Upàli Bertanggung Jawab Dalam Vinaya Piñaka
Dewan yang terdiri dari lima ratus pembaca mempercayakan versi yang telah disetujui dari Vinaya Piñaka kepada Yang Mulia Upàli sebagai penanggung jawab, “Teman, ajarkanlah Vinaya Piñaka ini kepada para siswa yang datang untuk memohon instruksi darimu.” Ketika pembacaan Vinaya Piñaka selesai, Yang Mulia Upàli, yang telah menyelesaikan tugasnya, meletakkan kipas bundar gading itu di atas mimbar, kemudian turun dari mimbar tersebut, memberi hormat kepada para bhikkhu senior, dan duduk di tempat duduknya.
Setelah pembacaan Vinaya, Dhamma (yaitu, Suttanta dan Abhidhammà) juga dibacakan. Maka Yang Mulia Mahà Kassapa bertanya kepada dewan pembaca, “Bhikkhu siapakah yang akan memimpin pembacaan Dhamma?” Dewan itu sepakat menyebutkan Yang Mulia ânanda untuk posisi tersebut.
Kemudian Yang Mulia Mahà Kassapa menunjuk dirinya sendiri sebagai penanya, dan Yang Mulia ânanda sebagai penjawab. Bangkit dari duduknya, membetulkan jubah, dan bersujud kepada para bhikkhu, Yang Mulia ânanda memegang kipas bundar gading dan duduk di atas mimbar. Kemudian rencana pembacaan Dhamma didiskusikan oleh Yang Mulia Mahà Kassapa dan para Thera yang berparitisipasi:
Kassapa, “Teman-teman, ada dua bagian Dhamma, Suttanta Piñaka dan Abhidhammà Piñaka, yang mana lebih dulu?”
Para Thera, “Yang Mulia, marilah kita mulai dengan Suttanta Piñaka.” (Vinaya berhubungan dengan Moralitas Tinggi (Adhi-Sãla); Suttanta membahas Kesadaran Tinggi (Adhi-Citta), yaitu konsentrasi; dan Abhidhammà membahas Kebijaksanaan Tinggi (Adhi-Pa¤¤à). Oleh karena itu, Dewan membacakan Tiga Latihan, Moralitas, Konsentrasi, dan Kebijaksanaan sesuai urutannya.)
Kassapa, “Teman-teman, ada empat kumpulan (Nikàya) dari Sutta dalam Suttanta Piñaka; yang mana lebih dulu?”
Para Thera, “Yang Mulia, marilah kita mulai dengan yang panjang, Dãgha Nikàya.”
Kassapa, “Teman-teman, Dighà Nikàya terdiri dari tiga puluh empat khotbah (Sutta) dalam tiga bagian (Vagga), yang mana lebih dulu?”
Para Thera, “Yang Mulia, marilah kita mulai dari Sãlakkhandha Vagga.”
Kassapa, “Teman-teman, Sãlakkhandha Vagga terdiri dari tiga belas khotbah; yang mana lebih dulu?”
Para Thera, “Yang Mulia, Brahmajàla Sutta menggambarkan tiga tingkat moralitas; berguna untuk menghindari dari ucapan-ucapan yang tidak benar atau kemunafikan bagi para bhikkhu yang dapat mengganggu ajaran. Juga menjelaskan enam puluh dua jenis pandangan salah. Terjadi enam puluh dua kali gempa bumi saat dibabarkan oleh Bhagavà. Marilah kita mulai dengan Brahmajàla Sutta.”
Setelah sepakat dengan rencana tersebut, Yang Mulia Mahà Kassapa mengajukan pertanyaan tentang Brahmajàla Sutta kepada Yang Mulia ânanda sehubungan dengan kisah yang melatarbelakangi, orang-orang yang terlibat dalam khotbah tersebut, topik, dan lain-lain. Yang Mulia ânanda menjawab setiap pertanyaan dengan lengkap, dan selanjutnya, lima ratus pembaca itu bersama-sama membacakan Brahmajàla Sutta. Ketika pembacaan Sutta itu selesai, bumi ini berguncang keras seperti sebelumnya.
Kemudian diikuti dengan pertanyaan dan jawaban dan pembacaan bersama dua belas Sutta lainnya dari Sãlakkhandha Vagga.
Kemudian Mahà Vagga yang terdiri dari sepuluh Sutta menyusul, dan kemudian Pàthika Vagga yang terdiri dari sebelas Sutta, masing-masing dengan pertanyaan dan jawaban. Dengan demikian tiga puluh empat Sutta dalam tiga bagian (Vagga), yang pembacaannya berjumlah dua puluh empat, tercatat sebagai Sabda-Sabda Buddha dengan judul Dãgha Nikàya, Kumpulan Khotbah Panjang, kemudian mereka mempercayakan versi yang telah disetujui itu kepada Yang Mulia ânanda, “Teman ânanda, ajarkanlah Dãgha Nikàya ini kepada siswa yang datang untuk memohon instruksi darimu.”
Selanjutnya Dewan itu menyetujui Majjhima Nikàya, kumpulan Khotbah-Khotbah yang tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek, setelah proses tanya dan jawab, yang seluruhnya memerlukan waktu delapan puluh pembacaan. Kemudian mereka mempercayakan versi kitab yang telah disetujui itu kepada siswa-siswa Yang Mulia Sàriputta, dengan mengatakan, “Teman-teman, lestarikanlah Majjhima Nikàya ini dengan baik.”
Selanjutnya Dewan itu menyetujui Saÿyutta Nikàya, Kumpulan Khotbah-Khotbah yang Saling Berhubungan, setelah proses tanya dan jawab, yang seluruhnya memerlukan waktu seratus pembacaan. Kemudian mereka mempercayakan versi kitab yang telah disetujui itu kepada Yang Mulia Mahà Kassapa, dengan berkata, “Yang Mulia, ajarkanlah Saÿyutta Nikàya ini, Sabda-Sabda Bhagavà, kepada para siswa yang mendatangimu untuk memohon instruksi.”
Selanjutnya Dewan itu menyetujui Aïguttara Nikàya, kumpulan Khotbah-Khotbah Bertingkat, setelah proses tanya dan jawab, yang seluruhnya memerlukan waktu delapan puluh pembacaan. Kemudian mereka mempercayakan versi kitab yang telah disetujui itu kepada Yang Mulia Anuruddhà, dengan berkata, “Yang Mulia, ajarkanlah Aïguttara Nikàya ini, kepada para siswa yang mendatangimu untuk memohon instruksi.”
Kemudian Dewan menyetujui tujuh kitab Abhidhammà, yaitu, Dhammasaïgaõã, Vibhaïga, Dhàtukathà, Puggala Pa¤¤àtti, Kathàvatthu, Yamaka, dan Paññhàna, setelah melewati pertanyaan, jawaban, dan pembacaan. Pada akhir pembacaan kitab-kitab Abhidhammà ini, bumi ini berguncang keras seperti sebelumnya.
Kemudian Dewan membacakan: Jàtaka, Niddesa, Pañisambhidà Magga, Apadàna, Sutta Nipàta, Khuddakapàñha, Dhammapada, Udàna, Itivuttaka, Vimànavatthu, Petavatthu, Theragàtha, dan Therãgàthà, setelah melewati proses tanya-jawab. Tiga belas kitab ini secara keseluruhan disebut Khuddaka Nikàya, Kumpulan Khotbah-Khotbah Sejenis.
Menurut para bhikkhu yang telah menghafalkan Dãgha Nikàya, disebutkan bahwa, “Khuddaka Nikàya dibacakan dan disetujui bersama-sama dengan Abhidhammà Piñaka.” Tetapi menurut para bhikkhu yang telah menghafalkan Majjhima Nikàya, tiga belas kitab ini, bersama-sama dengan Buddhavaÿsa dan Cariyà Piñaka, sehingga seluruhnya berjumlah lima belas, disebut Khuddaka Nikàya dan dikelompokkan dalam Suttanta Piñaka, (Pernyataan ini berdasarkan pada Komentar Sãlakkhandha. Satu Bhàõavàra atau satu ‘pembacaan’ adalah lama waktu yang dibutuhkan untuk membacakan satu kitab, yang menurut perkiraan waktu modern, adalah kira-kira setengah jam. Nama para bhikkhu pemimpin, yaitu, Yang Mulia Mahà Kassapa, Yang Mulia Upàli, dan Yang Mulia ânanda, dan tugasnya masing-masing, tercatat dalam Vinaya Cåëàvagga Pa¤casatikkhandhaka.)
Demikianlah Yang Mulia ânanda adalah seorang bhikkhu penting dalam sidang Pertama, yang menjawab dengan terampil semua pertanyaan yang berhubungan dengan Dhamma yang terdiri dari Suttanta Piñaka dan Abhidhammà Piñaka.
(Ini adalah kisah dari peran penting yang dimainkan oleh Yang Mulia ânanda pada sidang Pertama.)