usul bagus, om.
apakah perlu revisi vinaya untuk ini? ataukah upaya prevensi ini cukup?
Saya tidak ahli vinaya, juga tidak tau banyak tentang vinaya.
Dan selama ini, dari hasil diskusi2, saya perhatikan vinaya sendiri sebenarnya sudah cukup jelas. Faktor batin / mental manusia sendiri dari dulu hingga sekarang sama.
Yang berbeda hanyalah objek2 materi yg semakin meluas.
Seharusnya para bhikkhu sudah dapat mengambil esensi dari aturan2 yang telah ada.
Contohnya: Ada vinaya soal tidak boleh bhikkhu sekamar berdua aja dengan perempuan, tapi seiring dengan berkembangnya teknologi, ditemukan telepon, bahkan blackberry. Pada akhirnya bhikkhu bisa bertelepon ria dengan perempuan dari kamar mereka masing2 atau berchating ria. Berbicara berdua ini berpotensi mengarah ke hal2 yg akan mengganggu latihan si Bhikkhu. Saya, umat awam yg biasa saja, bisa memahami bahwa vinaya tidak boleh sekamar dgn perempuan itu juga mencakup, jangan menelepon ria dan chatting2an dgn perempuan. Esensinya jelas.
Kita tidak menutup kemungkinan -seperti yg Bro Morph bilang- para Bhikkhu nakal yg memanfaatkan celah dari terbatasnya detail di vinaya. Namun, kita juga tidak bisa menambah2 vinaya agar terus sejalan dengan perkembangan zaman. Banyak kendalanya. Apakah kita mau menambahkan vinaya Facebook, Blackberry, chatting, menelepon dengan telpon, handphone, jalan-jalan ke mall, vinaya naik pesawat, naik mobil, naik motor, vinaya makan permen karet, permen kejut, vinaya main gitar, vinaya main gitar listrik, vinaya main play station, vinaya gameboy, vinaya tabungan, vinaya deposito, dstnya...
Saya pikir vinaya akan menjadi bejibun banyaknya, akan menjadi tidak efisien lagi. Lagipula, siapa yg akan menentukan apa2 yg akan dimasukkan ke vinaya, siapa yg menentukan sah tidaknya vinaya, juga aliran Buddhist sudah banyak berkembang, masing2 aliran akan mengembangkan vinaya masing2...
Sy pikir Sang Buddha sudah memprediksi kekacauan yg akan ditimbulkan oleh kebebasan menambahkan vinaya ini jika Beliau sudah tidak ada lagi. Beliau mengambil keputusan terbaik diantara terburuk. Jauh lebih baik mempertahankan vinaya yg asli, yg telah ada ketimbang diberi kebebasan mengembangkannya...
Pada akhirnya, kembali ke masing2 bhikkhu saja. Cukuplah vinaya yg diturunkan Sang Buddha.
Dengan vinaya yg telah ada ini, terbukti koq banyak juga bhikkhu yg 'berhasil', banyak juga bhikkhu yg sanggup melakukan. Bagi yg serius hidup monastik, tuntunan yg telah ada sesungguhnya telah lebih dari cukup.
Sedangkan bagi bhikkhu2 yg nakal yg mencari2 celah/kelemahan vinaya, bagaimanapun ditambah pasal2 baru dalam vinaya, tetap aja mereka bisa menemukan kelemahannya untuk dilanggar.
::