Bencana deflasi yang saya maksudkan bukanlah deflasi yang terjadi dalam 1 atau 2 bulan karena turunnya harga-harga akibat penyesuaian musiman (seperti harga turun setelah kenaikan pada hari raya).
Pada kondisi ekonomi normal dengan pertumbuhan normal, maka akan terjadi inflasi dalam batasan yang normal.
Bila pertumbuhan ekonomi tidak dikendalikan maka ekonomi akan mulai overheating atau mulai bubble akibat dari investasi, konsumsi dan aktivitas ekonomi dalam jumlah sangat besar. Pertumbuhan ekonomi naik tajam. Umumnya pada saat seperti ini kebijakan uang longgar akan diterapkan. Bunga rendah. Kalau tidak terkendali, inflasi akan meningkat tajam. Hyperinflasi bisa terjadi. Bubble bisa pecah. Mesin ekonomi yang overheating bisa hard landing. Inilah yang terjadi dengan ekonomi dunia sampai tahun 2007.
Saat gelembung meletus, pengendalian terhadap inflasi mulai dilakukan dengan instrumen suku bunga. Bunga dinaikkan untuk meredam hasrat konsumsi dan investasi. Diharapkan inflasi terkendali. Namun bukannya inflasi yang terkendali yang terjadi justru komplikasi. Kredit macet meningkat. Terjadi yang disebut stagflasi. Inflasi tetap tinggi tapi pertumbuhan ekonomi macet. Pada tahap ini harus dipilih, prioritas mengendalikan inflasi atau menstimulus ekonomi.
Bila resesi terus berlangsung maka akan terjadi penurunan permintaan akibat rendahnya daya beli. Deflasi mulai terjadi. Pada awalnya orang akan senang karena bisa membeli produk dengan harga lebih murah. Tapi bila itu berlanjut apa yang akan terjadi?
Bila permintaan terus turun maka harga akan turun. Berikutnya adalah menurunnya kegiatan investasi. Siapa yang mau investasi bila produknya tidak bisa dijual? Bila terjadi penurunan kapasitas produksi maka akan terjadi peningkatan pengangguran. Bila pengangguran meningkat maka permintaan akan semakin turun. Bila permintaan semakin turun maka ... seterusnya maka ekonomi terperangkap dalam spiral deflasi.
Kesimpulannya adalah: Lebih baik saya punya uang untuk beli barang mahal daripada tidak punya uang untuk beli barang murah.