudah kadaluwarsa, maka Anda harus menyelidikinya dengan pikiran terbuka. Yaitu dengan memakai pola pikir: "Apakah kebenaran dari ajaran ini bersifat universal; dapat diselami semua orang dan dapat dibuktikan saat ini?"
« Last Edit: 23 July 2009, 10:10:39 PM by upasaka »

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Saya rasa soal Kesaktian, sudah jelas dijelaskan oleh Sang Buddha dalam Kevaddha Sutta ya.. Bisa baca di perpus DC Digha Nikaya. :)
Ada 3 kekuatan: Kekuatan kesaktian, Kekuatan membaca pikiran dan Kekuatan nasihat.
Sang Buddha jelas-jelas menganjurkan Kekuatan Nasihat daripada 2 Kekuatan Supranormal sebelumnya di Sutta tersebut. :)
appamadena sampadetha

 

anything