//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Akar perpecahan  (Read 101018 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Akar perpecahan
« Reply #60 on: 16 December 2009, 09:06:57 AM »
Tidak menhubung2kan tuntutan vege dari Devadatta dengan aspirasi Bodhisatva, lalu apa poin yg ingin anda sampaikan dgn pertanyaan itu?
Saya sama sekali tidak berpikiran ttg diskredit dari bro. hehe..
Dalam Mahayana, Mahayanis yg mengambil jalan Savaka tidak dianggap hina , silahkan lihat sendiri setiap awal Sutra Mahayana selalu memuji para siswa savaka yang telah mencapai kearahatan. Yang memberi nilai kurang pada beberapa siswa savaka adalah saat mereka tidak mau mengambil jalan bodhisatva, karena mereka menganggap tidak ada yg perlu mereka lakukan lagi toh sudah mengakhiri dukkha. Dalam hal ini, wajar saja dari perspektif keseluruhan tahapan pelatihan dharma (menurut konteks Mahayana) akan melihat orang yg menampikkan jalur yg lebih tinggi sebagai yg rendah. Sama seperti orang yang hidup brahmachariya akan melihat para perumah tangga sebagai pola hidup yg "kotor" , ini cara pandang yg alami. Sama seperti orang yg menempuh jalan ARahat akan melihat orang yg mencari pemuasan nafsu indera sebagai jalan yg tidak semulia mereka. Atau sama juga saat orang yang hidup dalam dhamma akan melihat orang yg hidup adhamma sebagai yg berada diposisi rendah.     


Tidak ada salah dgn memarginalkan hinayana apabila memang jalan hinayana itu tidak pantas ditempuh. Jangan lupa hinayana yg dimaksud bukan Theravada. Karena anda sendiri sudah tahu Theravada mengajarkan jalan bodhisatva juga dlm Buddhavamsa .


Bro Chingik,

Menurut ajaran Theravada, setelah Arahat memang tidak ada lagi yg harus dilakukan, ini jelas tertulis dalam banyak sutta dalam Nikaya, biasanya pada bagian penutup, yang berbunyi:

...
...
Ketika terbebaskan, muncullah pengetahuan: ‘Terbebaskan.’ Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi untuk kondisi makhluk ini.’
...

Bagaimana pendapat Bro mengenai kutipan dari sutta di atas?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Akar perpecahan
« Reply #61 on: 16 December 2009, 09:17:19 AM »
[at] chingik dan GandalfTheElder

Terima kasih. :)

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #62 on: 16 December 2009, 10:09:43 AM »
Tidak menhubung2kan tuntutan vege dari Devadatta dengan aspirasi Bodhisatva, lalu apa poin yg ingin anda sampaikan dgn pertanyaan itu?
Saya sama sekali tidak berpikiran ttg diskredit dari bro. hehe..
Dalam Mahayana, Mahayanis yg mengambil jalan Savaka tidak dianggap hina , silahkan lihat sendiri setiap awal Sutra Mahayana selalu memuji para siswa savaka yang telah mencapai kearahatan. Yang memberi nilai kurang pada beberapa siswa savaka adalah saat mereka tidak mau mengambil jalan bodhisatva, karena mereka menganggap tidak ada yg perlu mereka lakukan lagi toh sudah mengakhiri dukkha. Dalam hal ini, wajar saja dari perspektif keseluruhan tahapan pelatihan dharma (menurut konteks Mahayana) akan melihat orang yg menampikkan jalur yg lebih tinggi sebagai yg rendah. Sama seperti orang yang hidup brahmachariya akan melihat para perumah tangga sebagai pola hidup yg "kotor" , ini cara pandang yg alami. Sama seperti orang yg menempuh jalan ARahat akan melihat orang yg mencari pemuasan nafsu indera sebagai jalan yg tidak semulia mereka. Atau sama juga saat orang yang hidup dalam dhamma akan melihat orang yg hidup adhamma sebagai yg berada diposisi rendah.    


Tidak ada salah dgn memarginalkan hinayana apabila memang jalan hinayana itu tidak pantas ditempuh. Jangan lupa hinayana yg dimaksud bukan Theravada. Karena anda sendiri sudah tahu Theravada mengajarkan jalan bodhisatva juga dlm Buddhavamsa .


Bro Chingik,

Menurut ajaran Theravada, setelah Arahat memang tidak ada lagi yg harus dilakukan, ini jelas tertulis dalam banyak sutta dalam Nikaya, biasanya pada bagian penutup, yang berbunyi:

...
...
Ketika terbebaskan, muncullah pengetahuan: ‘Terbebaskan.’ Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi untuk kondisi makhluk ini.’
...

Bagaimana pendapat Bro mengenai kutipan dari sutta di atas?

Benar bro, tapi jangan lupa di sini board mahayana dan saya sedang menjelaskan dari perspektif mahayana, tentu menjadi beda lagi. Atau maksud bro Indra ingin tahu pandangan mahayana bahwa mengapa "Terbebaskan" nya Arahat masih harus menempuh jalur bodhisatva? Ya semua ini tetap merupakan koridor pandangan mahayana yg bagaimanapun tidak mungkin bisa diterima Theravada apapun alasannya. Wajar toh, demikian juga pandangan Theravada tidak sepenuhnya bisa diterima Mahayana. TApi just sharing , saya lebih menganggap masih ada kemungkinan bagi seorang Arahat utk lanjut lagi, karena yg diselesaikan Arahat adalah siklus Samsaranya, bukan Pengetahuan Sempurnanya, maka seorang makhluk yg blm Sempurna secara mutlak (seperti Sammasambuddha) maka apapun alasannya tidak mungkin menutup kesempatannya utk meraih Kesempurnaan yg absolut.

« Last Edit: 16 December 2009, 10:16:44 AM by chingik »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Akar perpecahan
« Reply #63 on: 16 December 2009, 10:22:07 AM »
Tidak menhubung2kan tuntutan vege dari Devadatta dengan aspirasi Bodhisatva, lalu apa poin yg ingin anda sampaikan dgn pertanyaan itu?
Saya sama sekali tidak berpikiran ttg diskredit dari bro. hehe..
Dalam Mahayana, Mahayanis yg mengambil jalan Savaka tidak dianggap hina , silahkan lihat sendiri setiap awal Sutra Mahayana selalu memuji para siswa savaka yang telah mencapai kearahatan. Yang memberi nilai kurang pada beberapa siswa savaka adalah saat mereka tidak mau mengambil jalan bodhisatva, karena mereka menganggap tidak ada yg perlu mereka lakukan lagi toh sudah mengakhiri dukkha. Dalam hal ini, wajar saja dari perspektif keseluruhan tahapan pelatihan dharma (menurut konteks Mahayana) akan melihat orang yg menampikkan jalur yg lebih tinggi sebagai yg rendah. Sama seperti orang yang hidup brahmachariya akan melihat para perumah tangga sebagai pola hidup yg "kotor" , ini cara pandang yg alami. Sama seperti orang yg menempuh jalan ARahat akan melihat orang yg mencari pemuasan nafsu indera sebagai jalan yg tidak semulia mereka. Atau sama juga saat orang yang hidup dalam dhamma akan melihat orang yg hidup adhamma sebagai yg berada diposisi rendah.     


Tidak ada salah dgn memarginalkan hinayana apabila memang jalan hinayana itu tidak pantas ditempuh. Jangan lupa hinayana yg dimaksud bukan Theravada. Karena anda sendiri sudah tahu Theravada mengajarkan jalan bodhisatva juga dlm Buddhavamsa .


Bro Chingik,

Menurut ajaran Theravada, setelah Arahat memang tidak ada lagi yg harus dilakukan, ini jelas tertulis dalam banyak sutta dalam Nikaya, biasanya pada bagian penutup, yang berbunyi:

...
...
Ketika terbebaskan, muncullah pengetahuan: ‘Terbebaskan.’ Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi untuk kondisi makhluk ini.’
...

Bagaimana pendapat Bro mengenai kutipan dari sutta di atas?

Benar bro, tapi jangan lupa di sini board mahayana dan saya sedang menjelaskan dari perspektif mahayana, tentu menjadi beda lagi. Atau maksud bro Indra ingin tahu pandangan mahayana bahwa mengapa "Terbebaskan" nya Arahat masih harus menempuh jalur bodhisatva? Ya semua ini tetap merupakan koridor pandangan mahayana yg bagaimanapun tidak mungkin bisa diterima Theravada apapun alasannya. Wajar toh, demikian juga pandangan Theravada tidak sepenuhnya bisa diterima Mahayana. TApi just sharing , saya lebih menganggap masih ada kemungkinan bagi seorang Arahat utk lanjut lagi, karena yg diselesaikan Arahat adalah siklus Samsaranya, bukan Pengetahuan Sempurnanya, maka seorang makhluk yg blm Sempurna secara mutlak (seperti Sammasambuddha) maka apapun alasannya tidak mungkin menutup kesempatannya utk meraih Kesempurnaan yg absolut.



saya sadar sepenuhnya bahwa ini adalah board mahayana, saya hanya sedang melakukan studi banding. kutipan di atas berasal dari banyak sutta dalam Nikaya Pali, dan konon semua Nikaya Pali juga terdapat dalam Mahayana, bagaimanakah bunyinya dalam teks Mahayana?


Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Akar perpecahan
« Reply #64 on: 16 December 2009, 04:23:15 PM »
Quote
Apakah akar perpecahan ini didorong pertama kali oleh Devadatta?

Tampaknya tidak ada kaitannya, karena semua sekte menganggap Devadatta sebagai pemecah belah, tidak ada yang menganggap Devadatta itu benar.

 _/\_

The Siddha Wanderer

Kalau Devadatta benar ! tidak masuk neraka Avici lagi.
Memang Devadatta ndak benar.
 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Akar perpecahan
« Reply #65 on: 16 December 2009, 04:40:31 PM »
Tidak menhubung2kan tuntutan vege dari Devadatta dengan aspirasi Bodhisatva, lalu apa poin yg ingin anda sampaikan dgn pertanyaan itu?
Saya sama sekali tidak berpikiran ttg diskredit dari bro. hehe..
Dalam Mahayana, Mahayanis yg mengambil jalan Savaka tidak dianggap hina , silahkan lihat sendiri setiap awal Sutra Mahayana selalu memuji para siswa savaka yang telah mencapai kearahatan. Yang memberi nilai kurang pada beberapa siswa savaka adalah saat mereka tidak mau mengambil jalan bodhisatva, karena mereka menganggap tidak ada yg perlu mereka lakukan lagi toh sudah mengakhiri dukkha. Dalam hal ini, wajar saja dari perspektif keseluruhan tahapan pelatihan dharma (menurut konteks Mahayana) akan melihat orang yg menampikkan jalur yg lebih tinggi sebagai yg rendah. Sama seperti orang yang hidup brahmachariya akan melihat para perumah tangga sebagai pola hidup yg "kotor" , ini cara pandang yg alami. Sama seperti orang yg menempuh jalan ARahat akan melihat orang yg mencari pemuasan nafsu indera sebagai jalan yg tidak semulia mereka. Atau sama juga saat orang yang hidup dalam dhamma akan melihat orang yg hidup adhamma sebagai yg berada diposisi rendah.     


Tidak ada salah dgn memarginalkan hinayana apabila memang jalan hinayana itu tidak pantas ditempuh. Jangan lupa hinayana yg dimaksud bukan Theravada. Karena anda sendiri sudah tahu Theravada mengajarkan jalan bodhisatva juga dlm Buddhavamsa .


Bro Chingik,

Menurut ajaran Theravada, setelah Arahat memang tidak ada lagi yg harus dilakukan, ini jelas tertulis dalam banyak sutta dalam Nikaya, biasanya pada bagian penutup, yang berbunyi:

...
...
Ketika terbebaskan, muncullah pengetahuan: ‘Terbebaskan.’ Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi untuk kondisi makhluk ini.’
...

Bagaimana pendapat Bro mengenai kutipan dari sutta di atas?

Benar bro, tapi jangan lupa di sini board mahayana dan saya sedang menjelaskan dari perspektif mahayana, tentu menjadi beda lagi. Atau maksud bro Indra ingin tahu pandangan mahayana bahwa mengapa "Terbebaskan" nya Arahat masih harus menempuh jalur bodhisatva? Ya semua ini tetap merupakan koridor pandangan mahayana yg bagaimanapun tidak mungkin bisa diterima Theravada apapun alasannya. Wajar toh, demikian juga pandangan Theravada tidak sepenuhnya bisa diterima Mahayana. TApi just sharing , saya lebih menganggap masih ada kemungkinan bagi seorang Arahat utk lanjut lagi, karena yg diselesaikan Arahat adalah siklus Samsaranya, bukan Pengetahuan Sempurnanya, maka seorang makhluk yg blm Sempurna secara mutlak (seperti Sammasambuddha) maka apapun alasannya tidak mungkin menutup kesempatannya utk meraih Kesempurnaan yg absolut.



saya sadar sepenuhnya bahwa ini adalah board mahayana, saya hanya sedang melakukan studi banding. kutipan di atas berasal dari banyak sutta dalam Nikaya Pali, dan konon semua Nikaya Pali juga terdapat dalam Mahayana, bagaimanakah bunyinya dalam teks Mahayana?



Tumpang Tindih !
Bingung !!!!!!!!!!!!!!!
 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #66 on: 16 December 2009, 11:44:46 PM »
Tidak menhubung2kan tuntutan vege dari Devadatta dengan aspirasi Bodhisatva, lalu apa poin yg ingin anda sampaikan dgn pertanyaan itu?
Saya sama sekali tidak berpikiran ttg diskredit dari bro. hehe..
Dalam Mahayana, Mahayanis yg mengambil jalan Savaka tidak dianggap hina , silahkan lihat sendiri setiap awal Sutra Mahayana selalu memuji para siswa savaka yang telah mencapai kearahatan. Yang memberi nilai kurang pada beberapa siswa savaka adalah saat mereka tidak mau mengambil jalan bodhisatva, karena mereka menganggap tidak ada yg perlu mereka lakukan lagi toh sudah mengakhiri dukkha. Dalam hal ini, wajar saja dari perspektif keseluruhan tahapan pelatihan dharma (menurut konteks Mahayana) akan melihat orang yg menampikkan jalur yg lebih tinggi sebagai yg rendah. Sama seperti orang yang hidup brahmachariya akan melihat para perumah tangga sebagai pola hidup yg "kotor" , ini cara pandang yg alami. Sama seperti orang yg menempuh jalan ARahat akan melihat orang yg mencari pemuasan nafsu indera sebagai jalan yg tidak semulia mereka. Atau sama juga saat orang yang hidup dalam dhamma akan melihat orang yg hidup adhamma sebagai yg berada diposisi rendah.     


Tidak ada salah dgn memarginalkan hinayana apabila memang jalan hinayana itu tidak pantas ditempuh. Jangan lupa hinayana yg dimaksud bukan Theravada. Karena anda sendiri sudah tahu Theravada mengajarkan jalan bodhisatva juga dlm Buddhavamsa .


Bro Chingik,

Menurut ajaran Theravada, setelah Arahat memang tidak ada lagi yg harus dilakukan, ini jelas tertulis dalam banyak sutta dalam Nikaya, biasanya pada bagian penutup, yang berbunyi:

...
...
Ketika terbebaskan, muncullah pengetahuan: ‘Terbebaskan.’ Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi untuk kondisi makhluk ini.’
...

Bagaimana pendapat Bro mengenai kutipan dari sutta di atas?

Benar bro, tapi jangan lupa di sini board mahayana dan saya sedang menjelaskan dari perspektif mahayana, tentu menjadi beda lagi. Atau maksud bro Indra ingin tahu pandangan mahayana bahwa mengapa "Terbebaskan" nya Arahat masih harus menempuh jalur bodhisatva? Ya semua ini tetap merupakan koridor pandangan mahayana yg bagaimanapun tidak mungkin bisa diterima Theravada apapun alasannya. Wajar toh, demikian juga pandangan Theravada tidak sepenuhnya bisa diterima Mahayana. TApi just sharing , saya lebih menganggap masih ada kemungkinan bagi seorang Arahat utk lanjut lagi, karena yg diselesaikan Arahat adalah siklus Samsaranya, bukan Pengetahuan Sempurnanya, maka seorang makhluk yg blm Sempurna secara mutlak (seperti Sammasambuddha) maka apapun alasannya tidak mungkin menutup kesempatannya utk meraih Kesempurnaan yg absolut.



saya sadar sepenuhnya bahwa ini adalah board mahayana, saya hanya sedang melakukan studi banding. kutipan di atas berasal dari banyak sutta dalam Nikaya Pali, dan konon semua Nikaya Pali juga terdapat dalam Mahayana, bagaimanakah bunyinya dalam teks Mahayana?


Nikaya Pali tidak terdapat dalam Mahayana. Yang ada dalam Mahayana adalah Agama Sutra yang bila dikaji memiliki kesepadanan dengan teks Nikaya Pali. Sebagian besar isinya sama, hanya beberapa yang berbeda.

Sebagai contoh , kalimat yg anda tanyakan:
Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi untuk kondisi makhluk ini.’
 
Dapat ditemukan dalam berbagai sutra dalam Kelompok Madhyagama Sutra yang isinya sama:
(Berikut terjemahan secara literal):
我生已尽,Kelahiranku telah diakhiri
梵行已立,Kehidupan suci telah ditegakkan
所作已办,Apa yang dikerjakan telah dikerjakan
不更受有,Tiada lagi kelahiran

Meski terlihat ada perbedaan sedikit, tapi pd garis besarnya pastilah sama, karena terlihat jelas ini berasal dari sumber yang hampir sama.


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Akar perpecahan
« Reply #67 on: 17 December 2009, 10:13:35 AM »
Nikaya Pali tidak terdapat dalam Mahayana. Yang ada dalam Mahayana adalah Agama Sutra yang bila dikaji memiliki kesepadanan dengan teks Nikaya Pali. Sebagian besar isinya sama, hanya beberapa yang berbeda.

Sebagai contoh , kalimat yg anda tanyakan:
Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi untuk kondisi makhluk ini.’
 
Dapat ditemukan dalam berbagai sutra dalam Kelompok Madhyagama Sutra yang isinya sama:
(Berikut terjemahan secara literal):
我生已尽,Kelahiranku telah diakhiri
梵行已立,Kehidupan suci telah ditegakkan
所作已办,Apa yang dikerjakan telah dikerjakan
不更受有,Tiada lagi kelahiran

Meski terlihat ada perbedaan sedikit, tapi pd garis besarnya pastilah sama, karena terlihat jelas ini berasal dari sumber yang hampir sama.



dan apakah kalimat itu merujuk pada pencapaian Kearahatan? atau pencapaian lainnya?

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Akar perpecahan
« Reply #68 on: 17 December 2009, 10:29:25 AM »
daripada bicara akar perpecahan lebih baik cari akar kekeluargaan jauh lebih penting

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Akar perpecahan
« Reply #69 on: 17 December 2009, 10:32:53 AM »
^
^

Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh ^-^
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #70 on: 17 December 2009, 10:56:24 AM »
Nikaya Pali tidak terdapat dalam Mahayana. Yang ada dalam Mahayana adalah Agama Sutra yang bila dikaji memiliki kesepadanan dengan teks Nikaya Pali. Sebagian besar isinya sama, hanya beberapa yang berbeda.

Sebagai contoh , kalimat yg anda tanyakan:
Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi untuk kondisi makhluk ini.’
 
Dapat ditemukan dalam berbagai sutra dalam Kelompok Madhyagama Sutra yang isinya sama:
(Berikut terjemahan secara literal):
我生已尽,Kelahiranku telah diakhiri
梵行已立,Kehidupan suci telah ditegakkan
所作已办,Apa yang dikerjakan telah dikerjakan
不更受有,Tiada lagi kelahiran

Meski terlihat ada perbedaan sedikit, tapi pd garis besarnya pastilah sama, karena terlihat jelas ini berasal dari sumber yang hampir sama.



dan apakah kalimat itu merujuk pada pencapaian Kearahatan? atau pencapaian lainnya?

benar, itu merujuk pd pencapaian kearahatan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Akar perpecahan
« Reply #71 on: 17 December 2009, 11:07:42 AM »
Nikaya Pali tidak terdapat dalam Mahayana. Yang ada dalam Mahayana adalah Agama Sutra yang bila dikaji memiliki kesepadanan dengan teks Nikaya Pali. Sebagian besar isinya sama, hanya beberapa yang berbeda.

Sebagai contoh , kalimat yg anda tanyakan:
Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi untuk kondisi makhluk ini.’
 
Dapat ditemukan dalam berbagai sutra dalam Kelompok Madhyagama Sutra yang isinya sama:
(Berikut terjemahan secara literal):
我生已尽,Kelahiranku telah diakhiri
梵行已立,Kehidupan suci telah ditegakkan
所作已办,Apa yang dikerjakan telah dikerjakan
不更受有,Tiada lagi kelahiran

Meski terlihat ada perbedaan sedikit, tapi pd garis besarnya pastilah sama, karena terlihat jelas ini berasal dari sumber yang hampir sama.



dan apakah kalimat itu merujuk pada pencapaian Kearahatan? atau pencapaian lainnya?

benar, itu merujuk pd pencapaian kearahatan

bukankah ini menjadi kontradiktif dengan pernyataan sebelumnya yg mengatakan bahwa Arahat masih blm sempurna sehingga harus mengambil jalan Bodhisattva untuk mencapai kesempurnaan?

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #72 on: 17 December 2009, 11:27:10 AM »
Nikaya Pali tidak terdapat dalam Mahayana. Yang ada dalam Mahayana adalah Agama Sutra yang bila dikaji memiliki kesepadanan dengan teks Nikaya Pali. Sebagian besar isinya sama, hanya beberapa yang berbeda.

Sebagai contoh , kalimat yg anda tanyakan:
Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi untuk kondisi makhluk ini.’
 
Dapat ditemukan dalam berbagai sutra dalam Kelompok Madhyagama Sutra yang isinya sama:
(Berikut terjemahan secara literal):
我生已尽,Kelahiranku telah diakhiri
梵行已立,Kehidupan suci telah ditegakkan
所作已办,Apa yang dikerjakan telah dikerjakan
不更受有,Tiada lagi kelahiran

Meski terlihat ada perbedaan sedikit, tapi pd garis besarnya pastilah sama, karena terlihat jelas ini berasal dari sumber yang hampir sama.



dan apakah kalimat itu merujuk pada pencapaian Kearahatan? atau pencapaian lainnya?

benar, itu merujuk pd pencapaian kearahatan

bukankah ini menjadi kontradiktif dengan pernyataan sebelumnya yg mengatakan bahwa Arahat masih blm sempurna sehingga harus mengambil jalan Bodhisattva untuk mencapai kesempurnaan?
Tidak. Menurut pandangan Mahayana, apa yang disebut Kesempurnaan Arahat adalah mengenai Pemutusan 10 belenggu batin. Dalam Aspek ini, Arahat disebut Sempurna berkenaan dengan " Kelahirannya telah dihancurkan, Kehidupan suci telah ditegakkan,......Tiada lagi kelahiran."
Tetapi tidak sempurna dari Aspek mutlak, di mana Arahat masih tidak sempurna berkenaan dengan Sabbanu nana sperti yang telah diraih seorang Sammasambuddha. 

Jadi di situlah yang dimaksud dalam pandangan mahayana ttg ketidaksempurnaan Arahat.
Tetapi mengenai pengikisan noda batin, Arahat telah sempurna. Makanya dalam setiap pembukaan sutra mahayana, masih memuji kesucian Arahat berkenaan dengan aspek ini.   

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Akar perpecahan
« Reply #73 on: 17 December 2009, 11:36:35 AM »
Nikaya Pali tidak terdapat dalam Mahayana. Yang ada dalam Mahayana adalah Agama Sutra yang bila dikaji memiliki kesepadanan dengan teks Nikaya Pali. Sebagian besar isinya sama, hanya beberapa yang berbeda.

Sebagai contoh , kalimat yg anda tanyakan:
Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi untuk kondisi makhluk ini.’
 
Dapat ditemukan dalam berbagai sutra dalam Kelompok Madhyagama Sutra yang isinya sama:
(Berikut terjemahan secara literal):
我生已尽,Kelahiranku telah diakhiri
梵行已立,Kehidupan suci telah ditegakkan
所作已办,Apa yang dikerjakan telah dikerjakan
不更受有,Tiada lagi kelahiran

Meski terlihat ada perbedaan sedikit, tapi pd garis besarnya pastilah sama, karena terlihat jelas ini berasal dari sumber yang hampir sama.



dan apakah kalimat itu merujuk pada pencapaian Kearahatan? atau pencapaian lainnya?

benar, itu merujuk pd pencapaian kearahatan

bukankah ini menjadi kontradiktif dengan pernyataan sebelumnya yg mengatakan bahwa Arahat masih blm sempurna sehingga harus mengambil jalan Bodhisattva untuk mencapai kesempurnaan?
Tidak. Menurut pandangan Mahayana, apa yang disebut Kesempurnaan Arahat adalah mengenai Pemutusan 10 belenggu batin. Dalam Aspek ini, Arahat disebut Sempurna berkenaan dengan " Kelahirannya telah dihancurkan, Kehidupan suci telah ditegakkan,......Tiada lagi kelahiran."
Tetapi tidak sempurna dari Aspek mutlak, di mana Arahat masih tidak sempurna berkenaan dengan Sabbanu nana sperti yang telah diraih seorang Sammasambuddha. 

Jadi di situlah yang dimaksud dalam pandangan mahayana ttg ketidaksempurnaan Arahat.
Tetapi mengenai pengikisan noda batin, Arahat telah sempurna. Makanya dalam setiap pembukaan sutra mahayana, masih memuji kesucian Arahat berkenaan dengan aspek ini.   

bagaimana dengan pernyataan "tiada lagi kelahiran"? apakah arahat masih terlahir lagi atau tidak?

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #74 on: 17 December 2009, 11:49:58 AM »
Nikaya Pali tidak terdapat dalam Mahayana. Yang ada dalam Mahayana adalah Agama Sutra yang bila dikaji memiliki kesepadanan dengan teks Nikaya Pali. Sebagian besar isinya sama, hanya beberapa yang berbeda.

Sebagai contoh , kalimat yg anda tanyakan:
Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi untuk kondisi makhluk ini.’
 
Dapat ditemukan dalam berbagai sutra dalam Kelompok Madhyagama Sutra yang isinya sama:
(Berikut terjemahan secara literal):
我生已尽,Kelahiranku telah diakhiri
梵行已立,Kehidupan suci telah ditegakkan
所作已办,Apa yang dikerjakan telah dikerjakan
不更受有,Tiada lagi kelahiran

Meski terlihat ada perbedaan sedikit, tapi pd garis besarnya pastilah sama, karena terlihat jelas ini berasal dari sumber yang hampir sama.



dan apakah kalimat itu merujuk pada pencapaian Kearahatan? atau pencapaian lainnya?

benar, itu merujuk pd pencapaian kearahatan

bukankah ini menjadi kontradiktif dengan pernyataan sebelumnya yg mengatakan bahwa Arahat masih blm sempurna sehingga harus mengambil jalan Bodhisattva untuk mencapai kesempurnaan?
Tidak. Menurut pandangan Mahayana, apa yang disebut Kesempurnaan Arahat adalah mengenai Pemutusan 10 belenggu batin. Dalam Aspek ini, Arahat disebut Sempurna berkenaan dengan " Kelahirannya telah dihancurkan, Kehidupan suci telah ditegakkan,......Tiada lagi kelahiran."
Tetapi tidak sempurna dari Aspek mutlak, di mana Arahat masih tidak sempurna berkenaan dengan Sabbanu nana sperti yang telah diraih seorang Sammasambuddha. 

Jadi di situlah yang dimaksud dalam pandangan mahayana ttg ketidaksempurnaan Arahat.
Tetapi mengenai pengikisan noda batin, Arahat telah sempurna. Makanya dalam setiap pembukaan sutra mahayana, masih memuji kesucian Arahat berkenaan dengan aspek ini.   

bagaimana dengan pernyataan "tiada lagi kelahiran"? apakah arahat masih terlahir lagi atau tidak?

Dalam Mahayana, istilah tidak terlahir tidak bisa dilihat dari cara pandang duniawi. Tidak lahir bagi orang yg tlah memutus roda samsara tidak lagi diukur dengan sifat2 dualisme, seperti Lahir lawan dari tidak lahir, muncul lawan dari lenyap.
Tidak lahir berarti melampaui dualisme itu. Jika masih menggunakan tolak ukur dualisme , maka tidak lahir sama saja dengan nihilis.
Demikian juga ketika Arahat yg mengambil jalur bodhisatva yg masih memperlihatkan muncul (lahir) ke dunia ini tidak bisa diukur dari sifat dualisme dengan mengatakannya "Ia lahir" , karena jika menyatakan ia lahir maka sama saja dengan eternalis.

Mahayana menolak kedua ekstrim ini, maka ARahat tidak dapat disebut lenyap, sekaligus tidak dapat disebut muncul lagi.