Saya tidak menilai ada unsur pelanggaran terhadap biku tersebut. saya bukan orang yang anda maksud. jangankan menulis buku, membuat karya tulis saja saya tak mampu (skripsi tak rampung-rampung).
wajar jika anda menilai tidak ada unsur pelanggaran, karena pada post awal anda, anda mengatakan bukan ahli WINAYA, tetapi sebenarnya tidak harus menjadi ahli vinaya untuk melihat kasus ini sebagaimana adanya,, ie. pelanggarann sebagai palanggaran.
berikut ini saya kutipkan penggalan dari Uposatha Sila, yg bahkan wajib dilaksanakan oleh umat awam pada hari Uposatha
7. "Bhikkhus. Ariyan disciples in this Religion reflect thus:
"'All arahants, for as long as life lasts, have given up singing and dancing, the playing of musical instruments and the watching of entertainments, which are stumbling blocks to that which is wholesome. Nor do they bedeck themselves with ornaments, flowers or perfume.'
"All of you have given up singing and dancing, the playing of musical instruments and the watching of entertainments, which are stumbling blocks to that which is wholesome. You do not bedeck yourselves with ornaments, flowers or perfume. For all of this day and night, in this manner, you will be known as having followed the arahants, and the Uposatha will have been observed by you. This is the seventh factor of the Uposatha."
Dalam DN 1 Brahmajala Sutta juga disebutkan
1.10. ‘“Petapa Gotama adalah seorang yang menjauhi merusak benih dan hasil panen. Beliau makan sekali sehari dan tidak makan pada waktu malam, menjauhi makan pada waktu yang salah.13 Beliau menghindari menonton tari-tarian, nyanyian, musik, dan pertunjukan. Beliau menghindari memakai karangan bunga, pengharum, kosmetik, dan perhiasan. Beliau menghindari menggunakan tempat tidur yang tinggi atau lebar. Beliau menghindari menerima emas dan perak.14 Beliau menghindari menerima beras mentah atau daging mentah, Beliau tidak menerima perempuan atau gadis muda, budak laki-laki atau perempuan, domba dan kambing, ayam dan babi, gajah, sapi, kuda jantan dan betina, ladang dan bidang tanah;15 Beliau menghindari menjadi kurir, membeli dan menjual, menipu dengan timbangan dan takaran yang salah, dari menyuap dan korupsi, dari penipuan dan kemunafikan, dari melukai, membunuh, memenjarakan, perampok jalanan, dan mengambil makanan dengan paksa.” Demikianlah orang-orang biasa akan memuji Sang Tathāgata.’
dan
1.13. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brahmana ... masih menikmati pertunjukan seperti tarian, nyanyian, musik, penampilan, pembacaan, musik-tangan, simbal dan tambur, pertunjukan sihir,16 akrobatik dan sulap,17 pertandingan gajah, kerbau, sapi, kambing, domba, ayam, burung puyuh, perkelahian dengan tongkat, tinju, gulat, perkelahian pura-pura, parade, pertunjukan manuver dan militer, Petapa Gotama menjauhi menikmati penampilan demikian.”’
Dalam Vinaya Pitaka Buku Cullavagga yang diringkas dalam "Buddhist Monastic Code"
Violations of the eight precepts. The bhikkhus in the origin story to Cv.V.36 ate at the wrong time, drank strong drink, wore garlands, scents, and cosmetics; they danced, they sang, they played instruments, they directed (§). (According to the Commentary, to Sg 13, this last word means that, "Having gotten up, floating as if in rapture, they get a dramatic dancer to dance; they give the revaka." The Sub-commentary states that revaka, which is found nowhere in the Canon and nowhere else in the Commentary, means that they demonstrated expressive or dramatic gestures (abhinaya): "Having declared their intent, 'This how to dance,' they get up first and demonstrate the motions of the dance." The Thai translator of the Commentary suggests instead that revaka might mean the musical beat. Under either interpretation, conducting a musical performance at present would also come under this term.) They danced while a woman danced, sang while she danced, played instruments while she danced, directed while she danced. They danced ... sang ... played instruments ... directed while she sang. They danced ... sang ... played instruments ... directed while she played instruments. They danced ... sang ... played instruments ... directed while she directed... Having spread out their outer robes as a stage, they said to a dancing girl, "Dance here, sister." They applauded her (according to the Commentary, they placed their fingers first on their own foreheads, then on her forehead, saying "Good, good!" This, however, would seem to be a violation of Sg 2).
saya hanya berpikir tentang pentingnya sebuah support yang di lakukan dengan penuh cinta kasih apabila yang bersangkutan dinilai salah.
jujur mengenai penilaian pelanggaran aturan moral kemonastikan saya tidak berani berbicara banyak, karena saya bukan pihak yang kompeten utk menilai.
namun apakah lebih baik jika kritik yang sangat membangun dan penuh cinta kasih dapat diciptakan secara kondusif. .
saya mendengar agama Buddha sebagai agama yang damai ? apa kah cara semacam ini dapat digolongkan damai ?
saya tidak mencari siapa yang benar dan salah, karena saya takut ada unsur pembenaran yang nantinya merusak kaidah luhur nilai kebenaran. mari kita saling memahami dan saling mengsupport. . saya rasa ini forum spiritual bukan hukum :-)
ingatkan jika saya lalai, dukung saya dalam kebaikan.
dengan cara ini kami sedang memberikan support bahkan bukan hanya kepada seorang bhikkhu tapi juga agar mendapat perhatian bagi bhikkhu ybs dan para bhikkhu lainnya, bahwa kami peduli. jika kami tidak peduli apakah menurut anda kami akan melakukan hal sia2 spt ini? kami juga menginginkan agar para bhikkhu bisa menjalankan kehidupan kebhikkhuannya denagn baik. kepada bhikkhu2 yg menjalankan kebhikkhuan dengan baik kami tentu saja akan memberikan support sepenuhnya sesuai kapasitas kami.
sedikit masukan saja. Anthony De Mello pernah berkata, jika kita ingin orang berubah, maka bantulah dia dengan memberikannya cinta dan kepercayaan. bukan dengan sikap konfrontatif. :-)
Salam Spiritual :-)
Dharma Dwara
kami tidak ingin merubah siapapun. kami hanya sekadar mengingatkan. jika ybs ingin berubah, that's good, jika tidak, that's none of our business.
dan jika kami harus memberikan kepercayaan kepada seorang bhikkhu, kami tidak memberikan kepercayaan membuta, jadi bangkitkanlah kepercayaan kami terlebih dulu dengan perilaku selayaknya seorang bhikkhu.