Demikian pula tidak setuju seorang arahat masih bisa berkehendak mencari penyempurnaan pengetahuan melalui suatu proses 'penjadian'. Ini berarti bhava-tanha dan bhava-tanha sebagaimana yg disepakati mau Theravada atau pun Mahayana adalah belenggu yang belum diputuskan seorang anagami. Apakah berarti arahat setara dengan anagami? Atau mungkin lebih rendah jangan-jangan? Karena dalam proses penyempurnaan paraminya, seorang arahat harus terlahir lagi dalam berbagai kondisi alam dan kelahiran melewati rentang proses sangat panjang dan tak terhitung kelahiran yang berulang-ulang dengan pelbagai sifat mencakup yang baik maupun yang jelek yang mungkin dimiliki seorang Bodhisatta. Hal ini tidak akan konsisten dengan penjelasan Sang Buddha sbgmn yang kita temukan baik dlm Nikaya Pali atau Agama Sanskrit, dengan mengesampingkan soal aliran yang ada hari ini. Smiley
Dg catatan tambahan, ini pun bila kita menerima konsep tentang Bodhisatta/Bodhisattva sebagaimana yang ada pada hari ini secara penuh.
Yang pasti Arhat ya sudah lebih tinggi pencapaiannya dari Anagamin.
Undefined ini dalam Mahayana biasanya erat dengan non-dualisme (advaya). Lahir pun juga tak lahir, anda akan menemukan ini di berbagai Sutra dan komentar Mahayana. Kelahiran Anagamin masih terikat dengan dualisme lahir, sedangkan kelahiran seorang Bodhisattva Bhumi ketujuh itu, sudah lepas dari apa yang namanya dualisme kemenjadian saja, karena seorang Bodhisattva tak lahir pun juga lahir, menjadi pun juga tak menjadi. Ini konsep yang tidak ada secara eksplisit dalam ajaran Shravakayana yang terkandung dalam Theravada, Sarvastivada, dll.
Apabila dalam Agama Sanskrit dikatakan bahwa:
我生已尽,Kelahiranku telah diakhiri
梵行已立,Kehidupan suci telah ditegakkan
所作已办,Apa yang dikerjakan telah dikerjakan
不更受有,Tiada lagi kelahiran
Maka tulisan di atas harus dipahami sesuai konteksnya, yang jelas-jelas menurut Mahayana menunjuk pada pencapaian Shravaka Arhat. Bahkan dalam Dasabhumika Sutra, kutipan Agama Sanskrit di atas mendeksripsikan pencapaian Bodhisattva bhumi keenam, yang kemudian memang masih harus dilanjutkan lagi sampai bhumi kesepuluh.
Laen kali saya posting Dasabhumika Sutra yah, setidaknya menambah penjelasan tentang ini.
The Siddha Wanderer