//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: The Vajracchedika Prajna Paramita Sutra ( Diamon Sutra) *SUTRA PALSU?*  (Read 124356 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Pudji

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 31
  • Reputasi: 0
  • Semoga Semua Makhluk Berbahagia
Re: The Vajracchedika Prajna Paramita Sutra ( Diamon Sutra) *SUTRA PALSU?*
« Reply #405 on: 27 December 2012, 05:40:59 PM »
jika dilihat dari pernyataan anda, berarti tuhan penguasa agama tetangga dan karma adalah sama, begitukah !
atau memang anda juga percaya adanya tuhan yang menentukan walaupun anda mengakui buddhis, begitukah !
jika benar, boleh dibabarkan lebih detail, demi manfaat umat forum DC bisa menambah pengetahuan dengan penjelasan yang lebih lengkap.
Maaf teman, saya kurang begitu paham maksud kalimat diatas, "Tuhan adalah penguasa tetangga dan karma adalah sama...?" kalo bisa tolong minta penjelasannya, dan agar bisa saya jelaskan dgn tepat. terimah kasih.
Yg saya maksud "sama" di sini, karena Tuhan yg disebutnya, masih belum ada kalimat yg bisa dijelaskan. Sedangkan karma, org lebih jelas, sedangkan Tuhan yg dimaksudnya mencakup semuanya, termasuk karma.

Kalo tentang percaya atau tidak adanya Tuhan yg menentukan segala sesuatu, ini saya coba memberi penjelasannya.
"Tuhan menentukan sesuatu, atau segalanya"......Sebelum kita vonis atau ambil kesimpulan bahwa apa yg dianggap, atau dipercayai oleh  org yg mengatakan kalimat itu, pertama, kita harus mengerti atau mencari tahu yg dimaksud Tuhan dari org yg menyampaikan itu seperti apa pemahamannya.
1). Jika telah diketahui bahwa, dia membayangkan ada sesosok "Maha Dewa atau Super Dewa" sebagai Tuhan, (walapun katanya tidak bisa dibayangkan wujud dari Tuhan itu sendiri), maka dia penganut yg kalau tidak salah di agama Buddha disebut "Atman", dan tentu ini sudah tidak sesuai dgn ajaran agama Buddha sepemahaman saya. Dan berarti "Tuhan" yg dimaksud oleh org tersebut, kalau di agama Buddha Tuhan-nya disebut seorang Maha Dewa. Mungkin saja Maha Brahma, atau Dewa lainnya", yg memiliki super power.
2). Tapi jika Tuhan yg dimaksud olehnya adalah seperti mendekati "Tao" yang terdapat di ajaran taoisme, atau mendekati hukum alam, hukum karma, dharma dan sebagai, dimana sebenarnya kata-kata itu tidak ada satupun yang dapat menjelaskan dgn tepat seperti apa kondisi Tuhan itu, dan oleh karena itu ada yg mengatakan Tuhan tidak dapat diungkapkan. Ini seperti Nirbana, yg juga susah diungkapkan, atau tentang Kekosongan di ajaran agama Buddha. Dan jika bayangan tentang Tuhan adalah seperti ini, maka boleh dikatakan sesuai dgn ajaran agama Buddha.
Saya sendiri adalah penganut yg nomor 2 diatas.
 
Sebuah pernyataan yg mengatakan, jika anda berbuat jahat, anda akan dihukum, dan jika berbuat baik mendapat pahalal. Kalimat ini sebenarnya sangat panjang kalau mau dibahas. Anda dihukum oleh siapa? anda dapat pahalal dari siapa? Kalau bilang hukuman dan pahalal dari Tuhan, Tuhan yg dimaksud Tuhan definisi nomor 1 atau nomor 2 di atas ? Kalau penganutnya adalah penganut nomor 1, maka panganut nomor 2 akan berpikir, "Oh, maksud anda itu dihukum oleh Mahdewa, karena Maha Dewa tidak senang melihat perbuatan anda, dan mau menghukum anda, selama itu tidak melanggar hukum karma, dan juga demi kebajikan. Bagi penganut nomor 2, saya dihukum, karena perbuatan/karma saya sendiri, bukan oleh Maha Dewa. Berarti bagi penganut nomor 1, proses dihukumnya hanya satu, yaitu dihukum oleh Maha Dewa yg disebutnya sebagai Tuhan. Bagi penganut nomor 2, dihukum itu bisa oleh 2 kemungkinan. Kemungkinan pertama pasti terjadi, yaitu oleh karma. Kemungkinan kedua oleh Maha Dewa, yg bisa terjadi bisa tidak. Maha Dewa mau menghukum dan memberi pahalal, itu juga tidak aneh. Seperti kita yg berada di alam ini juga, kalo berbuat jahat ditangkap oleh polisi, berjasa diberi penghargaan, demi kebenaran, keadilan dsbnya.
Demikian juga tentang doa, doa dikabulin karena bantuan Dewa atau karena efek berdoa itu sendiri menimbulkan energi dan keyakinan untuk berjuang, sehingga berhasil. dan masih banyak lagi hal yg sebenarnya panjang sekali kalo dibahas.

Dulu, setelah saya membaca kitab yg ada di agama lain, bayangan dan penanggapan saya juga seperti org pada umumnya, yg menganggap Tuhan yg dimsaksud adalah sesosok Super Dewa, Tidak ada yg lebih super lagi.
Setelah bertahun-tahun belakang ini, saya merenungkan kembali. Maksud dari kitab itu sendiri, belum tentu seperti apa yg kita bayangkan.
Contoh : "Tuhan adalah Maha Kuasa, Maha Tahu", atau "Kamu akan dihukum oleh Tuhan kalau berdosa."
Di sini, maksudnya mungkin tidak seperti apa yg kita bayangkan sebelumnya.
Hanya penanggapan dari kita sendiri terhadap kalimat itu yang membuat kita cenderung berpikir seperti itu.
Kalau coba diganti kalimat di atas menjadi, "Tao/Karma/Dharma Maha kuasa, maha tau" Kamu akan dihukum oleh
Tao/karma/Dharma/Hukum Alam itu sendiri, kalau kamu berdosa."
Dan saya tetap menghormati umat-umat yg beragama lain.
Dan sepengalaman saya, tidak menjamin bahwa penganut nomor  1 akan lebih baik dari pada penganut nomor 2, atau sebaliknya. Contoh, Seseorang, kalau dia penganut nomor satu, kadang sudah jelas dia dihukum karena perbuatan sendiri, masih mengatakan karena takdir atau lainnya, itu namanya tidak memiliki pandangan yg benar atau tidak bijaksana. Seseorang, penganut nomor 2, karena menganggap semuanya lebih diutamakan pada karma/perbuatan sendiri, dan tidak ada pihak ketiga yg menghukum, sehingga kadang bisa timbul pikiran, setelah melakukan perbuatan ini, nanti siapa tahu saya bakal terhindar dari karmanya. Sehingga org seperti ini walaupun merasa dirinya sangat "bebas", tetapi gara-gara kebebasan itu membuat dirinya gampang berbuat salah, atau meremehkan kesalahan yg kecil. Ini sebenarnya juga sebuah pikiran yang tidak bijaksana. Oleh karena itu, bagi penganut nomor 2, berhati-hatilah, jangan karena kebebasan membuat kita menjadi longgar, tapi rasa kebebasan yang disertai dengan tetap adanya kebijaksanaan... ini sepengalaman saya, benar atau tidak, mohon masukan dari teman-teman. terimah kasih.






 

Offline Pudji

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 31
  • Reputasi: 0
  • Semoga Semua Makhluk Berbahagia
Re: The Vajracchedika Prajna Paramita Sutra ( Diamon Sutra) *SUTRA PALSU?*
« Reply #406 on: 27 December 2012, 05:50:53 PM »
menurut saya menggunakan kata diberi,itu suatu kesalahan atau tidak tepat-----ini versi Buddha,
kalau awalan di(beri) berarti ada yang mem(beri).

perbedaannya ada di sini-----
saat di usia 70 saya terkena penyakit cancer,dokter mengatakan usia saya hanya sisa sekitar 1 tahun,setelah itu bisa ada berapa kemungkinan,saya pasrah menunggu kematian,bisa mencari pengobatan alternatif,bisa ke singapore cari dokter yang lebih hebat dsb.
bermacam macam reaksi saya itulah akan menentukan hari kematian saya,bisa sebelum 1 tahun ,bisa pas 1 tahun ,bisa juga lebih dari 1 tahun,jadi usaha saya sendirilah yang akan menentukan tanggal kematian saya,mungkin juga ada kaitan karma yang lalu,tapi yang jelas bukan atas jasa atau keputusan xxx atau Tuhan.
mungkin ada akan mengatakan sepperti ini----dari usaha anda itulah maka tuhan memberikan .
tapi saya akan menyatakan----itu bukan sebuah pemberian,tapi itu adalah hak saya.
sang pemberi biasanya terkait dengan kehendak atau memiliki keinginan.----punya hasrat.

Saya juga setuju dengan pernyataan anda. anda diberi umur sekian, sebenarnya cukup saja langsung, "Anda hidup sampai umur sekian". Tapi, ya bigitulah sejak dulu penyusunan sebuah kalimat yang mau enak didengar, atau kebiasaan, atau apa saya tidak tahu juga. Oleh karena itu saya memberi penjelasan yg cukup panjang lebar di sub forum ini, juga tentang pemahaman saya ketika membaca kitab dari agama lain...tks

Pikir-pikir pembahasan sampai disini sudah terlalu jauh dari tema posting sebelumnya, tentang Diamond Sutra. Mau nanya apa nanti saya bisa ditegur oleh moderator ? Tapi kalo mau lanjut pembahasannya, apa harus pindah forum saja ?
« Last Edit: 27 December 2012, 05:57:00 PM by Pudji »

Offline Pudji

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 31
  • Reputasi: 0
  • Semoga Semua Makhluk Berbahagia
Re: The Vajracchedika Prajna Paramita Sutra ( Diamon Sutra) *SUTRA PALSU?*
« Reply #407 on: 27 December 2012, 05:57:46 PM »
Saya juga setuju dengan pernyataan anda. anda diberi umur sekian, sebenarnya cukup saja langsung, "Anda hidup sampai umur sekian". Tapi, ya bigitulah sejak dulu penyusunan sebuah kalimat yang mau enak didengar, atau kebiasaan, atau apa saya tidak tahu juga. Oleh karena itu saya memberi penjelasan yg cukup panjang lebar di sub forum ini, juga tentang pemahaman saya ketika membaca kitab dari agama lain...tks

Pikir-pikir pembahasan sampai disini sudah terlalu jauh dari tema posting sebelumnya, tentang Diamond Sutra. Mau nanya apa nanti saya bisa ditegur oleh moderator ?  ;D ...Tapi kalo mau lanjut pembahasannya, apa harus pindah forum saja ?
« Last Edit: 27 December 2012, 06:02:17 PM by Pudji »

Offline Hadisantoso

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 310
  • Reputasi: 9
  • Gender: Male
Re: The Vajracchedika Prajna Paramita Sutra ( Diamon Sutra) *SUTRA PALSU?*
« Reply #408 on: 27 December 2012, 07:34:00 PM »
Saya juga setuju dengan pernyataan anda. anda diberi umur sekian, sebenarnya cukup saja langsung, "Anda hidup sampai umur sekian". Tapi, ya bigitulah sejak dulu penyusunan sebuah kalimat yang mau enak didengar, atau kebiasaan, atau apa saya tidak tahu juga. Oleh karena itu saya memberi penjelasan yg cukup panjang lebar di sub forum ini, juga tentang pemahaman saya ketika membaca kitab dari agama lain...tks

Pikir-pikir pembahasan sampai disini sudah terlalu jauh dari tema posting sebelumnya, tentang Diamond Sutra. Mau nanya apa nanti saya bisa ditegur oleh moderator ? Tapi kalo mau lanjut pembahasannya, apa harus pindah forum saja ?

Buat thread baru saja,kita ngobrol tentang Tuhan anda dan Tuhan saya,yang jelas 2 karakter yang anda jelaskan beda dengan pemahaman saya.
TopikNya siapa atau apa yang berkuasa dan pengatur alam semesta-----

Offline Pudji

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 31
  • Reputasi: 0
  • Semoga Semua Makhluk Berbahagia
Re: The Vajracchedika Prajna Paramita Sutra ( Diamon Sutra) *SUTRA PALSU?*
« Reply #409 on: 28 December 2012, 01:27:25 AM »
Buat thread baru saja,kita ngobrol tentang Tuhan anda dan Tuhan saya,yang jelas 2 karakter yang anda jelaskan beda dengan pemahaman saya.
TopikNya siapa atau apa yang berkuasa dan pengatur alam semesta-----
Ok, mari kita pindah ke thread baru. Di forum Diskusi Umum, Topik Siapa atau apa yang berkuasa dan pengatur alam semesta-----

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: The Vajracchedika Prajna Paramita Sutra ( Diamon Sutra) *SUTRA PALSU?*
« Reply #410 on: 28 December 2012, 04:31:35 AM »

Maaf teman, saya kurang begitu paham maksud kalimat diatas, "Tuhan adalah penguasa tetangga dan karma adalah sama...?" kalo bisa tolong minta penjelasannya, dan agar bisa saya jelaskan dgn tepat. terimah kasih.
Yg saya maksud "sama" di sini, karena Tuhan yg disebutnya, masih belum ada kalimat yg bisa dijelaskan. Sedangkan karma, org lebih jelas, sedangkan Tuhan yg dimaksudnya mencakup semuanya, termasuk karma.

Kalo tentang percaya atau tidak adanya Tuhan yg menentukan segala sesuatu, ini saya coba memberi penjelasannya.
"Tuhan menentukan sesuatu, atau segalanya"......Sebelum kita vonis atau ambil kesimpulan bahwa apa yg dianggap, atau dipercayai oleh  org yg mengatakan kalimat itu, pertama, kita harus mengerti atau mencari tahu yg dimaksud Tuhan dari org yg menyampaikan itu seperti apa pemahamannya.

1). Jika telah diketahui bahwa, dia membayangkan ada sesosok "Maha Dewa atau Super Dewa" sebagai Tuhan, (walapun katanya tidak bisa dibayangkan wujud dari Tuhan itu sendiri), maka dia penganut yg kalau tidak salah di agama Buddha disebut "Atman", dan tentu ini sudah tidak sesuai dgn ajaran agama Buddha sepemahaman saya. Dan berarti "Tuhan" yg dimaksud oleh org tersebut, kalau di agama Buddha Tuhan-nya disebut seorang Maha Dewa. Mungkin saja Maha Brahma, atau Dewa lainnya", yg memiliki super power.

2). Tapi jika Tuhan yg dimaksud olehnya adalah seperti mendekati "Tao" yang terdapat di ajaran taoisme, atau mendekati hukum alam, hukum karma, dharma dan sebagai, dimana sebenarnya kata-kata itu tidak ada satupun yang dapat menjelaskan dgn tepat seperti apa kondisi Tuhan itu, dan oleh karena itu ada yg mengatakan Tuhan tidak dapat diungkapkan. Ini seperti Nirbana, yg juga susah diungkapkan, atau tentang Kekosongan di ajaran agama Buddha. Dan jika bayangan tentang Tuhan adalah seperti ini, maka boleh dikatakan sesuai dgn ajaran agama Buddha.

Saya sendiri adalah penganut yg nomor 2 diatas.


dengan adanya penjelasan ini, minimal penghuni alam DC bisa mengetahui kapasitas pengetahuan yang anda miliki mengenai tuhan.  :)

tapi ada lagi tentang Nirbana, bisakah anda menjelaskan artinya !
seperti dibawah ini,
Saya cuma penasaran "nirbana" ini makanan apa yah? Saya tahunya ada (telpon) 'nirkabel' atau (pesawat) 'nir-awak', tapi belum tahu tentang nirbana ini.
kasian member yang ini, supaya dapat tercerahkan  :D
« Last Edit: 28 December 2012, 04:37:59 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: The Vajracchedika Prajna Paramita Sutra ( Diamon Sutra) *SUTRA PALSU?*
« Reply #411 on: 28 December 2012, 08:02:36 AM »
dibagian manakah diamond sutra membahas SUNYATA ? (diamond atau daimon ?)

 :P :P
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline Pudji

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 31
  • Reputasi: 0
  • Semoga Semua Makhluk Berbahagia
Re: The Vajracchedika Prajna Paramita Sutra ( Diamon Sutra) *SUTRA PALSU?*
« Reply #412 on: 28 December 2012, 07:56:37 PM »
dengan adanya penjelasan ini, minimal penghuni alam DC bisa mengetahui kapasitas pengetahuan yang anda miliki mengenai tuhan.  :)

tapi ada lagi tentang Nirbana, bisakah anda menjelaskan artinya !
seperti dibawah ini, kasian member yang ini, supaya dapat tercerahkan  :D
:))...Saya gak tahu member yg satu ini memang sengaja bercanda atau gimana, namanya juga di forum, mood masing2 org kadang berbeda, walaupun lg membahas hal yg sama.
Soal nirbana, sebenarnya saya masih kurang mengerti, tapi coba saya jelaskan sepengetahuan saya. menurut saya sebenarnya juga susah untuk dijelaskan, seperti Tuhan. Jangan2 lebih susah dari pada menjelaskan tentang Tuhan. Saya hanya bisa menjelaskan sedekat mungkin saja, seperti halnya Tuhan.
Mencapai kondisi Nirbana, dimana seseorang telah tidak melekat pada apapun, tidak timbul keinginan ketika indera melihat, mendengar, merasakan (indera yg dimaksud disini bukan indera berwujud seperti kita sekarang), sehingga tidak secara kurang sadar akan melekat, seandainya pada titik awal timbulnya keinginan, juga dapat segera sadar, "Oh, saya lagi mulai muncul keinginan", sehingga tidak akan melekat. Yg terasa pada diri hanya tenang, damai, bahagia.... dan kebahagiaan ini bukan karena telah memperoleh sesuatu, tetapi karena ketenangan dan kesadaran yg telah mencapai puncak.
Telah menjadi perdebatan sejak dulu, karena ada yg setelah mendengar definisi dari nirbana, sebagian org menganggap seperti hilang total atau mati total, karena tidak merasa apapun sama sekali. Tentu ini dibantah oleh sebagian org lagi, karena dikatakannya terdapat kesadaran dan ketenangan yg tinggi. Ketenangan kan sebuah rasa.
Jadi kesimpulan yg diambil oleh saya sampai saat ini adalah diri sendiri sudah hilang, lenyap, tapi terdapat rasa ketenangan dan kebahagiaan pada "diri". (Secara logika, ada diri dulu baru diri itu sendiri merasakan suatu rasa, tapi nirbana sepertinya tidak ada diri lagi, tapi terdapat rasa tenang dan bahagia).
Saya pernah membaca artikel berjudul "Ke-Tuhanan-an dalam agama Buddha" di Semaggi-Phala, dimana Bikkhu Uttamo menjelaskan seolah-olah Tuhan itulah konsidi Nirbana.
Teringat pada saya di agama lain, ketika seseorg meniggal dunia, doanya adalah "Semoga beliau kembali ke sisi Tuhan." Berarti kalau di agama Buddha, kalimat akan berubah menjadi "Semoga beliau mencapai Nirbana."
Pada artikel lain, ada seorang bikkhu mengatakan, "Kita tidak dapat menjelaskan atau mendefinisi apa itu Nirbana, tapi setidaknya kita dapat menjelaskan apa yg bukan Nirbana." Berarti Nirbana tidak bisa dejelaskan secara tepat.
Saya tidak tahu penjelasan pendekatan saya tentang Nirbana diatas benar atau tidak, harap masukan dari teman2 yg lebih ngerti.
Saya ada beberapa pertanyaan tentang Nirbana yg sampai hari ini pun belum saya ketemu jawabannya.
1. Jika anda telah mencapai kondisi Nirbana, apakah anda bisa datang (mewujudkan diri) untuk datang kembali ke dunia atau alam lain lagi ? (kalau bisa, berarti disaat mulai mewujudkan diri berarti timbul keinginan). Setelah mewujudkan diri muncul di dunia berwujud ini, apakah bisa kembali lagi ke Nirbana ? Artinya bisa sesuka hati ingin kemanapun atau kembali ke Nirbana.
2. Saat anda berada dalam kondisi Nirbana, apakah anda mengetahui segala hal, walaupun tidak melekat dengan apa yg dilihat ?
Buddha pernah mengatakan (kalau gak salah di Saddharma Puṇḍarīka Sūtra), tidak ada yang bisa tahu/ngerti rasa/kondisi Buddha, kecuali sesama Buddha. Berarti tidak ada yang bisa ngerti Nirbana, kecuali telah mencapainya. Tidak ngerti ya tentu tidak bisa dijelaskan dgn tepat.
Sekian, terima kasih.

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: The Vajracchedika Prajna Paramita Sutra ( Diamon Sutra) *SUTRA PALSU?*
« Reply #413 on: 29 December 2012, 12:53:29 AM »
:))...Saya gak tahu member yg satu ini memang sengaja bercanda atau gimana, namanya juga di forum, mood masing2 org kadang berbeda, walaupun lg membahas hal yg sama.
Soal nirbana, sebenarnya saya masih kurang mengerti, tapi coba saya jelaskan sepengetahuan saya. menurut saya sebenarnya juga susah untuk dijelaskan, seperti Tuhan. Jangan2 lebih susah dari pada menjelaskan tentang Tuhan. Saya hanya bisa menjelaskan sedekat mungkin saja, seperti halnya Tuhan.
Mencapai kondisi Nirbana, dimana seseorang telah tidak melekat pada apapun, tidak timbul keinginan ketika indera melihat, mendengar, merasakan (indera yg dimaksud disini bukan indera berwujud seperti kita sekarang), sehingga tidak secara kurang sadar akan melekat, seandainya pada titik awal timbulnya keinginan, juga dapat segera sadar, "Oh, saya lagi mulai muncul keinginan", sehingga tidak akan melekat. Yg terasa pada diri hanya tenang, damai, bahagia.... dan kebahagiaan ini bukan karena telah memperoleh sesuatu, tetapi karena ketenangan dan kesadaran yg telah mencapai puncak.
Telah menjadi perdebatan sejak dulu, karena ada yg setelah mendengar definisi dari nirbana, sebagian org menganggap seperti hilang total atau mati total, karena tidak merasa apapun sama sekali. Tentu ini dibantah oleh sebagian org lagi, karena dikatakannya terdapat kesadaran dan ketenangan yg tinggi. Ketenangan kan sebuah rasa.
Jadi kesimpulan yg diambil oleh saya sampai saat ini adalah diri sendiri sudah hilang, lenyap, tapi terdapat rasa ketenangan dan kebahagiaan pada "diri". (Secara logika, ada diri dulu baru diri itu sendiri merasakan suatu rasa, tapi nirbana sepertinya tidak ada diri lagi, tapi terdapat rasa tenang dan bahagia).
Saya pernah membaca artikel berjudul "Ke-Tuhanan-an dalam agama Buddha" di Semaggi-Phala, dimana Bikkhu Uttamo menjelaskan seolah-olah Tuhan itulah konsidi Nirbana.
Teringat pada saya di agama lain, ketika seseorg meniggal dunia, doanya adalah "Semoga beliau kembali ke sisi Tuhan." Berarti kalau di agama Buddha, kalimat akan berubah menjadi "Semoga beliau mencapai Nirbana."
Pada artikel lain, ada seorang bikkhu mengatakan, "Kita tidak dapat menjelaskan atau mendefinisi apa itu Nirbana, tapi setidaknya kita dapat menjelaskan apa yg bukan Nirbana." Berarti Nirbana tidak bisa dejelaskan secara tepat.
Saya tidak tahu penjelasan pendekatan saya tentang Nirbana diatas benar atau tidak, harap masukan dari teman2 yg lebih ngerti.
Saya ada beberapa pertanyaan tentang Nirbana yg sampai hari ini pun belum saya ketemu jawabannya.
1. Jika anda telah mencapai kondisi Nirbana, apakah anda bisa datang (mewujudkan diri) untuk datang kembali ke dunia atau alam lain lagi ? (kalau bisa, berarti disaat mulai mewujudkan diri berarti timbul keinginan). Setelah mewujudkan diri muncul di dunia berwujud ini, apakah bisa kembali lagi ke Nirbana ? Artinya bisa sesuka hati ingin kemanapun atau kembali ke Nirbana.
2. Saat anda berada dalam kondisi Nirbana, apakah anda mengetahui segala hal, walaupun tidak melekat dengan apa yg dilihat ?
Buddha pernah mengatakan (kalau gak salah di Saddharma Puṇḍarīka Sūtra), tidak ada yang bisa tahu/ngerti rasa/kondisi Buddha, kecuali sesama Buddha. Berarti tidak ada yang bisa ngerti Nirbana, kecuali telah mencapainya. Tidak ngerti ya tentu tidak bisa dijelaskan dgn tepat.
Sekian, terima kasih.

Pudji, gw ga tahu anda di sini apakah memang buddhis, tidak tahu atau pura2 tidak tahu, ataukah anda beragama lain tapi kesannya malah seperti konyol.


Yang dimasalahkan rekan2 DC di sini dan anda yang 'disindir tapi tidak merasa' adalah penyebutan anda atas istilah 'nirbana'.  Tidak pernah ada istilah itu dalam kamus buddhis,  yang ada adalah nibbana (Pali) atau nirvana (sanskerta).  Apakah istilah nirbana anda adalah penggabungan kata nirvana dengan nibbana? ::)

Jadi daripada berpanjang-lebar, mending benahi dulu pengetahuan dasar anda.  Dengan demikian tulisan anda akan terhindar dari kesan membadut ataupun konyol.  Maaf kalau kata2 gw to the point saja  seperti di atas.

Salam sejahtera _/\_  ;D
« Last Edit: 29 December 2012, 01:02:49 AM by sanjiva »
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Pudji

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 31
  • Reputasi: 0
  • Semoga Semua Makhluk Berbahagia
Re: The Vajracchedika Prajna Paramita Sutra ( Diamon Sutra) *SUTRA PALSU?*
« Reply #414 on: 29 December 2012, 03:15:11 AM »
Pudji, gw ga tahu anda di sini apakah memang buddhis, tidak tahu atau pura2 tidak tahu, ataukah anda beragama lain tapi kesannya malah seperti konyol.


Yang dimasalahkan rekan2 DC di sini dan anda yang 'disindir tapi tidak merasa' adalah penyebutan anda atas istilah 'nirbana'.  Tidak pernah ada istilah itu dalam kamus buddhis,  yang ada adalah nibbana (Pali) atau nirvana (sanskerta).  Apakah istilah nirbana anda adalah penggabungan kata nirvana dengan nibbana? ::)

Jadi daripada berpanjang-lebar, mending benahi dulu pengetahuan dasar anda.  Dengan demikian tulisan anda akan terhindar dari kesan membadut ataupun konyol.  Maaf kalau kata2 gw to the point saja  seperti di atas.

Salam sejahtera _/\_  ;D
Maaf kalau salah dalam penulisan, sepertinya saya telah mengikuti sumber dari mana yg salah atau saya sendiri kurang teliti. Terima kasih atas koreksinya. Dan juga mau sekalian nanya, apakah ada juga istilah Nirwana ?

Offline Pudji

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 31
  • Reputasi: 0
  • Semoga Semua Makhluk Berbahagia
Re: The Vajracchedika Prajna Paramita Sutra ( Diamon Sutra) *SUTRA PALSU?*
« Reply #415 on: 29 December 2012, 03:29:56 AM »
Teman2, mau sekedar nanya, karena saya masih baru di DC ini... yg dimaksud kalian "tetangga" itu siapa/apa sih ?
tks...

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: The Vajracchedika Prajna Paramita Sutra ( Diamon Sutra) *SUTRA PALSU?*
« Reply #416 on: 29 December 2012, 01:33:09 PM »
Teman2, mau sekedar nanya, karena saya masih baru di DC ini... yg dimaksud kalian "tetangga" itu siapa/apa sih ?
tks...

1. 1 orang (rumah) yg rumahnya berdekatan atau sebelah-menyebelah; jiran; 2 orang yg tempat tinggalnya (rumahnya) berdekatan;
ber·te·tang·ga v 1 menjadi tetangga: sekarang ia ~ dng saya; 2 mempunyai tetangga: di kampung baru itu ia belum ~
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.