25/12/2012
Hai teman. sebenarnya saya juga sama dengan anda. sempat menjadi ragu ketiga baca diamond
sutra sampai di halaman itu. Dan saya juga belum ada jawaban yg pasti. Tapi disini saya
coba membahas dengan anda agar anda tidak terlalu cepat vonis bahwa itu asli atau palsu.
Menurut saya, jika itu asli, mengapa terdapat kata mahayana dan hinayana.
Kemungkinan, kata Mahayana dan Hinayana sebenarnya telah disebut oleh Buddha, sebelum
munculnya kedua aliran ini. Mungkin yang dimaksud Buddha, Hinayana adalah cara orang
mejalankan dharma dengan hanya memperhatikan moralitas, tingkah laku dan pikiran diri
sendiri (kendaraan kecil). intinya sendiri jangan berbuat kesalahan. Sedangkan Mahayana
(kendaraan besar) adalah cara selain sama dengan hinayana diatas, ditambah orang itu di
saat menjalankan dharma timbul keinginan semua makhluk juga akan mencapai nirbana pada
akhirnya, berarti menginginkan semua makhluk memperoleh dharma kemudiaan mencapai nirbana.
Kemudian, ketika terjadi perpecahan sangha (terjadi perpecahan tentu karena beda pendapat),
sekelompok menyebut mereka adalah aliran Mahayana dan menyebut kelompok lainnya aliran
Hinayana. Kemungkinan sebutan itu diambil dari kutipan diamond sutra atau sutra lain yang
dikotbahkan oleh Buddha. Padahal saat itu kelompok yang disebut Hinayana itu tidak mengakui
mereka disebut Hinayana. (Sebutan sebelumnya saya lupa, tapi sekarang disebut Theravada).
Dan, saya pernah baca artikel di internet, yang menyatakan terbentuknya aliran Mahayana
karena sekelompok orang menganggap peraturan yang ditetapkan untuk seorang bikkhu
sebelumnya terlalu berat, susah untuk dijalani, sehingga terbentuk aliran Mahayana. Apakah
itu benar ? atau vonis dari kelompok Hinayana terhadap Mahayana ?
Menuru saya, ketika sesuatu dibantah, karena kita menganggap itu memang tidak benar, atau
kurang benar. Tetapi didalam ini tidak boleh ada unsur mencari alasan untuk meringankan
atau menutup kesalahan diri sendiri, kecuali kebetulan. Maksudnya, ketika membenarkan atau
membantah sesuatu, anda harus sadar terlebih dahulu, bahwa pembenaran atau pembantahan itu
lebih cenderung berasal dari hati yang ingin menutup kesalahan, atau memang dari
kebijaksanaan.
Pernah ada seorang guru agama Buddha ditanya oleh muridnya setelah gurunya berceramah.
Muridnya bertanya bagaimana membuktikan yang ini benar, yang itu benar, yang guru
ceramahkan itu benar, dan kenapa guru percaya bahwa itu benar. Sedangkan banyak hal yang
sudah tidak dapat dibuktikan lagi bahwa itu benar atau tidak.
Kemudian gurunya menjawab, memang tidak dapat dibuktikan, karena tidak ada jejak untuk
ditelusuri lagi. tapi saya percaya itu benar, Ketika saya merasa itu masuk akal atau cocok.
Tapi sekali lagi, yang dimaksud masuk akal atau cocok, adalah ditinjau dari kebijaksanaan.
bukan dari karena cocok terhadap keinginan maupun kondisi pribadi.
Diamond Sutra, merupakan Sutra yang paling saya sukai. karena setelah mempelajarinya
merasakan kebebasan yang sangat menyenangkan. Dan dipikir kembali, kalo itu merupakan
sesuatu yang palsu, kok bisa sampai mengandung makna yang begitu mendalam.
Menurut saya, seharusnya kita mengikuti apa yang dikatakan Buddha. Yang jelas Aliran
Mahayana dan Hinayana timbul bukan karena Buddha, berarti seharusnya di dalam menjalakan
dharma jangan mikiran harus ikut 100% Mahayana atau Hinayana. yang harus ikut 100% adalah
yang pernah diajarkan Buddha. kalau 100% ikut ajaran Buddha, tentu anda mengikuti ajaran
yang tercantum dalam Sutra. Ketika ragu terhadap isi Sutra, ya cari guru yang bisa
membimbing. kalo masih belum dapat, syukur-syukur kalo anda bisa memperoleh jawaban melalui
hasil meditasi yang cukup mendalam, karena timbul kesadaran dan kebijaksanaan yang tinggi.
Kalo setelah mendapat jawaban dari hasil meditasi, tidak berarti kita tidak bertanya lagi
kepada guru. Tetap akan mencari jawaban jika ada kesempatan bertemu dengan guru.
Saya pernah mendengar ceramah dari guru yang isinya, Buddha mengatakan pada zaman akhir
dharma, ajaran Buddha bakal banyak diselewengi oleh orang-orang, entah secara sengaja atau
tidak. Tapi menurut saya kalo sengaja berarti setan, kalo tidak sengaja, berarti salah
pengertian atau pemahaman. Apa yang saya cerita diatas benar atau tidak, saya juga tidak
bisa menjamin, saya hanya bisa menjamin saya tidak ada unsur sengaja menyelewenginya.
Kalo semua orang takut salah memberikan informasi atau mengajarkannya, kemana lagi kita dan
generasi bekikutnya untuk belajar ?
Dan semoga website ini bisa sering-sering dikunjungi oleh banyak guru-guru yang bisa
membimbing kita. agar kita bisa lebih mantap dalam ajaran agama Buddha.
Sekian dan salam bahagia...